Literasi Informasi Mahasiswa Baru Pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan Tahun Akademik 2014/2015

(1)

LITERASI INFORMASI MAHASISWA BARU PENGGUNA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN AKADEMIK 2014/2015

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

dalam bidang Studi Perpustakaan dan Informasi

OLEH

110709054

AYU JAMILAH

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Literasi Informasi Mahasiswa Baru Pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan Tahun Akademik 2014/2015.

Oleh : Ayu Jamilah

NIM : 110709054

Pembimbing I : Dr. A. Ridwan Siregar, M.Lib. NIP : 19531125 197812 1 001

Tanda Tangan :

Tanggal :

Pembimbing II : Himma Dewiyana, S.T, M.Hum. NIP : 19720825 200604 2 001

Tanda Tangan :


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Literasi Informasi Mahasiswa Baru Pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan Tahun Akademik 2014/2015.

Oleh : Ayu Jamilah

NIM : 110709054

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI Ketua : Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd.

NIP : 19511119 198601 2 001 Tanda Tangan :

Tanggal :

FAKULTAS ILMU BUDAYA Dekan : Dr. Drs. Syahron Lubis, M.A. NIP : 19511013 197603 1 001

Tanda Tangan :


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinalitas dan belum pernah disajikan sebagai suatu tulisan untuk memperoleh suatu klasifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, Februari 2015 Penulis

Ayu Jamilah 110709054


(5)

ABSTRAK

Ayu Jamilah, 2015. Literasi Informasi Mahasiswa Baru Pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan Tahun Akademik 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat literasi informasi mahasiswa baru pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED)

tahun akademik 2014/2015 dengan menggunakan model literasi informasi Seven

Pillars. Literasi informasi yang diteliti terbatas pada himpunan keterampilan

pertama, yakni how to find and how to access the information, yaitu sampai pada pilar keempat diantaranya identify, scope, plan,dan gather.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa baru tahun akademik 2014/2015 sebagai pengguna Perpustakaan UNIMED yang berjumlah 3.982 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan menggunakan rumus Slovin, terhitung sebanyak 98 orang. Teknik pengambilan sampel disesuaikan dengan populasi penelitian, karena populasi penelitian mempunyai anggota yang berstrata maka teknik pengambilan sampel adalah menggunakan teknik proportionate stratified random sampling.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa literasi informasi tertinggi berada

pada pilar pertama, yaitu identify: kemampuan mengidentifikasi kebutuhan

informasi sebesar 77% dan literasi informasi terendah berada pada pilar keempat,

yaitu gather: kemampuan menemukan dan mengakses informasi sebesar 32%.

Sehingga diperoleh rata-rata literasi informasi mahasiswa baru pengguna Perpustakaan UNIMED tahun akademik 2014/2015 adalah sebesar 46%.


(6)

KATA PENGANTAR

ﻡﻳِﺣﱠﺭﻟﺍ ِﻥَﻣْﺣﱠﺭﻟﺍِﷲ ِﻡـــــــــْﺳِﺑ

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Literasi Informasi Mahasiswa Baru Pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan Tahun Akademik 2014/2015”. Skripsi ini diselesaikan sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi pada Fakultas Ilmu Budaya.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibunda dan Ayahanda beserta kakak dan abang-abang tercinta yang selalu memberikan dukungan baik dari segi apapun serta do’a yang selalu menyertai hingga terselesaikannya skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu keberhasilan penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Syahron Lubis, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

USU.

2. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Ilmu

Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya dan sekaligus Dosen Penguji I yang telah membantu dan memberikan masukan kepada penulis.

3. Bapak Dr. A. Ridwan Siregar, M.Lib. Selaku Pembimbing I, dimana

beliau telah banyak memberikan bimbingan. Rasa penghormatan dan terima kasih atas waktu, dukungan, petunjuk, dan nasihatnya kepada penulis.

4. Ibu Himma Dewiyana, S.T, M.Hum. Selaku Pembimbing II, dimana telah

memberikan saran, petunjuk dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

5. Ibu Laila Hadri Nasution, S.Sos., M.P. Selaku Penguji II, dimana telah membantu dan memberikan saran dan masukan kepada penulis.

6. Bapak Ishak, SS, M.Hum. Selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing penulis selama perkuliahan.

7. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah

mendidik penulis selama ini.

8. Kepada Staf Perpustakaan (Bang Mas Irwan Syahputra) yang telah

membantu penulis selama ini.

9. Kepada Staf Pegawai Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi

(Bang Yudi Purnomo) yang telah membantu dalam mengurus surat-surat yang berhubungan dengan penyusunan skripsi.

10.Kepada teman-teman yang telah memberikan dukungannya; Qistee, Kiki,

Feba, Mairil, Fanny, Nurul, Eko, Dikko, Muliyanto, Fauzi, Eliezer, Pradana, dan seluruh angkatan 2011 yang tidak mungkin disebutkan namanya satu per satu.

Akhir kata, penulis juga menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan ini. Penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya untuk ilmu pengetahuan, terima kasih.

Medan, Februari 2015 Penulis

Ayu Jamilah 110709054


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Lingkup Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 5

2.1. Pengertian dan Konsep Literasi Informasi ... 5

2.2. Tujuan dan Manfaat Literasi Informasi ... 7

2.3. Model Literasi Informasi ... 9

2.4. Literasi Informasi dalam Pendidikan Tinggi ... 10

2.4.1. Manfaat Kompetensi Literasi Informasi dalam Pendidikan Tinggi ... 12

2.4.2. Standar Kompetensi Literasi Informasi untuk Pendidikan Tinggi ... 14

2.5. Literasi Informasi dalam Perpustakaan ... 15

2.5.1. Keterampilan Perpustakaan ... 16

2.5.1.1. Komponen Keterampilan Perpustakaan ... 17

2.5.2. Penelusuran Informasi ... 19

2.5.2.1. Fitur Umum Penelusuran... 19

2.5.2.2. Penelusuran Katalog ... 20

2.5.2.3. Penelusuran Database Bibliografis ... 21

2.5.2.3.1. Database Konten Lokal (Institutional Repository/IR) ... 21

2.5.2.3.2. Database Bibliografis Berbayar/Dilanggan ... 22

2.5.2.3.3. Database Bibliografis Tidak Berbayar (Free) ... 23

2.5.2.4. Penelusuran Mesin Pencari... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 25

3.2. Lokasi Penelitian ... 25

3.3. Populasi dan Sampel... 25

3.3.1. Populasi ... 25

3.3.2. Sampel ... 26

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 28

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 28

3.6. Instrumen Penelitian ... 28


(9)

3.8. Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1. Analisis Deskriptif ... 31

4.1.1. Tingkat Literasi informasi Penggu na Kelompok Mahasiswa ... 31

4.1.2. Kemampuan Mengidentifikasi Kebutuhan Informasi ... 31

4.1.3. Kemampuan Membedakan Cara Mengatasi Kesenjangan dan Mengetahui Sumber Informasi Relevan ... 34

4.1.4. Kemampuan Membangun Strategi Penelusuran ... 37

4.1.5. Kemampuan Menemukan dan Mengakses Informasi... 39

4.2. Rangkuman Analisis Data ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1. Kesimpulan ... 46

5.2. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Grafik Persentase Kemampuan Responden berdasarkan Indikator Literasi Informasi ... 43 Gambar 4.2. Grafik Persentase Tingkat Literasi Informasi Mahasiswa ... 45


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Gambaran Umum Perpustakaan UNIMED ... 52

Lampiran 2: Model Literasi Informasi ... 54

Lampiran 3: Kuesioner Penelitian ... 57


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jumlah Mahasiswa Baru UNIMED T.A. 2014/2015 ... 26

Tabel 3.2. Penentuan Sampel Berdasarkan Strata ... 27

Tabel 3.3. Kisi-kisi Variabel Penelitian ... 29

Tabel 4.1. Kemampuan Penentuan Kebutuhan Informasi ... 32

Tabel 4.2. Kemampuan Perumusan Topik ... 32

Tabel 4.3. Kemampuan Penentuan Kata Kunci ... 33

Tabel 4.4. Kemampuan Penentuan Sarana Penelusuran Bahan Pustaka di Perpustakaan ... 34

Tabel 4.5. Kemampuan Penentuan Sumber Informasi untuk Menemukan Informasi Mutakhir dan Terpercaya ... 35

