PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VA MI AL IMAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

(1)

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS

MELALUI MODEL ROLE PLAYING BERBANTUAN

MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VA MI

AL IMAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

IDA APRILYANA SARI

1401411095

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii Nama : Ida Aprilyana sari

NIM : 1401411095

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model

Role Playing berbantuan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Mei 2015 Peneliti,


(3)

iii

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Role Playing berbantuan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang” telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Rabu

tanggal : 20 Mei 2015

Semarang, Mei 2015


(4)

iv

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Role Playing berbantuan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang”, telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Rabu

tangggal : 20 Mei 2015


(5)

v

MOTO

Education is the most powerful weapon which you can use to change

the world.” (Nelson Mandela)

“Education is not the learning of facts, but the training of the mind to

think.” (Albert Einstein)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan bangga skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orangtuaku: Bapak Jamilin Ibu Martini


(6)

vi

sehingga skripsi dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Role Playing berbantuan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang” dapat terselesaikan dengan lancar. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathurrahman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melanjutkan studi; 2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah

memberi ijin melaksanakan penelitian;

3. Dra. Hartati, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini;

4. Putri Yanuarita sutikno, S.Pd, M.Sn., Dosen Pembimbing yang telah membimbing dengan penuh kasih sayang dan kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

5. Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd., Dosen Penguji Utama yang telah menguji serta memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Masitah, S.Pd, M.Pd., Dosen Penguji I yang telah menguji serta memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Sri Maryatun, S.Pd.I., Kepala MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

8. Wina Harjanti, S.Pd., Guru kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang yang telah bersedia menjadi kolaborator penelitian dan membantu selama penelitian.

9. Seluruh keluarga besar MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang yang telah melancarkan penelitian dan penyusunan skripsi ini.


(7)

vii

Semarang, Mei 2015


(8)

viii MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang”

Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Putri Yanuarita Sutikno, S.Pd, M.Sn.

IPS merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang segala aspek kehidupan di dunia. Dengan ilmu IPS, diharapkan manusia dapat menjadi warga negara yang baik. berdasarkan hasil refleksi peneliti bersama kolaborator pada pembelajaran IPS di MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran IPS rendah. Peneliti menemukan permasalahan berkaitan dengan kualitas pembelajaran yang meliputi ketrampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Dari segi guru, guru hanya menggunakan metode ceramah, tidak melakukan pengelompokan, tidak menggunakan model pembelajaran beserta media dan pemberian penguatan belum optimal. Dari segi siswa, siswa pasif, kurang antusias, kesulitan memahami penjelasan guru, kurang dapat mengemukakan pendapat. Hal tersebut mengakiatkan rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang yang ditunjukkan dengan data bahwa dari 28 siswa, 17 siswa (61%) kurang menguasai materi sehingga tidak tuntas dalam pembelajaran IPS. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa di kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang.

Desain Penelitian ini menggunakan PTK yang dilaksanakan dalam tiga siklus dengan satu kali pertemuan setiap siklusnya. Setiap siklus melalui empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek yang diteliti yaitu guru dan siswa kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan non-tes. Analisis data menggunakan analisis statistik kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pada keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar di setiap siklusnya. Skor keterampilan guru siklus I, II, dan III adalah 30 (baik), 37 (baik), dan 43 (sangat baik). Skor aktivitas siswa siklus I, II, dan III adalah 27,8 (baik), 30 (baik), dan 33,1 (sangat baik). Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa siklus I, II, dan III sebesar 79%, 89%, dan 93%.

Simpulan penelitian ini adalah melalui model Role Playing berbantuan media audio visual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang. Saran dari penelitian ini adalah dalam pembelajaran hendaknya guru menggunakan media dan model pembelajaran, salah satunya adalah dengan menggunakan model Role Playing dan media audio visual sehingga hasil belajar siswa baik.


(9)

ix

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah dan Pemecahan masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II: KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... 13

2.1.1. Hakekat Belajar ... 13

2.1.2. Hakekat Pembelajaran ... 15

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar ... 16

2.1.4. Kualitas Pembelajaran ... 17

2.1.4.1. Keterampilan Guru dalam Pembelajaran ... 20

2.1.4.2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 30

2.1.4.3. Hasil Belajar ... 35

2.1.5. Hakekat IPS ... 43

2.1.5.1. Pengertian IPS ... 43


(10)

x

2.1.6. Model Pembelajaran ... 53

2.1.6.1. Pengertian Model Pembelajaran ... 53

2.1.6.2. Model Role Playing ... 54

2.1.6.3. Kekurangan dan Kelebihan Role Playing ... 56

2.1.6.3.1. Kekurangan Role Playing ... 57

2.1.6.3.2. Kelebihan Role Playing ... 57

2.1.7. Media Pembelajaran ... 58

2.1.7.1. Pengertian Media ... 58

2.1.7.2. Media Audio Visual ... 61

2.1.8. Teori Belajar yang Mendasari Penerapan Model Role Playing berbantuan media audio visual ... 64

2.1.8.1. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget ... 64

2.1.8.2. Teori Belajar dalam Aliran Behaviorisme menurut Edward Lee Thorndike ... 66

2.1.8.3. Teori Konstruktivisme Sosial dari Vygotsky ... 67

2.1.9. Penerapan Model Role Playing berbantuan media audio visual pada Pembelajaran IPS tentang Peristiwa Seputar Proklamasi ... 68

2.2. Kajian Empiris ... 69

2.3. Kerangka Berpikir ... 74

2.4. Hipotesis Tindakan ... 77

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Prosedur/Langkah PTK ... 78

3.1.1. Perencanaan ... 79

3.1.2. Pelaksanaan Tindakan ... 80

3.1.3. Pengamatan/Observasi... 80

3.1.4. Refleksi ... 81


(11)

xi

3.2.1.4. Refleksi ... 85

3.2.2. Penelitian Siklus II ... 85

3.2.2.1. Perencanaan ... 85

3.2.2.2. Pelaksanaan Tindakan ... 86

3.2.2.3. Observasi ... 88

3.2.2.4. Refleksi ... 88

3.2.3. Penelitian Siklus III ... 88

3.2.3.1. Perencanaan ... 88

3.2.3.2. Pelaksanaan Tindakan ... 89

3.2.3.3. Observasi ... 91

3.2.3.4. Refleksi ... 92

3.3. Subjek Penelitian ... 92

3.4. Tempat Penelitian ... 92

3.5. Variabel Penelitian ... 92

3.6. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 93

3.6.1. Sumber Data ... 93

3.6.1.1. Guru ... 93

3.6.1.2. Siswa ... 93

3.6.1.3. Data Dokumen ... 94

3.6.1.4. Catatan Lapangan ... 94

3.6.2. Jenis Data ... 94

3.6.2.1. Data Kuantitatif ... 94

3.6.2.2. Data Kualitatif ... 95

3.6.3. Teknik Pengumpulan Data ... 96

3.6.3.1. Teknik Tes ... 96

3.6.3.2. Teknik Nontes ... 97


(12)

xii

4.1. Hasil Penelitian ... 106

4.1.1. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 107

4.1.1.1. Deskripsi Observasi Pelaksanaan Siklus I ... 107

4.1.1.1.1. Keterampilan Guru pada Pembelajaran Siklus I ... 107

4.1.1.1.2. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus I ... 113

4.1.1.1.3. Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Siklus 1 ... 119

4.1.1.2. Refleksi Siklus I ... 126

4.1.1.2.1. Keterampilan Guru ... 126

4.1.1.2.2. Aktivitas Siswa ... 127

4.1.1.2.3. Hasil Belajar ... 128

4.1.1.3. Revisi Siklus I ... 129

4.1.1.3.1. Keterampilan Guru ... 129

4.1.1.3.2. Aktivitas Siswa ... 130

4.1.1.3.3. Hasil Belajar ... 130

4.1.2. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 131

4.1.2.1. Deskripsi Observasi Pelaksanaan Siklus II ... 131

4.1.2.1.1. Keterampilan Guru pada Pembelajaran Siklus II ... 131

4.1.2.1.2. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus II ... 136

4.1.2.1.3. Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Siklus 1I ... 143

4.1.2.2. Refleksi Siklus II ... 150

4.1.2.2.1. Keterampilan Guru ... 150

4.1.2.2.2. Aktivitas Siswa ... 150

4.1.2.2.3. Hasil Belajar ... 151

4.1.2.3. Revisi Siklus II ... 152

4.1.2.3.1. Keterampilan Guru ... 152

4.1.2.3.2. Aktivitas Siswa ... 153


(13)

xiii

4.1.3.1.3. Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Siklus 1II ... 165

