3.7.2 Kerjasama pada tahap pengolahan data
Pada wawancara mengenai kerjasama yang terjalin antara guru BK dengan guru mata pelajaran pada tahap pengolahan data, subyek 1 menyatakan bahwa
dari nilai siswa yang sudah ditangan kemudian dikonfirmasi kepada guru mata pelajaran untuk mendapatkan informasi lebih lanjut yang kemudian dijadikan
salah satu informasi dalam menindaklanjuti permasalahan siswa, S1,18-19; S1,64-68, adapun bentuk upaya untuk menindak lanjuti informasi mengenai
permasalahan siswa yang telah diperoleh guru BK adalah melalui layanan konseling individu. S2, 28-29, sedangkan subyek 1 juga memanfaatkan jam
pelajaran BK untuk mengamati bagaimana sikap dan perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran S1,50-54. Informasi tersebut diperkuat wali kelas yang
menyatakan bahwa komunikasi dengan guru BK memang kerap terjalin untuk membahas permasalahan siswa mulai dari hasil belajar sampai perilaku siswa
W,13-18. Selanjutnya untuk data mengenai perilaku siswa, baik subyek 1 maupun
subyek 2 menyatakan langsung menindaklanjuti kepada siswa melalui konseling individu setelah mendapatkan informasi atau alih tangan kasus oleh guru mata
pelajaran. Informasi tersebut diperkuat oleh informasi dari siswa yang menyatakan pernah dikirim ke BK oleh guru mata pelajaran karena tidak
mengerjakan tugas, kemudian guru BK langsung menangani siswa tersebut, menasehatinya, memperingatkan agar tidak mengulangi kesalahannya. S, 36-38.
Berbeda dengan kedua subyek, subyek 3 menyatakan dari hasil belajar siswa langsung dapat menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar,
ditambah dengan data pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran. kedua hal tersebut menjadi patokan guru mata pelajaran dalam menentukan siswa
yang mengalami kesulitan belajar.
3.7.3 Kerjasama pada tahap diagnosis
Pada tahap mendiagnosis kesulitan belajar, subyek 1 dan 2 menyatakan bahwa upaya yang dilakukan guru BK dalam mendiagnosis kesulitan belajar
melalui layanan konseling individu. Dari layanan tersebut guru BK dapat melakukan penggalian data agar mengetahui lebih mendalam mengenai
permasalahan siswa termasuk faktor penyebab dan jenis kesulitan yang dirasakan siswa, sehingga selanjutnya memudahkan dalam menentukan alternatif bantuan
yang akan diberikan. S1, 95-96. Seperti yang diungkapkan oleh subyek 2 bahwa faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar itu beragam jenisnya, masing- masing individu itu tidak sama jadi kalau kita garis besar memang ada kesulitan belajar yang
bersumber dari individu itu sendiri, mungkin tingkat kesadaran belajar siswa dari tes psikologi itu dibawah rata-rata itu memang jauh dibandingkan teman-
temannya tapi juga ada kesulitan belajar yang disebabkan dari faktor eksternal dari orang tua siswa yang disharmonis, jadi tidak hanya dari segi siswa tapi
banyak muncul juga dari segi orang tua. termasuk perhatian orang tua yang kurang, pernyataan tersebut berdasarkan hasil konseling individu yang dilakukan
oleh subyek 2 sebagai upaya mendiagnosis kesulitan belajar sekaligus sebagai bentuk treatmen. S2,104-120; S2,. Subyek 2 menyatakan bahwa pada intinya
kerjasama yang terjalin antara BK dengan guru mata pelajaran itu bersifat terbuka, saling menginformasikan kondisi siswa.S2,166-170
Subyek 3 sebagai guru mata pelajaran dalam wawancara menjelaskan bahwa dalam mendiagnosis masalah kesulitan belajar siswa lebih banyak
memantau dari hasil belajar yang diperoleh siswa, kemudian dibandingkan dengan pencapaian teman sekelasnya, apabila siswa terkait belum mencapai batas
minimal ketuntasan dan nilai yang dicapai berada dibawah rata-rata kelas maka siswa tersebut dapat dikategorikan sebagai siswa yang mengalami kesulitan
belajar.S3,91-94.
3.7.4 Kerjasama pada tahap prognosis