36
3 Jika diketahui ketiga sisinya
= − − −
dengan =
1 2
+ +
2.2. Kerangka Berpikir
Menurut Ruseffendi, sebagaimana dikutip oleh Suherman 2003: 16, matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan
ide, proses dan penalaran. Mempelajari matematika sama artinya dengan mempelajari hal-hal yang berkaitan ide, proses dan penalaran. Matematika adalah
ilmu yang terstruktur seperti yang dikatakan Suherman 2003: 22 matematika mempelajari pola keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan. Reys dkk,
sebagaimana dikutip oleh Suherman 2003: 17 mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu
seni, suatu bahasa dan suatu alat. Kebanyakan peserta didik mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan
matematika ke dalam situasi kehidupan nyata. Di samping karena sifat matematika yang abstrak, hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi
peserta didik adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Guru dalam pembelajaran matematika di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang
dimiliki peserta didik dan peserta didik kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-idenya. Pada kenyataannya
dalam pembelajaran matematika terutama yang berkaitan dengan soal cerita, peserta didik mengalami beberapa kesulitan dikarenakan peserta didik kurang
37
terlatih mengembangkan ide-idenya dalam memecahkan masalah, kurang dapat berpikir kritis, dan kurang berani mengungkapkan pendapat. Kesulitan juga
dialami oleh guru yaitu dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memahami dan memecahkan
masalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah saat ini lebih didominasi oleh upaya untuk menyelesaikan materi pembelajaran dan kurang
adanya upaya agar terjadi proses dalam diri peserta didik untuk mencerna materi secara aktif dan konstruktif.
Menurut Johnson, Johnson, dan Holubec sebagaimana dikutip oleh Morgan 2005: 3, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif memberikan prestasi belajar yang lebih baik, pola kerjasama yang positif, serta dampak psikologis yang lebih sehat dibandingkan pembelajaran
individualistik. Penelitian yang dilakukan oleh Morgan memberikan hasil yang tidak jauh berbeda. Melalui pembelajaran kooperatif, peserta didik menjadi lebih
tertarik dan lebih aktif dalam pemecahan masalah matematika. Pembelajaran kooperatif memberikan dampak yang positif dalam membantu peserta didik
memahami konsep yang sulit, menumbuhkan kemampuan kerjasama, menumbuhkan sikap berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial peserta
didik. Pembelajaran matematika di kelas harus dibuat menarik sehingga peserta
didik dan guru bergairah untuk mengikuti dan melaksanakan proses belajar dan mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk itu diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC Cooperative Integrated Reading and
38
Composition. CIRC adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru untuk mengajar peserta didik. Di dalam
model pembelajaran CIRC terdapat komponen-komponen yang dapat membuat peserta didik lebih kreatif dan bekerja dalam kelompok sehingga dapat saling
bertukar pengetahuan selama proses pembelajaran. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
peserta didik dalam memahami dan menyelesaikan masalah matematika sehingga akan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik pada aspek
kemampuan pemecahan masalah. Penilaian merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Pada
umumnya penilaian yang banyak diterapkan oleh guru-guru di sekolah adalah penilaian dalam bentuk tes tertulis di mana tujuan dari penilaian dalam bentuk tes
tertulis itu adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik dalam mencerna atau memahami materi yang telah diberikan oleh guru. Dari hasil tes
tertulis itu juga dapat digunakan sebagai tolok ukur peserta didik sehingga dapat dijadikan motivasi belajar peserta didik.
Akan tetapi, penilaian seperti itu kurang dapat memberikan manfaat lebih untuk peserta didik selain mengetahui nilai dan
kurang membantu peserta didik dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Perlu dikembangkan suatu bentuk atau teknik penilaian yang dapat
memberikan manfaat lebih bagi peserta didik dalam proses belajar tidak hanya sebagai alat ukur pencapaian dari proses belajar. Teknik penilaian yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran adalah penilaian kinerja. Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan
39
mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan Setiadi, 2006: 1. Melalui kegiatan penilaian kinerja,
peserta didik dapat melakukan aktifitas-aktifitas tertentu yang dapat membantu peserta didik dalam memahami materi dan mengaplikasikannya dalam pemecahan
masalah. Kegiatan penilaian seperti ini dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya, penilaian kinerja dapat berbentuk penilaian kinerja proyek dan penilaian kinerja produk. Penilaian kinerja proyek adalah menilai
kegiatan siswa dalam melaksanakan suatu tugas proyek. Dalam hal ini, yang dinilai tidak hanya proses pelaksanaannya tetapi juga hasil laporan tugas proyek
yang dibuat oleh peserta didik. Penilaian kinerja produk adalah menilai kegiatan peserta didik dalam membuat suatu produk. Untuk membantu penskoran, dapat
digunakan rubiks penskoran. Tugas proyek maupun produk disusun sesuai kompetensi dasar yang sedang diajarkan.
Berdasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan
penerapan penilaian kinerja berbentuk proyek diduga lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada pembelajaran
kooperatif tipe CIRC dengan penerapan penilaian kinerja berbentuk produk. Kemampuan pemecahan masalah peserta didik materi trigonometri pada
pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan penerapan penilaian kinerja yang berbentuk proyek maupun produk diduga dapat mencapai ketuntasan belajar dan
lebih baik dibandingkan kemampuan pemecahan masalah pada kelas kontrol.
40
2.3. Hipotesis