Tabel 4.6. Kemampuan Penentuan Sumber Informasi Pada Subjek Tertentu ... 36

Tabel 4.7. Kemampuan Penentuan Fitur Penelusuran ... 37

Tabel 4.8. Kemampuan Identifikasi Istilah dalam Penelusuran ... 38

Tabel 4.9. Kemampuan Penentuan Istilah Penelusuran (Query) ... 38

Tabel 4.10. Kemampuan Penemuan Bahan Pustaka di Perpustakaan ... 40

Tabel 4.11. Kemampuan Pengetahuan mengenai Mesin Pencari ... 40

Tabel 4.12. Kemampuan Akses Informasi ... 41

Tabel 4.13. Persentase Tingkat Literasi Informasi berdasarkan Sub Indikator Kemampuan ... 44

Tabel–1 Komponen The Big6™ ... 54

Tabel–2 Komponen Seven Pillars ... 54


(13)

ABSTRAK

Ayu Jamilah, 2015. Literasi Informasi Mahasiswa Baru Pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan Tahun Akademik 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat literasi informasi mahasiswa baru pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED)

tahun akademik 2014/2015 dengan menggunakan model literasi informasi Seven

Pillars. Literasi informasi yang diteliti terbatas pada himpunan keterampilan

pertama, yakni how to find and how to access the information, yaitu sampai pada pilar keempat diantaranya identify, scope, plan,dan gather.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa baru tahun akademik 2014/2015 sebagai pengguna Perpustakaan UNIMED yang berjumlah 3.982 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan menggunakan rumus Slovin, terhitung sebanyak 98 orang. Teknik pengambilan sampel disesuaikan dengan populasi penelitian, karena populasi penelitian mempunyai anggota yang berstrata maka teknik pengambilan sampel adalah menggunakan teknik proportionate stratified random sampling.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa literasi informasi tertinggi berada

pada pilar pertama, yaitu identify: kemampuan mengidentifikasi kebutuhan

informasi sebesar 77% dan literasi informasi terendah berada pada pilar keempat,

yaitu gather: kemampuan menemukan dan mengakses informasi sebesar 32%.

Sehingga diperoleh rata-rata literasi informasi mahasiswa baru pengguna Perpustakaan UNIMED tahun akademik 2014/2015 adalah sebesar 46%.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan tinggi, informasi dibutuhkan sebagai pendukung atau penunjang kegiatan perkuliahan dan semacam fasilitas untuk belajar secara lebih efektif dan efisien. Dalam memperoleh informasi, diperlukan kemampuan untuk mengidentifikasi, mencari, menemukan, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi secara efektif yang disebut dengan literasi informasi. Literasi informasi sebagai suatu keterampilan diperlukan karena mengubah dan membangun seseorang menjadi individu pembelajar seumur hidup (lifelong learning).

Saat ini pertumbuhan informasi begitu pesat, hal ini ditandai dengan timbulnya berbagai jenis media yang berperan sebagai alat penyebaran informasi yang dapat diakses dengan mudah dan cepat, sehingga menimbulkan fenomena ledakan informasi dan disinilah diperlukan kemampuan literasi informasi oleh mahasiswa agar mampu menyelesaikan masalah secara kritis dan logis, mengurangi ketidakpastian, memberikan suatu dasar kemungkinan untuk menanggapi seleksi dalam pemenuhan kebutuhan informasi, serta merupakan kunci keberhasilan mahasiswa di era globalisasi informasi.

Penguasaan literasi informasi dipandang sangat penting dalam proses pembelajaran sehingga menjadi bagian tak terpisahkan dari program pendidikan. Begitu pentingnya literasi informasi di era globalisasi informasi sekarang ini, membuat dunia pendidikan khususnya pendidikan tinggi mulai menerapkan literasi informasi dan memasukkannya di dalam kurikulum.

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan pusat sumber informasi yang sering disebut sebagai jantung perguruan tinggi. Perumpamaan sebagai sebuah jantung bagi instansi pendidikan tinggi (perguruan tinggi) bahwa keberadaan perpustakaan diperlukan dan memiliki peranan penting untuk menunjang tercapainya Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, pusat penelitian dan informasi, serta pengabdian pada masyarakat.


(15)

Sebagai pusat sumber informasi, perpustakaan perguruan tinggi harus menyediakan berbagai koleksi yang sesuai dengan kebutuhan informasi sivitas akademika yaitu mahasiswa, dosen, karyawan, dan peneliti. Tetapi terkadang pengguna dalam hal ini mahasiswa tidak mampu menemukan sumber informasi yang dibutuhkannya, baik koleksi tercetak maupun digital. Hal tersebut terjadi karena kurangnya literasi informasi. Oleh sebab itu, pengguna perpustakaan diharapkan mempunyai keterampilan tersebut agar dapat menggunakan dan memanfaatkan berbagai fasilitas perpustakaan dengan efektif.

Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED) adalah salah satu perpustakaan perguruan tinggi yang jumlah pengguna potensialnya cukup tinggi. Dari data yang diperoleh, Universitas Negeri Medan untuk tahun akademik 2014/2015 memiliki mahasiswa baru sebanyak 3.982 orang yang merupakan pengguna potensial dari Perpustakaan UNIMED.

Perpustakaan UNIMED menyediakan berbagai kebutuhan bahan pustaka, baik bahan pustaka tercetak maupun bahan pustaka digital untuk memenuhi kebutuhan bahan pustaka dari tujuh fakultas dengan berbagai program studi yang ada. Dari data yang diperoleh pada Buku Panduan Ringkas Perpustakaan UNIMED, jumlah koleksi buku yang ada baik di perpustakaan pusat maupun ruang baca sebanyak 46.425 judu l dan 137.593 eksemplar, sedangkan koleksi dalam bentuk terbitan berkala, Jurnal Ilmiah Nasional sebanyak 1668 judul dan 1695 eksemplar, Jurnal Ilmiah Luar Negeri sebanyak 129 judul dan 129 eksemplar, Jurnal Ilmiah Lokal sebanyak 2878 judul dan 2878 eksemplar.

Perpustakaan UNIMED juga melanggan sejumlah online bibliographic database

yaitu SpringerLink, Wiley Online Library, dan Cambridge e-book.

Sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi, Perpustakaan UNIMED melakukan perubahan yang cukup signifikan terhadap layanan

penelusuran koleksi, yaitu OPAC yang berbasis web, sehingga dapat diakses

dimana saja dengan alamat: http://library.unimed.ac.id/, tidak hanya mengakses

koleksi melalui web, sivitas akademika dapat melakukan kegiatan sirkulasi

(peminjaman, perpanjangan, dan pengembalian, serta reserve) secara mandiri (self


(16)

web Digital Repository UNIMED dengan alamat: http://digilib.unimed.ac.id/ dengan tujuan untuk mempermudah sivitas akademika dalam memanfaatkan dan mengakses layanan perpustakaan.

Penyediaan fasilitas dan bahan pustaka yang memadai, termasuk dengan adanya kegiatan pendidikan pemakai (library instruction) merupakan salah satu langkah perpustakaan untuk memberikan pelayanan terbaik (kepuasan) bagi para pengguna. Tetapi, melimpahnya sumber informasi dan tersedianya teknologi tidak dapat menciptakan seseorang yang disebut literat informasi (information literate) tanpa dilengkapi dengan sebuah pemahaman dan kapasitas untuk menggunakan sumber informasi tersebut secara efektif dan efisien. Sebagai contoh, dari kenyataan yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa masih ada beberapa pengguna yang ragu menelusur bahan pustaka melalui katalog perpustakaan (OPAC) dan lebih memilih untuk mengakses langsung bahan pustaka pada rak buku, hal ini mengindikasikan bahwa pengguna tersebut kurang memahami cara menggunakan fasilitas ataupun teknologi yang tersedia di perpustakaan.

Selain itu, terdapat pula beberapa pengguna yang terlihat lebih senang untuk langsung meminta bantuan kepada pustakawan. Kondisi tersebut diperburuk lagi dengan pengetahuan pengguna yang minim terhadap sumber-sumber informasi khususnya yang dilanggan oleh Perpustakaan UNIMED, misalnya SpringerLink, Wiley Online Library, dan Cambridge e-book. Bahkan beberapa mahasiswa tidak mengerti bagaimana cara menelusur informasi dengan menggunakan fasilitas tersebut.