4.1.3.2. Refleksi Siklus III ... 173

4.1.3.2.1. Keterampilan Guru ... 173

4.1.3.2.2. Aktivitas Siswa ... 173

4.1.3.2.3. Hasil Belajar ... 174

4.1.3.3. Revisi Siklus II ... 174

4.1.3.3.1. Keterampilan Guru ... 174

4.1.3.3.2. Aktivitas Siswa ... 175

4.1.3.3.3. Hasil Belajar ... 175

4.1.4. Rekapitulasi Data Prasiklus, Siklus I, II, dan III ... 176

4.2 Pembahasan ... 177

4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian ... 177

4.2.1.1. Peningkatan Keterampilan Guru Siklus I, II, dan III ... 177

4.2.1.2. Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I, II, dan III ... 190

4.2.1.3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, dan III ... 199

4.2.2. Implikasi Hasil Penelitian ... 203

4.2.2.1. Implikasi Teoritis ... 204

4.2.2.2. Implikasi Praktis ... 204

4.2.2.3. Implikasi Pedagogis ... 205

BAB V : PENUTUP 5.1. Simpulan ... 206

5.2. Saran ... 207

DAFTAR PUSTAKA ... 208


(14)

xiv

Tabel 3.2 Pemetaan Indikator Siklus II ... 85

Tabel 3.3 Pemetaan Indikator Siklus III ... 89

Tabel 3.4 Kriteria Ketercapaian Hasil Belajar ... 100

Tabel 3.5 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru ... 102

Tabel 3.6 Kriteria Ketuntasan aktivitas Siswa ... 102

Tabel 3.7 Kriteria Ketuntasan Ranah Afektif ... 103

Tabel 3.8 Kriteria Ketuntasan ranah Psikomotorik ... 104

Tabel 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I ... 108

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 113

Tabel 4.3 Hasil Belajar Kognitif Siklus I ... 120

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kognitif Siklus I ... 121

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Ranah Afektif Siklus I ... 122

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Ranah Psikomotorik Siklus I ... 125

Tabel 4.7 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II ... 131

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 137

Tabel 4.9 Hasil Belajar Kognitif Siklus II ... 143

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kognitif Siklus II ... 144

Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Ranah Afektif Siklus II ... 145

Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Ranah Psikomotorik Siklus II ... 148

Tabel 4.13 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III ... 154

Tabel 4.14 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 159

Tabel 4.15 Hasil Belajar Kognitif Siklus III ... 166

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kognitif Siklus III ... 167

Tabel 4.17 Hasil Pengamatan Ranah Afektif Siklus III ... 168

Tabel 4.18 Hasil Pengamatan Ranah Psikomotorik Siklus III ... 171

Tabel 4.19 Rekapitulasi Data Prasiklus, Siklus I, II, dan III ... 176

Tabel 4.20 Peningkatan Keterampilan Guru Siklus I, II dan III ... 178


(15)

(16)

xvi

Diagram 4.2 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 114

Diagram 4.3 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus I ... 121

Diagram 4.4 Diagram Hasil Pengamatan Ranah Afektif Siklus I ... 122

Diagram 4.5 Diagram Hasil Pengamatan Ranah Psikomotorik Siklus I ... 125

Diagram 4.6 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II ... 132

Diagram 4.7 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 137

Diagram 4.8 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus II ... 144

Diagram 4.9 Diagram Hasil Pengamatan Ranah Afektif Siklus II ... 145

Diagram 4.10 Diagram Hasil Pengamatan Ranah Psikomotorik Siklus II ... 148

Diagram 4.11 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III ... 154

Diagram 4.12 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 160

Diagram 4.13 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus III ... 167

Diagram 4.14 Diagram Hasil Pengamatan Ranah Afektif Siklus III ... 168

Diagram 4.15 Diagram Hasil Pengamatan Ranah Psikomotorik Siklus III .... 171

Diagram 4.16 Diagram Rekapitulasi Data Prasiklus, Siklus I, II,dan III ... 176

Diagram 4.17 Diagram Peningkatan Indikator Keterampilan Guru Siklus I, II, dan III ... 178

Diagram 4.18 Diagram Peningkatan Indikator Aktivitas Siswa Siklus I, II, dan III ... 191


(17)

xvii

Bagan 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 76 Bagan 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto) ... 78


(18)

xviii

Lampiran 2. Pedoman Kisi-Kisi Instrumen Aktivitas Siswa ... 216

Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 218

Lampiran 4. Lembar Pengamatan Keterampilan Guru ... 221

Lampiran 5. Lembar Pengamatan aktivitas Siswa ... 225

Lampiran 6. Lembar Pengamatan Ranah Afektif ... 229

Lampiran 7. Lembar Pengamatan Ranah Psikomotorik ... 231

Lampiran 8. Lembar Catatan Lapangan ... 233

Lampiran 9. Silabus Pembelajaran Siklus I ... 235

Lampiran 10. Silabus Pembelajaran Siklus II ... 250

Lampiran 11. Silabus Pembelajaran Siklus III... 265

Lampiran 12. Hasil Pengamatan Keterampilan Guru ... 283

Lampiran 13. Hasil Observasi Aktivitas siswa ... 295

Lampiran 14. Catatan Lapangan ... 301

Lampiran 15. Data Nilai Ulangan Prasiklus ... 304

Lampiran 16. Hasil Evaluasi Siswa ... 305

Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ... 308

Lampiran 18. Hasil Pekerjaan Siswa ... 309

Lampiran 19. Hasil Belajar Afektif ... 315

Lampiran 20. Hasil Belajar Psikomotorik ... 321

Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian ... 325

Lampiran 22. Surat Keterangan KKM ... 332


(19)

1

1.1.

LATAR BELAKANG MASALAH

IPS merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari manusia dengan segala aspek kehidupan yang ada di dunia. Dengan ilmu IPS, manusia belajar tentang bagaimana cara berinteraksi dan mengenal alam sekitarnya sehingga IPS dapat membentuk manusia menjadi warga negara yang berkepribadian baik. Hal tersebut sesuai dengan pengertian pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berbagai bidang ilmu yang diajarkan dalam bidang pendidikan harus memuat materi pembelajaran yang berbobot dan dapat mengembangkan kepribadian peserta didik. Mata pelajaran yang cocok untuk pengembangan kepribadian peserta didik salah satunya adalah mata pelajaran IPS. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi bahwa IPS merupakan suatu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi


(20)

yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Menurut Sardiyo (2009:1.27), Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji aspek kehidupan manusia berdasarkan satu kesatuan gejala sosial atau masalah sosial. Ruang lingkup pembelajaran IPS adalah hal-hal yang berkenaan dengan manusia dan kehidupannya meliputi semua aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat. Mulyono (dalam Hidayati, 2008:1-26) menyebutkan bahwa mempelajari IPS pada hakekatnya menelaah interaksi antara individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu pengajaran yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Sumber materi IPS ada 5 macam antara lain: 1) segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas seperti negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya; 2) kegiatan manusia misalnya, mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi dan transportasi; 3) lingkungan geografi dan budaya meliputi, segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh; 4) kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang


(21)

besar; 5) anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga. Dengan demikian masyarakat dan lingkungan yang semula merupakan sumber materi dalam IPS dapat sekaligus menjadi laboratoriumnya atau dengan kata lain pengetahuan fakta, konsep, maupun teori yang diperoleh anak dalam kelas dapat langsung diterapkan dalam kehidupan masyarakat (Hidayati, 2008:1.26).

