Gambar  9  Pendekatan untuk memperoleh MSY per zona dan MSY shared stock
.
4.4  Hasil Penelitian 4.4.1  Alat tangkap pole and line
Alat  tangkap  pole  and  line  adalah  alat  tangkap  yang  terdiri  atas  tangkai
atau  joran  pole,  tali  pancing  line  dan  mata  pancing  hook  Gambar  10.
Tangkai  pancing  terbuat  dari  bambu  yang  cukup  tua  berukuran  panjang  2  m, diameter  pangkal  3  cm  dan  ujungnya  berukuran  0,5  cm.    Tali  pancing  terbuat
dari  bahan  nylon  monofilament  berwarna  putihbening  berukuran  panjang  1,5-2 m  berdiameter    3  mm.    Ujung  bagian  atas  dihubungkan  dengan  lilitan  tali  dan
ujung  bagian  bawah  dihubungkan  dengan  tali  pancing  yang  terbuat  dari  bahan yang sama dengan tali pancing utama dan berukuran 15-20 cm.
Mata  pancing  yang  umum  digunakan  bernomor  8  dan  terbuat  dari  baja yang tidak berkait balik, pembungkus terbuat dari kulit dan diujung mata pancing
dipasang bulu ayam berwarna putih atau merah sebagai umpan buatan.
MSYsk shared stock
PZs PZt
PZu
Gambar  10  Joran, tali dan mata pancing yang dipakai oleh nelayan pole and line di kawasan Teluk Bone
Alat-alat  yang  digunakan  dalam  unit  penangkapan  pole  and  line  antara lain :
1.   Ember besar Digunakan untuk menampung umpan yang diambil dari bak umpan sebelum
dilemparkan  ke  laut.    Alat  ini    terbuat  dari  plastik  dan  mempunyai  ukuran diameter 50 hingga 60 cm.
2.    Alat  pembuang  umpan  dipakai  dengan  beberapa  tujuan  tergantung ukurannya,    yang  besar  berdiameter  40  cm  berfungsi  untuk  memindahkan
umpan hidup dari palkah umpan ke ember, sedangkan yang berukuran kecil diameter 25 cm dipakai untuk proses menebar umpan ke laut.
4.4.2  Kapal
Kapal  dalam  armada  penangkapan  pole  and  line  berfungsi  untuk mengangkut  nelayan  dan  alat  tangkap  dari  fishing  base  ke  fishing  ground  serta
kembali  ke  fishing  base  atau  tempat  pendaratan  lainnya.    Selain  itu  kapal  juga berfungsi  membawa  hasil  tangkapan,  umpan  hidup  dan  mengejar  gerombolan
ikan. Kapal  pole  and  line  yang  digunakan  terbuat  dari  kayu  biti  dan  jati  dan
menggunakan  mesin  dalam  inboard  engine.    Motor  dalam  yang  digunakan
mempunyai  kekuatan  mesin  antara  74-220  HP  dengan  bahan  bakar  solar. Panjang kapal berukuran antara 15-22,5 m, lebar 3,5-5,20 m dan dalam 1,56-210
cm serta bertonage 15-30 GT. Kapal pole and line memiliki tempat pemancingan, palkah  ikan,  bak  umpan  hidup,  pipa  penyemprot, sayap  dan peralatan  navigasi.
Konstruksi kapal pole and line disajikan pada Gambar 11 dan 12. Tempat  pemancingan  flying  deck  pada  kapal  pole  and  line  terdapat
di bagian haluan kapal.  Daerah pemancingan ini berbentuk jajaran genjang dan dilengkapi tempat duduk pemancing dengan kapasitas 10 orang bagian depan, 2
orang pada sisi kanan dan sisi kiri. Palkah  ikan  berfungsi  selain  untuk  menyimpan  hasil  tangkapan  juga
berfungsi membawa perbekalan es balok selama operasi penangkapan.  Palkah ikan berukuran panjang 250 cm, lebar 150 cm dan tinggi 150 cm.  Jumlah palkah
ikan setiap kapal dua unit yang terletak di atas dek kapal bagian tengah. Bak umpan hidup sebanyak 2 unit, dengan ukuran panjang 250 cm, lebar
135 cm dan tinggi 230 cm.  Pada setiap bak terdapat lubang dengan diameter 10 cm.    Sistem  sirkulasi  dalam  bak  umpan  diatur  dengan  menggunakan  belahan
bambu yang dimasukkan ke dalam salah satu lubang.
Gambar 11  Contoh konstruksi kapal pole and line di kawasan Teluk Bone.
Keterangan : A.
Anjungan                    F.  Palkah Ikan B.
Kamar Mesin             G.  Bak Umpan Hidup C.
Kamar Tidur               H.  Tempat Pemancingan D.
WC                               I.  Pele-pele E.
Dapur                          J.  Platform
Gambar 12  Kapal pole and line di kawasan Teluk Bone. Pipa  penyemprot  water  sprayer  berada  di  dekat  tempat  pemancingan.
Pipa-pipa yang digunakan diameter 1,5 cm terbuat dari besi disambung dengan slang plastik.  Air yang digunakan untuk menyemprot berasal dari air laut dengan
menggunakan  tenaga  mesin.  Sayap  platform  merupakan  tempat  yang dilebihkan  disekeliling  badan  kapal.    Daerah  ini  mempunyai  lebar  60  cm  yang
berfungsi sebagai tempat boy-boy melemparkan umpan.
4.4.3 Tenaga kerjanelayan
Nelayan pada umumnya hanyalah mengandalkan kemampuan fisik saja, sedangkan tingkat pendidikan bukan merupakan keharusan bagi nelayan namun
yang  lebih  penting  adalah  keterampilan  dan  semangat  kerja.  Pada  dasarnya jumlah tenaga kerjanelayan dalam pengoperasian kapal pole and line tergantung
ukuran  kapal  dan  teknologi  yang  digunakan.    Jumlah  nelayan      di  atas  kapal berjumlah 15-20 orang.  Pembagian kerjanya terdiri atas satu orang kapten kapal
nahkoda  sebagai  fishing  master  bertugas  dan  bertanggung    jawab  terhadap keberhasilan penangkapan dan keselamatan anak buah kapal selama pelayaran,
satu  orang  kepala  kamar  mesin  bertugas  menjaga  kestabilan  dan  kelancaran kerja  mesin,  satu  orang  boy-boy  penebar  umpan,  satu  orang  palolang  yang
mengambil umpan dari bak besar ke bak kecil dan pemancing. Pemancing  inti  harus  berpengalaman  dan  umumnya  berada  di  bagian
depan haluan kapal berjumlah 10 orang dengan posisi merapat dan sisanya dua orang pada bagian samping kiri dan dua orang pada bagian kanan.
4.4.4 Operasi dan daerah penangkapan
Sebelum  operasi  penangkapan  ikan  persiapan  yang  harus  dilakukan adalah persiapan sebelum kapal berangkat meliputi pengisisan bahan bakar, air
tawar, es, perbekalan makanan dan surat-surat kapal. Bahan  bakar  yang  digunakan  untuk  mesin  kapal  dan  generator  adalah
solar.    Dalam  satu  trip  satu  hari  operasi  penangkapan  membutuhkan  1  drum bahan bakar atau kurang lebih 200 liter.