Keadaan di atas mungkin terjadi disebabkan pengguna tersebut belum literat informasi atau kurangnya literasi informasi pengguna dalam hal memanfaatkan fasilitas dan bahan pustaka di perpustakaan. Berdasarkan hal tersebut, Peneliti ingin meneliti lebih jauh mengenai tingkat literasi informasi mahasiswa baru yang menjadi pengguna Perpustakaan UNIMED Tahun Akademik 2014/2015 melalui sebuah penelitian yang berjudul “Literasi Informasi Mahasiswa Baru Pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan Tahun Akademik 2014/2015.”


(17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat literasi informasi mahasiswa baru tahun akademik 2014/2015 yang menjadi pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat literasi informasi mahasiswa baru tahun akademik 2014/2015

yang menjadi pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Perpustakaan Universitas Negeri Medan, sebagai salah satu acuan untuk

mengetahui tingkat literasi informasi mahasiswa baru yang menjadi pengguna perpustakaan.

2. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian

selanjutnya.

3. Peneliti, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai literasi

informasi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian meliputi literasi informasi dengan objek yang diteliti adalah mahasiswa baru pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan tahun akademik 2014/2015, dimana model literasi yang digunakan adalah model literasi informasi seven pillars. Literasi informasi yang diteliti terbatas pada

himpunan keterampilan pertama, yakni how to find and how to access the

information, yaitu sampai pada pilar keempat diantaranya identify, scope, plan,


(18)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1. Pengertian dan Konsep Literasi Informasi

Literasi informasi sebagai kemampuan mengidentifikasi, mencari, menemukan, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi yang dibutuhkan secara efektif bukanlah merupakan keterampilan baru yang muncul sebagai tuntutan di era informasi. Konsep literasi informasi sebenarnya telah diartikan dan dilakukan sejak lama, dengan menggunakan istilah seperti study skills, research skills, dan library skills.

Dalam konteks perpustakaan dan informasi, literasi informasi berkaitan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkan secara benar sejumlah informasi yang tersedia baik di dalam perpustakaan maupun berada di luar gedung perpustakaan (Hasugian 2009, 200).

Konsep literasi informasi sebenarnya telah ada sejak lama tetapi belum begitu dikenal di Indonesia, hingga akhir tahun 1990-an dimana penggunaan sumberdaya informasi elektronik sudah membudaya sehingga istilah literasi informasi semakin dikenal luas. Konsep literasi informasi berkaitan pula dengan perpustakaan, dimana konsep literasi informasi berkenaan dengan konsep keterampilan perpustakaan dalam mengakses serta memanfaatkan informasi dan sumberdaya perpustakaan secara efektif.

Menurut Association of College and Reserach Libraries (ACRL 2000),

literasi informasi diartikan “kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkannya, mengakses dan menemukan informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi secara efektif dan etis.”

Hal senada juga dikemukakan Chartered Institute of Library and Information Professional (CILIP 2005, 2) sebagai berikut “information literacy knowing when and why you need information, where to find it, and how to

evaluate, use and communicate it in an ethical manner”. (kemampuan seseorang


(19)

informasi tersebut, bagaimana mengevaluasi informasi yang didapat, menggunakannya serta mengkomunikasikannya secara etis).

Pada umumnya dari berbagai definisi mengenai literasi informasi yang telah dikembangkan berbagai institusi pendidikan, organisasi professional, dan individual, memiliki kesamaan definisi yang ditawarkan dalam Final Report of

The American Library Association (ALA). Dinyatakan bahwa literasi informasi

adalah serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien, dimana kemampuan literasi informasi dapat membuat seseorang menjadi individu yang melek informasi.

Zurkowski merupakan orang pertama yang menggunakan konsep literasi informasi menyatakan bahwa orang yang terlatih untuk menggunakan sumber-sumber informasi dalam menyelesaikan tugas mereka disebut individu yang

melek informasi (information literate). Mereka telah mempelajari teknik dan

kemampuan menggunakan alat-alat dan sumber utama informasi dalam pemecahan masalah mereka (Behrens 1994, 310).

Konsep ini sejalan dengan pendapat Burchinal seperti dikutip oleh Iman (2013) sebagai berikut:

Untuk menjadi individu yang melek informasi, dibutuhkan serangkaian keahlian, antara lain bagaimana cara mencari dan menggunakan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan secara efektif dan efisien.

University of Maryland University College (UMUC) menyatakan bahwa

kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi individu yang melek informasi

(information literate), meliput i:

1. Menggunakan informasi dan sumber daya perpustakaan baik di dalam

perpustakaan maupun melalui sarana elektronik secara efektif dan efisien.

2. Memilih sumberdaya terbaik untuk digunakan sebagai pemenuhan

kebutuhan informasi, tidak hanya sumberdaya yang paling mudah atau familiar.

3. Menerapkan evaluasi kritis dan sintesis (rangkuman) sumber yang


(20)

4. Mengutip sumber-sumber secara tepat dan akurat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, diketahui bahwa untuk dapat dikatakan sebagai individu yang melek informasi dibutuhkan serangkaian kemampuan. Dimana kemampuan tersebut berkaitan pula dengan pemanfaatan sumberdaya perpustakaan, baik di dalam perpustakaan maupun melalui sumberdaya elektronik. Perpustakaan memiliki peranan penting dan berkontribusi besar untuk membentuk masyarakat informasi yang berpikir kritis dan menjadi pembelajar seumur hidup.

Sesuai dengan ruang lingkup penelitian, pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada keterampilan mahasiswa sebagai pengguna perpustakaan dalam mengakses dan memanfaatkan sumberdaya informasi yang terdapat di dalam perpustakaan maupun melalui sumberdaya elektronik yang dilanggan Perpustakaan UNIMED.

2.2. Tujuan dan Manfaat Literasi Informasi

The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menyatakan bahwa literasi informasi memampukan seseorang untuk menafsirkan informasi sebagai pengguna informasi dan menjadi penghasil informasi bagi dirinya sendiri. UNESCO (2007) juga menyatakan bahwa tujuan literasi informasi adalah:

1. Memampukan seseorang agar mampu mengakses dan memperoleh

informasi mengenai kesehatan, lingkungan, pendidikan, dan pekerjaan.

2. Memandu mereka dalam membuat keputusan yang kritikal mengenai

kehidupan mereka.

3. Lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan.

University of Maryland University College (UMUC) menyatakan bahwa

tujuan literasi informasi bagi mahasiswa undergraduate, meliput i: 1. Menentukan sifat dan tingkat informasi yang dibutuhkan.

2. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien.

3. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumber yang kritis dan

menggabungkan informasi yang dipilih menjadi dasar pengetahuannya.

4. Secara individu atau sebagai anggota kelompok, menggunakan


(21)

5. Memahami masalah ekonomi, hukum, dan sosial seputar penggunaan informasi dan akses, serta menggunakan informasi secara etis dan legal.

Dari beberapa pendapat di atas, diketahui bahwa literasi informasi memiliki tujuan untuk memberikan serangkaian keterampilan dan pengetahuan kepada seseorang untuk memenuhi kebutuhan informasinya dengan cara memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Menurut Hancock (2004, 1) manfaat literasi informasi, meliputi:

1. Untuk Pelajar

Dengan literasi informasi, pelajar memiliki peran yang aktif dalam proses belajar mengajar dan dituntut untuk belajar secara mandiri. Sedangkan pengajar hanya akan menjadi fasilitator. Mahasiswa tidak akan tergantung kepada pengajar karena dapat belajar secara mandiri dengan kemampuan literasi informasi yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan kegiatan mereka di lingkungan belajar. Pelajar yang melek informasi merupakan konsumen yang potensial dari sumber-sumber informasi. Mahasiswa yang literat juga akan berusaha belajar mengenai berbagai sumber daya informasi dan cara penggunaan sumber-sumber informasi, serta akan menjadi lebih kritis ketika menggunakan sumber informasi.

2. Untuk Masyarakat

Literasi informasi bagi masyarakat sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam lingkungan pekerjaan. Masyarakat yang literat mengetahui cara menggunakan informasi untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam membuat keputusan misalnya saat mencari bisnis atau mengelola bisnis dan berbagi informasi dengan orang lain.

3. Untuk Pekerja

Kemampuan menghitung dan membaca belum cukup dalam dunia pekerjaan saat ini dan di masa mendatang. Perusahaan menuntut kepada setiap pekerja untuk memiliki kemampuan lebih, apalagi dalam era global ini, informasi dapat dikirim dalam hitungan detik dengan jumlah yang besar. Ledakan informasi saat ini mengharuskan adanya pemilihan dan pengevaluasian terhadap informasi yang ada. Oleh sebab itu, pekerja harus mampu menyortir dan mengevaluasi informasi yang diperoleh. Bagi pekerja, dengan memiliki literasi informasi akan mendukung dalam melaksanakan pekerjaan, memecahkan berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan dalam membuat kebijakan.