Hasil temuan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional (2011:5-7) mengenai kajian pelaksanaan kurikulum IPS menyatakan bahwa dalam pembelajaran IPS terdapat berbagai permasalahan diantaranya: 1) pembelajaran lebih menekankan pada pembelajaran konvensional; 2) pembelajaran IPS kurang mengembangkan model yang variatif; 3) pembelajaran kurang menekankan 4 pada aktivitas siswa; 4) pembelajaran IPS cenderung hafalan; 5) kurangnya penggunaan media.

Berdasarkan hasil refleksi bersama kolaborator pada saat pelaksanaan Praktek Pengalaman Lapangan, menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran IPS di MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang rendah. Peneliti menemukan permasalahan yang berkaitan dengan kualitas pembelajaran. Dari segi guru, guru hanya menggunakan metode ceramah dan tidak melakukan pengelompokan dalam proses pembelajaran, belum menerapkan model pembelajaran yang efektif, kurang memanfaatkan media pembelajaran, dan belum memberikan penguatan secara optimal. Masalah yang berkaitan dengan aktivitas siswa yaitu siswa cenderung pasif, kurang antusias dan kesulitan dalam memahami penjelasan guru. Selain itu, siswa kurang dapat mengemukakan pendapat, hal tersebut terjadi karena guru


(22)

mendominasi pembelajaran tanpa menggunakan model yang dapat meningkatkan aktivitas siswa.

Kedua permasalahan tersebut mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang pada KD 2.1. Rendahnya hasil belajar ditunjukkan dengan data bahwa dari 28 siswa, 17 siswa (61%) kurang menguasai materi pada KD 2.1. Siswa kesulitan dalam mengenal dan memahami nama-nama tokoh pahlawan. Dari 28 siswa, hanya 11 siswa (39%) yang mencapai KKM (63). Rerata kelas yaitu 62,9 dengan nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 30.

Dengan melihat hasil belajar siswa, diperlukan alternatif pemecahan yang dapat memperbaiki kualitas pembelajaran IPS. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, berdasarkan diskusi antara peneliti dan kolaborator yaitu guru kelas VA, menetapkan alternatif tindakan berupa penerapan model yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Maka peneliti menggunakan model Role Playing atau bermain peran yang diharapkan dapat menunjang aktivitas dan pemahaman siswa. Dengan model Role Playing, siswa akan lebih mudah memahami karena seolah-olah melihat secara langsung kejadian yang terjadi pada masa lalu. Selain itu, siswa akan lebih mudah dalam menghafal dan mengingat tokoh-tokoh pahlawan yang diperankan oleh temannya.

Peneliti memilih model Role Playing karena menurut Huda (2013;208) model ini memiliki kelebihan yaitu: 1) dapat memberi ingatan yang kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa; 2) menjadikan pengalaman belajar yang menyenangkan; 3) membuat suasana kelas menjadi dinamis dan antusias; 4)


(23)

membangkitkan gairah dan optimisme siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan; 5) memungkinkan siswa memerankan sesuatu yang akan dibahas pada proses belajar.

Penerapan model akan lebih efektif apabila menggunakan media pembelajaran. Menurut Anitah (2011;6.11), media pembelajaran merupakan saluran atau jembatan dari pesan-pesan pembelajaran (messages) yang disampaikan oleh sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya. Jadi, fungsi media adalah sebagai perantara. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan siswa aktif, antusias dan lebih mudah dalam mengingat materi yang diajarkan. Karena dengan media pembelajaran yang dilihat oleh siswa akan terasa nyata. Media yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah media audio visual. Hamdani (2011: 249) menyebutkan bahwa media audio visual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Selain itu audio visual berfungsi sebagai penunjang pembelajaran yang berbasis audio (suara) dan visual (gambar). Dalam batas-batas tetentu media ini dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pembelajaran.

Penggunaan model Role Playing didukung oleh penelitian yang dilakukan Suchismita Bhattacharjee, PhD dengan judul “Usefulness of Role-Playing Teaching in Construction Education”. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa salah satu pendekatan yang menerapkan studi student centered adalah ajaran Role-Playing yang telah berhasil dilaksanakan di sejumlah program


(24)

pembangunan serta dalam berbagai disiplin ilmu lainnya. Strategi ini memberikan kesempatan unik untuk siswa untuk mengambil peran pemangku kepentingan proyek yang berbeda dan memecahkan masalah kehidupan nyata yang telah direplikasi di kelas. Sedangkan penggunaan media audio visual didukung oleh penelitian yang dilakukan Istihanah Rahayu tahun 2013 dengan judul

“Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Menggunakan Media Audio Visual Kelas V SD” (JPGSD, volume 01 nomor 02). Dalam penelitian tersebut, peningkatan keterampilan guru pada siklus I yaitu 71,8 dan pada siklus II meningkat menjadi 88,3. Sementara itu, ketuntasan belajar menyimak cerita dengan menggunakan media audio visual siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I ketuntasan mencapai 68% dan pada siklus II ketuntasan mencapai 84%.

Selanjutnya, penggunaan model Role Playing berbantuan media audio visual pernah dilakukan oleh Ni Md Rai Ariwitari, dkk pada tahun 2014 dengan

judul “Pengaruh Metode pembelajaran Role Playing Berbantuan Media Audio Visual terhadap Hasil Belajar PKn Kelas V SD Gugus 1 Tampaksiring” (Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Vol.2 no.1). Penelitian dilakukan dengan jenis penelitian eksperimen semu yang membandingkan antara siswa yang di ajar dengan model Role Playing berbantuan Media Audio Visual dengan siswa yang di ajar dengan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran role playing berbantuan media audio visual dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Nilai thit (4,66) dengan taraf signifikan 5% diperoleh ttab (2,000) karena thit lebih


(25)

besar dari ttab maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai rata-rata hasil belajar PKn yang dicapai kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran role playing (79,00) lebih dari nilai rata-rata siswa yang dicapai kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (72,00). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran role playing berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Gugus 1 Tampaksiring.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS, dimana dengan penggunaan model Role Playing berbantuan media audio visual akan meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain meningkatkan aktivitas siswa, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru untuk mengadakan pembelajaran yang bervariasi agar siswa mendapat pengalaman belajar yang menyenangkan dan mudah dalam mengingat materi yang diajarkan sehingga hasil belajar meningkat.

Dari ulasan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran

IPS melalui Model Role Playing berbantuan Media Audio Visual pada Siswa

Kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang.”

1.2.

RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1.2.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan umum sebagai berikut:


(26)

“Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS tentang Peristiwa Seputar Proklamasi pada siswa kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota

Semarang?”

Adapun rumusan masalah tersebut dirinci sebagai berikut :

1. Apakah dengan menggunakan model Role Playing berbantuan media audio

visual dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS tentang Peristiwa Seputar Proklamasi pada siswa kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang?

2. Apakah melalui model Role Playing berbantuan media audio visual dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS tentang Peristiwa Seputar Proklamasi pada siswa kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang?

3. Apakah dengan menggunakan model Role Playing berbantuan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS tentang Peristiwa Seputar Proklamasi pada siswa kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang?

1.2.2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, didapatkan alternatif pemecahan masalah yaitu melalui model Role Playing berbantuan media audio visual. Adapun langkah-langkah penggunaan model Role Playing menurut Huda (2013;208) pada pembelajaran IPS tentang Peristiwa Seputar Proklamasi sebagai berikut:


(27)

1. Penyusunan skenario yang akan diperankan siswa;

2. Membentuk kelas menjadi 3 kelompok besar dan masing-masing kelompok diberi skenario untuk dipelajari beberapa hari sebelum KBM; 3. Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai; 4. Memanggil kelompok yang mendapat giliran untuk memerankan skenario

yang telah dipelajari beberapa hari sebelumnya;

5. Setelah selesai ditampilkan, guru memberikan Lembar Kerja Kelompok dan meminta siswa memberikan komentar atas penampilan kelompok yang maju;

6. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi; 7. Kesimpulan;

8. Penutup.

Langkah media audio visual yang akan digunakan dalam pembelajaran IPS tentang Peristiwa Seputar Proklamasi menurut Djamarah (2013;136) adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media audio visual sebagai media pembelajaran;

2. Persiapan kelas;

3. Penyajian pelajaran dan pemanfaatan media; 4. Langkah kegiatan belajar siswa;

5. Langkah evaluasi pengajaran.

Langkah pembelajaran yang akan dilakukan oleh peneliti memadukan antara model Role Playing menurut Huda (2013;208) dengan media audio visual


(28)

menurut Djamarah (2013;136). Adapun langkah pembelajaran dengan model Role Playing berbantuan media audio visual pada pembelajaran IPS tentang Peristiwa Seputar Proklamasi sebagai berikut :

1) Siswa menyimak video pembelajaran tentang Peristiwa Seputar Proklamasi.