Air tawar yang dibawa sepenuhnya digunakan untuk keperluan memasak dan  minum  selama  kapal  beroperasi.    Untuk  ransum  atau  perbekalan  makanan
meliputi  beras,  gula,  kopi,  teh,  mie  instan,  lauk  pauk  dan  lain-lain.    Hasil tangkapan  yang  diperoleh  agar  tidak  mudah  rusak  busuk  menggunakan  es
balok  dengan  berat  10  kgbalok.    Persiapan  terakhir  sebelum  berangkat  adalah surat-surat kapal seperti surai izin perikanan dan lain-lain.
Sesudah persiapan dilaksanakan kapal menuju daerah pencarian umpan. Kapal   meninggalkan    fishing  base   sekitar    pukul    20.00  Wita.  Kapal  bergerak
terus  menerus  sambil  mencari  umpan  hidup  dari  nelayan  bagan,  komunikasi antara  nelayan  pole  and  line  dan  nelayan  bagan  dilakukan  dengan
menggunakan alat komunikasi HP.   Setelah memperoleh informasi dari nelayan bagan,  maka  kapal  pole  and  line    menuju  ke  bagan.    Ikan  umpan  dipindahkan
dari bagan ke palkah kapal pole and line secara hati-hati agar ikan umpan tidak mengalami stres.  Untuk mendapatkan umpan hidup nelayan membeli dari bagan
yang dioperasikan sepanjang malam dengan menggunakan cahaya lampu.  Satu trip  penangkapan  umpan  yang  digunakan  berkisar  24-50  ember.    Tiap  palkah
berkapasitas sekitar 50 ember umpan setiap ember kira-kira setara dengan 2 kg umpan.    Adapun  fungsi  dari  palkah  umpan  hidup  ini  adalah  untuk  menyimpan
umpan  hidup  agar  dapat  bertahan  hidup  sampai  operasi  penangkapan  selesai. Pada  bak  umpan  tersebut  terdapat  lubang  yang  berfungsi  sebagai  tempat
sirkulasi  air  sehingga  kualitas  air  tetap  terjamin.    Kekuatan  sirkulasi  air  perlu diatur  untuk  mencegah  umpan  terlalu  cepat  bergerak  dan  mati  sebagai  akibat
dari sirkulasi air yang terlalu cepat. Jika  umpan  tidak  mencukupi  dari  alat    bagan  atau  alat  bagan  tidak
beroperasi maka nelayan pole and line  mengambil umpan dari nelayan payang yang dalam bahasa daerah setempat disebut ’papanja’. Nelayan ’panja’ ini hanya
ditemukan  di  Kabupaten  Bone.  Daerah  penangkapan  untuk  umpan  hidup
umumnya adalah pada perairan teluk yang dangkal dan perairan yang terlindung dari gelombang dan arus kuat.  Ikan yang umumnya digunakan sebagai umpan
hidup  untuk  pole  and  line  adalah  jenis  teri  dari    genera  Stolephorus,  seperti Stolephorus  indicus
.    Jika  Stolephorus  tidak  tersedia    maka  nelayan  biasa menggunakan  jenis  umpan  yang  lain  seperti  ikan  layang   Decapterus  sp  yang
berukuran  kecil  atau  dari  jenis  tembang  sardinella  sp.      Pengambilan  umpan pada nelayan bagan dilakukan dengan sistem langganan, namun ada pula yang
dibeli secara langsung. Untuk  keberhasilan  penangkapan  dengan  pole  and  line,  ketersediaan
umpan hidup sangatlah penting, karena umpan hidup berfungsi sebagai atraktan untuk  menarik  kawanan  ikan  cakalang  mendekat  ke  kapal.  Penggunaan  jenis
umpan  ini  sangat  tergantung  dari  hasil  tangkapan  nelayan  bagan.      Sesudah jumlah  umpan  diperkirakan  mencukupi    kapal  pole  and  line  menuju  daerah
fishing ground .
Pemancingan  ikan  umumnya  dilakukan  pada  pagi  hingga  siang  hari, kadang  pula  dilakukan  pada  sore  hari  jika  persediaan  umpan  hidup  masih  ada.
Sebagian besar alat pole and line dioperasikan disekitar rumpon Gambar 13.
Gambar 13  Konstruksi rumpon sebagai alat untuk mengumpulkan  cakalang. Namun  ada  pula yang mencari lokasi penangkapan dengan melakukan
pengamatan  di  sekitar  perairan  tersebut.    Pengamatan  di  sekitar  perairan misalnya  dengan  melihat  kawanan  burung  laut  yang  beterbangan  di  atas
permukaan air  dan kawanan ikan lumba-lumba yang meloncat di permukaan air Gambar 14 dan 15.
Keterangan : 1.
Tanda Pengenal 2.
Rakit Bambu 3.
Pelepah kelapa 4.
Batu pemberat pelepah 5.
Anyaman rotan 6.
Batu pemberat pada rumpon
Gambar 14  Burung-burung yang beterbangan di atas permukaan laut.
Gambar 15   Kawanan lumba-lumba yang meloncat di atas permukaan laut.
Proses  kegiatan  penangkapan  cakalang  di  Teluk  Bone  dalam  satu  trip disajikan pada Gambar 16.
Mulai Persiapan operasi
penangkapan
Menuju Fishing ground bagan
Pelayaran
Kualitas, kuantitas
cukup
Pelayaran fishing ground cakalang
Tinggalkan fishing ground
Penanganan ikan
Pencatatan hasil tangkapan
Selesai
Persiapan umpan
Kegiatan memancing Layak
ya tidak
ya tidak
Tidak mancing
One day fishing
Gambar 16  Skema proses penangkapan cakalang dengan pole and line di kawasan Teluk Bone.
4.4.5  Kondisi oseanografi
Perairan  laut  kawasan  Teluk  Bone  merupakan  perairan  yang  semi tertutup  dibandingkan  dengan  perairan  Selat  Makassar  dan  Laut  Flores, karena
secara geografis terletak di sebelah Timur daratan Sulawesi Selatan dan sebelah Barat  daratan  Sulawesi  Tenggara.    Berdasarkan  letak  geografis  tersebut  maka
kondisi  kawasan  perairan  Teluk  Bone    relatif  berbeda  dengan  kondisi  perairan Selat  Makassar  dan  Laut  Flores.    Kondisi  oseanografi  kawasan  perairan  Teluk
Bone  yang  diperoleh  dari  Ocean  Color  Time-Series  Online  Visualization  hasil citra satelit MODIS-Terra yang dikeluarkan oleh NASA National Aeronautics and
Space  Administration untuk  data  SPL  dan  data  klorofil-a    menggunakan  citra
satelit MODIS Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer hasil citra satelit Aqua.  Data citra satelit yang digunakan telah dianalisis berdasarkan GES-DISC
Interactive Online  Visualization  and  Analysis  Infrastructure  GIOVANNI  dalam
kurun waktu 2 tahun 2006-2007.  Data salinitas diperoleh dari hasil pengukuran langsung in situ selama 6 bulan dengan menggunakan alat conductivity meter.
