Teori Belajar yang Mendasari Penerapan Model Role Playing

4 Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Pada fase ini penyajian bahan pelajaran dengan memanfaatkan media pengajaran. Keahlian guru dituntut di sini. Media diperbantukan oleh guru untuk membantu tugasnya menjelaskan bahan pelajaran; 5 Langkah kegiatan belajar siswa. Pada fase ini siswa belajar dengan memanfaatkan media pengajaran yang ada. Pemanfaatan media di sini bisa siswa sendiri yang mempraktikkannya ataupun guru langsung memanfaatkannya, baik di kelas atau di luar kelas; 6 Langkah evaluasi pengajaran. Pada langkah ini kegiatan belajar dievaluasi, sampai sejauh mana tujuan pengajaran tercapai, yang sekaligus dapat dinilai sejauh mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa. Berdasarkan pengertian di atas, diketahui bahwa media audio visual dapat memberikan pengetahuan secara lebih mendalam kepada diri siswa karena siswa tidak hanya mendengarkan guru, tetapi juga melihat materi yang di ajarkan sehingga akan lebih lama bertahan dalam ingatan siswa.

2.1.8. Teori Belajar yang Mendasari Penerapan Model Role Playing

berbantuan media audio visual 2.1.8.1. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Piaget dalam Suyono dan Hariyanto, 2013: 83-85 berpendapat bahwa setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahapan yang teratur. Proses berpikir anak merupakan suatu aktivitas gradual, tahap demi tahap dari fungsi intelektual, dari konkret menuju abstrak. Penjabaran dari proses tersebut yaitu: 1. Tahap Sensori Motor lahir-2 tahun Pada tahap ini mereka mengandalkan kemampuan sensorik dan motorik. Anak mulai memahami bahwa perilaku tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. 2. Tahap Pra-Operasional 2-7 tahun Pada tahap ini kecenderungan anak untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya tentang realitas sangatlah menonjol. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan, anak pun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. 3. Tahap Operasional Konkret 7-11 tahun Pada tahap ini berkembang daya mampu anak berpikir logis untuk memecahkan masalah kongkrit. 4. Tahap Operasional Formal 11 tahun ke atas Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir mengenai ide, mereka sudah mampu memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Sehingga pada tahap ini anak sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis, secara proporsional, serta menarik generalisasi secara mendasar. Implikasi teori tersebut dalam pembelajaran adalah bahwa siswa memiliki tahap perkembangan tertentu sehingga dalam membelajarkan siswa, guru harus memperthatikan tahap perkembangan anak. Pada penelitian ini, objek yang akan diteliti adalah siswa kelas VA yang rata-rata berusia 11 tahun yang memasuki tahap operasional konkret. Pada tahap ini, siswa sudah mulai berpikir logis sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan metode yang membuat siswa belajar mandiri, menemukan sendiri pengetahuan baru dan memperbanyak diskusi. 2.1.8.2. Teori Belajar dalam Aliran Behaviorisme menurut Erdward Lee Thorndike Dalam aliran behaviorisme, belajar adalah merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus S dengan respon R. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah adanya input berupa stimulus dan output yang berupa respon. Edward Lee Thorndike menyatakan bahwa, belajar adalah pembentukan S-R sebanyak-banyaknya. Siapa yang menguasai hubungan S-R sebanyak-banyaknya, yatui orang yang sukses dalam belajar. Pembentukan hubungan S-R dilakukan melalui latihan dan ulangan-ulangan, dengan prinsip trial and error, coba dan salah Suyono dan Hariyanto, 2013:59-60. Penerapan teori tersebut dalam pembelajaran IPS tentang Peristiwa Seputar Proklamasi melalui model Role Playing berbantuan media audio visual adalah dengan memberikan stimulus kepada siswa dengan memerankan peran sebagai tokoh pahlawan. Dalam memerankan peran, skenario telah dibuat oleh guru dan diberikan kepada siswa beberapa hari sebelum KBM sehingga ketika KBM berlangsung siswa dapat memerankan perannya dengan baik. dengan memberikan skenario dan siswa mempelajarinya, maka secara langsung guru telah memberikan stimulus. Respon yang dilakukan oleh siswa adalah dengan memberikan komentar atas penampilan yang telah dilakukan oleh kelompok lain di dalam kelompoknya, serta rasa senang untuk bekerjasama dan menjaga kekompakan dalam berkelompok. Selain itu, pembelajaran ini juga mengacu pada tujuan pembelajaran berupa tingkah laku dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang ketiganya dapat dicapai sekaligus dalam kegiatan pembelajaran ini. 2.1.8.3. Teori Konstruktivisme Sosial dari Vygotsky Vygotsky lebih menyatakan teori pembelajarannya sebagai pembelajaran kognisi sosial. Pembelajaran kognisi sosial meyakini bahwa kebudayaan merupakan penentu utama bagi pengembangan individu. Interaksi dengan kebudayaan di sekelilingnya dan agen-agen masyarakat, seperti orang tua, teman sebaya yang lebih kompeten, menyumbang secara signifikan kepada perkembangan intelektual anak Suyono dan Hariyanto, 2013:109-111 Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran pada umumnya menekankan pembelajaran kooperatif dengan landasan berpikir secara luas, bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan teman-temannya. Implementasi model Role Playing berbantuan media audio visual, siswa dibagi beberapa kelompok yang masing-masing berisi 9-10 orang. Masing-masing kelompok memerankan peran tentang peristiwa seputar proklamasi, sedangkan kelompok lain berdiskusi mengomentari kelompok yang memerankan peran. Berdasarkan teori-teori pendukung yang telah diungkapkan beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS tentang Peristiwa Seputar Proklamasi melalui model Role Playing berbantuan media audio visual sangat cocok digunakan. Karena model dan media tersebut mendukung aktivitas siswa dalam berdiskusi kelompok. Selain itu, siswa akan memperoleh stimulus yang akan menimbulkan respon secara cepat sehingga pembelajaran akan berlangsung secara optimal.

2.1.9. Penerapan Model Role Playing berbantuan media audio visual pada

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VA SDN WONOSARI 03 SEMARANG

0 8 436

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COURSE REVIEW HORAY BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V A SDN KARANGAYU 02 KOTA SEMARANG

0 20 267

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL DI KELAS IV SDN PAKINTELAN 03 KOTA SEMARANG

0 13 233

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VA SDN GISIKDRONO 03 SEMARANG

0 17 254

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL ARIAS BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IIA SD Hj. ISRIATI BAITURRAHMAN 1 KOTA SEMARANG

0 6 320

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING DENGAN MEDIA VIDEO SISWA KELAS V SDN KANDRI 01 KOTA SEMARANG

1 7 270

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK TALK WRITE (TTW) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VB MI AL IMAN BANARAN SEMARANG

0 12 276

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL ROLE PLAYING BERBANTUAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS V SDN TUGUREJO 01 KOTA SEMARANG

1 24 287

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN TUGUREJO 01 KOTA SEMARANG

0 24 337

Peningkatan Kualitas pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Role Playing Pada Siswa Kelas V SDN Gunungpati 02 Kota Semarang.

0 1 1