2) Siswa bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui.

3) Kelompok yang mendapat giliran maju untuk memerankan skenario yang telah dibagikan guru beberapa hari sebelum KBM.

4) Siswa yang tidak maju menyimak skenario yang diperankan kelompok lain.

5) Siswa dibentuk menjadi 7 kelompok.

6) Siswa berdiskusi mengerjakan LKS dan masing-masing individu memberikan komentar atas kelompok yang maju.

7) Siswa membahas hasil lembar kerja kelompok.

8) Kesimpulan dengan cara guru menayangkan slide, siswa diminta menebak gambar yang ada dalam slide.

Dengan langkah-langkah di atas diharapkan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, siswa lebih mudah mencerna materi yang disampaikan guru, dan lebih mudah dalam mengingat tokoh-tokoh pahlawan. Selain itu, siswa diharapkan mampu mengemukakan pendapat secara lisan maupun tulisan, serta dapat membangun pengetahuan dari pengalaman yang diperolehnya.


(29)

1.3

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini secara umum adalah :

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada materi Peristiwa Seputar Proklamasi siswa kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang.

Tujuan penelitian ini secara khusus adalah:

1. Mendeskripsikan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan

menggunakan model Role Playing berbantuan media audio visual pada siswa kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang.

2. Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model Role Playing berbantuan media audio visual pada siswa kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model Role Playing berbantuan media audio visual pada siswa kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang.

1.4

MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat teoritis maupun besifat praktis.

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penerapan model Role Playing dan media audio visual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas VA MI Al Iman Gunungpati Kota Semarang sehingga menambah wawasan dan pengetahuan bagi dunia pendidikan. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi


(30)

pada pengembangan pembelajaran IPS tentang Peristiwa Seputar Proklamasi terutama pada materi tentang tokoh-tokoh pahlawan.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1.Guru

Meningkatkan wawasan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan guru dalam mengatasi dan menghadapi permasalaham yang ada dalam proses pembelajaran. Dapat pula sebagai bahan refleksi bagi guru terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.

1.4.2.2.Siswa

Dengan penerapan model Role Playing dan media audio visual, motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS akan meningkat, sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal. Selain itu pemahaman dan daya ingat siswa akan bertahan lama karena proses pembelajaran yang bermakna.

1.4.2.3.Lembaga

Dengan penggunaan model yang inovatif dan media yang menarik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi berharga bagi sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih baik, efektif, dan efisien.


(31)

13

2.1.

KAJIAN TEORI

2.1.1.

Hakikat Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar menurut Hamdani (2011:21) adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Sejalan dengan Hamdani, Abdul Majid (2014:15) mengartikan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Dimyati dan Mudjiono (2013:18) mengaskan bahwa belajar merupakan proses internal yang kompleks dan berlangsung secara terus-menerus. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah Gagne (dalam Suprijono 2012:2).


(32)

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa belajar pada hakekatnya merupakan usaha yang dilakukan untuk mengubah perilaku atau nilai yang ada didalam diri seseorang ke arah yang lebih positif. Belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh pengetahuan baru. Dengan belajar, seseorang akan membuka wawasan dan bersikap terbuka terhadap perubahan. Belajar merupakan suatu yang dilakukan secara terus-menerus.

2.1.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Proses Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2010:54) antara lain:

1. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang berada dalam diri siswa. Faktor-faktor intern yang mempengaruhi belajar diantaranya:

1) Faktor Jasmaniah.

Faktor Jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat tubuh. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu dan dalam keadaan cacat tubuh.

2) Faktor Psikologis.

Setiap individu memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi belajar seseorang. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.


(33)

3) Faktor Kelelahan.

Kelelahan pada seseorang dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan rohani (bersifat psikis).

2. Faktor Ekstern

Selain faktor intern, belajar juga dipengaruhi oleh faktor ekstern. Faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar siswa. Faktor-faktor ekstern meliputi: 1) Faktor Keluarga.

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor Sekolah.

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor Masyarakat.

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Karena siswa hidup dalam masyarakat. Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Sebagai pendidik, guru tidak boleh melupakan faktor-faktor tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Siswa sebagai unsur belajar harus mendapatkan fasilitas yang memadai dalam setiap kegiatan pembelajaran.


(34)

2.1.3. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran terjalin karena adanya interaksi antar komponen belajar, yaitu guru dan siswa. Hal ini diperjelas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 pasal 1 yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Permendikbud nomor 81A tentang Implementasi Kurikulum menyebutkan bahwa di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup. Jadi, pembelajaran dilakukan dengan mengaitkan antara materi pembelajaran dengan kehidupan peserta didik yang sangat kompleks. Hal tersebut dibenarkan oleh Trianto (2010:17) yang mengartikan pembelajaran sebagai aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.

Pembelajaran menurut Huda (2013:6) merupakan produk dari lingkungan eksperiental seseorang, terkait dengan bagaimana ia merespons lingkungan tersebut. Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari komponen atau unsur: tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Sebagai suatu sistem, unsur-unsur pembelajaran tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi. Oleh karena itu pemilihan dan penggunaan strategi belajar


(35)

mengajar tidak dapat dilepaskan dari pertimbangan unsur-unsur lain di dalam sistem pembelajaran. Unsur utama dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran. Semua unsur di dalam pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran (Winataputra, 2005:2.17).

Dari berbagai pengertian tentang pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tidak semata-mata menyampaikan materi sesuai dengan target kurikulum tanpa memperhatikan kondisi siswa tetapi juga terkait dengan unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi demi mencapai tujuan pembelajaran. Jadi, pembelajaran adalah interaksi dua arah antara guru dan siswa, serta teori dan praktik. Selain itu, pembelajaran harus memperhatikan kondisi terkini peserta didik.

2.1.4. Kualitas Pembelajaran

Pembelajaran yang berkualitas akan membantu siswa dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Hamdani (2011: 194) berpendapat bahwa kualitas adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu pembelajaran merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang harus dikuasai siswa . Kualitas pembelajaran adalah tinggi rendahnya kelayakan atau keberhasilan yang dicapai dari peristiwa interaksi antara pebelajar (guru) dengan pebelajar (siswa) agar diperoleh perubahan perilaku.

Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis antara guru, siswa, kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler. Secara konseptual kualitas


(36)

perlu diperlakukan sebagai dimensi kriteria yang berfungsi sebagai tolok ukur dalam kegiatan pengembangan profesi, baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di kelas (Depdiknas, 2004: 7).

Indikator kualitas pembelajaran menurut Depdiknas (2004;7), antara lain dari perilaku pembelajaran guru, perilaku dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran yang masing - masing diuraikan seperti berikut:

1. Perilaku pendidik atau guru, dapat dilihat dari kinerja guru antara lain menguasai disiplin ilmu berkaitan dengan keluasan dan kedalaman jangkauan substansi dan metodologi dasar keilmuan, serta mampu memilih, menata, mengemas dan merepresentasikan materi sesuai kebutuhan siswa; dapat memberikan layanan pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan siswa; menguasai pengelolaan pembelajaran yang mendidik berorientasi pada siswa tercermin dalam kegiatan merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan memanfaatkan hasil evaluasi pembelajaran untuk membentuk kompetensi siswa yang dikehendaki.