1  Suhu permukaan laut SPL
Untuk  melihat  hubungan  antara  SPL
citra
dan  SPL
insitu
dilakukan  analisis regresi.    Hasil  analisis  hubungan  SPL
citra
dan  SPL
insitu
pada  lokasi  penelitian Zona Utara Gambar 17 diperoleh model persamaan :
SPL
citra
= 12,875 + 0,5924 SPL
insitu
dengan  koefisien  korelasinya  r  0,63
.
Hasil  analisis  hubungan  SPL
citra
dan SPL
insitu
pada  lokasi  penelitian  Zona  Tengah  Gambar  17  diperoleh  model persamaan :
SPL
citra
= 6,1074 + 0,801 SPL
insitu
dengan  koefisien  korelasinya  r  0,70.    Hasil  analisis  hubungan  SPL
citra
dan SPL
insitu
pada  lokasi  penelitian  Zona  Selatan  Gambar  17  diperoleh  model persamaan :
SPL
citra
= 2,0574 + 0,9177 SPL
insitu
dengan koefisien korelasinya r 0,77.  Berdasarkan nilai koefisien korelasi r dari ketiga persamaan tersebut, terlihat ada korelasi antara data citra dan insitu,
terlihat ada hubungan satu sama lain.  Dengan kata lain citra MODIS yang digunakan baik untuk merepresentasikan kondisi SPL di lokasi penelitian.
Kisaran  rataan  SPL  bulanan  dalam  kurun  waktu  2  tahun  di  Zona  Utara adalah 28,8-31,7
C, Zona Tengah pada kisaran 27,9-31,5 C, Zona Selatan pada
kisaran  27,0-31,1 C.    Kecenderungan  perubahan  SPL  bulanan  dalam  kurun
waktu  2  tahun  di  setiap  zona  menunjukkan  SPL  cenderung  tinggi  pada  bulan Maret,  April,  Nopember    dan  Desember    di  Zona  Utara,  April  dan  Desember  di
Zona Tengah dan Zona Selatan Gambar 18 .
y = 0,592x + 12,87 R² = 0,401
30,40 30,80
31,20 31,60
32,00
30,00 30,40
30,80 31,20
31,60
S S
T cit
ra
SST Insitu Utara
y = 0,801x + 6,107 R² = 0,484
29,80 30,20
30,60 31,00
31,40
30,00 30,20
30,40 30,60
30,80 31,00
31,20
S S
T cit
ra
SST insitu Tengah
y = 0,917x + 2,057 R² = 0,589
28,80 29,20
29,60 30,00
30,40 30,80
31,20
29,60 30,00
30,40 30,80
31,20 31,60
S P
L cit
ra
SST insitu Selatan
Gambar 17  Hubungan antara : SPL
insitu
dan
SPL
citra
Utara, Tengah dan Selatan
SPL pada bulan Agustus dan September cenderung rendah di Zona Utara yang  juga  menunjukkan  perubahan  yang  sama  di    zona  lain.  Kisaran  rataan
terendah  SPL  di  Zona  Utara  adalah  28,8-28,9 C,  Zona  Tengah  pada  kisaran
27,9-28,2 C,  dan  Zona  Selatan  27-27,3
C.    Kisaran  rata-rata  SPL  bulanan tertinggi dalam kurun waktu 2 tahun di Zona Utara adalah 31,6 -31,7
C, di Zona Tengah  pada  kisaran  31,3-31,5
C,  dan  di  Zona  Selatan  pada  kisaran  30,8- 31,1
C.  SPL pada bulan Agustus 2007 terjadi perubahan  terendah dalam kurun waktu  2  tahun  di  semua  zona,  di  mana  Zona  Utara  mencapai  28,9
C  ,  Zona Tengah mencapai 28,0
C, dan Zona Selatan mencapai 27,3 C.
Gambar 18  Rataan SPL C di Zona Utara, Tengah dan Selatan
Pola  sebaran  SPL  secara  mendatar  pada  masing-masing  zona  pada musim  Barat  Desember  2006-Februari  2007  dapat  dilihat  pada  Gambar  19.
Dari  gambar  tersebut  terlihat  bahwa  SPL  di  Zona  Utara  berkisar  antara  31,7- 32
C, di Zona Tengah berkisar antara 30,2-31,8 C dan di Zona Selatan berkisar
antara  29,9-30,7 C.  Meskipun  pada  musim  yang  sama  namun  di  Zona  Utara
memiliki  sebaran  SPL  yang  besar    dibandingkan  pada  Zona  Tengah  dan  Zona Selatan.
Pola  sebaran  SPL  musim  Barat  dan  Timur  pada  Zona  Selatan  dapat dilihat  pada  Gambar  20.    Dari  gambar  tersebut  terlihat  bahwa  SPL  di  Zona
Selatan  pada  musim  Barat  berkisar  antara  29,9-30,7 C  dan  pada  musim  Timur
berkisar antara 27,8-28,6 C dan nilai sebaran SPL pada musim Barat  pada zona
yang sama Zona Selatan lebih tinggi dibandingkan pada musim Timur.
Gambar 19  Sebaran mendatar SPL pada musim Barat di Zona Utara,
Tengah dan Selatan
Utara
Tengah
Selatan
Gambar 20  Sebaran mendatar SPL pada musim Barat dan Timur di Zona Selatan
2 Salinitas
Kisaran  rataan  salinitas  insitu  bulanan  berfluktuatif  pada  setiap  zona selama  pengukuran.    Pada    Zona  Utara  kisaran  salinitas  adalah  32,4-33,8
o oo
, Zona  Tengah  kisaran  salinitas  adalah  32,6-33,9
o oo
,  dan  Zona  Selatan  kisaran salinitas  adalah  32,5-33,8
o oo
.    Kecenderungan  perubahan  salinitas  bulanan dalam  kurun  waktu  6  bulan  di  setiap  zona  menunjukkan  salinitas  cenderung
tinggi pada bulan Mei di Zona Utara, April di Zona Tengah dan bulan Maret dan Mei  di  Zona  Selatan  dan  salinitas  rendah  pada  bulan  Januari  di  Zona  Utara,
Februari di Zona Tengah dan Selatan Gambar 21 .
Musim Barat
Musim Timur
32,0 32,4
32,8 33,2
33,6 34,0
Jan Peb
Mar Apr
Mei Jun
S a
li n
it a
s 00
Bulan
Utara Tengah
Selatan
Gambar 21  Rataan salinitas
o oo
di Zona Utara, Tengah dan Selatan Pola  sebaran  mendatar  salinitas    di  Zona  Utara  pada  musim  Barat  dan
Tiimur dapat diihat pada Gambar 22.
