Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Tidur Pada Klien Diabetes Melitus Di Kelurahan Harjosari Lingkungan Vii Kecamatan Medan Amplas Medan

(1)

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. R DENGAN PRIORITAS MASALAH KEBUTUHAN DASAR GANGGUAN TIDUR PADA KLIEN DIABETES MELITUS

DI KELURAHAN HARJOSARI LINGKUNGAN VII KECAMATAN MEDAN AMPLAS MEDAN

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh :

MUDMA INNAH GEA 122500115

PROGRAM STUDI DII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

(3)

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah di Kelurahan Harjosari Lingkungan VII Kecamatan Medan Amplas.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian laporan ini:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS sebagai Wakil Dekan III Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku koordinator program studi pendidikan DIII

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Yesi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing penulis yang penuh

dedikasi dan kesabaran telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang berharga dalam penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

8. Ibunda tercinta Aslina Aceh, Ayahanda Masruhid Gea, Abanganda (Ali Yusran Gea, SH,

M.KN, MH; Surisman Gea, SH, M.KN; Agusman Gea, SH) dan Kakanda (Siti Fajar S.pd; Nadrah Azhari, SH) yang senantiasa memberikan semangat serta perhatian selama penulis melaksanakan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Sumatera Utara

terkhusus buat winda nur adha, devi masdianti hura, efriyanti gea, yedi mawati baene, , dan seluruh teman – teman Program Studi DIII Keperawatan stambuk 2012 yang telah berpartisipasi dan memberikan semangat serta masukan dalam mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, penulis berharap laporan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan bagi pihak-pihak


(5)

iii

yang membutuhkan serta penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Juni2015 Penulis


(6)

iv DAFTAR ISI Halaman Judul

Lembar Pengesahan... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar belakang ... 1

2. Tujuan ... 3

3. Manfaat ... 3

BAB II. PENGELOLAAN KASUS ... 4

1. Landasan Teoritis ... 4

2.1.1. Definisi gangguan tidur... 5

2.1.2. Fungsi tidur ... 5

2.1.3. Fisiologi tidur ... 5

2.1.4. Tahapan tidur ... 6

2.1.5. Siklus tidur ... 7

2.1.6. Kualitas tidur ... 7

2.1.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur ... 8

2.1.8. Gangguan tidur... 9

2. Diabetes Melitus ... 13

2.2.1. Definisi diabetes melitus ... 13

2.2.2. Etiologi ... 13

2.2.3. Manifestasi klinis ... 13

2.2.4. Penatalaksanaan ... 13

2.2.5. Pemeriksaan diagnostik ... 14

2.2.6. Kualitas tidur pada penderita diabetes melitus ... 15

3. Proses Keperawatan ... 16

2.3.1. Pengkajian keperawatan... 16

2.3.2. Analisa data ... 18

2.3.3. Rumusan masalah ... 19

2.3.4. Diagnosa dan intervensi keperawatan ... 19

4. Asuhan Keperawatan ... 20

2.4.1. Pengkajian kasus ... 20

2.4.2. Analisa data kasus ... 32

2.4.3. Rumusan masalah ... 34

2.4.4. Diagnosa keperawatan ... 34

2.4.5. Intervensi keperawatan ... 34

2.4.6. Pelaksanaan keperawatan ... 37

BAB III. PENUTUP ... 44

3.1. Kesimpulan ... 44

3.2. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45 Lampiran


(7)

1 BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika di obati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari gejala insomnea yaitu gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga di tengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di pagi dan siang hari. Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya. Kebanyakan gangguan tidur tak bisa dihindari, tetapi bisa dihubungkan dengan kondisi kesehatan, yang bisa lebih dihindari. Misalnya, banyak penderita DM yang menyerang manusia baik anak-anak, dewasa sampai tua, yang diakibatkan oleh kadar glukosa yang berlebihan dan OSA yang ternyata memiliki berat badan berlebih. "Jika berat badan bisa dikurangi, gangguan tidur yang diderita pun bisa diatasi. Yang jelas, pola tidur yang baik merupakan pencegahan terbaik.

Olahraga dan diet sehat juga membantu tidur Anda menjadi berkualitas. Jika gangguan tidur sudah tergolong parah, pengobatan bisa dilakukan dengan obat, alat, operasi, atau life therapy (perilaku). Pada gangguan tertentu, dilakukan terapi sinar. Tetapi tentu saja, cara yang paling mudah adalah dengan mengubah gaya hidup serta menambah pengetahuan tentang tidur. Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). Ada pula diabetes dalam kehamilan, dan diabetes akibat malnutrisi. Diabetes tipe 1 biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan diabetes tipe 2 dimulai pada usia dewasa pertengahan (40-70 tahun).

Kasus diabetes dilaporkan mengalami peningkatan di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003, jumlah penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa ditahun 2025 mendatang, dan setengah dari angka


(8)

2

tersebut terjadi dinegara berkembang, termasuk negara Indonesia. Angka kejadian DM di Indonesia menempati urutan keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa.Penderita DM di RSUD Kota Semarangberdasarkan data dari instalasi Rekam Medik pada tahun 2011 terdapat 663 jiwa yang menderita DM, 613 jiwa diantaranya mengalami komplikasi tidak menutup kemungkinan jumlah tersebut akan meningkatdi tahun mendatang. Jumlah populasi yang meningkat tersebut berkaitan dengan hal faktor genetika, urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, dan kegiatan fisik kurang. DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan. Distribusi penyakit ini juga menyebar pada semua tingkatan masyarakat dari tingkat sosial ekonomi rendah sampai tinggi, pada setiap ras, golongan etnis dan daerah geografis.

Gejala DM yang bervariasi yang dapat timbul secara perlahan - lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang menurun, gejala tersebut berlangsung lama tanpa memperhatikan diet, olah raga, Pengobatan sampai orang tersebut memeriksakan kadar gula darahnya, akibat dari DM tersebut pasien mengalami gangguan pola tidur sehingga pasien setiap hari tidak merasa nyaman. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis ketika dilapangan studi kasus keluhan utama yang muncul pada Tn R dengan DM adalah gangguan pola tidur. Gangguan pola tidur adalah gangguan jumlah dan kualitas tidur yang dibatasi oleh waktu dalam kualitas dan kuantitas tidur (NICNOC, 2007).

Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas (Potter dan Perry : 2005). Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan kasus ke dalam penulisan ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R dengan prioritas masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Tidur pada klien diabetes melitus di Kelurahan Harjosari Lingkungan VII Kecamatan Medan Amplas”.


(9)

3 1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan umum

Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini untuk memberikan asuhan keperawatan pada Tn. R dengan prioritas masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Tidur pada klien diabetes melitus di Kelurahan Harjosari Lingkungan VII Kecamatan Medan Amplas.

1.2.2. Tujuan khusus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. R dengan prioritas masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Tidur pada klien diabetes mellitus, maka penulis mampu :

1. Untuk dapat melaporkan kasus gangguan tidur pada Tn. R dengan diabetes

melitus di Kelurahan Harjosari Lingkungan VII Kecamatan Medan Amplas.

2. Untuk dapat melakukan pengkajian gangguan tidur pada Tn. R dengan diabetes

melitus di Kelurahan Harjosari Lingkungan VII Kecamatan Medan Amplas.

3. Untuk dapat menganalisa data gangguan pola tidur pada Tn. R dengan diabetes

melitus di Kelurahan Harjosari Lingkungan VII Kecamatan Medan Amplas.

4. Untuk dapat merumuskan diagnosa keperawatan gangguan tidur pada Tn. R

dengan diabetes melitus di Kelurahan Harjosari Lingkungan VII Kecamatan Medan Amplas.

1.3. Manfaat

1.3.1. Bagi masyarakat (lapangan)

Hasil penulisan karya tulis ilmiah yang diperoleh dapat dijadikan sebagai masukan dalam memberikan informasi tentang asuhan keperawatan khususnya masalah Gangguan Tidur dengan diabetes melitus.

1.3.2. Bagi penulis

Penulisan karya tulis ini sangat berguna untuk menambah wawasan penulis tentang asuhan keperawatan mengenai masalah Gangguan Tidur dengan diabetes melitus dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah serta pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah Gangguan Tidur dengan diabetes melitus.


(10)

4 1.3.3. Bagi institusi

Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan untuk menambah masukan dan sumber bacaan diperpustakaan khususnya mengenai asuhan keperawatan dengan masalah Gangguan Tidur dengan diabetes mellitus.