2. Perilaku dan dampak belajar siswa dapat dilihat dari kompetensi siswa yang antara lain memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar; mau dan mampu mendapatkan dan mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan serta membangun sikapnya;mau dan mampu membangun kebiasaan berfikir, bersikap dan bekerja produktif.


(37)

3. Iklim pembelajaran mencakup suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna; perwujudan nilai dan semangat keteladanan, prakarsa, dan kreativitas guru.

4. Materi pembelajaran yang berkualitas tampak dari kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa; ada keseimbangan antara keluasan dan kedalaman materi dengan waktu yang tersedia; materi pembelajaran sistematis dan kontekstual; dapat mengakomodasi partisipasi aktif siswa dalam belajar semaksimal mungkin; dapat menarik manfaat yang optimal dari perkembangan dan kemajuan iptek. 5. Kualitas media pembelajaran tampak dari dapat menciptakan pengalaman

belajar yang bermakna; mampu memfasilitasi proses interaksi antara siswa dan guru , siswa dan siswa.

6. Sistem pembelajaran mampu menunjukkan kualitasnya jika sekolah dapat menonjolkan ciri khas keunggulannya, memiliki penekanan dan kekhususan lulusannya,responsif terhadap berbagai tantangan secara internal maupun eksternal; memiliki perencanaan yang matang dalam bentuk rencana stategis dan rencana operasional agar semua upaya dapat dilaksanakan secara sinergis oleh seluruh komponen sistem pendidikan dalam tubuh lembaga; ada semangat perubahan yang dicanangkan dalam visi, misi yang mampu membangkitkan upaya kreatif dan inovatif dari semua sivitas akademika melalui berbagai aktivitas pengembangan; dalam rangka menjaga keselarasan


(38)

antar komponen sistem pendidikan, pengendalian dan penjaminan mutu perlu menjadi salah satu mekanismenya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran adalah ukuran tinggi rendahnya atau baik buruknya suatu sistem yang dirancang dan disusun untuk mendukung terjadinya proses belajar siswa, indikator itu meliputi pengajar, siswa, aktivitas dalam pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, sistem pembelajaran dan hasil pembelajaran. Semakin tinggi kualitas pembelajaran yang tercipta, maka siswa semakin baik pula dalam proses belajarnya. Sebaliknya semakin rendah kualitas pembelajaran, maka akan semakin buruk pula siswa dalam proses belajar. Dari keenam aspek kualitas pembelajaran, peneliti akan mengkaji tiga aspek yang akan diuraikan sebagai berikut :

2.1.4.1. Keterampilan Guru dalam Pembelajaran

Guru merupakan bagian terpenting dalam suatu proses pembelajaran. Slameto (2010;97) menyebutkan bahwa guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Guru sebagai pengajar memiliki fungsi, diantaranya sebagai perencana pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil belajar, sebagai motivator belajar, dan sebagai pembimbing.

Sebagai perencana sekaligus pengelola pembelajaran, guru harus memiliki keterampilan dalam mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Menurut Rusman (2014:80-92) keterampilan dasar mengajar pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan


(39)

tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan profesional. Rusman (2014:80-92) berpendapat bahwa keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui sembilan keterampilan mengajar, yaitu : 1. Keterampilan Membuka Pelajaran

Mulyasa (2013;84) berpandangan bahwa membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan. Komponen dalam membuka pelajaran menurut Anitah (2011: 8.6) meliputi : 1) menarik perhatian siswa dengan gaya mengajar; penggunaan alat bantu mengajar, dan pola interaksi yang bervariasi; 2) menimbulkan motivasi yaitu sikap hangat dan antusias, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dan memperhatikan minat siswa; 3) memberi acuan seperti mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan; 4) membuat kaitan/apersepsi yaitu mengaitkan pelajaran dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

2. Keterampilan Bertanya

Menurut John I Bola (dalam Rusman, 2014:82) dalam proses pembelajaran, setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respon siswa perlu dilakukan agar siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir.


(40)

Komponen keterampilan bertanya dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu komponen keterampilan bertanya dasar dan komponen keterampilan bertanya lanjut. Komponen keterampilan bertanya dasar yaitu : 1) penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat; 2) memberikan acuan berupa pertanyaan/penjelasan singkat berisi informasi yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan; 3) memusatkan perhatian; 4) memberikan giliran dan menyebarkan pertanyaan; 5) memberikan kesempatan berpikir. Sedangkan komponen keterampilan bertanya lanjut meliputi: 1) pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan; 2) pengaturan urutan pertanyaan; 3) penggunaan pertanyaan pelacak; 4) peningkatan terjadinya interaksi (Suyono dan Hariyanto, 2013: 77).

3. Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon bersifat verbal ataupun non verbal yang merupakan modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa. hal ini bertujuan untuk memberikan umpan balik bagi siswa atas tindakannya sebagai koreksi Usman (2013;80).

Komponen keterampilan memberi penguatan meliputi: 1) penguatan verbal berupa kata-kata dan kalimat; 2) penguatan nonverbal berupa mimik dan gerakan badan, gerak mendekati, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, dan pemberian symbol/benda; 3) penguatan tak penuh jika respon/perilaku siswa tidak sepenuhnya memenuhi harapan (Anitah dkk, 2011: 7.25).


(41)

4. Keterampilan Mengadakan Variasi

Siswa adalah individu yang unik, heterogen dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Siswa yang auditif lebih senang mendengarkan, siswa yang cenderung visual, senang melihat, dan siswa yang kecenderungan kinestetik, senang melakukan. Guru harus memiliki kemampuan mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan multisumber, multimetode, multimedia, multistrategi, dan multi model.

Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu: 1) variasi dalam gaya mengajar meliputi variasi suara, penekanan, pemberian waktu, kontak pandang, gerakan anggota badan, dan pindah posisi; 2) variasi media dan bahan ajaran meliputi media pandangan, media dengar, dan media taktil; 3) variasi interaksi meliputi siswa belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru dan siswa mendengarkan dengan pasif (Djamarah dan Zain, 2013: 167).

5. Keterampilan Menjelaskan

Tugas utama guru adalah mengajar, yakni menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Guru dituntut menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa secara professional yang dapat dibantu dengan penggunaan media dan sumber belajar yang relevan. Komponen keterampilan menjelaskan meliputi: 1) merencanakan yaitu guru merencanakan penjelasan dengan baik terutama isi pesan (materi) dan penerimaan pesan; 2) penyajian suatu penjelasan yaitu dengan memperhatikan kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan dan penggunaan balikan (Usman, 2013: 88).


(42)

6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Keterampilan ini merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi system pembelajaran yang dibutuhkan siswa secara berkelompok. Keterampilan guru harus dilatih dan dikembangkan sehingga guru memiliki kemampuan untuk melayani siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok kecil. Komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok adalah sebagai berikut: 1) memusatkan perhatian; 2) memperjelas masalah; 3) mengenalisis pandangan siswa; 4) meningkatkan urunan siswa; 5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi; 6) menutup diskusi (Aqib, 2014: 91).

7. Keterampilan Mengelola Kelas

Pembelajaran individu adalah pembelajaran yang paling humanis untuk memenuhi kebutuhan dan interes siswa. Di Indonesia sangat jarang dilakukan namun pada hakikatnya guru dapat melakukannya, meskipun pembelajaran dilakukan secara klasikal namun sentuhan tetap individual.

Keterampilan mengelola kelas dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu: keterampilan yang bersifat preventif dan repsesif. Keterampilan yang bersifat preventif meliputi menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, dan memberikan penguatan. Keterampilan yang bersifat represif meliputi memodifikasi tingkah laku, pengelolaan kelompok, dan menemukan serta mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah (Anitah dkk, 2011: 8.37).


(43)

8. Keterampilan Pembelajaran Perseorangan

Pembelajaran individu adalah pembelajaran yang paling humanis untuk memenuhi kebutuhan dan interaksi dengan siswa. Di Indonesia, sangat jarang digunakan namun pada hakekatnya guru dapat melakukannya. Biarpun pembelajaran dilakukan secara klasikal, namun sentuhan tetap individual (Rusman, 2014;91). Komponen-komponen yang perlu dikuasai guru berkenaan dengan pembelajaran perseorangan adalah: 1) keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi; 2) keterampilan mengorganisasikan; 3) keterampilan membimbing dan memudahkan belajar; 4) keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Usman, 2013: 106).