Gambar 22  Sebaran mendatar salinitas pada musim Timur dan Barat di Zona  Utara
Musim Barat
Musim Timur
Berdasarkan  gambar  di  atas  terlihat  bahwa  nilai  salinitas  pada  musim Barat berkisar antara 31,7-33,1
o oo
dan pada musim Timur berkisar antara 32,4-
33,3
o oo
dan selanjutnya nilai salinitas yang rendah berada disekitar dekat pantai baik pada musim Barat maupun Timur.  Hal ini disebabkan karena pengaruh air
sungai yang bermuara disepanjang pantai Teluk Bone.
3 Klorofil-a
Kisaran rataan klorofil-a bulanan dalam kurun waktu 2 tahun di kawasan perairan Teluk Bone menunjukkan di Zona Utara pada kisaran 0,26-0,78 mgm
3
, Zona  Tengah  pada  kisaran  0,14-0,38    mgm
3
,  Zona  Selatan  0,17-0,31  mgm
3
Gambar 23.  Kecenderungan perubahan bulanan klorofil-a dalam kurun waktu 2 tahun menunjukkan di Zona Utara konsentrasi klorofil-a lebih tinggi dibandingkan
zona  lainnya,  walaupun  terdapat  kecenderungan  berbeda  secara  bulanan  di setiap  zona.    Kecenderungan  perubahan  rataan  bulanan  dalam  kurun  waktu  2
tahun   di Zona Utara relatif tidak berfluktuatif, kecuali pada bulan April. Kisaran  rataan  bulanan  klorofil-a  dengan  konsentrasi  yang  rendah  di
Zona Utara pada kisaran 0,26-0,28 mgm
3
, Zona Tengah pada kisaran 0,14-0,18 mgm
3
, Zona Selatan pada kisaran 0,18-0,20 mgm
3
.  Konsentrasi rataan klorofil- a tertinggi dalam kurun waktu 2 tahun di Zona Utara sebesar 0,78 mgm
3
di bulan April  2007.    Konsentrasi  rataan  tertinggi    dalam  kurun  waktu  2  tahun  di  Zona
Tengah 0,38 mgm
3
di bulan Juli 2007.  Konsentrasi rataan klorofil-a dalam kurun waktu 2 tahun    di Zona.Selatan sebesar 0,31 mgm
3
di bulan Oktober 2006.
Gambar 23  Rataan klorofil-a  mgm
3
di Zona Utara, Tengah dan Selatan
Pola sebaran klorofil-a secara mendatar pada masing-masing zona pada musim  Timur  Juni-Agustus  2007  dapat  dilihat  pada  Gambar  24.    Dari  gambar
tersebut terlihat bahwa klorofil-a di Zona Utara berkisar antara 0,3-3,1 mgm
3
, di Zona Tengah berkisar antara 0,2-1,0 mgm
3
dan di Zona Selatan berkisar antara 0,2-0,8 mg m
3
Gambar 24  Sebaran mendatar klorofil-a pada musim Timur di Zona Utara, Tengah dan Selatan
Pola sebaran klorofill-a musim Barat dan Timur pada Zona Selatan dapat dilihat  pada  Gambar  25.    Dari  gambar  tersebut  terlihat  bahwa  klorofil-a  di  Zona
Utara
Tengah
Selatan
Selatan  pada  musim  Barat  berkisar  antara  0,18-0,30  mgm
3
dan  pada  musim Timur    berkisar  antara  0,2-0,8  mgm
3
dan  nilai  sebaran  klorofil-a  pada  musim Barat    pada  zona  yang  sama  Zona  Selatan  lebih  tinggi  dibandingkan  pada
musim Timur
Gambar 25  Sebaran mendatar klorofil-a pada musim Timur dan Barat di Zona  Selatan
4.4.6  Perkembangan produksi
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa produksi  cakalang dihitung dari  proporsi  produksi  hasil    tangkapan  cakalang  dari  alat  pole  and  line,  purse
seine ,  jaring  insang  hanyut  dan  pancing  tonda  yang  dioperasikan  oleh  nelayan
pada  7  kabupatenkota  yang  berada  di  sepanjang  pesisir  kawasan  Teluk  Bone yaitu  :  Kabupaten  Luwu,  Kabupaten  Bone,  Kabupaten  Sinjai,  Kabupaten  Wajo,
Kabupaten  Luwu  Utara,  Kabupaten  Luwu  Timur  dan  Kota  Palopo.      Hasil perhitungan  produksi  ton  cakalang  dari  data  statistik  Dinas  Perikanan  dan
Kelautan  Sulawesi  Selatan  selama  tahun  1996-2006  yang  telah  diolah  pada Zona Utara, Zona Tengah dan Zona Selatan disajikan pada Tabel 5, 6 dan 7.
Musim Barat
Musim Timur
Tabel 5  Produksi ton cakalang dari 4 jenis alat tangkap di Zona Utara dalam kawasan  Teluk Bone
Tahun Jenis alat tangkap
Pole and line Purse seine
Jaring insang hanyut
Pancing tonda 1996
950,2 106,3
324,8 35,5
1997 882,5
98,2 519,4
34,2 1998
726,4 98,5
505,0 10,6
1999 882,9
86.0 468,7
77,6 2000
613,7 101,3
574,7 58,1
2001 712,0
121,1 311,4
61,8 2002
901,0 95,0
287,0 28,0
2003 1.050,9
142,0 429,0
36,0 2004
813,3 96,0
395,0 31,0
2005 572,0
69,8 264,4
86,4 2006
679,0 76,3
204,1 166,0
Total 8.783,9
1.090,5 4.283,5
625,2 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Sul-Sel 1996-2006  yang sudah diolah
Tabel   6  Produksi ton cakalang dari 3 jenis alat tangkap di Zona Tengah dalam kawasan  Teluk Bone
Tahun Jenis alat tangkap
Pole and line Jaring insang hanyut
Pancing tonda 1996
4.883,10 3.188,96
1.893,45 1997
2.734,98 1.786,11
1.060,50 1998
3.342,39 2.182,78
1.296,03 1999
3.829,94 2.501,18
1.485,08 2000
3.971,74 2.593,79
1.540,06 2001
4.211,11 2.750,11
1.632,88 2002
4.407,16 2.878,14
1.708,90 2003
4.408,19 2.878,82
1.709,30 2004
4.416,37 2.884,16
1.712,47 2005
4.417,74 2.885,06
1.713,00 2006
4.506,09 2.942,75
1.747,26 Total
45.128,80 29.471,87
17.498,92 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Sul-Sel 1996-2006 yang sudah diolah
Tabel   7   Produksi ton cakalang dari 4 jenis alat tangkap di Zona  Selatan dalam kawasan  Teluk Bone
Tahun Jenis alat tangkap
Pole and line Purse seine
Jaring insang hanyut
Pancing tonda 1996
1.038,3 540,0
1.502,0 158,0
1997 914,1
261,0 1.116,0
323,0 1998
1.022,4 452,0
952,4 215,0
1999 1.660,0
762,0 1.240,0
98,0 2000
1.145,7 395,0
1.115,0 582,0
2001 1.615,3
126,1 1.275,5
98,5 2002
1.561,7 255,0
950,0 395,0
2003 864,9
665,0 952,0
303,0 2004
1.509,1 972,0
702,0 1.365,1
2005 1.440,7
1.199,8 880,0
929,7 2006