1.3.4. Bagi pendidikan keperawatan

Penulisan karya tulis ilmiah ini diperoleh sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada dirumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada kasus Gangguan Tidur dengan diabetes mellitus.


(11)

5 BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gangguan Tidur 2.1.1. Definisi Gangguan Tidur

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut : insomnia, gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor dan Aldrich, 1994, dalam Potter & Perry, 2005).

2.1.2. Fungsi Tidur

Menurut Kozier (2004), tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organ-organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapacara dapat menyegarkan kembali aktivitas tingkatan normal dan aktivitas normal pada bagian jaringan otak. Menurut Dewit (2001), istirahat dan tidur yang cukupsangat penting bagi kesehatan dan pemulihan dari kondisi sakit. Potter(2005)berpendapat bahwa, selama tidur NREM bermanfaat dalammemelihara fungsi jantung dan selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap IV) tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti selotak. Selain itu, tubuh menyimpan energi selama tidur dan penurunan laju metabolic basal menyimpan persediaan energi tubuh.

2.1.3. Fisiologi Tidur

Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating sistem(RAS) dan bulbar synchronizing regional(BSR) yang terletak pada batang otak (Potter &Perry, 2005). RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsanganvisual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikianjuga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR (Potter & Perry, 2005).


(12)

6

Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakanmata yang cepat atau Rapid Eye Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye Movement(NREM). Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur stadium empat; lalu diikuti oleh fase REM (Patlak, 2005). Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam (Potter & Perry, 2005). 1. Tidur stadium satu

Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat (Patlak, 2005). 2. Tidur stadium dua

Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2005).

3. Tidur stadium tiga

Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya (Ganong, 1998). Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit (Smith & Segal, 2010).

4. Tidur stadium empat

Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan energi fisik (Smith & Segal, 2010).

Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep,

dansangat restorativebagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa cukup istirahat dan energik di siang hari (Patlak, 2005). Fase tidur NREM ini biasanyaberlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat menjelang pagi atau bangun (Japardi, 2002). Selama tidur baik NREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapimimpi dari tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori jangka panjang (Potter & Perry, 2005).


(13)

7

Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM

terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan kecenderungan untukmenjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit (Mardjono, 2008).Siklus tidur normal dapat dilihat pada skema berikut(Potter & Perry, 2005) :

Tahap pratidur

Non REM tahap I NREM tahap II NREM tahap III NREM tahap IV

Tidur REM

NREM tahap IV NREM tahap III Skema 1. Tahap-tahap siklus tidur

Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus

dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu.

2.1.6. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan seringmenguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur, menurut American Psychiatric Association (2000), dalam Wavy (2008), didefinisikan sebagai suatufenomena kompleks yang melibatkan beberapa dimensi.

Selain itu, menurut Hidayat (2006), kualitas tidurseseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidakmengalami masalah dalam tidurnya.Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda


(14)

8

fisik dan tanda psikologis.Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologis yang dialami.

1. Tanda fisik

Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.

2. Tanda psikologi

Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun.

2.1.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi tidur yaitu :

1. Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian dalam keadaan sakit menjadikan pasien akan mengalami kurang tidur, seperti pada pasien dengan gangguan pernafasan antara lain : asma, bronchitis, penyakit kardiovaskular dan penyakit persyarafan.

2. Lingkungan

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti keributan ataupun kebisingan maka akan menghambat tidur seseorang.

3. Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan rasa kantuk.

4. Kelelahan

Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM

5. Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga akan mengganggu suasana tidur


(15)

9 6. Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah

7. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :

a. Diuretik : menyebabkan insomnia

b.Antidepresan : menysupresi REM

c. Kafein : meningkatkan saraf simpatik

d.Narkotika : menysupresi REM

2.1.8. Gangguan tidur

Gangguan tidur sebenarnya bukanlah suatu penyakit melainkan gejala dari

berbagai gangguan fisik, mental dan spiritual (Johanna & Jachens, 2004). Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah, orang muda serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologisnya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurangkonsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain (Potter & Perry, 2001). Gangguan tidur merupakan masalah yang sangat umum. Di negara-negara industri khususnya, banyak orang menderita dari beberapa bentuk gangguan tidur. Data tentang frekuensibervariasi antara 25-50% dari populasi (Johanna & Jachens, 2004).

Menurut International Classification of Sleep Disordersdalam Japardi

(2002), gangguan tidur terbagiatas: disomnia dan parasomnia. Disomnia terdiri atas gangguan tidur spesifik di antaranya adalah narkolepsi, gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodik/ mioklonus nokturnal, sindroma kaki gelisah/ Restless Legs Syndromeatau Ekboms Syndrome, gangguan pernafasan saat tidur/ sleep apneadan pasca trauma kepala, gangguan tidur irama sirkadian di antaranya adalah gangguan tidur irama sirkadian sementara/ acute work shift/ jet lag, gangguan tidur irama sirkadian menetap/ shift worker. Sedangkan parasomniaterdiri atas tiga, yaitu gangguan tidur berjalan (sleep walking/ somnabulisme),gangguan terror tidur (sleep terror), gangguan tidur berhubungan dengan fase REM.


(16)

10

Ada beberapa hal yang perlu dikaji sehubungan kebutuhan istirahat dan tidur,yaitu : a. Kebiasaan tidur

Dalam mengkaji kebiasaan tidur, perawat perlu memperhatikan : 1. Kebiasaan banyaknya tidur pasien

2. Kebiasaan menjelang tidur 3. Jam berangkat tidur

4. Waktu yang diperlukan untuk dapat tidur 5. Jumlah terjaga selama tidur

6. Obat-obat yang diminum pasien dan pengaruhnya terhadap tidur 7. Lingkungan tidur sehari-hari

8. Persepsi pasien terhadap kebutuhan tidur 9. Posisi tubuh sewaktu tidur

b. Symptom dan tanda-tanda klinis kebutuhan tidur

Ada beberapa tanda klinis yang perlu diketahui perawat terhadap pasien yang kurang istirahat atau tidur, yaitu :

1. Pasien mengungkapkan rasa capai

2. Pasien mudah tersinggung dan kurang santai 3. Apatis

4. Warna kehitam-hitaman disekitar mata, konjungtiva merah 5. Sering kurang perhatian

6. Pusing 7. Mual

Apabila gangguan tidur atau kurang istirahat ini berlangsung lama, maka dapat terjadi gangguan tubuh. Beberapa tannda gangguan tidur yang perlu diperhatikan adalah :

a) Perubahan kepribadian dan perilaku, seperti agresif, menarik diri, atau depresi b) Rasa capai meningkat

c) Ganguan persepsi

d) Halusinasi pandangan atau pendengaran

e) Bingung dan disorientasi terhadap tempat dan waktu

f) Koordinasi menurun


(17)

11 c. Perubahan Perkembangan / Usia

Lama tidur yang dibutuhkan seseorang tergantung pula pada tahap perkembangan atau usianya. Semakin tua usia seseorang, semakin sedikit pula lama tidur yang diperlukan atau dengan kata lain waktu yang diperlukan untuk tidur bagi anak-anak lebih banyak jika dibandingkan dengan orang tua. Pada mulanya, bayi yang baru lahir akan menghabiskan waktunya untuk tidur, dan hanya akan terbangun bila merasa lapar, ngompol, ataupun kedinginan. Namun demikian, sebenarnya kebutuhan waktu untuk tidur bagi setiap orang adalah berlainan. Kebiasaan tidur setiap orang adalah bervariasi tergantung pada kebiasaan yang dibawa semasa perkembangannya menjelang dewasa, aktivitas pekerjaan, usia, kondisi kesehatan dan lain sebagainya.

Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan selain oleh faktor jumlah jam tidur (kuantitas), juga oleh faktor kedalaman tidur (kualitas tidur). Seseorang dapat tidur dengan waktu yang pendek, namun dengan kedalaman tidur yang cukup. Sehingga dengan demikian, pada saat bangun tidur, akan terasa segar kembali dan pola tidur yang demikian tidak akan mengganggu kesehatan. Kurang tidur yang sering terjadi dan berkepanjangan, dapat mengganggu kesehatan fisik dan mempengaruhi sistem syaraf, menyebabkan terjadinya perubahan suasana kejiwaan (psikis), kurang tanggap terhadap adanya rangsangan (lamban), dan kurang dapat berkonsentrasi. Dibawah ini dijelaskan tentang pola / variasi tidur berdasarkan tingkat perkembangan atau usia :

Tabel. 2. Variasi / Pola Tidur Berdasarkan Tingkat Perkembangan atau Usia No Tingkat Perkembangan Pola Tidur Normal

1. Bayi baru lahir (BBL) Tidur 14 sampai 18 jam/hari

Pernafasan teratur, gerak tubuh sedikit 50 % tidur REM

Siklus tidur 45 sampai 60 menit


(18)

12

20 sampai 30 % tidur REM Mungkin tidur sepanjang malam

3. Tahap merangkak

(Usia 1 s/d 3 tahun)

Tidur sekitar 11 sampai 12 jam/hari 25 % tidur REM

Tidur sepanjang malam dan tidur siang

4. Prasekolah

(Usia 3 s/d 6 tahun)

Tidur sekitar 11 jam/hari 20 % tidur REM

5. Akil balik Tidur sekitar 7sampai 8,5 jam/hari

20 % tidur REM

6. Dewasa muda Tidur 7 sampai 8 jam/hari

20 sampai 25 % tidur REM

7. Dewasa pertengahan Tidur 7 sampai 8 jam/hari

20 % tidur REM. Mungkin mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur

8. Dewasa tua

(Usia diatas 60 tahun)

Tidur sekitar 6 jam/hari

20 sampai 25 % tidur REM. Mungkin mengalami insomnia dan sering bangun / terjaga sewaktu tidur.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur yang disini tidak dapat dibahas secara rinci. Tetapi secara umum faktor-faktor tersebut antara lain adanya penyakit serta rasa nyeri, keaadaan lingkungan yang tidak nyaman dan tidak tenang, kelelahan, emosi tidak stabil, beberapa jenis obat-obatan dan penggunaan alkohol.


(19)

13 2.2. Diabetes Melitus

2.2.1.Definisi diabetes melitus

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai

kelainan metabolik akibat ganguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Masjoer, 2000).Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangya toleransi karbohidrat (Price & Wilson, 2006). Diabetes melitus merupakan suatu sindrom dengan terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin (Guyton & Hall, 2008).

2.2.2. Etiologi

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (DM) atau diabetes tergantung insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel β pulau langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatif sel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa untuk pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desentisisasi terhadap glukosa (Soegondo, 2004).

2.2.3. Manifestasi klinis

Diagnosa DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia, poliuria, lemas dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus vulva pada vagina. Komplikasi DM yang kronis yaitu makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil dan neuropati diabetik (Masjoer, 2000).

2.2.4. Penatalaksanaan Tujuannya :


(20)

14

b. Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM

Penatalaksanaan DM menurut (Brunner & Suddarth, 2002) : 1. Diet

Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika Merekomendasikan = 50 – 60% kalori yang berasal dari :

• Karbohidrat 60 – 70%

• Protein 12 – 20 %

• Lemak 20 – 30 %

2. Latihan

Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metablisme istirahat, dapat menurunkan BB, stres dan menyegarkan tubuh.Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah, dan hindari latihan dalam udara yang sangat panas/dingin, serta pada saat pengendalian metabolik buruk.Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan.

3. Pemantauan

Pemantauan kadar Glukosa darah secara mandiri. 4. Terapi (jika diperlukan)

5. Pendidikan

2.2.5. Pemeriksaan Diagnostik

 Gula darah meningkat

Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada dewasa yang tidak hamil : Pada sedikitnya 2 x pemeriksaan :

a. Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L) b. Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)

c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial) > 200 mg/dl.

 Tes Toleransi Glukosa

Tes toleransi glukosa oral : pasien mengkonsumsi makanan tinggi kabohidrat (150 – 300 gr) selama 3 hari sebelum tes dilakukan, sesudah berpuasa pada malam hari keesokan harinya sampel darah diambil, kemudian karbohidrat sebanyak 75 gr diberikan pada pasien(Brunner & Suddarth, 2003).


(21)

15

 Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok

 Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

 Osmolaritas serum : meningkat, < 330 mosm/dl

 Elektrolit :

 Natrium : meningkat atau menurun

 Kalium : (normal) atau meningkat semu (pemindahan seluler) selanjutnya

menurun.

 Fosfor : lebih sering meningkat

 Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan Po menurun pada HCO3

(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkolosis resperatorik.

 Trombosit darah : H+ mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis;

hemokonsentrasi merupakan resnion terhadap sitosis atau infeksi.

 Ureum/kreatinin : meningkat atau normal (dehidrasi/menurun fungsi ginjal).

Urine : gula dan aseton (+), berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat(Doengoes, 2002).

2.2.6. Kualitas Tidur pada Penderita Diabetes Melitus

Pengaturan kadar glukosa darah dipertahankan dalam keadaan normal

melalui keseimbangan antara produksi glukosa oleh hepar dan penggunaan glukosa oleh jaringan. Selain itu pengaturan keseimbangan glukosa darah juga berhubungan dengan kemampuan sel beta kelenjar pancreas untuk mensekresi insulin serta

kemampuan insulin untuk menghambat produksi glukosa oleh hepar.

Penurunantoleransi glukosa dapat terjadi selama periode tidur malam dan pada saat tidursiang. Selama tidur juga terjadi peningkatan kadar glukosa darah dimana rentangpeningkatan kadar glukosa berkisar antara 20-30% dan maksimal terjadi padapertengahan periode tidur (Spiegel, Tasali, Leproult, & Cauter, 2009).Perubahan hormonal yang terjadi terkait dengan gangguan tidur dapat disebabkanadanya aktivitas HipotalamusPituitariAdrenal (HPA) dan sistem saraf simpatis.Aktivitas HPA dan sistem saraf simpatis dapat merangsang pengeluaran hormone seperti katekolamin dan kortisol yang menyebabkan gangguan toleransi glukosadan resistensi insulin dan berhubungan dengan diabetes tipe 2 (Taub & Redeker,2008).

Perubahan respon tubuh yang terjadi akibat adanya gangguan tidur adalah


(22)

16

menggunakanhormon secara efisien (Smith, 2010). Tidur dapat mempengaruhi produksikatekolamin sistem saraf simpatis. Selama periode tidur terjadi peningkatanaktivitas sistem saraf simpatis. Selain hal tersebut tidur juga mempengaruhiproduksi epinefrin dan norepinefrin serta pengeluaran melatonin (Carlson,Campbell, Garland, &Grossman, 2007).

Mekanisme hubungan antara gangguan tidur seperti sleep apneadengan

metabolismeglukosa belum jelas. Gangguan tidur seperti sleep apneamenyebabkan gangguan aliran udara pada saluran pernafasan hal tersebut akanmemicu terjadinya hipoksia dan merangsang individu untuk bangun daritidurnya, hal tersebut tentunya akan mengurangi waktu normal tidur individu.Gangguan tidur dapat menyebabkan rangsangan pada sistem saraf simpatik, AxisHipotalamusPituitariAdrenal dan jaringan adiposa. Aktivasi sistem saraf simpatik memicu pengeluaran katekolamin, kortisol, sitokin dan substansivasoaktif lain yang dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa, resistensiinsulin dan munculnya gejala diabetes (Punjabi & Beamer, 1995 dalam Colten &Altevogt, 2006).Periode tidur terdiri dari tidur REM dan tidur NREM. Tidur NREM ditandaiadanya tidur yang dalam. Periode tidur NREM dapat mempengaruhi metabolisme glukosa di otak, keseimbangan aktivitas saraf simpatis dan pengeluaran hormone yang memiliki sifat counterregulatory serta juga terjadi peningkatan kadarhormon pertumbuhan sampai aktivitas HPA axis dihambat (Spiegel, Tasali,Leproult, & Cauter, 2009). Menurut Bergman (1989) dalam Speigel et al (2009)akibat adanya gangguan pada periode tidur NREM selama 3 hari dapatmenyebabkan penurunan sesitivitas insulin sekitar 25% dan merupakan salah satufaktor resiko timbulnya diabetes.

2.3. Proses Keperawatan 2.3.1. Pengkajian keperawatan

Perawat harus selalu selalu mengkaji pola tidur klien untuk melengkapi dokumentasi keperawatan. Pengkajian gangguan tidur klien tidak cukup jika hanya bertanya “Apakah kamu tidur nyenyak tadi malam?” seorang perawat haruslah bertanya jika klien merasa kesulitan untuk tidur, mengalami bangun lebih awal dan susah untuk kembali tidur, dan merasa istirahat/ tidurnya cukup di pagi hari. Selanjutnya, perawat haruslah bertanya jika klien merasa lelah dan mengantuk sepanjang hari.


