Matematika dan Matematika Sekolah

12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Matematika dan Matematika Sekolah

Pengertian tentang matematika cukup banyak dan beragam. Definisi matematika menurut Fowler, sebagaimana dikutip oleh Suyitno 2004: 51 menyebutkan “Mathematics is the abstract sciense of space and number.” Menurut SoedjadiMasriyah, sebagaimana dikutip oleh Suyitno 2004: 52, meskipun terdapat berbagai definisi matematika yang tampak berlainan, tetapi dapat ditarik ciri-ciri yang sama yaitu matematika memiliki objek kajian yang abstrak, matematika mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan, matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif, dan matematika dijiwai dengan kebenaran konsistensi. Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan Menengah. Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan, membentuk pribadi peserta didik, dan berpandu pada pengembangan iptek Suyitno, 2004: 52. Matematika sekolah memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai alat, pola pikir, dan ilmu pengetahuan Suherman, 2003: 56. Ketiga fungsi tersebut menjadi acuan dalam pembelajaran matematika di sekolah. Peserta didik diberikan pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau 13 menyampaikan suatu informasi, misalnya melalui persamaan-persamaan maupun tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika. Pembelajaran matematika di sekolah bagi peserta didik merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian- pengertian itu. Sebagai ilmu pengetahuan, matematika selalu mencari kebenaran dan bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima apabila ditemukan kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang mengikuti pola pikir yang sah. Matematika sekolah memiliki peranan sangat penting bagi peserta didik untuk bekal pengetahuan dan untuk pembentukan sikap serta pola pikirnya. Peserta didik memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Suherman 2003: 68, matematika sekolah memiliki beberapa sifat atau karakteristik, yaitu berjenjang, mengikuti metode spiral konsep yang baru perlu memperhatikan konsep yang telah dipelajari sebelumnya, menekankan pola pikir deduktif, dan menganut kebenaran konsistensi. Menurut Ebbut dan Strakker, sebagaimana dikutip oleh Suyitno 2007: 24, matematika yang diajarkan di sekolah-sekolah memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Matematika yang diajarkan sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan. Implikasinya, peserta didik perlu dilatih melakukan kegiatan penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan, percobaan, membandingkan, dan 14 juga peserta didik perlu dibantu dalam menemukan hubungan antara pengertian yang satu dengan yang lainnya. b. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan. Implikasinya, peserta didik perlu didorong inisiatifnya dan diberi kesempatan untuk berpikir beda. c. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah. Implikasinya, guru perlu menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika, membantu peserta didik memecahkan persoalan matematika dengan caranya sendiri, dan membantu peserta didik mengembangkan kompetensi dan keterampilannya untuk memecahkan masalah. d. Matematika sebagai alat komunikasi. Implikasinya, guru perlu mendorong peserta didiknya agar mengenal sifat matematika, membaca dan menulis matematika, dan mendorong peserta didik pula agar menghargai bahasa ibu peserta didik dalam membicarakan matematika. Keempat ciri matematika tersebut akan dipakai sebagai dasar untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik pada pelajaran matematika, khususnya di tingkat SMA.

2.1.2. Pembelajaran

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading and composition) terhadap kemampuan menyesaikan soal cerita matematika (studi eksperimen di SMPN 238 Jakarta)

0 5 88

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERNUANSA ETNOMATEMATIKA PADA MATERI SEGIEMPAT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK

3 24 356

STUDI PERBEDAAN KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN LC 5E DAN CIRC TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS X

1 18 307

KEEFEKTIFAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENILAIAN SERUPA PISA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS VII SMP MATERI SEGIEMPAT

1 13 331

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA BERNUANSA ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK PADA MATERI SEGIEMPAT

0 46 479

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN POGIL BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

1 15 251

KEEFEKTIFAN MODELRESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK PADA MATERI LINGKARAN

6 26 297

KEEFEKTIFAN MODEL ELICITING ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI TRIGONOMETRI.

2 10 301

Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Berbantuan Alat Peraga terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Segiempat Oleh: Amalia Fitri Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Abstract - Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Berban

0 0 11

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI TEKANAN

0 2 20