2.128,3 847,9
972,0 589,0
Total 14.900,5
6.475,8 11.656,9
5.056,3 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Sul-Sel 1996-2006  yang sudah diolah
Berdasarkan  tabel  tersebut  di  atas  pada  Zona  Utara  produksi  tertinggi pole  and  line
dicapai  pada  tahun  2003  sebesar  1.050,9  ton  dan  terendah  pada tahun  2000  sebesar  613,7  ton.    Produksi  tertinggi  alat  tangkap  purse  seine
dicapai  pada  tahun  2003  sebesar  142  ton  dan  terendah  pada  tahun  2005 sebesar  69,8  ton.    Produksi  tertinggi  jaring  insang  hanyut    dicapai  pada  tahun
2000  sebesar  574,7  ton  dan  terendah  pada  tahun  2006  sebesar  204,1  ton. Selanjutnya produksi tertinggi pancing tonda dicapai pada tahun 2006 sebanyak
166  ton  dan  terendah  dicapai  pada  tahun  1998  sebanyak  10,6  ton.    Produksi total  tertinggi  dihasilkan  oleh  alat  pole  and  line  sebanyak  8.783,9  ton  dan  yang
terendah  dihasilkan  oleh  alat  pancing  tonda  sebanyak  625,2 ton.      Selanjutnya pada  Zona  Tengah  produksi  tertinggi  pole  and  line  dicapai  pada  tahun  1996
sebesar  4,883,10  ton  dan  terendah  pada  tahun  1998  sebesar  3.342,39  ton. Produksi  tertinggi  jaring  insang  hanyut    dicapai  pada  tahun  1996  sebesar
3.188,96 ton dan terendah pada tahun 1997 sebesar 1.786,11 ton.  Selanjutnya produksi tertinggi pancing tonda dicapai pada tahun 1996 sebanyak 1.893,45 ton
dan  terendah  dicapai  pada  tahun  1997  sebanyak  1060,50  ton.    Produksi    total tertinggi  dihasilkan  oleh  alat  pole  and  line  sebanyak  45.128,8  ton  dan  yang
terendah  dihasilkan  oleh  alat  pancing  tonda  sebanyak  17.498,92  ton. Sedangkan  pada  Zona  Selatan  produksi  tertinggi  pole  and  line  dicapai  pada
tahun  2006  sebesar  2.128,3  ton  dan  terendah  pada  tahun  1997  sebesar  914,1 ton.    Produksi  tertinggi  alat  tangkap  purse  seine  dicapai  pada  tahun  2005
sebesar 1.199,8 ton dan terendah pada tahun 2001 sebesar 126,1 ton.  Produksi tertinggi  jaring  insang  hanyut    dicapai  pada  tahun  1996  sebesar  1.502  ton  dan
terendah  pada  tahun  2002  sebesar  950  ton.    Selanjutnya  produksi  tertinggi pancing  tonda  dicapai  pada  tahun  2004  sebanyak  1.365,1  ton  dan  terendah
dicapai  pada  tahun  1996  sebanyak  158 ton.   Produksi   total tertinggi  dihasilkan oleh alat pole and line sebanyak 14.900,5 ton dan yang terendah dihasilkan oleh
alat pancing tonda sebanyak 5.056,3 ton.     Besarnya upaya penangkapan untuk mengeksploitasi  sumberdaya  perikanan  cakalang  pada  Zona  Utara,  Zona
Tengah dan Zona Selatan disajikan pada tabel 8, 9 dan 10. Tabel  8  Upaya penangkapan ikan trip dari
armada penangkapan ikan yang mengoperasikan
4 jenis alat tangkap untuk menangkap  cakalang di Zona Utara dalam kawasan Teluk Bone
Tahun Jenis alat tangkap
Pole and line Purse seine
Jaring insang hanyut
Pancing tonda 1996
1.031 156
319 217
1997 1.728
110 422
234 1998
1.530 125
220 267
1999 1.494
98 430
112 2000
1.234 122
501 311
2001 1.404
135 282
275 2002
307 107
229 106
2003 1.758
149 301
128 2004
696 129
268 80
2005 525
107 180
246 2006
2.076 110
164 404
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Sul-Sel 1996-2006 yang sudah diolah
Tabel  9  Upaya penangkapan ikan trip dari
armada penangkapan ikan yang mengoperasikan
3 jenis alat tangkap untuk menangkap  cakalang di Zona Tengah dalam kawasan Teluk Bone
Tahun Jenis alat tangkap
Pole and line Jaring insang
hanyut Pancing tonda
1996 12.336
6.877 5.459
1997 11.668
4.659 9.820
1998 15.562
3.207 12.355
1999 12.561
2.834 1.728
2000 13.458
997 740
2001 22.288
899 1.551
2002 25.032
1.308 884
2003 10.651
3.555 7.095
2004 12.038
2.651 4.427
2005 17.961
2.482 878
2006 12.193
3.360 1.595
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Sul-Sel 1996-2006 yang sudah diolah Tabel 10  Upaya penangkapan ikan trip dari
armada penangkapan ikan yang mengoperasikan
4 jenis alat tangkap untuk menangkap  cakalang di Zona Selatan dalam kawasan Teluk Bone
Tahun Jenis alat tangkap
Pole and line Purse seine
Jaring insang hanyut
Pancing tonda 1996
2.672 825
870 1.618
1997 2.752
1.808 824
1.052 1998
2.118 1.345
724 821
1999 3.254
1.256 837
822 2000
2.516 2.187
572 1.354
2001 2.458
1.516 545
724 2002
2.563 1.738
430 675
2003 2.378
2.128 520
876 2004
5.100 2.356
658 381
2005 4.424
2.923 510
1.941 2006
3.666 1.461
736 1.689
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Sul-Sel 1996-2006 yang sudah diolah Untuk  menyeragamkan  besarnya  nilai  upaya  penangkapan  dilakukan
standarisasi  upaya  penangkapan  yaitu  dengan  mengalikan  nilai  fishing  power index  FPI  dengan  upaya  penangkapan  trip.    Alat  yang  dijadikan  standar
adalah  jaring  insang  hanyut  karena  nilai  CPUE  dari  alat  tersebut  memiliki  nilai yang  terbesar  dibanding  alat  tangkap  lainnya,  sehingga  nilai  FPI  jaring  insang
hanyut  adalah  1.  Hasil  perhitungan  nilai  upaya  penangkapan  standar  pada masing-masing zona yaitu Zona Utara, Tengah dan Selatan disajikan pada Tabel
11, 12 dan 13. Tabel 11  Upaya penangkapan standar trip dari
armada penangkapan ikan yang mengoperasikan
alat tangkap untuk menangkap  cakalang di Zona Utara dalam kawasan Teluk Bone
.Tahun Jenis alat tangkap
Jumlah upaya
standar Pole and
line Purse
