16
menggunakanhormon secara efisien Smith, 2010. Tidur dapat mempengaruhi produksikatekolamin sistem saraf simpatis. Selama periode tidur terjadi
peningkatanaktivitas sistem saraf simpatis. Selain hal tersebut tidur juga mempengaruhiproduksi epinefrin dan norepinefrin serta pengeluaran melatonin
Carlson,Campbell, Garland, Grossman, 2007. Mekanisme hubungan antara gangguan tidur seperti sleep apneadengan
metabolismeglukosa belum jelas. Gangguan tidur seperti sleep apneamenyebabkan gangguan aliran udara pada saluran pernafasan hal tersebut akanmemicu terjadinya
hipoksia dan merangsang individu untuk bangun daritidurnya, hal tersebut tentunya akan mengurangi waktu normal tidur individu.Gangguan tidur dapat menyebabkan
rangsangan pada sistem saraf simpatik, AxisHipotalamusPituitariAdrenal dan jaringan adiposa. Aktivasi sistem saraf simpatik memicu pengeluaran katekolamin,
kortisol, sitokin dan substansivasoaktif lain yang dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa, resistensiinsulin dan munculnya gejala diabetes Punjabi
Beamer, 1995 dalam Colten Altevogt, 2006.Periode tidur terdiri dari tidur REM dan tidur NREM. Tidur NREM ditandaiadanya tidur yang dalam. Periode tidur
NREM dapat mempengaruhi metabolisme glukosa di otak, keseimbangan aktivitas saraf simpatis dan pengeluaran hormone yang memiliki sifat counterregulatory serta
juga terjadi peningkatan kadarhormon pertumbuhan sampai aktivitas HPA axis dihambat Spiegel, Tasali,Leproult, Cauter, 2009. Menurut Bergman 1989
dalam Speigel et al 2009akibat adanya gangguan pada periode tidur NREM selama 3 hari dapatmenyebabkan penurunan sesitivitas insulin sekitar 25 dan
merupakan salah satufaktor resiko timbulnya diabetes.
2.3. Proses Keperawatan
2.3.1. Pengkajian keperawatan
Perawat harus selalu selalu mengkaji pola tidur klien untuk melengkapi dokumentasi keperawatan. Pengkajian gangguan tidur klien tidak cukup jika hanya
bertanya “Apakah kamu tidur nyenyak tadi malam?” seorang perawat haruslah bertanya jika klien merasa kesulitan untuk tidur, mengalami bangun lebih awal dan
susah untuk kembali tidur, dan merasa istirahat tidurnya cukup di pagi hari. Selanjutnya, perawat haruslah bertanya jika klien merasa lelah dan mengantuk
sepanjang hari.
17
Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan tidur menurut Tarwoto dan Wartona 2010 yaitu :
1. Riwayat keperawatan
a. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada waktu tidur,
jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering terbangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.
b. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah merasa segar saat
bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur. c.
Adakah alat bantu tidur : apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur.
d. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontibusi : jenis gangguan tidur, kapan
masalah itu terjadi. 2.
Pemeriksaan fisik a.
Observasi penampilan wajah, prilaku, dan tingkat energy pasien. b.
Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, konjungtiva merah. c.
Perilaku berupa iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata
tampak lengket, menarik diri, binggung dan kurang koordinasi.
18
2.3.2 Analisa data
Gangguan tidur
Aktivitas tidur
Reticular Activating System Bulbar Synchronizing Region
RAS BSR
Tidur istirahat Waspada
Kesadaran Serum serotonin
Hipotalamus Katekolamin
Pendengaran Nyeri dan Emosi dan Tidur
Bangun sensori proses pikir
Pangkal otak Rangsangan
Dirangsang Medula spinalis
korteks serebral organ
19
2.3.2. Rumusan masalah
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang terkait dengan gangguan tidur, kriteria hasil menurut Wilkinson 2011 antara lain :
1. Insomnia
a. Tidur
Klien memperlihatkan tidur yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut skala 1- 5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada gangguan :
- Jumlah jam tidur sedikitnya 5 jam 24 jam untuk orang dewasa.
- Pola, kualitas dan rutinitas tidur.
- Perasaan segar setelah tidur.
- Terbangun di waktu yang sesuai.
2. Cemas
b. Pengendalian diri terhadap rasa cemas
Klien menunjukkan pengendalian diri terhadap rasa cemas, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut skala 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering,
selalu. -
Menghindari sumber cemas bila mungkin. -
Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan rasa cemas. -
Mengendalikan respon cemas. -
Mencari informasi untuk menurunkan rasa cemas.
2.3.3. Diagnosa dan intervensi keperawatan