Literasi informasi bermanfaat bagi setiap individu, baik pelajar, masyarakat, maupun pekerja. Literasi informasi membantu seseorang dalam


(22)

mengambil keputusan-keputusan ketika menghadapi berbagai masalah maupun ketika membuat suatu kebijakan, membantu setiap individu maupun organisasi untuk tetap bertahan dalam persaingan di era globalisasi informasi, dan literasi informasi juga memungkinkan terciptanya sebuah pengetahuan baru yang akan berguna untuk kehidupan di masa mendatang.

2.3. Model Literasi Informasi

Dalam perkembangannya, literasi informasi memunculkan berbagai jenis model literasi informasi yang dapat diterapkan pada pelajar, masyarakat umum, dan pegawai kantoran. Beberapa model literasi informasi yang sudah banyak diterapkan di perguruan tinggi, yaitu:

1. The Big6™

The Big 6 dikembangkan di AS oleh dua pustakawan, Mike

Eisdenberg dan Bob Berkowitz. The Big 6 menggunakan pendekatan

pemecahan masalah untuk mengajar informasi dan keterampilan

informasi serta teknologi. Model The Big 6 terdiri dari 6 tahap

pemecahan masalah, pada masing-masing tahap dikelompokkan dua sub langkah atau komponen.

2. Seven Pillars model

SCONUL (Standing Conference of National and University Libraries)

di Inggris mengembangkan model konseptual yang disebut Seven

Pillars of Information Literacy. Keterampilan dasar literasi informasi

(pilar 1 sampai 4) merupakan dasar bagi semua isu dan topik, dapat diajarkan pada semua tingkat pendidikan. Keterampilan tersebut juga diperkuat dan diperkaya melalui penggunaan berkala serta pembelajaran sepanjang hayat, umumnya melalui program dan sumber yang disediakan oleh perpustakaan. Untuk mencapai pilar 5 sampai 7, tantangan yang dihadapi lebih besar karena keanekaragaman orang. Model Seven Pillar terdiri dari 2 himpunan keterampilan dan 7 pilar, yaitu:

a. How to find and how to access the information.

a) Identify; Kemampuan mengidentifikasi kebutuhan

informasi (Pilar Pertama).

b) Scope; Kemampuan membedakan cara mengatasi

kesenjangan dan mengetahui sumber informasi mana yang paling besar peluangnya memuaskan kebutuhan (Pilar Kedua).

c) Plan; Kemampuan membangun strategi penelusuran

(Pilar Ketiga).

d) Gather; Kemampuan menemukan dan mengakses


(23)

b. How to understand and use the information.

a) Evaluate; Kemampuan membandingkan dan

mengevaluasi, mengetahui bagaimana mengakses relevansi dan kualitas informasi yang ditemukan (Pilar Kelima).

b) Manage; Kemampuan mengorganisasi, menerapkan dan

mengkomunikasikan, mengetahui bagaimana merangkaikan informasi baru dengan informasi lama, mengambil tindakan atau membuat keputusan dan akhirnya bagaimana berbagi hasil temuan informasi tersebut dengan orang lain (Pilar Keenam).

c) Present; Kemampuan menerapkan pengetahuan yang

diperoleh, mengetahui bagaimana mengasimilasikan informasi dari berbagai jenis sumber informasi untuk keperluan menciptakan pengetahuan baru (Pilar Ketujuh).

3. Empowering 8

Model literasi Empowering 8 menggunakan pendekatan pemecahan

masalah berupa resource-based learning yaitu suatu kemampuan

untuk belajar berdasarkan sumber datanya. Model literasi ini

dihasilkan dari dua workshop yaitu di Kolombo tahun 2004 dan di

Patiala-India tahun 2005. (Sulistyo-Basuki 2013).

Model The Big6, Seven Pillars, dan Emporering 8 mempunyai persamaan, bahwa model literasi informasi adalah mengidentifikasi topik, strategi pencarian informasi, menemukan dan akses informasi, mengorganisasikan informasi dan mengevaluasi informasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada kemampuan menciptakan informasi, dan menilai informasi. (Beberapa komponen dari ketiga model literasi di atas dapat dilihat pada lampiran 2).

Dari ketiga model literasi informasi di atas, pembahasan dalam penelitian ini menggunakan model seven pillars, tetapi dibatasi pada himpunan keterampilan pertama yakni how to find and how to access the information,yaitu sampai pilar keempat diantaranya identify, scope, plan,dan gather. (lihat lampiran 2).

2.4. Literasi Informasi dalam Pendidikan Tinggi

Penguasaan literasi informasi dipandang sangat penting dalam proses pembelajaran sehingga menjadi bagian tak terpisahkan dari program pendidikan. Secara garis besar Proboyekti (2008), mengemukakan bahwa di dunia pendidikan tinggi, ada tiga dharma yang mendasari kegiatan-kegiatan pendidikan tinggi: proses belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Tiga dharma ini


(24)

dilakukan oleh mahasiswa dan dosen. Mereka melakukan ketiga dharma tersebut pada tingkat dan kepentingan yang berbeda, namun demikian materi utama dalam ketiga kegiatan dharma tersebut adalah informasi. Oleh sebab itu, kemampuan literasi informasi sangat dibutuhkan untuk mencapai tiga dharma pada pendidikan tinggi.

Dalam proses belajar mengajar pada pendidikan tinggi, sering ditemukan kesulitan mahasiswa dalam:

1. Memahami tugas yang diberikan sehingga apa yang dikerjakan tidak

sesuai dengan tugas yang diberikan.

2. Menemukan ide untuk paper dalam topik tertentu atau ide penelitian untuk skripsi mereka.

3. Mendapatkan sumber informasi, sehingga sumber informasi kurang

bervariasi dan cenderung menggunakan sumber atau format yang sama.

4. Menentukan pustaka yang tepat, sehingga enggan membaca karena

berpikir bahwa buku-buku yang dipilih sebagai sumber informasi harus dibaca habis.

5. Mengutip sebuah sumber yang berhak cipta secara langsung maupun

dengan membuat parafrase untuk menghindari plagiarisme. 6. Membuat kalimat yang beralur dari paragraf ke paragraf.

7. Mempresentasikan karyanya sehingga menghasilkan presentasi yang

monoton, kurang informatif dan kurang tepat untuk audience yang dituju.

8. Mempelajari hal baru dengan cara yang aktif dan kreatif (Proboyekti 2008).

Beberapa masalah di atas dapat teratasi jika kemampuan literasi informasi menjadi suatu kemampuan yang diharuskan pada pendidikan tinggi. Karena itu pemberdayaan mahasiswa untuk memiliki literasi informasi harus dimulai.

Association of College and Research Libraries (ACRL 2000, 2-3) menyatakan bahwa mahasiswa dikatakan mempunyai keterampilan informasi

(information literate) jika mampu:

1. Menentukan sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan.

2. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien. 3. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis. 4. Menggunakan informasi untuk menyelesaikan tujuan tertentu.

5. Memahami aspek ekonomi, hukum, dan sosial yang berkaitan dengan


(25)

Sedangkan menurut Chartered Institute of Library and Information Professional(CILIP 2005, 4) terdapat 8 kriteria mahasiswa memiliki keterampilan literasi informasi, apabila memiliki pemahaman tentang:

1. A need for information.

2. The resources available.

3. How to find information.

4. The need to evaluate results.

5. How to work with or exploit results.

6. Ethics and responsibility of use.

7. How to communicate or share your findings.

8. How to manage your findings.

Secara garis besar Proboyekti (2008) meyatakan bahwa dalam hal literasi informasi, lembaga-lembaga yang berkaitan dengan perpustakaan seperti Association of College and Research Libraries (ACRL), Chartered Institute of Library and Information Professionals (CILIP), dan Society of College, National and University Libraries (SCONUL) memberi perhatian khusus pada literasi informasi di perguruan tinggi. Bahkan literasi informasi sudah seharusnya disinergikan dengan kurikulum. Memasukkan literasi informasi ke dalam kurikulum adalah salah satu impian perpustakaan-perpustakaan di segala tempat yang peduli pada literasi informasi. Kenyataannya tidak semua pimpinan perguruan tinggi menyadari pentingnya literasi informasi, atau menganggap kemampuan itu dapat dengan mudah diperoleh sejalan dengan proses belajar mengajar di perguruan tinggi.