(23)

17

Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan tidur menurut Tarwoto dan Wartona (2010) yaitu :

1. Riwayat keperawatan

a. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada waktu tidur,

jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering terbangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam. b. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah merasa segar saat

bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.

c. Adakah alat bantu tidur : apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah

menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur.

d. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontibusi : jenis gangguan tidur, kapan masalah itu terjadi.

2. Pemeriksaan fisik

a. Observasi penampilan wajah, prilaku, dan tingkat energy pasien. b. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, konjungtiva merah.

c. Perilaku berupa iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara

lambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik diri, binggung dan kurang koordinasi.


(24)

18 2.3.2 Analisa data

Gangguan tidur

Aktivitas tidur

Reticular Activating System Bulbar Synchronizing Region

(RAS) (BSR)

Tidur/ istirahat

Waspada Kesadaran Serum serotonin

Hipotalamus Katekolamin

Pendengaran Nyeri dan Emosi dan Tidur Bangun

sensori proses pikir Pangkal otak Rangsangan Dirangsang


(25)

19 2.3.2. Rumusan masalah

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang terkait dengan gangguan tidur, kriteria hasil menurut Wilkinson (2011) antara lain :

1. Insomnia a. Tidur

Klien memperlihatkan tidur yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (skala 1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada gangguan) :

- Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam/ 24 jam untuk orang dewasa). - Pola, kualitas dan rutinitas tidur.

- Perasaan segar setelah tidur. - Terbangun di waktu yang sesuai.

2. Cemas

b. Pengendalian diri terhadap rasa cemas

Klien menunjukkan pengendalian diri terhadap rasa cemas, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (skala 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu).

- Menghindari sumber cemas bila mungkin.

- Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan rasa cemas.

- Mengendalikan respon cemas.

- Mencari informasi untuk menurunkan rasa cemas.

2.3.3. Diagnosa dan intervensi keperawatan 1. Dx: Ketidakseimbangan istirahat/tidur

Intervensi:

a. Menyediakan tempat/ waktu tidur yang nyaman.


(26)

20

c. Latihan fisik ringan memperlancar sirkulasi dan melenturkan otot. d. Minum hangat sebelum tidur.

2. Dx: Gangguan pola tidur Intervensi :

a. Identifikasi faktor penyebab gangguan tidur dan cara mengatasinya. b. Ciptakan lingkungan yang tenang kurangi kebisingan.

c. Batasi asupan cairan pada malam hari dan anjurkan berkemih sebelum tidur. d. Batasi waktu tidur siang.

2.4. Asuhan Keperawatan Kasus 2.4.1. Pengkajian kasus

1. Biodata

Identitas Pasien

Nama :Tn. R

Jenis Kelamin :Laki-laki

Umur :61 tahun

Status Perkawinan :Menikah

Agama :Islam

Pendidikan :Tamat SMA

Pekerjaan :Tidak bekerja

Alamat :Bajak 2 H Gg. Mushola Kecamatan Medan Amplas

Tanggal pengkajian : 18 Mei 2015

II. Keluhan Utama

Klien mengatakan tidak dapat tidur dengan cepat dan nyenyak di malam hari. Klien juga mengatakan bahwa sering terbangun pada malam hari karena kedua tangannya terasa gatal. Klien mengatakan cemas dengan keadaannya karena mengganggu aktivitas hariannya karena sering mengantuk. Hal ini sudah di alami klien selama ± 1 bulan yang lalu.


(27)

21 I. Riwayat Kesehatan Sekarang

A. Provocative/ palliative

1. Apa penyebabnya

Klien mengatakan bahwa penyakit yang di deritanya sekarang ini karena pernah mengalami sakit gula.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Tn. R mengatakan biasanya akan melakukan olahraga ringan seperti jalan santai disekitar rumah dan menghindari makan-makanan yang mengandung gula.

B. Quantity/ quality

1. Bagaimana dirasakan

Tn. R mengatakan merasa tidak nyaman ketika tidur, tidak bisa memulai tidur dengan cepat.

Bagaimana dilihat

Klien tampak lemah, mata klien tampak lelah, Tn. R sering menguap. C. Severity (mengganggu aktivitas)

Klien mengatakan akibat dari kurang tidur tersebut Tn. R mengalami tidak dapat konsentrasi saat melakukan aktivitas rutin di rumah.

D. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)

Klien tidak dapat tidur saat malam hari tiba ketika rasa gatal tersebut muncul.

II. Riwayat Kesehatan Masa Lalu A. Penyakit yang pernah dialami

Tn. R mengatakan 2 tahun yang lalu sudah mengalami sakit gula, sejak menderita sakit gula tersebut klien mengalami nyeri luka pada ekstremitas bagian bawah dan rasa gatal di kedua tangan selama mengalami sakit gula Tn. R rutin mengkonsumsi obat dari dokter.

B. Pengobatan/ tindakan yang dilakukan Klien tidak ada melakukan apa pun. C. Pernah dirawat/ dioperasi

Klien pernah mendapatkan perawatan di rumah sakit sembiring medan sejak 1 tahun yang lalu karena sakit gula yang dialami.

D. Lamanya dirawat


(28)

22 E. Alergi

Tn. R tidak mengalami alergi. F. Imunisasi

Klien tidak mampu mengingat akan status imunisasinya.

III. Riwayat Kesehatan Keluarga A. Orang tua

Tn. R mengatakan Ayah klien menderita sakit gula dan ibu klien menderita tekanan darah tinggi.

B. Saudara kandung

Adik laki-laki klien mengalami sakit tekanan darah tinggi. C. Penyakit keturunan yang ada

Klien mempunyai riwayat sakit gula dari Ayah klien sendiri.

D. Anggota keluarga yang meninggal

Tn. R mengatakan kedua orangtua klien sudah lama meninggal karena sakit yang dideritanya.

E. Penyebab meninggal

Tn. R mengatakan Ayah klien meninggal karena sakit gula yang dialaminya dan ibu klien meninggal karena sakit tua.

F. Genogram

Laki-laki Perempuan

Klien Tn. R (61tahun)


(29)

23 IV. Riwayat/ Keadaan Psikososial

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Tn. R mengetahui tentang penyakit yang dialaminya. Informasi ini dulunya didapat klien dari dokter dan perawat saat klien berada di rumah sakit. Klien menganggap bahwa penyakitnya ini dapat disembuhkan lagi. Oleh karena itu klien teratur minum obat dan sering olahraga di rumah.

B. Konsep diri 1. Gambaran diri

Klien mengatakan bahwa dia menyukai semua bagian tubuhnya. 2. Ideal diri

Tn. R mengatakan bahwa dirinya ingin segera sembuh dari penyakit rasa gatal yang dialaminya sehingga tidak menganggu kebutuhan tidur klien. 3. Harga diri

Tn. R merasakan sedih terhadap penyakit yang dialaminya. 4. Peran diri

Klien berperan sebagai kepala keluarga. 5. Identitas

Klien merupakan anak dari 6 bersaudara, sudah berkeluarga, memiliki istri dan tiga orang anak yang masih duduk di bangku sekolah.

C. Keadaan emosi

Keadaan emosi klien stabil. D. Hubungan sosial :

a. Orang yang berarti

Bagi klien orang yang berarti bagi dirinya yaitu istri dan ketiga anaknya.

b. Hubungan dengan keluarga

Hubungan klien dengan keluarga terjalin dengan baik dan harmonis.

c. Hubungan dengan orang lain

Hubungan klien dengan orang lain berjalan dengan baik.

d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


(30)

24 E. Spiritual :

1. Nilai dan keyakinan

Klien menganut agama Islam dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. 2. Kegiatan ibadah

Klien mengatakan rutin melaksanakan sholat lima waktu di rumah dan mesjid.

V. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan umum

Compos mentis, klien tampak lemah, tampak kantung mata berwarna hitam, terdapat luka di bagian kaki sebelah kiri.

B. Tanda-tanda vital

Suhu tubuh : 36,8 oc Nadi : 90 x/m

Tekanan darah : 130/90 mmHg RR : 25 x/m

TB : 160 cm BB : 60 kg

C. Pemeriksaan kepala dan leher 1. Kepala dan rambut

Kepala

a. Bentuk : Simetris.

b. Ubun-ubun : Letak di tengah, tidak ada nyeri tekan.

c. Kulit kepala : Bersih.

rambut

a. Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut merata,

lurus

keadaan rambut baik.

b. Bau : Rambut tidak bau.

c. Warna kulit : Warna rambut hitam.

