yaitu dengan memanggil siswa untuk dibimbing dan diberikan layanan konseling individu sebagai bentuk upaya menangani perilaku rawan siswa di kelas S1, 95-
96; S2, 59-60. Kemudian untuk bentuk kerjasama dalam pengolahan data mengenai kehadiran siswa, guru BK yang paling berperan dalam mengumpulkan
data mengenai kehadiran siswa. S2, 38-39, sama halnya dengan guru mata pelajaran, namun guru mata pelajaran dalam mengumpulkan data kehadiran siswa
hanya pada kelas yang diampunya. S3, 67-69. Dari uraian diatas dapat di ketahui bahwa pola kerjasama yang terjalin
antara guru BK dengan guru mata pelajaran pada tahap pengolahan data yaitu data yang telah terkumpul baik data nilai, perilaku maupun kehadiran oleh guru BK
kemudian diolah dalam bentuk mengkonfirmasi ulang kepada guru mata pelajaran dan wali kelas agar memperoleh data yang lebih akurat untuk menentukan siswa
yang mengalami kesulitan belajar, selain itu juga atas pertimbangan guru mata pelajaran sebagai pihak yang lebih banyak bertatap muka dengan siswa jadi dirasa
lebih banyak mengetahui mengenai kondisi akademik siswa.
4.2.3.3 Kerjasama pada tahap diagnosis
Jalinan kerjasama antara guru BK dengan guru mata pelajaran dalam tahap diagnosis bertujuan untuk menentukan jenis dan faktor penyebab kesulitan belajar
yang dialami siswa. Adapun bentuk jalinan kerjasama yang terjalin pada tahap diagnosa yaitu berupa upaya tindak lanjut yang dilakukan guru BK setelah
mendapatkan data mengenai perilaku siswa dari guru mata pelajaran kepada siswa melalui wawancara dan konseling individu, serta didukung oleh data lain seperti
data perilaku dan informasi dari orang tua siswa untuk menentukan jenis kesulitan belajar yang dialami siswa dan faktor penyebabnya.
Pada tahap ini masing- masing pihak mengupayakan sendiri dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa tanpa melibatkan pihak lain. Adapun upaya
yang dilakukan guru BK dalam mendiagnosis kesulitan belajar adalah melalui layanan konseling individu. Dari layanan tersebut guru BK dapat melakukan
penggalian data agar mengetahui lebih mendalam mengenai permasalahan siswa termasuk faktor penyebab dan jenis kesulitan yang dirasakan siswa, sehingga
selanjutnya memudahkan dalam menentukan alternatif bantuan yang akan diberikan. Sedangkan upaya guru mata pelajaran dalam mendiagnosis masalah
kesulitan belajar siswa lebih banyak memantau dari hasil belajar yang diperoleh siswa, kemudian dibandingkan dengan pencapaian teman sekelasnya, apabila
siswa terkait belum mencapai batas minimal ketuntasan dan nilai yang dicapai berada dibawah rata-rata kelas maka siswa tersebut dapat dikategorikan sebagai
siswa yang mengalami kesulitan belajar Dari masing- masing upaya yang dilakukan antara guru BK dengan guru
mata pelajaran dalam mendiagnosis kesulitan belajar, tidak terlihat bentuk jalinan kerjasama antara guru BK dengan guru mata pelajaran pada tahap ini, pada tahap
diagnosis ini guru BK lebih banyak mengungkap faktor yang menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan belajar baik dari segi internal maupun eksternal
melalui layanan konseling individu S2,104-120, sedangkan guru mata pelajaran
berperan mendiagnosis kesulitan belajar siswa pada sisi pengua saan materi,
seberapa dalam siswa menguasai materi yang diajarkan dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar.
S3,91-94 . 4.3.2.4
Kerjasama pada tahap prognosis
Pada tahap prognosis, masing- masing subyek memiliki pedoman sama namun tidak terlihat adanya kerjasama dalam membuat perkiraan akibat yang
akan terjadi bila permasalahan siswa tidak segera ditangani, termasuk merencanakan bantuan yang akan diberikan pada ta hap treatment dengan melihat
pada hasil diagnosis. Seperti yang telah dijelaskan pada tahap sebelumnya bahwa masing- masing pihak tidak terlihat menjalin kerjasama, sehingga pada tahap ini
pun tidak terlihat bentuk jalinan kerjasama. Dari hasil prognosis, langkah awal yang guru BK lakukan adalah
menentukan treatmen yang akan diberikan kepada siswa, adapun treatmen yang sering digunakan adalah konseling individu karena dianggap paling efektif tidak
hanya untuk membantu mengatasi permasalahan siswa namun juga untuk memperoleh data yang lebih mendalam mengenai kondisi siswa langsung dari
siswa terkait. Seringkali guru BK langsung memberikan treatmen berupa konseling individu bersamaan dengan pengolahan data. Apabila dari hasil
treatment diketahui bahwa permasalahan siswa tidak bisa teratasi hanya oleh guru BK dan siswa maka akan diadakan konferensi kasus dan homevisit yang akan
melibatkan pihak lain seperti guru mata pelajaran, wali kelas dan orang tua siswa. S1, 192-198; S2, 133-138
Sama halnya dengan guru BK, guru mata pelajaran menggunakan hasil diagnosis sebagai pedoman untuk melakukan tahap prognosis, dari hasil prognosis
akan ditentukan bentuk bantuan yang akan diberikan guru mata pelajaran kepada siswa, adapun upaya yang umumnya dipilih oleh guru mata pe lajaran dalam
membantu kesulitan belajar siswa adalah dengan lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran agar siswa aktif misalnya dengan meminta siswa untuk
menyelesaikan soal di depan kelas, menciptakan metode pembelajaran yang lebih menarik minat sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti
pembelajaran. S3, 145-158. Dari uraian mengenai upaya yang dilakukan oleh guru BK dengan guru
mata pelajaran dapat dipahami bahwa pada tahap prognosis terlihat tidak terjalin kerjasama, hal ini dikarenakan masing- masing memiliki hasil diagnosis sendiri
yang merupakan pedoman dalam melakukan prognosis, sehingga pada tahap treatment kedua pihak memiliki langkah sendiri dalam membantu mengatasi
kesulitan belajar siswa.
4.3.2.5 Kerjasama pada tahap treatment