2.4.1. Manfaat Kompetensi Literasi Informasi dalam Pendidikan Tinggi

Perkembangan information and communications technology (ICT)

membuat informasi begitu melimpah dan mudah untuk diakses serta dimanfaatkan. Kelimpahruahan, kecepatan serta kemudahan memperoleh informasi hanya akan diperoleh jika pencari informasi memiliki kompetensi dalam literasi informasi. Bahkan American Library Association (ALA 1989) telah mempertimbangkan bahwa literasi informasi merupakan hasil utama mahasiswa di pendidikan tinggi.


(26)

Manfaat kompetensi literasi informasi dalam pendidikan tinggi menurut California State University seperti dikutip oleh Hasugian (2009, 204) yaitu:

1. Menyediakan metode yang telah teruji untuk dapat memandu

mahasiswa kepada berbagai sumber informasi yang terus berkembang. Sekarang ini individu berhadapan dengan informasi yang beragam dan berlimpah. Informasi tersedia melalui perpustakaan, sumber-sumber komunitas, organisasi khusus, media, dan internet.

2. Mendukung usaha nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Lingkungan belajar yang proaktif mensyaratkan setiap mahasiswa memiliki kompetensi literasi informasi. Dengan keahlian informasi tersebut maka mahasiswa akan selalu dapat mengikuti perkembangan bidang ilmu yang dipelajarinya.

3. Menyediakan perangkat tambahan untuk memperkuat isi perkuliahan.

Dengan kompetensi literasi informasi yang dimilikinya, maka mahasiswa dapat mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan perkuliahan sehingga dapat menunjang perkuliahan tersebut.

4. Meningkatkan pembelajaran seumur hidup. Meningkatkan

pembelajaran seumur hidup adalah misi utama dari institusi pendidikan tinggi. Dengan memastikan bahwa setiap individu memiliki kemampuan intelektual dalam berpikir secara kritis yang ditunjang dengan kompetensi informasi yang dimilikinya maka individu dapat melakukan pembelajaran seumur hidup secara mandiri.

Candy (Candy, Crebert, dan O’Leary 1994) mengatakan “Access to, and

critical use of information and of information technology is absolutely vital to

lifelong learning, and accordingly no graduate —can be judged educated unless

he or she is information literate”.

Dari pernyataan tersebut Candy, Crebert, dan O’Leary mengungkapkan bahwa seorang tidak dapat dinyatakan lulus, bilamana ia belum menyandang status sebagai information literate person. Maksudnya, untuk melakukan hal yang demikian, lembaga pendidikan tinggi harus menetapkan literasi informasi sebagai sebuah standar kompetensi (sebagai syarat) yang wajib dimiliki oleh setiap peserta didik sebelum meninggalkan universitas (Iman 2013, 82).

Dari beberapa pernyataan yang dikembangkan mengenai literasi informasi dan dunia pendidikan tinggi, diketahui bahwa kompetensi literasi informasi memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan tinggi, hal ini sesuai dengan Kasowitz-Scheer (Kasowitz-Scheer dan Pasqualoni 2002) yang secara garis besar menyatakan bahwa terdapat sejumlah perguruan tinggi di Amerika Serikat, diantaranya State University of New York, University of Oregon, Montana State


(27)

University, dan University of Maryland University College (UMUC) yang mempunyai kelas literasi informasi pada tahun pertama perkuliahan, dengan maksud memperkenalkan langkah-langkah dalam proses penelitian dan strategi untuk mencari berbagai sumber daya elektronik secara efektif. Kelas ini juga memberikan kesempatan untuk berlatih mengevaluasi dan mengutip hasil penelitian.

2.4.2. Standar Kompetensi Literasi Informasi untuk Pendidikan Tinggi Rumusan tentang standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi dilakukan oleh Komite Standar ACRL dan disetujui oleh Dewan Direksi Association of College and Research Libraries (ACRL) pada 18 Januari 2000. ACRL telah mengeluarkan lima standar literasi informasi dalam dunia perguruan tinggi dan kelima standar tersebut memiliki 22 indikator. Standar literasi ini berisi daftar sejumlah kemampuan yang digunakan dalam menentukan kemampuan seseorang dalam memahami informasi. Dalam standar ini terdapat cara bagaimana mahasiswa dapat berinteraksi dengan informasi. Standar ini juga digunakan oleh fakultas, pustakawan, dan staf lainnya dalam mengembangkan metode untuk mengukur pembelajaran mahasiswa sesuai dengan misi institusi tersebut. Standar kompetensi literasi informasi dari ACRL (2000, 8) tersebut yaitu:

1. Mahasiswa yang literat informasi mampu menentukan jenis dan sifat

informasi yang dibutuhkan.

a. Mahasiswa mendefinisikan dan menyampaikan kebutuhan

informasinya.

b. Mahasiswa mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk sumber

informasi yang potensial.

c. Mahasiswa mempertimbangkan biaya dan keuntungan yang

diperoleh dari informasi yang dibutuhkan.

d. Mahasiswa mengevaluasi kembali sifat dan batasan informasi

yang dibutuhkan.

2. Mahasiswa yang literat informasi mengakses kebutuhan informasi

secara efektif dan efisien.

a. Mahasiswa memilih metode penelitian dan sistem temu kembali

informasi yang paling tepat untuk mengakses informasi yang dibutuhkan.

b. Mahasiswa membangun dan menerapkan strategi penelusuran


(28)

c. Mahasiswa melakukan sistem temu kembali secara online atau pribadi dengan menggunakan berbagai metode.

d. Mahasiswa memperbaiki strategi penelusuran jika diperlukan.

e. Mahasiswa mengutip, mencatat, serta mengolah informasi dan

sumber-sumbernya.

3. Mahasiswa yang literat mengevaluasi informasi dan sumber-sumber

secara kritis dan menjadikan informasi yang dipilih sebagai dasar pengetahuan.

a. Mahasiswa meringkas ide utama yang dikutip dari informasi

yang dikumpulkan.

b. Mahasiswa menentukan dan menerapkan kriteria awal untuk

mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya.

c. Mahasiswa mampu mensintesis ide utama untuk membangun

konsep baru.

d. Mahasiswa membandingkan pengetahuan baru dengan

pengetahuan lama untuk menentukan nilai tambah, kontradiksi, atau karakteristik informasi unik lainnya dari informasi.

e. Mahasiswa menentukan apakah pengetahuan baru memberi

dampak terhadap sistem nilai individu dan mengambil langkah-langkah untuk menyatukan perbedaan.

f. Mahasiswa menyetujui pemahaman dan penafsiran orang lain

atau para ahli mengenai informasi dengan cara berdiskusi. g. Mahasiswa menentukan bila query perlu direvisi.

4. Mahasiswa yang literat menggunakan dan mengkomunikasikan

informasi dengan efektif dan efisien.

a. Mahasiswa menerapkan informasi baru dan yang terdahulu untuk

merencanakan dan menciptakan hasil.

b. Mahasiswa merevisi proses pengembangan untuk hasil.

c. Mahasiswa mengkomunikasikan hasil secara efektif kepada

orang lain.

5. Mahasiswa yang literat informasi memahami isu ekonomi, hukum, dan

sosial sekitar penggunaan dan pengaksesan informasi secara etis dan hukum.

a. Mahasiswa memahami isu-isu ekonomi, hukum, dan aspek sosial

mengenai informasi dan teknologi informasi.

b. Mahasiswa mematuhi hukum, peraturan, kebijakan intitusi, dan

etika yang berhubungan dengan pengaksesan dan penggunaan sumber informasi.

c. Mahasiswa mengetahui penggunaan sumber-sumber informasi

dalam mengkomunikasikan informasi. 2.5. Literasi Informasi dalam Perpustakaan

Dunia perpustakaan Indonesia sebenarnya telah lama mengenal dan melakukan aktivitas yang berkenaan dengan literasi informasi, meskipun dengan istilah yang berbeda. Sekarang, penggunaan istilah literasi informasi menjadi


(29)

lebih populer, karena telah terjadi perubahan agenda dalam dunia pendidikan dan juga karena adanya perkembangan hybrid library menjadi digital library (Salmubi 2007).

Pendapat lain dikemukakan oleh Pendit (2008), sebagai berikut:

Pada perpustakaan, konsep literasi informasi bermula dari pendidikan pemakai di perpustakaan. Prinsip kegiatan yang ada dalam pendidikan pemakai sama dengan apa yang akan dikembangkan melalui program-program literasi informasi, yaitu mengembangkan kemampuan pengguna dalam menetapkan hakikat dan rentang informasi yang dibutuhkan, mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien, mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis, menggunakan informasi untuk keperluan tertentu.