Wajah

a. Warna kulit : Sawo matang.

b. Struktur wajah : Bentuk wajah bulat dan

simetris. 2. Mata

a. Kelengkapan dan kesemetrisan : Bola mata simetris antara

kanan/ kiri.


(31)

25

c. Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva tidak anemis dan

sklera tidak ikterik.

d. Pupil : Reflek terhadap cahaya

mengecil.

e. Kornea dan iris : Kornea bening.

f. Visus : Tidak dikaji.

g. Tekanan bola mata : Tidak ada kelainan.

3. Hidung

a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris, tidak ada polip.

b. Lulang hidung : Terdapat sekret dalam batas

normal

c. Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping

hidung. 4. Telinga

a. Bentuk telinga : Bentuk telinga normal,

simetris

antara kanan/ kiri.

b. Ukuran telinga : Normal.

c. Lubang telinga : Tidak ada serumen.

d. Ketajaman pendengaran : Baik dan tidak ada masalah.

5. Mulut dan faring

a. Keadaan bibir : Lembab, tanda sianosis tidak

ada.

b. Keadaan gusi dan gigi : Bersih.

c. Keadaan lidah : Bersih.

d. Orofaring : Tidak ada kelainan.

6. Leher

a. Posisi trakea : Tidak ada massa/ nyeri tekan.

b. Tiroid : Tidak ada pembengkakan

kelenjar thyroid.

c. Suara : Kedengaran jelas.

d. Kelenjar limfe : Tidak dikaji.

e. Vena jugularis : Teraba kuat dan teratur.


(32)

26 D. Pemeriksaan integumen

1. Kebersihan : Klien tampak bersih.

2. Kehangatan : Suhu tubuh hangat 36,8oc.

3. Warna : Sawo matang.

4. Turgor : Baik < 3 detik.

5. Kelembaban : Keadaan kulit lembab.

6. Kelainan pada kulit : Tidak ditemukan adanya

kelainan.

E. Pemeriksaan payudara dan ketiak

a. Ukuran dan bentuk payudara :Bentuk payudara normal dan simetris. b. Warna payudara dan areola : Berwarna hitam.

c. Kelainan payudara dan putting:Tidak ada kelainan. d. Axila dan klavikula:Tidak ada kelainan.

F. Pemeriksaan thoraks/ dada a. Inspeksi thoraks

1) Bentuk thoraks : Normal.

2) Pernafasan

Frekuensi : 20x/m

Irama : Vesikuler

3) Tanda kesulitan bernafas

Klien tidak mengalami kesulitan saat bernapas. b. Pemeriksaan paru

1) Palpasi getaran suara

Teraba ada getaran antara sisi kiri dan kanan paru. 2) Perkusi : Resonan

3) Auskultasi

a) Suara nafas : Vesikuler

b) Suara ucapan : Suara kurang terdengar jelas

c) Suara tambahan : Tidak ada terdengar

c. Pemeriksaan jantung


(33)

27 2) Palpasi

a) Pulsasi : Terbatas 3) Perkusi : Dullnes 4) Auskultasi

Bunyi jantung normal (lup-dup), suara tambahan dan mur-mur tidak ada, frekuensi jantung 80x/m.

G. Pemeriksaan abdomen a. Inspeksi

1) Bentuk abdomen : Abdomen soepel.

2) Benjolan/ massa : Tidak ditemukan benjolan/ massa.

3) Bayangan pembuluh darah : Tidak ditemukan bayangan pembuluh darah.

b. Auskultasi

1) Peristaltik usus : Terdengar 16x/m.

2) Suara tambahan : Tidak terdengar suara tambahan .

c. Palpasi

1) Tanda nyeri tekanan : Tidak ada nyeri tekan.

2) Benjolan/ massa : Tidak ditemukan benjolan/ massa.

3) Tanda ascites : Tidak ditemukan ascites.

4) Hepar : Tidak mengalami kelainan.

5) Lien : Tidak teraba.

6) Titik Mc. Burney : Tidak ada.

d. Perkusi

1) Suara abdomen : Tidak ada kelainan.

2) Pemeriksaan ascites : Tidak ditemukan ascites.

H. Pemeriksaan kelamin dan daerah dan sekitarnya. a. Skrotum

1) Rambut pubis : Ada.

2) Lubang uretra : Tidak ada kelainan. b. Anus


(34)

28

1) Lubang anus : Ada.

2) Kelainan pada anus : Tidak ada kelainan.

I. Pemeriksaan musculoskeletal/ ekstremitas a. Kesemetrisan otot

Otot simetris.

b. Pemeriksaan edema

Tidak ada edema, Capillary Refill Time> 3 detik. c. Kekuatan otot

Kekuatan otot klien tidak berkurang. d. Kelaianan pada ekstremitas dan kuku

Tidak ditemukan kelainan pada ekstremitas dan kuku.

J. Pemeriksaan neurologi a. Tingkat kesadaran

GCS : 15 E : 4 M : 6 V : 5 b. Meningeal sign

Tidak ada tanda meningeal pada klien. c. Status mental

1) Kondisi emosi/ perasaan

Tn. R mampu mengendalikan perasaan dan emosinya. 2) Orientasi

Tn. R mampu berorientasi pada tempat, waktu dan orang. 3) Proses berpikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan)

Tn. R mampu untuk mengingat, melakukan perhitungan dan pengambilan keputusan.

4) Motivasi (kemauan)

Kemauan Tn. R untuk sembuh dari penyakit sangat besar.

5) Bahasa

Tn. R menggunakan bahasa Indonesia. d. Nervus Cranalis

1) Nervus Olfaktorius/ NI

Klien dapat membedakan bau. 2) Nervus optikus/ NII


(35)

29

3) Nervus okulomotoris/ NIII, Trochliaris/ NIV, Abdusen/ NVI Klien mampu melakukan gerakan, fleksi dan ekstensi.

4) Nervus trigeminus/ NV

Klien tidak mampu menggigit dan menelan, otot meseter simetris dan lemah. 5) Nervus fasialis/ NVII

Klien tidak mampu untuk menahan tekanan pada saat pipi kiri digembungkan. 6) Nervus vestibulococcthealis/ NVIII

Klien mendengar dengan baik.

7) Nervus Glosopharingeuss/ NIX, Vagus/ NX

Gerakan palatum dan uvula medial, reflek menelan klien kurang baik.

8) Nervus Asesorius/ NXI

Klien mampu untuk mengangkat kedua bahu.

9) Nervus Hipoglosus/ NXII

Gerakan lidah klien simetris. e. Fungsi Motorik

1) Cara berjalan

Klien mampu untuk berjalan. 2) Romberg test

Klien mampu menyeimbangkan gerakan tubuh. 3) Tes jari hidung

Klien mampu untuk melakukannya dengan baik. 4) Pronasi-supinasi test

Klien mampu melakukannya dengan baik. 5) Heel to shin test

Klien mampu melakukannya dengan baik. f. Fungsi sensorik

1) Identifikasi sentuhan ringan

Tn. R mampu merasakan sentuhan tangan perawat. 2) Test tajam-tumpul

Tn. R mampu mengidentifikasi dengan baik. 3) Test panas dingin

Tn. R mampu mengidentifikasi rasa panas dingin di tubuhnya. 4) Test getaran


(36)

30 5) Streognosis test

Tn. R mampu mengidentifikasi suatu objek. 6) Graphestesia test

Tn. R mampu mengidentifikasi suatu angka.

7) Membedakan dua titik

Tn. R mampu mengidentifikasi dua titik pada tubuhnya. 8) Tropognosis test

Tn. R mampu mengidentifikasi dengan baik pada tubuh yang diberi sentuhan. g. Reflex

1) Refleks bisep

Kontraksi otot bisep ada. 2) Refleks trisep

Kontraksi otot trisep ada. 3) Refleks Brachioradialis Reflek tendon ada.

4) Refleks Patela Reflek patelar ada.

5) Refleks Tendon Achiles Reflek tendon achiles sulit dikaji. 6) Refleks Plantar

Reflek plantar ada.

VI. Kebiasaan Sehari-Hari

1. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan sehari : 3x/ hari.

- Nafsu/ selera makan : Baik.

- Nyeri ulu hati : Tidak bermasalah.