9. Keterampilan Menutup Pelajaran

Merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian oleh siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran. Komponen keterampilan menutup pembelajaran meliputi: 1) meninjau kembali, dengan cara merangkum atau membuat ringkasan; 2) mengadakan evaluasi penguasaan siswa dengan meminta mendemonstrasikan keterampilan, menerapkan ide baru pada situasi lain, mengekspresikan pendapat sendiri, dan memberikan soal tertulis; 3) memberi tindak lanjut seperti memberikan pekerjaan rumah (PR) (Aqib, 2014: 90).


(44)

Selain keterampilan, guru juga memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Rusman (2014;58) menyebutkan bahwa peranan guru meliputi banyak hal. Berkaitan dengan kompetensi guru, guru harus dapat melakukan diagnosis terhadap perilaku awal siswa, membuat rencana pembelajaran dan melaksanakannya, guru sebagai pelaksana administrasi sekolah, guru sebagai komunikator, guru harus dapat mengembangkan ketrampilan diri dan guru harus dapat mengembangkan potensi anak. Berkenaan dengan ungkapan tersebut, Rusman (2014;62) menyebutkan peranan yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Guru sebagai demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang diajarkannya dan mengembangkannya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai siswa. 2) Guru sebagai pengelola kelas

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu melakukan penanganan pada kelas, karena kelas merupakan lingkungan yang perlu diorganisasi.

3) Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator, guru menjadi perantara dalam hubungan antara manusia. Untuk keperluan itu, guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya ialah agar guru dapat menciptakan secara maksimalkualitas lingkungan yang interaktif. Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu


(45)

mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa berupa narasumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar.

4) Guru sebagai evaluator

Dalam setiap proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi evaluator yang baik. penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau tidak. Penilaian dilakukan untuk mengetahui hasil dari sebuah proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian mengenai peran guru di atas, keterampilan guru harus selalu ditingkatkan agar dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran inovatif guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Seorang guru harus menguasai sembilan keterampilan mengajar agar pembelajaran yang disampaikan guru dapat dengan mudah dipahami siswa, mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan siswa mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Apabila guru dapat melaksanakan perannya dengan keterampilan yang baik, maka kualitas kegiatan pembelajaran akan meningkat dan mendorong tercapainya prestasi belajar siswa yang diharapkan. Dari uraian tentang keterampilan guru, peneliti mengembangkan 12 indikator dalam instrumen untuk menilai keterampilan guru pada pembelajaran IPS tentang Peristiwa Seputar Proklamasi melalui model Role Playing berbantuan media audio visual sebagai berikut :

1. Mempersiapkan pra pembelajaran dengan deskriptor sebagai berikut : 1) menyusun skenario; 2) merencanakan media; 3) merencanakan alur pembelajaran; 4) membuat rencana pengelompokan.


(46)

2. Membimbing pembentukan kelompok (keterampilan mengelola kelas, membimbing kelompok kecil dan perorangan) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) membentuk siswa menjadi beberapa kelompok; 2) membentuk kelompok secara heterogen; 3) menjelaskan pembagian tugas dalam masing-masing kelompok; 4) membimbing kelompok untuk memerankan skenario. 3. Membuka pembelajaran (keterampilan membuka pelajaran) dengan deskriptor

sebagai berikut : 1) melakukan apersepsi; 2) menuliskan materi pembelajaran; 3) melakukan tanya jawab berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan; 4) apersepsi dapat melibatkan seluruh anggota kelas.

4. Menyampaikan materi pelajaran dengan media audio visual (keterampilan menjelaskan, mengelola kelas, melakukan variasi) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) menyampaikan materi dengan jelas; 2) menggunakan media audio visual sebagai alat untuk menyampaiakan materi; 3) video yang ditayangkan sesuai dengan materi; 4) video yang ditayangkan dapat terlihat oleh semua siswa di kelas.

5. Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi yang ditayangkan dalam video (keterampilan bertanya) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) memberikan pertanyaan secara klasikal yang berkaitan dengan pemahaman siswa terhadap materi; 2) memberikan pertanyaan untuk memancing rasa ingin tahu siswa; 3) memberikan pertanyaan kepada siswa secara individu agar siswa lebih konsentrasi; 4) memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui.


(47)

6. Membimbing siswa dalam memerankan skenario sebagai tokoh pahlawan (keterampilan mengelola kelas) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) mengarahkan siswa dalam memerankan skenario; 2) menilai siswa 3) memperbaiki kesalahan siswa dalam memerankan skenario; 4) memberikan motivasi agar siswa memerankan skenario dengan percaya diri.

7. Mengkondisikan siswa yang tidak maju agar memperhatikan. (keterampilan mengelola kelas) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) meminta siswa untuk menyimak kelompok yang maju; 2) berkeliling kelas agar siswa tidak gaduh; 3) menegur siswa yang gaduh dalam menyimak peran yang dimainkan kelompok lain; 4) menanyakan kepada siswa apakah peran yang dimainkan oleh kelompok lain mudah dipahami.

8. Membimbing siswa melakukan diskusi.(keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) berkeliling kelas agar siswa melakukan diskusi dengan benar; 2) menginstruksikan agar semua anggota kelompok terlibat dalam diskusi; 3) menanyakan kesulitan yang dialami siswa; 4) memberikan motivasi agar siswa bersemangat dalam melakukan diskusi.

9. Membimbing siswa melaksanakan presentasi dan tanya jawab tentang peristiwa seputar proklamasi (keterampilan mengelola kelas dan bertanya) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) memusatkan perhatian siswa pada presentasi kelompok, 2) memberi kesempatan kelompok lain menanggapi; 3) membantu siswa memperjelas jawaban yang ditemukan; 4) memberi siswa kesempatan bertanya.


(48)

10.Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran dengan cara siswa menebak gambar tokoh pahlawan yang ditampilkan guru. (keterampilan menjelaskan, menutup pelajaran) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) menayangkan slide gambar pahlawan; 2) meminta siswa untuk menebak gambar dengan benar; 3) menunjuk siswa yang mengacungkan jari dalam menjawab pertanyaan; 4) mengkonfirmasi jawaban siswa,

11.Memberikan soal evaluasi (keterampilan menutup pelajaran, keterampilan pembelajaran perseorangan) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) memberikan petunjuk yang jelas; 2) berkeliling membagi perhatian; 3) menegur siswa jika ada yang gaduh 4) memastikan tidak ada siswa yang menyontek.

12.Guru memberikan penguatan dan menutup pembelajaran. (keterampilan memberi penguatan dan menutup pembelajaran) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) memberikan penguatan; 2) memberikan penugasan di rumah; 3) merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan pada hari itu; 4) membimbing siswa untuk berdoa bersama dan salam penutup.

Melalui model Role Playing berbantuan media audio visual diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar yang akan berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa serta peningkatan hasil belajar siswa. 2.1.4.2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian sekolah merupakan tempat untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Menurut Mudjiono dan


(49)

Dimyati (2013: 22-23) siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, dan merespon dengan tindak belajar. Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Dengan adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya.

Berbagai macam aktivtas belajar diklasifikasikan oleh Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2011: 90-91) yang membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut:

1. Visual Activities

Kegiatan yang terdapat dalam visual activities antara lain : membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities

Dalam oral activities, kegiatannya antara lain : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening Activities

Kegiatan dalam Listening Activities mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing Activities

Dalam kegiatan ini, terdapat beberapa hal yang dilakukan siswa misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.