Perpustakaan perguruan tinggi pada umumnya membekali mahasiswa dengan literasi yang berkaitan dengan kegiatan perpustakaan yaitu cara mengakses koleksi perpustakaan. Peningkatan layanan biasanya lebih tertuju pada fasilitas komputer atau lab komputer, koneksi internet nirkabel, jenis koleksi, dan sistem informasi perpustakaan. Dengan fasilitas IT tersebut, kemampuan yang menjadi sorotan adalah literasi komputer. Mahasiswa diarahkan memiliki kemampuan mengoperasikan komputer, sehingga paling tidak, masalah penggunaan OPAC terselesaikan. Beberapa keterampilan yang biasanya diajarkan perpustakaan adalah :

1. Orientasi perpustakaan: cara menggunakan koleksi dan memanfaatkan

layanan perpustakaan.

2. Pengoperasian komputer dan Internet.

3. Penelusuran artikel pada online database yang dilanggan.

4. Pemanfaatan layanan online kampus: email, forum mahasiswa, file

transfer, e-class dan sebagainya (Proboyekti 2008).

2.5.1. Keterampilan Perpustakaan

Menurut Thomas (2004, 27) “keterampilan perpustakaan terdiri atas kemampuan dalam menggunakan fasilitas atau alat penelusuran perpustakaan, menggunakan strategi penelusuran dan model penelusuran informasi.”

Pendapat lain dikemukakan Chall seperti dikutip oleh Hasugian (2002, 7) “keterampilan perpustakaan diartikan sebagai suatu keahlian, keterampilan atau kemampuan menggunakan perpustakaan.”


(30)

Definisi Thomas dan Chall memberikan pemahaman bahwa keterampilan perpustakaan merupakan kemampuan yang dimiliki pengguna untuk dapat memanfaatkan fasilitas dan sejumlah koleksi yang disediakan dengan cara mengindentifikasi, mengakses, membandingkan dan mengevaluasi, mengorganisir, serta menerapkan informasi yang tersedia dalam berbagai format. Pengguna harus memiliki keterampilan perpustakaan untuk mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan informasinya, untuk mencapai hal tersebut pendidikan pemakai (library instruction) pada perpustakaan semakin dibutuhkan peranannya.

Perpustakaan hendaknya secara bijaksana dapat memformulasikan program pendidikan pemakai dengan perubahan yang terjadi dalam dunia informasi. “Salah satu dari tujuan pendidikan pemakai perpustakaan pada era informasi ini ialah untuk membentuk keahlian/kemampuan menggunakan perpustakaan bagi pengguna perpustakaan” (Hasugian 2002, 7).

2.5.1.1. Komponen Keterampilan Perpustakaan

Menurut Chall dan Tan yang dikutip oleh Hasugian (2002, 3) terdapat 5

(lima) komponen yang perlu diperhatikan untuk mengetahui library skills

mahasiswa sebagai pengguna utama perpustakaan perguruan tinggi yaitu:

1. Penggunaan Perpustakaan Sebelumnya (Previous Library Use) dan

Pendidikan pemakai (Library Instruction)

Penggunaan perpustakaan sebelumnya diartikan sebagai pengalaman seseorang menggunakan perpustakaan sebelum diterima menjadi mahasiswa, maksudnya apakah mahasiswa baru tersebut telah pernah menggunakan jasa layanan perpustakaan di sekolahnya atau perpustakaan lain sebelum diterima menjadi mahasiswa. Sedangkan, pendidikan pemakai diartikan sebagai pengajaran atau pelatihan menggunakan perpustakaan yang diberikan oleh guru atau pustakawan kepada mereka di sekolah asalnya.

2. Keterampilan Dasar Temu Balik Informasi (Basic Information

Retrieval Skills)

Keterampilan dasar temu balik informasi diartikan sebagai keahlian atau kemampuan dasar yang dimiliki seseorang untuk melakukan kegiatan penelusuran dan temubalik informasi. Untuk menemu-balikkan informasi di Perpustakaan, ataupun dari berbagai media

seperti database CD-ROM, dan dari berbagai situs di internet,

diperlukan keterampilan dasar yang lajim disebut sebagai retrieval

skills. Indikator yang digunakan untuk mengetahui hal ini adalah


(31)

penelusuran dokumen berdasarkan titik akses judul, pengarang,

subyek, nomor panggil (call number), dan melalui kata kunci

(keyword) tertentu, serta kemampuan melakukan penelusuran

informasi pada sejumlah situs web di internet dengan menggunakan

search engine tertentu. Kemampuan lain yang perlu dimiliki dalam

rangka temu balik informasi ialah kemampuan menelusur dengan

menggunakan operator Boolean, menelusur dengan menggunakan

teknik pemenggalan kata/istilah (truncation), dengan menggunakan

teknik kedekatan kata/istilah (proximity), dan sebagainya.

3. Pengetahuan Dasar Referensi (Knowledge of Basic Reference Sources) Pengetahuan dasar referensi diartikan sebagai pengetahuan untuk mengenal sumber-sumber referensi dasar. Kemampuan untuk mengenal sumber-sumber referensi atau koleksi rujukan sangat diperlukan untuk menjawab atau menyelesaikan sejumlah masalah, khususnya masalah ilmiah.

4. Pengetahuan Dasar Bibliografi (Basic Bibliographic Knowledge)

Pengetahuan dasar bibliografi adalah menyangkut pengetahuan tentang dasar-dasar bibliografi. Termasuk dalam hal ini, kemampuan mengenal format dasar bibliografi atau daftar kepustakaan, dan membedakan format penulisan daftar suatu buku dengan jurnal/majalah yang dikutip (disitir) dalam suatu karya ilmiah. Ketidakmampuan untuk mengenal penulisan bibliografi yang dikutip/disitir dalam suatu karya ilmiah akan menyulitkan untuk mencari sumber utama yang digunakan oleh pengarang, dan juga akan mengalami kesulitan untuk membedakan judul artikel dengan judul buku.

5. Kecakapan Berbahasa Inggris (Proficiency in English)

Kecakapan berbahasa Inggris diartikan sebagai tingkat kemahiran berbahasa Inggris. Kemampuan ini sangat diperlukan, mengingat koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi umumnya kebanyakan berbahasa Inggris. Hal itu berarti bila seorang mahasiswa yang kurang atau tidak mahir berbahasa Inggris akan mengalami kesulitan dalam mengakses informasi yang dibutuhkannya baik melalui buku teks, maupun melalui sumber lainnya.

Komponen keterampilan perpustakaan diperlukan oleh pengguna agar mampu memanfaatkan kemudahan dan pelayanan perpustakaan dengan efektif dan efisien, mengidentifikasi masalah informasi yang dihadapi, merumuskan kebutuhan informasinya sendiri (pengguna), mengidentifikasi kisaran kemungkinan sumber informasi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya, menilai ketepatan, kekuatan dan kelemahan masing-masing sumber informasi.


(32)

2.5.2. Penelusuran Informasi 2.5.2.1. Fitur Umum Penelusuran

Menurut Chowdury seperti yang dikutip oleh Hasugian (2000) terdapat sejumlah fasilitas penelusuran yang umum tersedia yaitu sebagai berikut:

1. Operator Boolean

Operator Boolean digunakan untuk membantu pembentukan konsep

penelusuran dari beberapa istilah penelusuran. Merumuskan query

dengan beberapa istilah dapat menggunakan Operator Boolean yang

terdiri dari tiga kata konektor yaitu: AND, OR, dan NOT. Biasanya konektor ini digunakan untuk mencari informasi pada katalog online

dan database elektronik. Di bawah ini penjelasan terhadap operator

tersebut, yaitu:

a. Operator AND digunakan untuk menggabungkan dua atau lebih

istilah yang digunakan dalam query sehingga mempersempit

hasil penelusuran atau memfokuskan penelusuran.

b. Operator OR untuk mencari semua sumber informasi yang

mengandung salah satu kata kunci atau keduanya sehingga memperluas pengambilan termasuk sinonim dan istilah terkait.

c. Operator NOT digunakan untuk mengesampingkan (exclude)

hasil penelusuran yang memiliki konsep berhubungan tetapi tidak dikehendaki.