- Alergi : Tidak ada riwayat alergi.

- Mual dan muntah : Tidak ada.

- Waktu pemberian makan : Jadwal makan teratur pagi pukul 07.00 wib,

siang ,pukul 12.00 wib dan malam hari pukul 08.00 wib.

- Jumlah dan jenis makan : Habis 1/2 porsi makan biasa.


(37)

31

- Masalah makan dan minum : Klien tidak mengalami kesulitan

mengunyah.

2. Perawatan diri/ personal hygine

- Kebersihan tubuh : Tubuh klien tampak bersih dan tidak

berbau.

- Kebersihan gigi dan mulut : Gigi bersih dan tidak ada tanda stomatitis. - Kebersihan kuku kaki dan tangan : Bersih

3. Pola kegiatan/ aktivitas

- Mandi : Klien melakukannya secara mandiri.

- Makan : Klien melakukannya secara mandiri.

- BAB : Klien melakukannya secara mandiri.

- BAK : Klien melakukannya secara mandiri.

- Ganti pakaian : Klien melakukannya secara mandiri.

Untuk aktivitas ibadah klien rajin ke mesjid dan rutin melakukan sholat lima waktu.

4. Pola eliminasi BAB

- Pola BAB : Klien BAB 1 x/ hari di pagi hari

- Karakter feses : Konsistensi lunak.

- Riwayat perdarahan : Tidak ada riwayat perdarahan.

- BAB terakhir : Hari saat melakukan pengkajian (18 Mei 2015).

- Diare : Tidak ada.

- Penggunaan laksatif : Tidak ada. BAK

- Pola BAK : Klien BAK ± 6-8 x/ hari.

- Karakter urin : Berwarna kuning jernih.

- Nyeri saat BAK : Tidak ada.

- Penggunaan diuretik : Tidak ada.

- Riwayat penyakit ginjal dan saluran kemih : Tidak ada.

5. Mekanisme koping

b. Adaptif

- Klien rutin melakukan olahraga. c. Maladaptif


(38)

32 2.4.2. Analisa data

Data Etiologi Masalah

Data Subjek :

- Klien mengeluh tidak puas/ tidak nyenyak dan sulit memulai tidur

Data Objek :

- Klien sering menguap

pada pagi hari, kantung mata klien tampakberwarna hitam gelap, wajah klien tampak lesu. Berdasarkan

pengkajian, waktu tidur malam klien: ±5 jam.

Kegelisahan dan sering terbangun saat malam hari

Ketidaknyamanan

Gangguan kebutuhan tidur

1. Gangguan

kebutuhan tidur

Data Subjek :

- Klien mengeluh ada luka ditelapak tangan dan kaki sebelah kiri Data Objek :

- Kulit tampak adanya luka bekas garukan, luka berwarna abu dan terkelupas.

Tingginya kadar gula dalam darah melebihi batas normal

Iritabilitas ujung saraf

Menimbulkan kelainan metabolik di kulit

Kerusakan integritas kulit

2. Kerusakan integritas kulit


(39)

33 Data Subjek :

- Klien mengeluh

cemas dengan kondisinya.

Data Objek :

- Klien tampak cemas,

klien selalu bertanya tentang gangguan kondisinya.

Perubahan sistem saraf dan hormonal

Cemas


(40)

34 2.4.3 Rumusan masalah

1. Gangguan kebutuhan tidur 2. Kerusakan integritas kulit

3. Cemas

2.4.3. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan kebutuhan istirahat b/d penyakit diabetes melitus d/d rasa gatal di kedua kaki, kantung mata berwarna hitam, mata tampak cekung, wajah tampak lesu, sering menguap di pagi hari.

2. Gangguan integritas kulit b/drasa gatal d/d klien mengeluh luka di kedua tangan bekas garukan.

3. Cemas b/dkurangnya informasi mengenai gangguan tidur d/d klien mengeluh

tentang gangguan tidurnya, wajah klien tampak cemas.

2.4.4. Perencanaan Keperawatan

1. Gangguan kebutuhan tidur b/d penyakit diabetes melitus Tujuan dan Kriteria hasil :

- Jam tidur sesuai kebutuhan - Pola tidur teratur

- Kualitas tidur baik - Efisiensi tidur baik

- Tidur sesuai dengan jamnya

No. Intervensi Rasional

1. Tentukan jam tidur klien. Jam tidur yang teratur dapat

meningkatkan kualitas tidur klien.

2. Jelaskan pentingnya tidur yang

cukup selama sakit, tekanan psikososial.

Meningkatkan pengetahuan mengenai tidur.


(41)

35

3. Dorong klien untuk menetapkan

rutinitas tidur.

Rutinitas tidur dapat membuat jadwal tidur klien semakin terjadwal.

4.

5.

Anjurkan klien mengurangi aktivitas menjelang tidur karena dapat mengganggu kebutuhan tidur seperti nonton, merokok dan lain- lain.

Anjurkan klien relaksasi (tarik nafas dalam) sebelum tidur, tenangkan pikiran dan anjurkan juga klien untuk tidak banyak minum sebelum tidur.

Hal-hal yang dapat mengganggu tidur klien menyebabkan kebutuhan tidur klien terganngu.

Relaksasi dapat memberikan ketenangan pada klien dan minum sedikit menjelang tidur mencegah klien untuk bangun di malam hari.

2. Gangguan integritas kulit b/d adanya luka bekas ngarukan di kedua tangan Tujuan dan Kriteria hasil :

- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi pigmentasi)

- Tidak ada luka/lesi pada kulit - Perfusi jaringan baik

- Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka

No. Intervensi Rasional

1. Jaga agar luka tetap bersih dan

kering dengan membersihkan luka dan memberi bedak anti septik.

Penyembuhan luka bergantung pada keadaan yang bersih dan lembab untuk proses epitelisasi dan deposisi jaringan granulasi.

2.

3.

Anjurkan klien atau keluarga untuk mengkaji dan merawat luka dan minta klien/keluarga untuk mendemonstrasikannya.

Menganjurkkan klien untuk tidak

Pengkajian luka dan kulit disekitarnya secara teratur dan akurat merupakan hal yang penting dalam rencana asuhan keperawatan untuk manajemen rasa gatal agar tidak menimbulkan luka.


(42)

36 menggaruk daerah yang terasa gatal tetapi dengan mengompres hangat daerah yang terasa gatal.

3. Cemas b/d kurangnya informasi mengenai gangguan tidur Tujuan dan Kriteria hasil :

- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol

cemas

- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan

berkurangnya kecemasan

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

No. Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kecemasan klien

dari ringan sampai berat.

Mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memudahkan penanganan/ pemberian askep selanjtnya.

2. Berikan ketentraman dan

kenyaman hati.

Agar klien tidak terlalu memikirkan kondisinya.

3. Berikan aktivitas yang dapat

mengurangi kecemasan/ ketegangan.

Agar klien senang dalam melakukan aktivitas karena sesuai dengan keinginannya dan tidak bertentangan dengan program perawatan.

4. Dorong percakapan untuk

mengetahui perasaan dan tingkat kecemasan klien terhadap kondisinya.

Mempermudah mengetahui tingkat cemas klien dan menentukan intervensi selanjutnya.


(43)

37 2.4.5. Pelaksanaan Keperawatan

No. Hari/

Tanggal Diagnosa Waktu

Implementasi Keperawatan

Evaluasi (SOAP)

1. Selasa/

19 Mei 2015

1 08.00

09.20

1. Mengkaji tanda-tanda vital klien 2. Menentukan jam

tidur klien 3. Menganjurkan klien untuk mengurangi aktivitas menjelang tidur 4. Menganjurkan klien untuk relaksasi sebelum tidur 5. Menganjurkan klien untuk mematikan lampu ketika tidur untuk memberikan kenyamanan waktu tidur.

S : Tn. Rmengatakan sebelum tidur ia biasanya merokok. O : Klien tampak menngantuk dan sering menguap.

A : Masalah

gangguan tidur belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan :

1. Jelaskan

pentingnya tidur yang cukup selama sakit. 2. Dorong klien

untuk menetapkan rutinitas tidur.

2. Selasa/

19 Mei 2015

2 10.00

11.10

1. Menjaga agar luka tetap bersih dan kering dengan membersihkan luka tiap saat dan menganjurkan klien memberi

S :Tn. R mengatakan merasa gatal di daerah tangan

O:tampak adanya luka kering bekas garukan di kedua tangan.