(50)

5. Drawing Activities

Hal yang dilakukan siswa adalah menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor Activities

Dalam motor activities, yang dilakukan siswa antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental Activities

Sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emosional Activites

Seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan beberapa teori diatas, peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas siswa adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yang mencakup interaksi dan kegiatan siswa dengan media dan lingkungan belajar, sehingga terciptalah suatu kondisi belajar yang efektif. Aktivitas siswa dapat dilihat dari beberapa indikator pencapaian yang menjelaskan tentang aktivitas siswa yang aktif dalam pembelajaran. Siswa sebagai objek belajar memiliki kedudukan paling sentral. Guru harus menggunakan metode yang dapat membangkitkan aktivitas dan minat belajar siswa dengan memperhatikan indikator aktivitas siswa yang meliputi visual activities, oral


(51)

activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, emosional activites.

Dari delapan indikator aktivitas siswa, peneliti akan mengimplementasikan tujuh indikator pada pelajaran IPS melalui model Role Playing berbantuan media audio visual visual. Berikut adalah indikator aktivitas siswa dalam pembelajaran yang akan diamati dalam penelitian:

1. Siswa berkelompok dan berlatih memerankan skenario (motor activities)

dengan deskriptor sebagai berikut : 1) mengikuti peraturan pengelompokan yang telah ditentukan 2) menjalin kerjasama yang baik dengan kelompoknya; 3) mempelajari dan menghafalkan naskah yang telah diberikan; 4) berlatih memerankan peran dengan kelompoknya.

2. Kesiapan siswa mengikuti pembelajaran (emotional activities, mental activities) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) berada didalam kelas sebelum guru masuk; 2) berdoa sebelum pembelajaran dimulai; 3) siswa mengeluarkan peralatan menulis; 4) siswa menyiapkan buku pelajaran.

3. Memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru melalui media audio visual (visual activities, emotional activities, listening activities) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) sikap duduk baik; 2) konsentrasi terhadap penayangan media audio visual; 3) mendengarkan penjelasan guru; 4) mencatat hal-hal yang penting.

4. Bertanya tentang materi yang belum dipahami (oral activities, mental activities) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) bertanya setelah


(52)

ditunjuk/ditanyai 2) bertanya dengan sikap yang baik; 3) bertanya dengan kalimat yang baik dan benar; 4) berinisiatif bertanya setiap ada kesempatan. 5. Siswa memerankan peran yang telah dibagi sebelumnya secara berkelompok

(emotional activities, motor activities, emotional activities) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) memerankan peran sesuai dengan pembagian sebelumnya; 2) memerankan peran dengan ekspresi dan mimik yang jelas; 3) bekerjasama dengan baik dalam kelompok; 4) percaya diri dalam memainkan peran.

6. Kelompok lain menyimak peran yang diperankan kelompok yang maju (visual activities, emotional activities, listening activities) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) mendengarkan dan melihat peran yang diperankan kelompok yang maju; 2) tidak gaduh saat kelompok lain memerankan peran; 3) berkonsentrasi penuh; 4) menyimak skenario yang diperankan oleh temannya dengan baik.

7. Mengerjakan lembar kerja secara berkelompok ( oral activities, writing activities) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) bekerjasama mendiskusikan jawaban; 2) tidak gaduh saat mengerjakan soal; 3) mengerjakan soal dengan penuh semangat; 4) memberikan kesempatan kepada teman sekelompoknya untuk berpendapat.

8. Siswa diminta membahas dan memberikan komentar atas penampilan kelompok lain ( oral activities, writing activities, mental activities) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) menghargai pendapat satu sama lain; 2) berani mewakili kelompoknya untuk menyampaikan hasil diskusi; 3) tidak


(53)

mengganggu kelompok lain saat penyampaian jawaban; 4) menyampaikan komentar dengan bahasa yang sopan dan mudah dipahami.

9. Siswa bersama guru menyimpulkan dengan menebak gambar tokoh yang ditampilkan oleh guru (visual activities,motor activities) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) berpartisipasi aktif dalam menyimpulkan bersama guru; 2) menjawab pertanyaan guru dengan kata yang lugas dan mudah dipahami; 3) tunjuk tangan ketika akan menjawab soal; 4) memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk menjawab.

10. Siswa mengerjakan evaluasi (oral activities, writing activities) dengan deskriptor sebagai berikut : 1) tidak mencontek; 2) tidak memberikan jawaban kepada teman; 3) tidak mengganggu teman yang sedang mengerjakan; 4) mengumpulkan lembar jawab dengan mengantre.

Dengan melaksanaan aktivitas tersebut, maka aktivitas belajar siswa akan meningkat. Peningkatan aktivitas belajar siswa akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar, baik hasil belajar kognitif, afektif maupun psikomotorik.

2.1.4.3. Hasil Belajar

Untuk menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga nilai berdasarkan kriteria tertentu. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar (Sudjana, 2005:111). Suprijono (2012: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,


(54)

apresiasi dan keterampilan. Sedangkan menurut Gagne (dalam Suprijono 2012: 5-6) hasil belajar berupa :

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis;

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang;

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya;

4. Keterampilan motorik yaitu melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani;

5. Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Untuk mengetahui hasil belajar, guru melakukan penilaian. Arikunto (2012;3) berpendapat bahwa menilai berarti mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu ukuran baik dan buruk. Menurut Arikunto (2012;18) Penilaian dalam pembelajaran memiliki tujuan dan fungsi sebagai berikut :

1) Penilaian berfungsi selektif

Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain : Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu; untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya; untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa,


(55)

dan untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.

2) Penilaian berfungsi diagnostik

Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu, diketahui pula penyebabnya. Jadi, dengan mengadakan penilaian guru mendiagnosis tentang kelemahan dan kebaikan yang dimiliki. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya.

3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan

Setiap siswa membawa bakat sendiri-sendiri sejak lahir. Untuk mengatasi keterbatasan tenaga pengajar atau sarana yang lainnya, guru seringkali mengelompokkan siswanya untuk melakukan pembelajaran secara mandiri di rumah. Untuk menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang memiliki hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama pula.

4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

Penilaian dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.

Penilaian yang dilakukan guru seringkali hanya mementingkan ranah kognitifnya saja. Padahal, hasil belajar seharusnya dapat diukur melalui 3 ranah,


(56)

yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Bloom (dalam Rifa‟i dan Anni, 2010: 86-89) menjabarkan ketiga ranah sebagai berikut :

a. Domain Kognitif

Domain kognitif berhubungan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Domain kognitif menurut Bloom

Bloom (dalam Rifa‟i dan Anni, 2010: 86-89) terdiri dari 6 tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Selanjutnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dilakukan revisi menjadi mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisa (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating).

Adapun indikator pembelajaran ranah kognitif yang telah ditentukan pada penelitian siklus I antara lain : 1) menjelaskan terjadinya peristiwa Rengasdenglok (C2); 2) mengidentifikasi tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Rengasdenglok (C1). Pada siklus II menggunakan indikator : 1) menjelaskan Peristiwa Perumusan Naskah Proklamasi (C2); 2) mengidentifikasi tokoh-tokoh yang terlibat dalam Peristiwa Perumusan Naskah Proklamasi (C1). Pada siklus III menggunakan indikatorsebagai berikut : 1) menjelaskan detik - detik terjadinya Proklamasi (C2); 2) mengenal tokoh-tokoh yang terlibat dalam Proklamasi Kemerdekaan (C1); 3) menceritakan kembali secara runtut tentang usaha para tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan (C3).


(57)

b. Domain Afektif

Fitri, (2012: 39-44) menyebutkan bahwa penilaian afektif diukur dalam bentuk penilaian karakter. Terdapat 18 nilai yang harus dikembangkan sekolah dalam menentukan keberhasilan pendidikan karakter, di antaranya: 1) religius; 2) jujur; 3) toleransi; 4) disiplin; 5) kerja keras; 6) kreatif; 7) mandiri; 8) demokratis; 9) rasa ingin tahu/ percaya diri; 10) semangat kebangsaan; 11) cinta tanah air; 12) menghargai prestasi; 13) bersahabat/ komunikatif; 14) cinta damai; 15) gemar membaca; 16) peduli lingkungan; 17) peduli sosial; dan 18) tanggung jawab.

