49
jajanan berbahaya yang banyak beredar di lingkungan Sekolah Dasar, dan bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi konsumen
jajanan berbahaya. Informan yang dimaksud di sini adalah pihak dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Semarang yang
berwenang terkait masalah tersebut. 2. Data sekunder, data sekunder dalam penelitian ini adalah berupa
dokumen. Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala bentuk catatan tentang berbagai macam peristiwa atau
keadaan di masa lalu yang memiliki nilai atau arti penting dan dapat berfungsi sebagai data penunjang dalam penelitian ini.
Dokumen yang dimaksud berupa buku, catatan wawancara, dan rekaman yang digunakan sewaktu peneliti mengadakan penelitian
mengenai Mengapa jajanan berbahaya masih banyak beredar di lingkungan Sekolah Dasar, Apa saja usaha yang dilakukan Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan Semarang untuk menanggulangi jajanan berbahaya yang banyak beredar di
lingkungan Sekolah Dasar, dan bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi konsumen jajanan berbahaya.
3.5 Alat dan Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian skripsi ini nantinya penulis akan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Pengamatan Observasi
50
Metode ini dipakai untuk mendapat data melalui kegiatan melihat, mendengar dan pengideraan lainnya yang mungkin dilakukan guna
memperoleh data atau informasi yang diperlukan. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka pengumpulan data dengan cara mengamati
fenomena mengenai kinerja Badan Pengawas Obat dan Makanan Semarang terkait dengan peran instansi tersebut terkait dengan pelndungan hukum
terhadap konsumen jajanan berbahaya. Dari hasil obsevasi inilah yang kemudian dapat diambil kesimpulan
atas apa yang telah diamati oleh peneliti dan dapat digunakan sebagai pembanding antara hasil wawancara dan kuesioner dengan hasil pengamatan
apakah ada kesesuaian atau tidak. 2.
Studi Dokumenter Metode ini adalah sebagai suatu studi dari dokumen tentang kegiatan
pelayan publik yang pernah ditangani di lokasi-lokasi penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mempertajam metodologi, memperdalam kajian yang
telah dilakukan oleh para peneliti lain. 3.
Wawancara Interview Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu Moleong 2009 : 186”. Dalam penelitian ini menggunakan alat pengumpul data yang berupa pedoman wawancara yaitu
instrumen yang berbentuk pertanyaan yang ditujukan kepada pihak atau staf
51
Badan Pengawas Obat dan Makanan Semarang, para penjual dan konsumen jajanan berbahaya di Sekolah Dasar di kota Semarang. Untuk konsumen yang
dimaksud dalam skripsi ini tidak terbatas hanya pada anak Sekolah Dasar saja,namun semua pihak yang membeli makanan di kantin ataupun penjual
jajanan di Sekolah Dasar. Untuk memperoleh informasi yang sedekat- dekatnya dan subjek-objeknya dalam melakukan wawancara harus saling
bekerjasama, saling menghargai, saling mempercayai, saling memberi dan menerima. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara antara
lain : 1
Mengadakan pembicaraan-pembicaraan yang ramah tamah pada permulaan wawancara.
2 Mengemukakan tujuan dari penelitian dalam bahasa yang mudah
dimengerti oleh pemberi informasi. 3
Peneliti tidak boleh memperlihatkan sikap yang tergesa-gesa. 4
Mengadakan pencatatan pada setiap hasil jawaban yang diberikan kepada informan Sutrisno Hadi 2002 : 221.
Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara, antara lain: 1
Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.
2 Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun
secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Arikunto, 2006: 155
3.6 Keabsahan Data