3.4 Analisis Data
Analisis data biologis dilakukan dalam 3 tahapan yaitu menggunakan tabel frekuensi ukuran, analisis regresi untuk hubungan panjang berat, analisis
pertumbuhan menggunakan von Bertalanffy dan Lm menggunakan kurva sigmoid antara nilai tengah kelas dengan proporsi ikan cakalang contoh yang
mature. Untuk kajian upaya penangkapan dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu standarisasi upaya penangkapan, menghitung CPUE catch per unit effort dan
menghitung MSY dan Fopt menggunakan model surplus produksi dari Schaefer. Kajian oseanografi dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu: 1 menghitung sebaran
suhu permukaan laut dan klorofil-a menggunakan beberapa parameter statistik; 2 mendeskripsikan pola sebaran ikan hubungannya dengan suhu permukaan
laut dan klorofil-a; dan 3 menghitung keeratan hubungan produksi ikan dengan suhu permukaan laut dan klorofil-a menggunakan parsial korelasi.
Analisis data dilakukan pada masing-masing zona agar pola perubahan dapat diketahui sesuai dengan kondisi ekologi setiap zona. Analisis data yang
rinci diuraikan pada setiap bab kajian.
4 KONDISI PERIKANAN TANGKAP CAKALANG
DI KAWASAN TELUK BONE
4.1 Pendahuluan
Salah satu perairan yang sumber ikannya perlu dikelola secara optimum adalah perairan teluk. Teluk adalah laut yang menjorok ke daratan. Indonesia
sebagai negara yang memiliki 17.504 pulau tentunya mempunyai banyak teluk dan yang baru dapat diidentifikasi 631 teluk. Salah satu teluk yang dipilih dalam
penelitian ini adalah Teluk Bone. Teluk ini masuk dalam WPPI 713 yaitu wilayah pengelolaan Selat Makassar, Laut Flores dan Laut Bali.
Ekosistem Teluk Bone merupakan ekosistem yang mempunyai kekhasan tersendiri. Perairannya semi tertutup dibandingkan dengan perairan Selat
Makassar dan Laut Flores karena secara geografis terletak di sebelah Timur daratan Sulawesi Selatan dan di sebelah Barat daratan Sulawesi Tenggara.
Wilayah Teluk Bone memiliki luas sekitar 31.837,077 km
2
dengan panjang garis pantai 1.126,84 km memiliki potensi sumberdaya perikanan yang
cukup besar, khususnya perikanan cakalang karena 59 13,616 ton produksi ikan cakalang Sulawesi Selatan berasal dari kawasan Teluk Bone Dinas
Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan 2006. Di sekitar wilayah tersebut terdapat 9 sembilan kabupaten yaitu 7 kabupaten di wilayah Sulawesi Selatan
serta 2 dua kabupaten di wilayah Sulawesi Tenggara yang merupakan satu kesatuan kawasan pengelolaan perikanan Teluk Bone.
Perikanan tangkap di kawasan Teluk Bone merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan memanfaatkan sumberdaya ikan yang mempunyai nilai
ekonomi dengan menggunakan teknologi, baik yang sederhana maupun yang lebih modern. Oleh karena itu perikanan tangkap di kawasan Teluk Bone adalah
suatu proses produksi yang memiliki nilai ekonomi yang melibatkan berbagai komponen yang saling berinteraksi, di mana komponen utama adalah manusia
nelayan, kapal, alat tangkap, dan ketersediaan ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan.
Interaksi komponen
utama dalam
perikanan tangkap
menyebabkan adanya perbedaan karakteristik perikanan tangkap di suatu wilayah perairan.
Perikanan cakalang sangat potensil untuk dikembangkan karena selain nilainya yang cukup tinggi, juga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup
banyak. Sumberdaya cakalang di Teluk Bone mempunyai kesamaan sifat dalam hal daerah penangkapan, area bermain dengan sumberdaya tuna khususnya
dari jenis madidihang yellowfin tuna. Pemanfaatan cakalang yang dilakukan
selama ini menggunakan berbagai jenis upaya penangkapan ikan dengan karakteristik dan deskripsi yang berbeda-beda.
Karakteristik perikanan cakalang di Teluk Bone akan dideskripsikan melalui kegiatan usaha penangkapan dan tingkat pemanfaaatan sumberdaya
perikanan cakalang.
4.2 Tujuan Spesifik