seine Jaring
insang hanyut
Pancing tonda
1996 933
104 319
35 1.392
1997 717
80 422
28 1.247
1998 316
43 220
5 584
1999 810
79 430
71 1.390
2000 535
88 501
51 1.175
2001 645
110 282
56 1.092
2002 719
76 229
22 1.046
2003 737
100 301
25 1.163
2004 552
65 268
21 906
2005 389
48 180
59 676
2006 546
61 164
133 904
Tabel 12  Upaya penangkapan standar trip dari
armada penangkapan ikan yang mengoperasikan
alat tangkap untuk menangkap  cakalang di Zona Tengah dalam kawasan Teluk Bone
Tahun Jenis alat tangkap
Jumlah upaya
standar Pole and line
Jaring insang hanyut
Pancing tonda 1996
10.530 6.877
4.058 21.491
1997 7.134
4.659 2.766
14.559 1998
4.911 3.207
1.904 10.022
1999 4.340
2.834 1.683
8.856 2000
1.527 997
592 3.116
2001 1.377
899 534
2.809 2002
2.003 1.308
777 4.088
2003 5.444
3.555 2.111
11.109 2004
4.059 2.651
1.574 8.284
2005 3.801
2.482 1.474
7.756 2006
5.145 3.360
1.995 10.500
Tabel 13  Upaya penangkapan standar trip dari
armada penangkapan ikan yang mengoperasikan
alat tangkap untuk menangkap  cakalang di Zona Selatan  dalam kawasan Teluk Bone
Tahun Jenis alat tangkap
Jumlah upaya
standar Pole and
line Purse
seine Jaring
insang hanyut
Pancing tonda
1996 601
313 870
92 1.876
1997 675
193 824
238 1.930
1998 777
344 724
163 2.008
1999 1.121
514 837
66 2.538
2000 588
203 572
299 1.661
2001 690
54 545
42 1.331
2002 707
115 430
179 1.431
2003 472
363 520
166 1.521
2004 1.415
911 658
1.280 4.263
2005 835
695 510
539 2.579
2006 1.612
642 736
446 3.436
Hasil  tangkapan  per  trip  CPUE  pada  masing-masing  zona  mengalami fluktuatif.    Untuk  perairan  pada  Zona  Utara    CPUE  terendah  diperoleh  pada
tahun  1996  sebesar  1.018  tontrip.    Namun  dalam  kurun  waktu  2004 –  2006
nilai CPUE mengalami penurunan dari 1,474 tontrip menjadi 1,245 tontrip, dan tidak  ada  peningkatan  jumlah  trip.      Untuk  perairan  pada  Zona  Tengah,    CPUE
terendah diperoleh pada tahun 1997 sebesar 0.383 tontrip.  Namun dalam kurun waktu   2001-2006 nilai CPUE mengalami penurunan dari 3,059 tontrip menjadi
0,876 tontrip, meskipun terjadi  peningkatan jumlah trip.  Sedangkan pada Zona Selatan    CPUE  terendah  diperoleh  pada  tahun  2004  sebesar  1.067  tontrip.
Namun  dalam kurun  waktu  2001 – 2006 nilai CPUE mengalami penurunan dari
2,040  tontrip  menjadi  1,320  tontrip,  meskipun  terjadi  peningkatan    jumlah  trip Tabel 14, 15 dan 16.
Tabel 14
Nilai CPUE tontrip setiap perikanan cakalang di Zona Utara dalam kawasan Teluk Bone
Tahun Total Produksi
ton Total Upaya
trip CPUE
tontrip 1996
1.416,8 1.392
1,018 1997
1.534,3 1.247
1,231 1998
1.340,5 584
2,295 1999
1.515,2 1.390
1,090 2000
1.347,8 1.175
1,147 2001
1.206,3 1.092
1,104 2002
1.311,0 1.046
1,253 2003
1.357,9 1.163
1,167 2004
1.335,3 906
1,474 2005
992,6 676
1,469 2006
1.125,4 904
1,245 Tabel  15
Nilai CPUE tontrip setiap perikanan cakalang di Zona Tengah dalam kawasan Teluk Bone
Tahun Total Produksi
ton Total Upaya
trip CPUE
tontrip 1996
9.965,5 21.962
0,464 1997
5.581,6 14.559
0,383 1998
6.821,2 10.022
0,681 1999
7.816,2 8.856
0,883 2000
8.105,6 3.116
2,602 2001
8.594,1 2.809
3,059 2002
8.994,2 4.088
2,200 2003
8.996,3 11.109
0,810 2004
9.013,0 8.284
1,088 2005
9.015,8 7.756
1,162 2006
9.196,1 10.500
0,876
Tabel 16
Nilai CPUE tontrip setiap perikanan cakalang di Zona Selatan dalam kawasan Teluk Bone
Tahun Total Produksi
ton Total Upaya
trip CPUE
tontrip 1996
2.738,3 1.876
1,460 1997
2.614,1 1.930
1,354 1998
2.641,8 2.008
1,315 1999
3.460,0 2.538
1,363 2000
3.037,7 1.661
1,829 2001
2.715,4 1.331
2,040 2002
2.661,7 1.431
1,860 2003
2.664,9 1.521
1,752 2004
4.548,2 4.263
1,067 2005
4.450,2 2.579
1,725 2006
4.537,2 3.436
1,320 Berdasarkan hasil ANOVA Lampiran 1 untuk Zona Utara diperoleh nilai
Fhitung  =  7,44    P0,05,    maka  hal  ini  menunjukkan  adanya  pengaruh  antara jumlah upaya trip terhadap produksi dan keduanya mempunyai hubungan linier.
Nilai koefesien regresi b =  0,405 sedangkan nilai konstanta a = 890,3, koefisien korelasi  r  =  0,67,sehingga  model  persamaan  regresinya  adalah  y  =  890,3  +
0,405  x    Gambar  26.    Nilai  r  positif  artinya  bahwa  peningkatan  upaya meningkatkan  pula  produksi  ton,  namun  pertambahan  produksi  per  unit  alat
semakin  menurun,  hal  ini  terlihat  dari  nilai  hasil  regresi  antara  CPUE  dengan upaya penangkapan trip.
Gambar  26  Garis regresi linier jumlah upaya trip terhadap produksi ton di Zona Utara dalam kawasan Teluk Bone.
Selanjutnya  berdasarkan  hasil  ANOVA  Lampiran  2  untuk  Zona  Utara diperoleh  nilai    Fhitung  =  18,19  P0,05,    maka  hal  ini  menunjukkan  adanya
pengaruh  antara jumlah upaya  trip  terhadap  CPUE  dan keduanya  mempunyai hubungan linier.  Nilai koefesien regresi b =
– 0,0011 sedangkan nilai konstanta a  =  2,47,  koefisien  korelasi  r  =  0,82,sehingga  model  persamaan  regresinya
adalah  CPUE  =  2,47 –  0,0011  upaya  Gambar  27.    Dari  persamaan  di  atas
menunjukkan  bahwa  terjadi  kecenderungan  produktivitas  alat  tangkap  menurun dengan penambahan upaya trip.
96 97
98
99 00
01 02
1163 04
05 06
y = 2,47- 0,0011x
R
²
= 0,67
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
500 1000
1500
C P
U E
Upaya trip
Gambar  27  Garis regresi linier jumlah upaya trip terhadap CPUE  di Zona Utara dalam kawasan Teluk Bone.
