3 Berdasarkan pengetahuan tentang karakter-karakter komponen hasil yang
mendukung hasil dengan cara sidik lintas, maka seleksi secara bersama-sama terhadap karakter–karakter tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan indeks
seleksi. Indeks seleksi digunakan untuk menyeleksi secara simultan genotipe bukan berdasarkan salah satu karakter saja tapi berdasarkan skor indeks. Dengan
demikian indeks seleksi lebih efektif menambah peluang terseleksinya genotipe unggul dibandingkan dengan cara seleksi langsung Purwoko 1995. Terbatasnya
penelitian indeks seleksi pada tanaman mawar, menyebabkan manfaat yang besar dari penggunaan indeks seleksi belum dapat diketahui dengan baik, sehingga perlu
dilakukan dalam penelitian ini. Dalam program hibridisasi, perlu diketahui keragaman genetik, nilai duga
heritabilitas dan kekerabatan diantara genotipe dari populasi tetua yang akan digunakan. Informasi tersebut sangat diperlukan untuk kegiatan pengelolaan dan
pemanfaatan genotipe-genotipe mawar untuk mengarahkan program pemuliaan selanjutnya. Dengan diketahuinya hubungan kekerabatan maka akan dapat
diidentifikasi genotipe-genotipe calon tetua persilangan yang potensial dan dapat mencegah penggunaan tetua-tetua yang berkerabat dekat dalam persilangan.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan hibrida mawar hasil persilangan tunggal single cross dan memperoleh calon tetua untuk persilangan
ganda double cross berdasarkan jarak genetik. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang keragaman genetik, heritabilitas dalam arti
luas, korelasi antar karakter, sidik lintas dan indeks seleksi untuk mendapatkan mawar yang berkualitas berdasarkan sejumlah karakter kualitas bunga serta
menduga jarak genetik genotipe-genotipe mawar hasil persilangan tunggal.
1.3. Kerangka Pemikiran
Pemuliaan tanaman merupakan usaha untuk mengidentifikasi variasi dari karakter-karakter yang dapat diturunkan dan dapat dimanfaatkan bagi
pengembangan tanaman budidaya dengan memadukan gen -gen karakter-karakter tersebut ke dalam satu genotipe Poehlman 1979. Pemuliaan tanaman mawar
4 bertujuan untuk meningkatkan potensi hasil secara genetik seh ingga diperoleh
genotipe-genotipe unggul yang lebih baik dibandingkan kultivar-kultivar yang telah ada. Disamping itu pemuliaan mawar diarahkankan untuk memenuhi
permintaan konsumen dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada bunga impor, yaitu melalui perluasan keragaman, terutama warna bunga dan perbaikan
kualitas bunga. Pada penelitian ini dievaluasi 30 genotipe yang berbeda yang berasal dari
persilangan tetua yang berbeda pula. Menurut Poehlman dan Sleper 1995, suatu populasi yang terdiri dari bermacam -macam genotipe jika ditumbuhkan pada
lingkungan yang sama, maka fenotipik karakter-karakter seperti daya hasil, karakter pertumbuhan dan kualitas hasilnya akan bervariasi sebab penampilan
fenotipik suatu karakter tergantung pada faktor genotipe dan lingkungan tumbuhnya.
Untuk memperoleh informasi secara umum tentang genotipe-genotipe yang diuji melalui karakter fenotipe, maka salah satunya adalah melakukan
analisis genetik dengan menduga beberapa parameter genetik, diantaranya adalah pendugaan keragaman genotipe dan fenotipe, heritabilitas, korelasi antar karakter,
sidik lintas serta indeks seleksi. Adanya keragaman satu karakter pada suatu populasi berarti terdapat suatu
keragaman dalam populasi tersebut. Keragaman yang luas pada karakter-karakter yang diamati merupakan syarat utama dalam keberhasilan program seleksi.
Keragaman yang luas juga akan mempermudah diperolehnya varians dari suatu karakter yang diinginkan. Dengan demikian suatu karakter pada populasi yang
memiliki keragaman genetik yang luas akan memberikan harapan yang besar bahwa pekerjaan seleksi terhadap karakter yang diinginkan dapat berhasil dengan
baik, sebaliknya keragaman genetik yang sempit berarti populasi tersebut homogen sehingga program perbaikan tanaman dengan cara seleksi hasilnya
kurang efektif Falconer 1981, oleh karena itu keragaman menjadi perhatian utama dalam pemuliaan tamanan.
Seleksi terhadap suatu karakter yang mempunyai keragaman luas akan lebih efisien jika kerakter tersebut mempunyai nilai duga heritab ilias yang tinggi.