2. Proximity Searching

Penelusuran kedekatan (Proximity Searching) adalah fitur yang biasa atau yang umum disediakan pada sistem temu balik teks, mencakup pangkalan data terpasang. Tujuan penelusuran kedekatan adalah untuk memperbaiki atau memurnikan pertanyaan penelusuran dengan memperbolehkan penelusur menetapkan hubungan kata-kata. Fasilitas penelusuran ini memperbolehkan pengguna menentukan apakah dua istilah penelusuran harus saling berdekatan satu sama lain, apakah satu atau lebih kata terdapat diantara istilah penelusuran, atau apakah istilah penelusuran harus terdapat pada satu ruas, kalimat atau pada suatu

paragraf yang sama. Proximity Searching terdiri dari empat kata

konektor yaitu: Same (S), With (W), Adjacency (ADJ), dan Near (N).

3. Truncation

Penelusuran dengan cara truncation (pemenggalan) dimaksudkan

untuk memungkinkan suatu penelusuran dipandu atau diarahkan untuk mendapatkan semua bentuk kata yang berbeda, akan tetapi mempunyai akar kata yang sama. Dengan menggunakan tanda atau simbol

truncation (#, *, atau $), suatu kata istilah dipenggal atau dipotong

pada posisi tertentu, misalnya di kiri, di kanan atau pada keduanya.

4. String Searching

String searching adalah suatu teknik untuk menemukan satu karakter

string yang melekat pada suatu istilah tertentu. Istilah-istilah yang


(33)

file (file yang terindeks), melainkan hanya tersimpan dalam sequential

file (file yang tersusun berdasarkan urutan pemasukan data).

Penelusuran string (string searching) tidak didasarkan pada interveted file, akan tetapi mengambil data langsung dari cantuman bibliografis dalam sequential file. Fasilitas string searching memperbolehkan pengguna menelusur istilah-istilah yang belum terindeks. Karena

proses penelusuran string adalah mencocokkan karakter istilah

penelusuran dengan karakter cantuman-cantuman yang tersimpan pada simpanan (file) sequential yang belum terindeks, sehingga penelusuran ini sangat lambat, terutama untuk pangkalan data yang besar.

5. Stemming

Penelusuran dengan stemming adalah penelusuran dengan mencari

kata dasar, sehingga dengan stemming semua dokumen yang

mengandung istilah turunan dari suatu kata dasar akan terpanggil. Secara sederhana, penelusuran dengan stemming akan memanggil atau menemukan semua dokumen yang berisikan istilah turunan dari suatu kata dasar.

2.5.2.2. Penelusuran Katalog

Katalog Akses Umum Talian (KAUT) menggantikan kartu-kartu dan lemari katalog. Dengan berkembangnya teknologi komputer PC dan jaringan, penyediaan KAUT dengan cepat meluas tidak saja di dalam suatu gedung perpustakaan tetapi mencakup satu institusi seperti kampus universitas. Kemudian dengan tersedianya jaringan global internet, KAUT berbagai perpustakaan pun disediakan untuk diakses dari tempat yang jauh (remote access) tanpa mengenal batas negara (Siregar 2008, 2).

Tedd seperti yang dikutip oleh Hasugian (2009, 154) menyatakan bahwa OPAC adalah:

Sistem katalog terpasang yang dapat diakses secara umum, dan dapat dipakai pengguna untuk menelusur pangkalan data katalog, untuk memastikan apakah perpustakaan menyimpan karya tertentu, untuk mendapatkan informasi tentang lokasinya, dan jika sistem katalog dihubungkan dengan sistem sirkulasi, maka pengguna dapat mengetahui apakah bahan pustaka yang sedang dicari sedang tersedia di perpustakaan atau sedang dipinjam.

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa OPAC merupakan sarana penyimpanan dan penelusuran informasi secara online yang dapat menghasilkan keluaran berupa cantuman katalog yang memberi informasi bagi pengguna perpustakaan. Pada saat ini, OPAC berkembang menjadi antar muka berbasis web.


(34)

Dalam penelusuran melalui OPAC dapat mengakses lebih dari tiga titik penelusuran, yakni selain pengarang, judul, subyek, dan nomor klasifikasi penelusuran juga dapat dilakukan melalui kata kunci (keyword).

Beberapa contoh perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki fasilitas penelusuran informasi melalui katalog terpasang, diantaranya:

1. Universitas Indonesia (http://lib.ui.ac.id/opac/ui/). 2. Universitas Sumatera Utara (http://digilib.usu.ac.id/). 3. Universitas Gajah Mada (http://opac.lib.ugm.ac.id/). 4. Universitas Negeri Medan (http://library.unimed.ac.id/).

2.5.2.3. Penelusuran Database Bibliografis

2.5.2.3.1. Database Konten Lokal (Institutional Repository/IR)

Local content atau biasa diartikan ‘isi lokal’ mencakup koleksi lokal (local

collection) dan literatur kelabu (grey literature). Koleksi lokal adalah buku-buku

dan dokumen yang berkenaan dengan topik yang sifatnya lokal. Sedangkan literatur kelabu mencakup semua karya ilmiah dan non-ilmiah yang dihasilkan perguruan tinggi atau lembaga induk lainnya dari perpustakaan yang bersangkutan. Literatur kelabu ini wajib disimpan di perpustakaan dengan keputusan pimpinan lembaga induknya seperti: skripsi, tesis, disertasi, makalah-makalah (seminar, simposium, dan konferensi), laporan penelitian atau laporan kegiatan, dan publikasi internal (jurnal, buku, majalah, buletin) (Arianto 2014, 2).

Database konten lokal pada perguruan tinggi sering disebut dengan repositori (repository). Menurut Lynch (2003), “a university-based institutional repository is a set of services that a university offers to the members of its community for the management and dissemination of digital materials created by the institution and its community members.”

Dari pernyataan tersebut Lynch mendefinisikan repositori perguruan tinggi adalah serangkaian pelayanan yang disediakan perguruan tinggi kepada anggota komunitasnya untuk pengelolaan dan penyebaran bahan digital yang dihasilkan oleh lembaga atau institusi tersebut. Bahan digital yang dimaksud adalah seluruh karya ilmiah yang dihasilkan oleh suatu perguruan tinggi.


(35)

Beberapa contoh perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki database konten lokal, diantaranya:

1. Universitas Indonesia (http://repository.ui.ac.id/).

2. Universitas Sumatera Utara (http://repository.usu.ac.id/). 3. Universitas Gajah Mada (http://repository.ugm.ac.id/).

4. Universitas Negeri Medan

2.5.2.3.2. Database Bibliografis Berbayar/Dilanggan

Database bibliografis berbayar/dilanggan dapat diakses dengan dua cara, yakni dari dalam jaringan lingkungan perpustakaan (intranet) tanpa account dan

password, serta dari luar lingkungan perpustakaan (internet) dengan account dan

password. Berikut merupakan database bibliografis yang secara umum dapat

dilanggan oleh perpustakaan. diantaranya:

1. Westlaw International (http://web2.westlaw.com/)

Memuat sekitar 962 judul jurnal internasional fulltext di bidang hukum yang terbit di manca negara terutama di Amerika Serikat, Eropa dan jurnal internasional lainnya, serta memuat case law, legislation,

international treaties, selected textbooks/handbooks, legal dictionaries

dan topik khusus dalam bidang international commercial arbitration,

international trade, commercial, environment dan patens secara

fulltext yang dapat diakses secara online.

2. ProQuest (http://www.proquest.com/)

ProQuest merupakan database jurnal elektronik yang berpusat di Ann Arbor USA, menyediakan sumber informasi ilmiah bagi peneliti dan mahasiswa dalam berbagai disiplin ilmu. ProQuest terdiri dari 10

database, diantaranya ABI/INFORM Complete (Bisnis, manajemen,

ekonomi, akuntansi), Linguistics and Language Behavior Abstracts (LLBA), ProQuest Agriculture Journals, ProQuest Biology Journals,

ProQuest Medical Library, ProQuest Political Science, ProQuest

Research Library, ProQuest Science Journals, ProQuest Sociology,


(36)

3. EBSCO (http://www.ebscohost.com/)

EBSCO Information Services adalah penyedia layanan terkemuka

e-journal, e-book, paket langganan, alat manajemen sumber daya

elektronik, teks lengkap dan database sekunder, serta layanan terkait untuk semua jenis perpustakaan dan lembaga-lembaga penelitian. 2.5.2.3.3. Database Bibliografis Tidak Berbayar (Free)

Terdapat beberapa database bibliografis yang tidak berbayar (free) yang bisa diakses melalui internet dan menyediakan berbagai informasi ilmiah baik dalam bentuk abstract maupun fulltext. Beberapa contoh dari database bibliografis yang tidak berbayar, antara lain:

1. MEDLINE (Medical Literature Analysis and Retrieval System Online,

or MEDLARS Online) merupakan database bibliografi dari ilmu

pengetahuan dan informasi biomedis. Termasuk pula informasi bibliografi artikel dari jurnal akademik kedokteran, keperawatan, farmasi, kedokteran gigi, kedokteran hewan, dan perawatan kesehatan. MEDLINE juga mencakup banyak literatur dalam biologi dan biokimia, serta bidang-bidang seperti evolusi molekuler.