Berdasarkan  Gambar  27  menunjukkan  bahwa  korelasi  negatif  antara
upaya  dan  CPUE  menunjukkan    bahwa    semakin  tinggi  upaya  semakin  rendah nilai  CPUE.    Korelasi  negatif  antara  upaya  dan  CPUE  mengindikasikan  bahwa
produktivitas alat tangkap akan menurun bila upaya ditambah.  Hubungan antara upaya  dan CPUE berbentuk linier R
2
=0,67. Berdasarkan  hasil  ANOVA  Lampiran  3  untuk  Zona  Tengah  diperoleh
nilai    Fhitung  =  0,003    P0,05,    maka  hal  ini  menunjukkan  tidak  adanya pengaruh antara jumlah upaya trip terhadap produksi.  Nilai koefesien regresi b
=    0,004  sedangkan  nilai  konstanta  a  =  8330,8,  koefisien  korelasi  r  = 0,02,sehingga  model  persamaan  regresinya  adalah  y  =  8330,8  +  0,004  x
Gambar 28.
95
97 99
99 00
01 02
03 04
05 06
2000 4000
6000 8000
10000
5000 10000
15000 20000
25000
Pr o
d u
k s
i t o
n
Upaya trip
y = 8330,8 + 0,004x
R
2
= 0,0004
Gambar  28  Garis regresi linier jumlah upaya trip terhadap produksi ton di Zona Tengah dalam kawasan Teluk Bone.
Selanjutnya berdasarkan hasil ANOVA Lampiran 4 untuk Zona Tengah diperoleh  nilai    Fhitung  =  19,29  P0,05,    maka  hal  ini  menunjukkan  adanya
pengaruh  antara jumlah upaya  trip  terhadap  CPUE  dan keduanya  mempunyai hubungan linier.  Nilai koefesien regresi b =
– 0,00014 sedangkan nilai konstanta a  =  2,58,  koefisien  korelasi  r  =  0,83,sehingga  model  persamaan  regresinya
adalah  CPUE  =  2,58 –  0,00014  upaya  Gambar  29.    Dari  persamaan  di  atas
menunjukkan  bahwa  terjadi  kecenderungan  produktivitas  alat  tangkap  menurun dengan penambahan upaya trip.
97 98
99 00
01 02
03 04
05 06
y = 2,58 - 0,00014x R
²
= 0,68
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
3,00 3,50
5000 10000
15000 20000
C P
U E
Upaya trip
Gambar  29 Garis regresi linier jumlah upaya trip terhadap CPUE  di Zona Tengah dalam kawasan Teluk Bone
. Berdasarkan  gambar  29  menunjukkan  bahwa  korelasi  negatif  antara
upaya  dan  CPUE  menunjukkan    bahwa    semakin  tinggi  upaya  semakin  rendah nilai  CPUE.    Korelasi  negatif  antara  upaya  dan  CPUE  mengindikasikan  bahwa
produktivitas alat tangkap akan menurun bila upaya ditambah.  Hubungan antara upaya  dan CPUE berbentuk linier R
2
=0,68. Berdasarkan  hasil  ANOVA  Lampiran  5  untuk  Zona  Selatan  diperoleh
nilai    Fhitung  =  31,05    P0,05,    maka  hal  ini  menunjukkan  adanya  pengaruh antara  jumlah  upaya  trip  terhadap  produksi  dan  keduanya  mempunyai
hubungan linier.  Nilai koefesien regresi b =  0,799 sedangkan nilai konstanta a = 1493,47,  koefisien  korelasi  r  =  0,88,sehingga  model  persamaan  regresinya
adalah  y  =  1493,47  +  0,799  x    Gambar  30.    Nilai  r  positif  artinya  bahwa peningkatan  upaya  meningkatkan  pula  produksi  ton,  namun  pertambahan
produksi  per  unit  alat    semakin  menurun,  hal  ini  terlihat  dari  nilai  hasil  regresi antara CPUE dengan upaya penangkapan trip.
96 97
98 99
00 01
02 03
04 05
06
1000 2000
3000 4000
5000
1000 2000
3000 4000
5000
Pr o
d u
k s
i t o
n
Upaya trip
y = 1493, 97 + 0,799x
R
2
= 0,78
Gambar  30  Garis regresi linier jumlah upaya trip terhadap produksi ton di Zona   Selatan dalam kawasan Teluk Bone.
Selanjutnya berdasarkan hasil ANOVA Lampiran 6 untuk Zona Selatan diperoleh  nilai    Fhitung  =  18,19  P0,05,    maka  hal  ini  menunjukkan  adanya
pengaruh  antara jumlah upaya  trip  terhadap  CPUE  dan keduanya  mempunyai hubungan linier.  Nilai koefesien regresi b =
– 0,0003 sedangkan nilai konstanta a  =  2,12,  koefisien  korelasi  r  =  0,76,sehingga  model  persamaan  regresinya
adalah  CPUE  =  2,12 –  0,0003  upaya  Gambar  31.    Dari  persamaan  di  atas
menunjukkan  bahwa  terjadi  kecenderungan  produktivitas  alat  tangkap  menurun dengan penambahan upaya trip
96 97
98 99
00 01
02 03
04 05
06
y =  2.12  - 0.0003x R
2
= 0.58
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
1000 2000
3000 4000
5000
C PU
E
Upaya trip
Gambar  31   Garis Regresi Linier jumlah upaya trip terhadap CPUE di Zona Selatan dalam kawasan Teluk Bone
. Hasil  analisis  potensi  sumberdaya  cakalang  di  Zona  Utara  dengan
menggunakan  metode  Surplus  Produksi  dengan  analisis  model  Schaefer memperlihatkan  nilai  dugaan  potensi  maksimum  lestari  Maksimum  Sustainable
Yield perikanan  cakalang    sebanyak  1.386  tontahun  dengan  upaya
penangkapan optimum sebesar 1.123 trip  Gambar 32
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
250 500
750 1000 1250 1500 1750 2000 2250
H a
s il
t a
n g
k a
p a
n to
n
Upaya  tangkap  trip
MSY = 1.386 ton
Fopt = 1.123 trip Y = 2,47x - 0,0011x
2
Gambar  32  Nilai MSY dan Fopt
untuk stok cakalang Katsuwonus pelamis
di Zona Utara dalam kawasan Teluk Bone. Hasil  analisis  potensi  sumberdaya  cakalang  di  Zona  Tengah  dengan
menggunakan  metode  Surplus  Produksi  dengan  analisis  model  Schaefer memperlihatkan  nilai  dugaan  potensi  maksimum  lestari  Maksimum  Sustainable
96 97
98 99
00 01
02 03
04 05
06
Yield perikanan  cakalang    sebanyak  11.886  tontahun  dengan  upaya
penangkapan optimum sebesar  9.214 trip  Gambar 33.
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000
4000 8000
12000 16000
20000
H a
s il
ta n
g k
a p
a n
t o
n
Upaya Tangkap trip Fopt = 9.214 trip
MSY = 11.886 ton
Y = 2,58x - 0,00014x
2
Gambar 33  Nilai MSY dan Fopt
untuk stok cakalang Katsuwonus pelamis
di Zona Tengah dalam kawasan Teluk Bone .