5 Seleksi akan efektif untuk suatu karakter dengan heritabilitas yang tinggi dan
relatif tidak efektif pada karakter dengan heritabilitas yang rendah Fehr 1987. Menurut Knight 1979, seleksi dapat dilakukan pada generasi awal
apabila karakter yang akan diseleksi mempuyai nilai duga heritabilias yang tinggi, dan apabila nilai duga heritabilitas rendah, seleksi dilakukan pada generasi lanjut
akan lebih efektif. Hasil merupakan tujuan akhir dari suatu seleksi. Dalam pekerjaan seleksi,
mengetahui hubungan suatu karakter dengan karakter lain sangat penting. Apabila terdapat korelasi antara karakter penduga dengan karakter yang dituju
maka seleksi akan lebih efektif Poespodarsono 1988. Pengetahuan tentang korelasi antar karakter dibutuhkan untuk menduga hasil yang mungkin bisa
dicapai dan dapat dijadikan dasar penyusunan program seleksi yang lebih efisien. Disamping itu, pengetahuan korelasi antar karakter sangat penting, karena untuk
memilih suatu bahan tanaman unggul diperlukan seleksi dua atau tiga sifat secara bersama-sama. Bila diketahui ada korelasi yang erat antar karakter maka
pemilihan sifat tertentu, secara tidak langsung telah memilih sifat lain yang diperlukan dalam usaha memperoleh bahan tanaman unggul Astika 1991.
Analisis korelasi sederhana belum cukup untuk menjelaskan hubungan dimana peubah tidak bebas dipengaruhi oleh sejumlah peubah bebas Steel dan
Toorie 1995. S idik lintas lebih dapat memberikan gambaran yang sebenarnya daripada menggunakan korelasi genetik. Penggunaan analisis lintas juga
merupakan penjabaran dari korelasi genetik antara komponen hasil terhadap hasil menjadi dua konponen yaitu pengaruh langsung dan tidak langsung.
Genotipe unggul mawar potong harus mempunyai beberapa karakter kualitas secara bersama-sama oleh karena itu harus dilakukan seleksi secara
simultan terhadap karakter -karakter tersebut, sehingga perbaikan suatu kultivar secara bersama-sama dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan indeks
seleksi yang didasarkan pada suatu skor. Menurut Hasnam et al. 1970, penggunaan indeks seleksi berdasarkan
pengukuran terhadap beberapa karakter dapat efektif menambah peluang terseleksinya genotipe unggul dibandingkan dengan seleksi langsung
berdasarkaan satu karakter, karena beberapa karakter dapat diseleksi secara
6 simultan. Sementara itu menurut Kauffmann dan Dubley 1979, indeks seleksi
dapat digunakan untuk meningkatkan seleksi genotipe terbaik berdasarkan satu atau banyak karakter jika karakter tersebut berkorelasi dan mempunyai nilai
heritabilitas yang tinggi. Indeks seleksi dapat disusun berdasarkan nilai ekonomis nisbi dan nilai
duga heritabilitas Hallauer et. al. 1982. Disamping itu, dapat dikembangkan berdasarkan nilai pengaruh langsung yang diperoleh dari analisis sidik lintas
terhadap hasil. Dengan menggunakan ke empat pembobot tersebut diharapkan dapat diperoleh genotipe-genotipe mawar yang berkualitas baik.
Nilai ekonomi nisbi suatu tanaman ditentukan oleh beberapa karakter yang mungkin penting atau kurang penting, sehingga harus dipertimbangkan beberapa
karakter dalam memutuskan individu-individu yang memiliki nilai terbaik untuk seleksi Subandi et al. 1973. Pada penelitian ini, karakter-karakter yang akan
diberi nilai ekonomis nisbi adalah panjang tangkai bunga, diam eter kuncup, diameter bunga mekar, lama kesegaran bunga, dan jumlah bunga per tanaman.
Sedangkan karakter warna bunga akan disusun berdasarkan peringkat kecerahan warna bunga.
Genotipe-genotipe yang digunakan dalam penelitian berasal dari persilangan antar genotipe yang berbeda sehingga masing-masing mempunyai
penampilan fenotipe yang relatif berbeda. Oleh kerena itu seleksi diperlukan untuk memilih tetua persilangan dalam rangka membentuk hibrida double cross
dan memilih genotipe unggul baru yang siap dilepas. Berdasarkan keragaman karakter dari genotipe-genotipe yang diuji,
hubungan kekerabatan antar individu atau populasi dapat diukur berdasarkan kemiripan dari sejumlah karakter. Dengan asumsi karakter-karakter yang berbeda
tersebut menggambarkan perbedaan susunan genetiknya, sehingga akan dapat ditentukan bagaimana hubungan diantara genotipe yang diamati berdasarkan
tingkat kemiripan dan ketidakmiripannya melalui prosedur pengelompokan atau clustering Dunn dan Everitt 1982.
Sejumlah karakter fenotip ik yang diamati dapat dijadikan sarana untuk menduga jarak genetik antara genotipe-genotipe yang diamati. Seberapa jauh
jarak genetik antar tetua-tetua yang akan digunakan dalam persilangan sangat
7 menentukan keberhasilan program pemuliaan. Semakin jauh jarak genetik
menunjukkan semakin rendah tingkat kemiripan genetik antar genotipe, sehingga semakin jauh jarak genetik dari tetua-tetua yang akan disilangkan, maka peluang
untuk mendapatkan keturunan yang lebih unggul semakin besar Enny et al. 1993. Disamping itu, jarak genetik merupakan pelengkap informasi kombinasi
tetua yang akan digunakan dalam hibridisasi dengan mempertimbangkan penampilan tetua.
1.4. Bagan Alur Penelitian