Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Jajanan Berbahaya Beredar

81 b Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan dan penggunaan yang salah dari produk obat, narkotik, psikotropik, dan zat adiktif serta resiko akibat dari penggunaan produk dan bahan berbahaya. c Mengembangkan obat asli Indonesia dengan mutu, khasiat, dan keamanan yang dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Sesuai dengan visi dan misinya, Badan POM mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 67 Keppres Nomor 103 tahun 2001.

4.2.1 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Jajanan Berbahaya Beredar

Di Lingkungan Sekolah Dasar Dari hasil wawancara dengan Djoko Harjanto selaku pengawas obat dan makanan di Balai Besar POM Semarang didapat keterangan bahwa Faktor penyebab pelaku usaha jajanan menggunakan Bahan Tambahan Pangan BTP dalam produknya adalah faktor kepentingan ekonomis dan faktor Sumber Daya Manusia SDM produsen dan konsumen. Faktor kepentingan ekonomis yaitu para pelaku usaha ingin mengeluarkan biaya produksi serendah-rendahnya dan mendapatkan untung sebanyak- banyaknya. Sedangakan untuk SDM dari pihak pelaku usaha yaitu kurangnya pengetahuan tentang seluk beluk Bahan Tambahan Pangan BTP Berbahaya. Dari pihak konsumen yaitu daya beli masyarakat yang rendah, 82 mereka selalu ingin produk yang murah dan enak tanpa memperhatikan kualitas produk tersebut. Senada dengan hasil wawancara tersebut dari hasil penelitian penulis juga ditemukan fakta bahwa 7 dari pelaku usaha hanya 2 orang yang tahu tentang BTP berbahaya dan yakin kalau barang yang dijualnya bebas dari BTP berbahaya. Padahal dalam pasal 7 Undang-Undang - Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen telah disebutkan bahwa salah satu kewajiban pelaku usaha adalah “Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa yang berlaku”. Namun dalam kenyataannya beberapa pelaku usaha tidak menjamin barang dagangan baik yang diproduksi dan atau dijualnya sesuai dengan standar mutu pangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, jelas – jelas itu melanggar salah satu hak konsumen yang telah disebutkan dalam pasal 4 Undang - Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yaitu: hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa. Dari hasil penelitian penulis juga ditemukan fakta 10 dari konsumen yang diwawancarai hanya dua orang yang tahu tentang jenis dan seluk beluk Bahan Tambahan Pangan BTP berbahaya. Ini menunjukkan betapa kurang mengenannya penyuluhan dan penyebaran pamflet-pamflet tentang BTP berbahaya dari Balai Besar POM. 83 Jika konsumen merasa dirugikan oleh pelaku usaha terkait dengan barang yang dikonsumsinya maka pelaku usaha wajib bertanggung jawab sesuai dengan pasal 19 Undang - Undang no. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Namun dalam kenyataannya konsumen mengaku bingung harus mengadu kemana jika terjadi suatu hal yang merugikan dirinya, mereka memilih diam dan mengatasi kerugian tersebut dengan biaya sendiri tanpa meminta ganti rugi kepada pelaku usaha yang bersangkutan. Rinto mengaku pernah suatu ketika setelah ia makan mi kering pedas langsung diare sampai ijin masuk sekolah selama 2 hari, ibu rinto tidak mendatangi pejual jajanan tersebut,dan rinto hanya diperiksakan ke dokter saja. wawancara dengan Rinto, konsumen jajanan di kantin SD Negeri 1 Pedirikan Semarang, tanggal 16 November 2010.

4.2.2 Wewenang Balai Besar POM Dalam Menegakkan Hukum