Hasil  analisis  potensi  sumberdaya  cakalang  di  Zona  Selatan  dengan menggunakan  metode  Surplus  Produksi  dengan  analisis  model  Schaefer
memperlihatkan  nilai  dugaan  potensi  maksimum  lestari  Maksimum  Sustainable Yield
perikanan  cakalang    sebanyak  4.452  tontahun  dengan  upaya penangkapan optimum sebesar 4.220 trip  Gambar 34
96
97 98
99 00
01 02
03 04
05 06
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500
1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 H
a s
il T
a n
g k
a p
a n
to n
Upaya  Tangkap  trip
Fopt = 4.220 trip MSY = 4.452 ton
Y = 2,11x  - 0,003x
2
Gambar  34  Nilai MSY dan Fopt
untuk stok cakalang Katsuwonus pelamis
di Zona Selatan dalam kawasan Teluk Bone. Hasil  perhitungan  CPUE  cakalang  dalam  seluruh  kawasan  Teluk  Bone
disajikan Tabel 17. Tabel 17   Nilai CPUE tontrip
seluruh perikanan cakalang dalam seluruh kawasan  Teluk Bone
Tahun Total Produksi
ton Total Upaya
trip CPUE
tontrip 1996
14120,6 24758
0,570 1997
9739,0 17736
0,549 1998
10803,5 12614
0,856 1999
12791,4 12784
1,001 2000
12491,1 5952
2,099 2001
12515,8 5233
2,392 2002
12966,9 6565
1,975 2003
13019,1 13794
0,944 2004
14896,5 13453
1,107 2005
14458,6 11011
1,313 2006
14858,7 14840
1,001
Berdasarkan  hasil  ANOVA  Lampiran  7  untuk  seluruh  kawasan  Teluk Bone diperoleh nilai  Fhitung = 0,06  P0,05,  maka hal ini menunjukkan tidak
adanya pengaruh antara jumlah upaya trip.  Nilai koefesien regresi b =  0,023 sedangkan  nilai  konstanta  a  =  12674,56,  koefisien  korelasi  r  =  0,08,  sehingga
model persamaan regresinya adalah y = 12674,56 + 0,023 x  Gambar 35.
96
97 10803,5
99 00
01 02
03 04
05 06
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000 16000
5000 10000
15000 20000
25000
P rod
u k
s i
t o
n
Upaya  trip
y = 12.647  +0,02x R
2
= 0,01
Gambar  35  Garis regresi linier jumlah upaya trip terhadap produksi ton dalam seluruh kawasan Teluk Bone.
Selanjutnya  berdasarkan  hasil  ANOVA  Lampiran  8  untuk  seluruh kawasan  diperoleh  nilai    Fhitung  =  35,49  P0,05,    maka  hal  ini  menunjukkan
adanya  pengaruh  antara  jumlah  upaya  trip  terhadap  CPUE  dan  keduanya mempunyai  hubungan  linier.    Nilai  koefesien  regresi  b  =
– 0,00011 sedangkan nilai  konstanta  a  =  2,633,  koefisien  korelasi  r  =  0,76,  sehingga  model
persamaan  regresinya  adalah  CPUE  =  2,633 –  0,00011  upaya  Gambar  36.
Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan produktivitas alat tangkap menurun dengan penambahan upaya trip.
96 97
98 99
00 01
02
03 04
05 06
0,000 0,500
1,000 1,500
2,000 2,500
3,000
5000 10000
15000 20000
25000
C PU
E
Upaya trip
y = -0,00011x + 2,633
R
2
= 0,798
Gambar 36  Garis regresi linier jumlah upaya trip terhadap CPUE  dalam seluruh kawasan Teluk Bone.
Hasil  analisis  potensi  sumberdaya  ikan  cakalang  dalam  keseluruhan zona untuk pemanfaatan bersama shared stock dengan menggunakan metode
Surplus  Produksi  dengan  analisis  model  Schaefer  memperlihatkan  nilai  dugaan potensi  maksimum  lestari  Maxsimum  Sustainable  Yield,  MSY    perikanan
cakalang    sebanyak  15.782  tontahun  dengan  upaya  penangkapan  optimum sebesar 12.626 trip Gambar 37.
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000 16000
18000
5000 10000
15000 20000
25000
H a
s il
T a
n g
k p
a n
to n
Upaya  Tangkap  trip
Fopt = 12.626 trip MSY = 15.782 ton
Y = 2,5x - 0,000099x
2
Gambar 37
Nilai MSY dan Fopt untuk stok cakalang Katsuwonus pelamis dalam seluruh  kawasan Teluk Bone
. Berdasarkan  hasil  perhitungan  pemanfaatan  bersama  stok  sumberdaya
perikanan  cakalang  shared  stok  dalam  rangka  pengelolaan  sumberdaya perikanan  cakalang  di  teluk  Bone  pada  masing-masing  zona  diperoleh  bahwa
untuk  Zona  Utara  MSY
SS
dan  Fopt
SS
sebesar  1.263  tontahun  dan  1.010  trip, Zona Tengah MSY
SS
dan Fopt
SS
sebesar 10.575 tontahun dan 7.828 trip dan di Zona  Selatan  MSY
SS
dan  Fopt
SS
sebesar  3.946  tontahun  dan  3.788  trip.    Jika dibandingkan  nilai  MSY  dan  Fopt  pada  masing-masing  zona,  yaitu  Zona  Utara
MSY  dan  Fopt  sebesar  1.386  tontahun  dan  1.123  trip,  Zona  Tengah  MSY  dan Fopt sebesar 11.886 tontahun dan 9.214 trip dan di Zona Selatan MSYdan Fopt
sebesar 4.452 tontahun dan 4.220 trip maka nilai pemanfaatan bersama ini lebih rendah.
96 97
98 99
00 01
02 03
04 05
06
Hasil  perhitungan  besarnya  alokasi  upaya  penangkapan  optimum  setiap zona untuk memanfaatkan stok bersama disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18  Alokasi upaya trip penangkapan  optimum  pada zona Utara, Tengah dan Selatan untuk memanfaatkan stok bersama.
Jenis alat
Zona Utara
Tengah Selatan
Fopt SS
unit Propor
si Aloka
si unit Fopt
SS unit
Propor si
Aloka si unit
Fopt SS
unit Propor
si Aloka
si unit 1.010
7.828 3.788
Pole and line
66 668
68 5.294
47 1.768
Purse seine
6 65
- -
27 1.019
Jaring insang
hanyut 16
161 13
1.048 10
378 Pancin
g tonda 11
116 19
1.486 16
623
Untuk  tujuan  pengelolaan  sumberdaya  perikanan  ikan  cakalang  di  teluk Bone  secara  berkelanjutan  sebaiknya  menggunakan  nilai  MSY  pemanfaatan
bersama  shared  stok  dengan  mempertimbangkan  precautionary  approach pendekatan  kehati-hatian  pada  perikanan  tangkap.    Pembahasan  lebih  detail