Analisis Validitas Tes Koefisien Korelasi Nilai Signifikansi Indeks Daya Beda T

47

3.3.3 Kaidah Penulisan Butir Soal

Penulisan butir soal mengikuti kaidah-kaidah sebagai berikut. 1 Melakukan pembatasan materi yang diujikan. Dalam penelitian ini materi yang diujikan adalah materi trigonometri untuk aturan sinus cosines dan luas segitiga. 2 Menentukan tipe soal. Dalam penelitian ini tipe soal yang digunakan adalah soal uraian. 3 Menentukan jumlah butir soal. 4 Menentukan alokasi waktu. 5 Menentukan jenjang atau komposisi soal. 6 Membuat kisi-kisi soal. 7 Menuliskan petunjuk pengisian soal, bentuk lembar jawab, kunci jawaban, dan pedoman penskoran. 8 Menulis butir soal. 9 Mengujicobakan soal instrumen. 10 Menganalisis hasil uji coba dalam hal reliabilitas, validitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda tiap-tiap butir soal. 11 Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah dilakukan.

3.4 Analisis Instrumen

3.4.1 Analisis Validitas Tes Koefisien Korelasi

Anderson dalam Arikunto 2002: 65 menyebutkan “A test is valid if it measures what it purpose to measure ”, atau sebuah tes dikatakan valid apabila tes 48 tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Menurut Arikunto 2002: 76, item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi sehingga untuk mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi product moment.               2 2 2 2 XY Y Y N X X N Y X XY N r Arikunto 2002: 72 Keterangan: r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = jumlah subyek X = skor yang dicari validitasnya Y = skor total XY = perkalian antara skor butir soal dan skor total  2 X = jumlah kuadrat skor butir soal  2 Y = jumlah kuadrat skor total Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 dan +1,00. Namun karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran. Kemudian hasil XY r dikonsultasikan dengan tabel r product moment dengan =5. Jika XY r tabel r maka alat ukur dikatakan valid. 49 Pada analisis instrumen tes ujicoba dengan bantuan software anates dengan taraf signifikan 5 diperoleh batas signifikan 0,349 sehingga sembilan soal berbentuk uraian semuanya dinyatakan signifikan. Dalam penelitian ini, dengan berpedoman pada perhitungan-perhitungan analisis soal uji coba menggunakan bantuan software anates, disimpulkan semua butir soal dipakai atau digunakan. Hasil analisis dengan bantuan program Anates dapat dilihat pada lampiran 12.

3.4.2 Nilai Signifikansi Indeks Daya Beda T

Teknik yang digunakan untuk menghitung nilai signifikansi indeks daya beda untuk tes berbentuk uraian adalah dengan menghitung perbedaan dua buah rata-rata mean yaitu antara mean kelompok atas dan mean kelompok bawah untuk tiap-tiap item soal. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai signifikansi adalah sebagai berikut. 1 n n x x M L M H t i i 2 2 2 1       Keterangan: t = daya pembeda MH = rata-rata dari kelompok atas ML = rata-rata dari kelompok bawah  2 1 x = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas 2 2 x  = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah i n = N  27 50 N = banyak peserta tes Jika hitung t tabel t dengan derajat kebebasan = 1 1 2 1    n n dengan taraf signifikasi 5 maka daya pembeda soal tersebut signifikan Arifin 1991: 141 – 142. Untuk 5   dan 20 1 1 2 1      n n df didapatkan nilai 72 . 1  tabel t . Berdasarkan perhitungan nilai signifikansi daya beda dengan bantuan software anates diperoleh kesimpulan bahwa sembilan butir soal yang diujicobakan kesemuanya mempunyai daya beda signifikan.

3.4.3 Tingkat Kesukaran

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading and composition) terhadap kemampuan menyesaikan soal cerita matematika (studi eksperimen di SMPN 238 Jakarta)

0 5 88

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERNUANSA ETNOMATEMATIKA PADA MATERI SEGIEMPAT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK

3 24 356

STUDI PERBEDAAN KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN LC 5E DAN CIRC TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS X

1 18 307

KEEFEKTIFAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENILAIAN SERUPA PISA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS VII SMP MATERI SEGIEMPAT

1 13 331

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA BERNUANSA ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK PADA MATERI SEGIEMPAT

0 46 479

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN POGIL BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

1 15 251

KEEFEKTIFAN MODELRESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK PADA MATERI LINGKARAN

6 26 297

KEEFEKTIFAN MODEL ELICITING ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI TRIGONOMETRI.

2 10 301

Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Berbantuan Alat Peraga terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Segiempat Oleh: Amalia Fitri Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Abstract - Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Berban

0 0 11

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI TEKANAN

0 2 20