(44)

38

bedak anti septik di daerah luka.

2. Menganjurkan klien atau keluarga untuk mengkaji dan merawat luka dan minta klien/ keluarga untuk mendemonstrasika nnya.

A : Masalah

integritas kulit belum teratasi.

P : Intervensi

dilanjutkan : 1. Instruksikan

klien untuk menjaga

personal hygine/ mandi.

2. Jaga agar luka

tetap bersih dan

kering untuk

mencegah infeksi

3. Selasa/

19 Mei 2015

3 12.30

13.30

1. Mengkajitingkat kecemasan klien dari ringan sampai berat.

2. Memberikan ketentraman dan kenyaman hati.

S : Tn. R mengatakan cemas dengan kondisi gangguan tidurnya. O : Klien tampak cemas ringan, menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas ringan dan tetap rileksasi. A : Masalah cemas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan :

1. Berikan aktivitas yang dapat mengurangi kecemasan/


(45)

39

ketegangan.

2. Dorong

percakapan untuk mengetahui perasaan dan tingkat

kecemasan klien terhadap

kondisinya.

4. Rabu/

20 Mei 2015

1 08.00

09.20

1. Menjelaskan pentingnya tidur yang cukup selama sakit.

2. Menganjurkan klien untuk menetapkan rutinitas tidur.

S :Klien mengatakan masih mengalami rasa kebas dikaki, Tn. R masih mengeluh gangguan tidur. O : Klien diberikan penjelasan mengenai tidur yang baik dan menentukan rutinitas tidur yang baik pada pukul 21.00 wib A : Masalah gangguan tidur sebagian teratasi. P : Intervensi dilanjutkan :

1. Berikan/ ajarkan klien posisi tidur yang nyaman. 2. Anjurkan klien


(46)

40

menghindari yang

mengganggu kebutuhan tidur.

5. Rabu/

20 Mei 2015

2 10.00

11.30

1. Menganjurkan klien untuk menjaga personal hygine.

2. Melakukan perawatan luka dan menganti balutan.

S :Klien mengatakan luka masih tampak kemerahan ditelapak kaki bagian kiri.

O: K/u compos

mentis, tampak

adanya luka gangren, luka masih tampak basah, melakukan perawatan luka dan menganti balutan, luka tampak kemerahan.

A : Masalah

integritas kulit belum teratasi.

P : Intervensi

dilanjutkan :

1. Anjurkan klien

untuk menjaga personal higine.

2. Jaga agar luka

tetap bersih dan kering, ganti balutan sesuai program.


(47)

41 2015 14.30 aktivitas yang dapat mengurangi kecemasan/ ketegangan: - melakukan relaksasi / tarik nafas dalam sebelum tidur - menganjurkan klien untuk menghindari cahaya bila hendak tidur. 2. Mengkaji perasaan cemas klien dengan percakapan. mengeluhkan rasa cemas lagi. O : Klien tampak tenang.

A : Masalah cemas teratasi.

P : Intervensi dihentikan.

7. Kamis/

21 Mei 2015

1 09.00

10.30

1. Mengajarkan klien posisi tidur yang nyaman.

2. Menganjurkan klien untuk menghindari yang mengganggu kebutuhan tidurnya.

S : Klien mengatakan merasa nyaman O : Klien diberikan penjelasan mengenai tidur yang baik, mengubah posisi tidur klien, serta menganjurkan klien untuk menghindari cahaya bila hendak tidur.

A : Masalah gangguan


(48)

42

P : Intervensi dilanjutkan.

8. Kamis/

21 Mei 2015

2 12.30

14.20

1. Menganjurkan klien untuk menjaga personal hygine.

2. Menjaga agar luka tetap bersih dan kering, ganti balutan sesuai program.

S :Klien mengatakan luka berangsur membaik ditelapak kaki bagian kiri.

O: K/u compos

mentis, keadaan luka

sudah mulai membaik,

mengecilnya luka dan kondisi luka kering.Tanda-tanda vital normal TD 120/80 mmHg, nadi 80x/m, RR 24x/m,

suhu 36,9 oc,

perawatan luka tetap dilakukan.

A : Masalah

integritas kulit belumteratasi.

P : Intervensi dilanjutkan.

9. Jumat/

22 Mei 2015

1 09.00 1. Mengajarkan klien

untuk posisi tidur yang nyaman. 2. Menganjurkan

klien untuk menghindari yang

S : Tn. R sudah tidak mengeluh gangguan tidur lagi.

O :Menganjurkan klien mengubah posisi tidur, serta


(49)

43

mengganggu kebutuhan tidurnya.

menganjurkan klien untuk menghindari cahaya bila hendak tidur.

A : Masalah gangguan tidur teratasi.

P : Intervensi dihentikan.

10. Jumat/

22 Mei 2015

2 10.00

12.30

1. Menganjurkan klien untuk menjaga personal hygine.

2. Menjaga agar luka tetap bersih dan kering, ganti balutan sesuai program.

S :Klien mengatakan luka berangsur membaik ditelapak kaki bagian kiri.

O: K/u compos

mentis, keadaan luka

sudah mulai membaik,

tanda-tanda vital normal TD 120/80 mmHg, nadi 80x/m, RR 24x/m, suhu 36,9 oc, perawatan luka tetap dilakukan.

A : Masalah

integritas kulit sebagian teratasi.

P : Intervensi


(50)

44

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien Tn. R yang mengalami masalah gangguan tidur dengan diabetes melitus didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Faktor resiko gangguan tidur pada Tn. R meliputi penyakit fisik klien yang

mengalami riwayat diabetes melitus, pola tidur yang tidak biasanya sehingga menyebabkan rasa mengantuk yang berlebihan.

2. Tindakan penanganan gangguan tidur dilakukan dengan menciptakan lingkungan

yang tenang, kurangi kebisingan bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada saat tidur.

3. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. R adalah gangguan kebutuhan tidur,

gangguan integritas kulit dan rasa cemas.

4. Implementasi yang sudah dilakukan pada Tn. R dapat berupa menentukan jam tidur klien, menjelaskan pentingnya tidur yang cukup selama sakit dan tekanan psikososial, mendorong klien untuk menetapkan rutinitas tidur, dan menganjurkan klien untuk menghindari yang mengganggu kebutuhan tidur sehari-hari.

3.2. Saran

a. Klien hendaknya dapat melaksanakan segala bentuk anjuran demi perbaikan

keadaannya dan menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan ulang yang lebih buruk.

b. Keluarga dapat memberikan saran ataupun peringatan pada klien bila melanggar

apa-apa yang sudah dianjurkan oleh perawat.

c. Ruangan ataupun lingkungan rumah dapat memberikan asuhan keperawatan secara

lebih baik lagi untuk hasil yang optimal, lebih melengkapi sarana yang terkait dengan gangren akibat diabetes melitus. Serta kerjasama antar tim perawat dan tim kesehatan, klien dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (diharapkan).


(51)

45

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H. Aziz. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Arjatmo Tjokronegoro. (2002). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Edisi ke-2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2. Jakarta : EGC.

Doengos, E. Maryln, dkk. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta. Herdman, T.H. (2012). Nanda International Diagnosis Keperawatan:Definisi & Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Jan Tambayong, dr. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Kozier, Barbara. (2011). Fundamental of Nursing : Concepts, Process, and Practices. Jakarta: EGC.

Lumbantobing. (2004). Gangguan Tidur. Jakarta : FKUI.

Potter & Perry. (2005). Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, danPraktik, Edisi Ke-4 Ahli Bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk. Jakarta. EGC. Prayitno. (2002). Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan Penatalaksanaannya.Jurnal Tidak diterbitkan. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK Universitas Trisakti.

Rafknowledge. (2004). Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Rains, J. C. (2006). Sleep Disorders and Headache. Center for Sleep Evaluation at Elliot Hospital, Manchester.


(52)

46

Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Penerjemah Waluyo, A). Jakarta : EGC.

Tawoto & Wartona. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Jakarta : Salemba Madika.

Wilkinson, Judith. M. Nancy R. Ahem. (2011). Buku Saku Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. (Alih bahasa Esty Wahyuningsih). Edisi 9. Jakarta : EGC.


(53)

47 Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Hari/

Tanggal Diagnosa Waktu

Implementasi Keperawatan

1. Selasa/

19 Mei 2015

1 08.00

09.20

1. Mengkaji tanda-tanda vital klien

2. Menentukan jam tidur klien

2. Selasa/

19 Mei 2015

2 10.00

11.10

1. Menjaga agar luka tetap bersih dan kering, ganti balutan sesuai program. 2. Menganjurkan klien atau

keluarga untuk mengkaji dan merawat luka dan minta klien/ keluarga untuk

mendemonstrasikannya.