Penilaian afektif pada pembelajaran IPS melalui model Role Playing

berbantuan media audio visual di ukur dalam penilaian karakter. Karakter yang akan dinilai antara lain : kompetitif, jujur, toleransi dan bertanggungjawab dengan penjabaran sebagai berikut :

1. Kompetitif

Kompetitif adalah suatu sikap dimana siswa mampu dan berani bersaing dengan siswa lainnya, dan menunjukkan sikap semangat serta percaya diri dalam mengerjakan sesuatu. Adapun deskriptornya sebagai berikut : 1) berani bersaing; 2) menunjukkan semangat berprestasi; 3) berusaha ingin lebih maju; 4) memiliki keinginan untuk tahu.

2. Jujur

Jujur merupakan suatu sikap atau sifat seseorang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa adanya. Adapun deskriptornya


(58)

antara lain : 1) mengemukakan apa adanya; 2) berbicara secara terbuka; 3) menghargai data; 4) mengakui kesalahannya.

3. Toleransi

Toleransi adalah sikap atau perilaku yang tidak menyimpang dari aturan, serta saling menghargai satu sama lain. Adapun deskriptor yang akan digunakan yaitu : 1) menerima perbedaan pendapat; 2) memaklumi kekurangan orang lain; 3) mengakui kelebihan orang lain; 4) membantu orang lain.

4. Bertanggungjawab

Bertanggungjawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Adapun deskriptornya antara lain : 1) melaksanakan kewajiban; 2) melaksanakan tugas sesuai kemampuan; 3) menaati tata tertib sekolah; 4) memelihara fasilitas sekolah.

c. Domain Psikomotorik

Domain psikomotorik berkenaan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

Kategori perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Simpson (dalam Rifa‟i

dan Anni, 2010: 89) adalah sebagai berikut : 1. Persepsi

Persepsi berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.


(59)

2. Kesiapan

Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori ini mencakup kesiapan mental dan jasmani

3. Gerakan Terbimbing

Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal di dalam belajar keterampilan kompleks meliputi peniruan dan mencoba-coba 4. Gerakan Terbiasa

Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan unjuk kerja gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat menyakinkan dan mahir.

5. Gerakan Kompleks

Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran unjuk kerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks. 6. Penyesuaian

Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik sehingga individu siswa dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.

7. Kreativitas

Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu..

Penilaian psikomotor dalam penelitian pada pembelajaran IPS melalui model Role Playing berbantuan media audio visual menggunakan penilaian unjuk


(60)

kerja. Kemdikbud (2013: 14) menjelaskan bahwa unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dll. Penilaian unjuk kerja atau penilaian kinerja menurut Kurinasih (2014: 62) adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk dapat melakukan tugas seperti pada keadaan sesungguhnya dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian unjuk kerja :

1. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.

2. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. 3. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan

tugas.

4. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.

5. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan (Kemdikbud, 2013: 14).

Dalam penilaian domain psikomotor pada pembelajaran IPS melalui model Role Playing berbantuan media audio visual, hal-hal yang akan dinilai adalah sebagai berikut :


(61)

1) Tahap persiapan bermain peran dengan deskriptor sebagai berikut : 1) menerima aturan pembagian kelompok; 2) berlatih bersama kelompoknya; 3) mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan; 4) bekerjasama dengan baik.

2) Tahap bermain peran dengan deskriptor sebagai berikut : 1) suara keras; 2) perlengkapan sesuai dengan tokoh yang diperankan; 3) lepas teks; 4) lafal dan intonasi jelas.

Berdasarkan berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan dalam diri siswa yang dapat di ukur dengan skala tertentu. Hasil belajar dapat diketahui melalui penilaian. Penilaian yang dilakukan harus memperhatikan ketiga ranah yaitu ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.

2.1.5. Hakekat IPS

2.1.5.1. Pengertian IPS

IPS merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang interaksi dan hubungan sosial dalam masyarakat. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi, IPS merupakan mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut


(62)

diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Mulyono (dalam Hidayati, 2008;1-6) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. Hidayati (2008;1-6), menyebutkan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, sehingga dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dengan demikian jelas bahwa IPS adalah fusi dari disiplin-disiplin Ilmu-ilmu Sosial. Pengertian fusi disini adalah bahwa IPS merupakan bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang ada. Artinya bahwa bidang studi IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu. Sedangkan Sardjiyo (2009:1.28) mengartikan IPS merupakan bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial dimasyarakat dengan meninjau dari beberapa aspek kehidupan atau satu perpaduan.

IPS adalah suatu ilmu yang menekankan pada hubungan manusia dengan manusia lain. IPS mengkaji isu-isu sosial dalam masyarakat serta mempelajari tentang kenampakan alam dan kehidupan ekonomi masyarakat. Semua bahan pelajaran tersebut diajarkan secara terpadu yang dapat digunakan sebagai bekal kehidupan peserta didik dalam bermasyarakat pada masa yang akan datang.


(63)

2.1.5.2. Tujuan IPS

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyebutkan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan;

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Wahab (2009:12.31) menyebutkan tujuan utama IPS adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan siswa dengan mengembangkan kemampuannya dalam lingkungannya dan melatih mereka untuk menempatkan dalam masyarakat demokrasi, dimana mereka menjadikan negaranya tempat hidup yang lebih baik. Sejalan dengan pendapat tersebut, Hidayati (2008: 1-31) menyatakan tujuan pendidikan IPS adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik yang memiliki pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang baik yang berguna bagi dirinya, masyarakat, dan negara. Secara rinci Oemar Hamalik (dalam Hidayati, 2008;1-24) merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : 1) pengetahuan dan pemahaman;


(1)

Gambar 5 : guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Gambar 2 : membimbing

pengelompokan

Gambar 4 : penyampaian materi (siswa mencatat hal-hal penting)

Gambar 6 : siswa memerankan skenario

Gambar 7 : meminta siswa yang

tidak maju agar

menyimak dan mencatat hal-hal penting.

Gambar 9 : siswa melaksanakan presentasi


(2)

Gambar 11: siswa mengerjakan soal evaluasi

Gambar 8 : siswa melakukan diskusi

Gambar 10 : menyimpulkan dengan cara menebak gambar

Gambar 12 :menutup pembelajaran dengan memberikan PR

SIKLUS III


(3)

Gambar 3 : apersepsi dengan menyanyikan lagu Hari Merdeka

Gambar 5 : siswa bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui

Gambar 2 : membimbing

pembentukan kelompok

Gambar 4 : siswa menyimak dan mencatat penjelasan guru

Gambar 6 : siswa memerankan skenario


(4)

Gambar 9 : siswa mempresentasikan hasil diskusi

Gambar 11 : siswa mengerjakan soal evaluasi

Gambar 8 : guru berkeliling memantau jalannya diskusi.

Gambar 10 : menyimpulkan dengan menebak gambar

Gambar 12 : memberi penguatan

dan menutup


(5)

(6)

SURAT KETERANGAN TELAH SELESAI MELAKUKAN PENELITIAN Lampiran 23


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VA SDN WONOSARI 03 SEMARANG

0 8 436

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COURSE REVIEW HORAY BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V A SDN KARANGAYU 02 KOTA SEMARANG

0 20 267

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL DI KELAS IV SDN PAKINTELAN 03 KOTA SEMARANG

0 13 233

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VA SDN GISIKDRONO 03 SEMARANG

0 17 254

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL ARIAS BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IIA SD Hj. ISRIATI BAITURRAHMAN 1 KOTA SEMARANG

0 6 320

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING DENGAN MEDIA VIDEO SISWA KELAS V SDN KANDRI 01 KOTA SEMARANG

1 7 270

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK TALK WRITE (TTW) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VB MI AL IMAN BANARAN SEMARANG

0 12 276

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL ROLE PLAYING BERBANTUAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS V SDN TUGUREJO 01 KOTA SEMARANG

1 24 287

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN TUGUREJO 01 KOTA SEMARANG

0 24 337

Peningkatan Kualitas pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Role Playing Pada Siswa Kelas V SDN Gunungpati 02 Kota Semarang.

0 1 1