3. Selasa/

19 Mei 2015

3 12.30

13.30

3. Mengkajitingkat

kecemasan klien dari ringan sampai berat.

4. Memberikan ketentraman dan kenyaman hati.

4. Rabu/

20 Mei 2015

1 08.00

09.20

3. Menjelaskan pentingnya

tidur yang cukup selama sakit.

4. Menganjurkan klien


(54)

48

rutinitas tidur.

5. Rabu/ 20

Mei 2015

2 10.00

11.30

3. Menganjurkan klien

untuk menjaga personal hygine.

4. Melakukan perawatan

luka dan menganti balutan.

6. Rabu/ 20

Mei 2015

3 12.20

14.30

2. Memberikan klien

aktivitas yang dapat mengurangi kecemasan/ ketegangan.

3. Mengkaji perasaan

cemas klien dengan percakapan.

7. Kamis/ 21

Mei 2015

1 09.00

10.30

3. Mengajarkan klien untuk posisi tidur yang nyaman.

4. Menganjurkan klien

untuk menghindari yang mengganggu kebutuhan tidurnya.

8. Kamis/ 21

Mei 2015

2 12.30

14.20

3. Menganjurkan klien

untuk menjaga personal hygine.

4. Menjaga agar luka tetap bersih dan kering, ganti balutan sesuai program.

9. Jumat/ 22

Mei 2015

1 09.00 3. Mengajarkan klien untuk


(55)

49

nyaman.

4. Menganjurkan klien

untuk menghindari yang mengganggu kebutuhan tidurnya.

10. Jumat/ 22

Mei 2015

2 10.00

12.30

3. Menganjurkan klien

untuk menjaga personal hygine.

4. Menjaga agar luka tetap bersih dan kering, ganti balutan sesuai program.


(1)

44

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien Tn. R yang mengalami masalah gangguan tidur dengan diabetes melitus didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Faktor resiko gangguan tidur pada Tn. R meliputi penyakit fisik klien yang mengalami riwayat diabetes melitus, pola tidur yang tidak biasanya sehingga menyebabkan rasa mengantuk yang berlebihan.

2. Tindakan penanganan gangguan tidur dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang tenang, kurangi kebisingan bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada saat tidur.

3. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. R adalah gangguan kebutuhan tidur, gangguan integritas kulit dan rasa cemas.

4. Implementasi yang sudah dilakukan pada Tn. R dapat berupa menentukan jam tidur klien, menjelaskan pentingnya tidur yang cukup selama sakit dan tekanan psikososial, mendorong klien untuk menetapkan rutinitas tidur, dan menganjurkan klien untuk menghindari yang mengganggu kebutuhan tidur sehari-hari.

3.2. Saran

a. Klien hendaknya dapat melaksanakan segala bentuk anjuran demi perbaikan keadaannya dan menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan ulang yang lebih buruk.

b. Keluarga dapat memberikan saran ataupun peringatan pada klien bila melanggar apa-apa yang sudah dianjurkan oleh perawat.

c. Ruangan ataupun lingkungan rumah dapat memberikan asuhan keperawatan secara lebih baik lagi untuk hasil yang optimal, lebih melengkapi sarana yang terkait dengan gangren akibat diabetes melitus. Serta kerjasama antar tim perawat dan tim kesehatan, klien dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (diharapkan).


(2)

45

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H. Aziz. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Arjatmo Tjokronegoro. (2002). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Edisi ke-2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2. Jakarta : EGC.

Doengos, E. Maryln, dkk. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta. Herdman, T.H. (2012). Nanda International Diagnosis Keperawatan:Definisi & Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Jan Tambayong, dr. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Kozier, Barbara. (2011). Fundamental of Nursing : Concepts, Process, and Practices. Jakarta: EGC.

Lumbantobing. (2004). Gangguan Tidur. Jakarta : FKUI.

Potter & Perry. (2005). Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, danPraktik, Edisi Ke-4 Ahli Bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk. Jakarta. EGC. Prayitno. (2002). Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan Penatalaksanaannya.Jurnal Tidak diterbitkan. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK Universitas Trisakti.

Rafknowledge. (2004). Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Rains, J. C. (2006). Sleep Disorders and Headache. Center for Sleep Evaluation at Elliot Hospital, Manchester.


(3)

46

Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Penerjemah Waluyo, A). Jakarta : EGC.

Tawoto & Wartona. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Jakarta : Salemba Madika.

Wilkinson, Judith. M. Nancy R. Ahem. (2011). Buku Saku Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. (Alih bahasa Esty Wahyuningsih). Edisi 9. Jakarta : EGC.


(4)

47 Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Hari/

Tanggal Diagnosa Waktu

Implementasi Keperawatan 1. Selasa/

19 Mei 2015

1 08.00

09.20

1. Mengkaji tanda-tanda vital klien

2. Menentukan jam tidur klien

2. Selasa/ 19 Mei 2015

2 10.00

11.10

1. Menjaga agar luka tetap bersih dan kering, ganti balutan sesuai program. 2. Menganjurkan klien atau

keluarga untuk mengkaji dan merawat luka dan minta klien/ keluarga untuk

mendemonstrasikannya. 3. Selasa/

19 Mei 2015

3 12.30

13.30

3. Mengkajitingkat

kecemasan klien dari ringan sampai berat.

4. Memberikan ketentraman dan kenyaman hati.

4. Rabu/ 20 Mei 2015

1 08.00

09.20

3. Menjelaskan pentingnya tidur yang cukup selama sakit.

4. Menganjurkan klien untuk menetapkan


(5)

48

rutinitas tidur. 5. Rabu/ 20

Mei 2015

2 10.00

11.30

3. Menganjurkan klien untuk menjaga personal hygine.

4. Melakukan perawatan luka dan menganti balutan.

6. Rabu/ 20 Mei 2015

3 12.20

14.30

2. Memberikan klien aktivitas yang dapat mengurangi kecemasan/ ketegangan.

3. Mengkaji perasaan cemas klien dengan percakapan.

7. Kamis/ 21 Mei 2015

1 09.00

10.30

3. Mengajarkan klien untuk posisi tidur yang nyaman.

4. Menganjurkan klien untuk menghindari yang mengganggu kebutuhan tidurnya.

8. Kamis/ 21 Mei 2015

2 12.30

14.20

3. Menganjurkan klien untuk menjaga personal hygine.

4. Menjaga agar luka tetap bersih dan kering, ganti balutan sesuai program.

9. Jumat/ 22 Mei 2015

1 09.00 3. Mengajarkan klien untuk posisi tidur yang


(6)

49

nyaman.

4. Menganjurkan klien untuk menghindari yang mengganggu kebutuhan tidurnya.

10. Jumat/ 22 Mei 2015

2 10.00

12.30

3. Menganjurkan klien untuk menjaga personal hygine.

4. Menjaga agar luka tetap bersih dan kering, ganti balutan sesuai program.


Dokumen yang terkait

Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan pada Klien Diabetes Melitus di Kelurahan Harjosari I Medan Amplas

0 54 41

Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan pada Klien Diabetes Melitus di Kelurahan Harjosari I Medan Amplas

0 0 6

Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan pada Klien Diabetes Melitus di Kelurahan Harjosari I Medan Amplas

0 0 3

Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan pada Klien Diabetes Melitus di Kelurahan Harjosari I Medan Amplas

0 0 25

Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan pada Klien Diabetes Melitus di Kelurahan Harjosari I Medan Amplas

0 0 1

Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang dari Kebutuhan pada Klien Diabetes Melitus di Kelurahan Harjosari I Medan Amplas

0 0 5

Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Tidur Pada Klien Diabetes Melitus Di Kelurahan Harjosari Lingkungan Vii Kecamatan Medan Amplas Medan

0 0 6

Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Tidur Pada Klien Diabetes Melitus Di Kelurahan Harjosari Lingkungan Vii Kecamatan Medan Amplas Medan

0 0 4

Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Tidur Pada Klien Diabetes Melitus Di Kelurahan Harjosari Lingkungan Vii Kecamatan Medan Amplas Medan

0 0 1

Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Tidur Pada Klien Diabetes Melitus Di Kelurahan Harjosari Lingkungan Vii Kecamatan Medan Amplas Medan

0 0 3