2. ScienceDirect

berisi jurnal dan buku elektronik dalam berbagai disiplin ilmu yang disediakan oleh penerbit Elsevier.

3. Intute (http://www.intute.ac.uk/) terdiri dari berbagai disiplin ilmu

seperti, agriculture, biological sciences, education and research

methods, humanities, law, mathematics and computer science, physical

sciences, psychology, social sciences, dan sebagainya.

2.5.2.4. Penelusuran Mesin Pencari

Perkembangan pesat internet telah mendorong tumbuhnya penerbitan elektronik (electronic publishing) yaitu publikasi berbagai karya melalui situs Web. Bahan-bahan jenis ini disebut juga bahan digital sehingga melahirkan istilah perpustakaan digital. Perpustakaan digital adalah semua sumberdaya informasi yang tersedia dan dapat diakses melalui internet (Siregar 2000).


(37)

“Di bidang perpustakaan dan informasi, keberaksaraan informasi dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkan secara benar sejumlah informasi yang tersedia di Internet.” (Pendit 2008, 119).

Banyak sekali situs yang berfungsi sebagai mesin pencari di internet saat ini, diantaranya adalah Google, Yahoo!, Lycos, Altavista, Bing, dan sebagainya. Adapula beberapa mesin pencari yang biasanya digunakan untuk penelusuran informasi khusus (scientific articles), diantaranya:

1. PubMed

PubMed is a free search engine accessing primarily the MEDLINE database of references and abstracts on life sciences and biomedical

topics. PubMed comprises more than 24 million citations for

biomedical literature from MEDLINE, life science journals, and online books. Citations may include links to full-text content from PubMed Central and publisher web sites.

2. Google Scholar

Google Scholar is a freely accessible web search engine that indexes

the full text of scholarly literature across an array of publishing

formats and disciplines. Released in beta in November 2004, the

Google Scholar index includes most peer-reviewed online journals of Europe and America's largest scholarly publishers, plus scholarly books and other non-peer reviewed journals.

3. ERIC (Education Resources Information Center)

Citations from the educational literature including journals, books, curricula, guides, conferences and meetings, reports, dissertations, and audiovisual media. Some full-text available.

4. Microsoft Academic Search

Microsoft Academic Search is a free public search engine for academic papers and literature, developed by Microsoft Research for the purpose of algorithms research in object-level vertical search, data mining, entity linking, and data visualization. The database consists of the bibliographic information (metadata) for academic papers published in journals, conference proceedings, and the citations

between them. As of February 2014, it has indexed over 39.9 million

publications and 19.9 million authors. (California Department of

Public Health 2014).

Pengguna perlu mengetahui dengan benar cara mengakses maupun memanfaatkan layanan penelusuran yang ada. Apabila dalam penelusuran hasil yang terpanggil tidak relevan, maka dapat menggunakan fitur-fitur dalam penelusuran. Proses penelusuran informasi sangat bergantung pada istilah

penelusuran (query) yang dibangun. Semakin baik query yang dibangun maka


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2010, 29) “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya yang berlaku untuk umum.”

Hal senada juga dikemukakan Notoatmodjo (2010, 36) metode penelitian deskriptif adalah

Suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan dan laporan.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menggunakan metode deskriptif dalam mengumpulkan data, mengolah, membuktikan, dan menemukan pemecahan masalah dari penelitian ini.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perpustakaan Universitas Negeri Medan yang beralamat di Jalan Willem Iskandar, Pasar V Medan Estate, Medan 20221. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Di dalam suatu penelitian terdapat populasi sebagai objek kajian yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2010, 61) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Populasi adalah kelompok dimana seseorang peneliti akan memperoleh hasil penelitian yang dapat disamaratakan (digeneralisasikan), suatu


(39)

populasi mempunyai sekurang-kurangnya satu karakteristik yang membedakan populasi itu dengan kelompok-kelompok lain. (Darmadi 2011, 46).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa baru yang menjadi pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan tahun akademik 2014/2015. Adapun rincian data dari populasi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut:

Tabel 3.1. Jumlah Mahasiswa Baru UNIMED T.A. 2014/2015

No. Fakultas Jumlah

Mahasiswa

1. Ilmu Pendidikan 476

2. Bahasa dan Seni 723

3. Ilmu Sosial 468

4. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 919

5. Teknik 339

6. Ilmu Keolahragaan 582

7. Ekonomi 475

Jumlah 3.982

Sumber: Rekapitulasi SPP Mahasiswa UNIMED 3.3.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010, 62), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Untuk mengetahui sampel dari penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Slovin:

=

1 +

(

e

)

2 Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran Populasi

e = Kelonggaran atau ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir 10% (Umar 2008, 78).

= 3982 1 + 3982 . (0,1)2


(40)

= 3982

1 + 3982 . (0,01) = 3982 = 97,55

40,82

= 98 (dibulatkan)

Dalam menentukan besarnya sampel, peneliti menggunakan batas kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 10% sehingga diperoleh sampel sebanyak 98 orang. Teknik pengambilan sampel disesuaikan dengan populasi penelitian, karena populasi penelitian mempunyai anggota yang berstrata maka teknik pengambilan sampel adalah menggunakan teknik proportionate stratified random sampling.

Menurut Sugiyono (2010, 64) “Proportionate stratified random sampling

digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.” Adapun penentuan sampel untuk setiap strata dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2. Penentuan Sampel Berdasarkan Strata

No. Fakultas Populasi Sampel

1. Ilmu Pendidikan 476

2. Bahasa dan Seni 723

3. Ilmu Sosial 468

4. Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam 919

5. Teknik 339

6. Ilmu Keolahragaan 582

7. Ekonomi 475


(41)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Untuk mengumpulkan data tersebut peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, sebagai berikut:

1. Kuesioner, yaitu mengumpulkan data dengan cara memberikan daftar

pertanyaan kepada reponden yakni mahasiswa baru sebagai pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan T.A. 2014/2015.

2. Studi Kepustakaan, yaitu mengumpulkan data melalui berbagai bahan

pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data dapat diperoleh dari buku, jurnal, artikel lepas atau dari internet.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari responden melalui

kuesioner.

2. Data sekunder, yaitu data yang mendukung data primer yang diperoleh melalui buku, jurnal, artikel lepas, laporan penelitian, internet ataupun dari dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari beberapa hal yang berhubungan dengan penelitian. Menurut Sugiyono (2010, 312) “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Setiap kuesioner berisi pertanyaan yang memuat berbagai indikator variabel penelitian.

Kuesioner adalah pertanyaan penelitian yang diberikan kepada responden. Menurut Arikunto (2006, 150) “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang dia ketahui”.


(42)

Jenis kuesioner pada penelitian ini adalah kuesioner langsung yaitu dimana pertanyaan langsung diberikan kepada responden. Dalam penelitian ini, kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan (multiple choice).

3.7. Kisi-kisi Variabel Penelitian

Untuk mengukur tingkat pengetahuan keterampilan perpustakaan mahasiswa baru yang menjadi pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan tahun akademik 2014/2015, maka ditentukan beberapa pertanyaan dari empat pilar pada Model Seven Pillars. Adapun kisi-kisi variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3. berikut ini:

Tabel 3.3. Kisi-kisi Variabel Penelitian Variabel Indikator Nomor Item

Kuesioner

Jumlah Item

Literasi informasi mahasiswa baru

1. Indentify: Kemampuan

mengidentifikasi kebutuhan informasi

1,2,3 3

2.Scope: Kemampuan

membedakan cara mengatasi kesenjangan, mengetahui sumber informasi mana yang paling besar peluangnya memuaskan kebutuhan

4,5,6 3

3.Plan: Kemampuan

membangun strategi penelusuran

7,8,9 3

4.Gather: Kemampuan

menemukan dan mengakses informasi

10,11,12 3

Jumlah 12 12

3.8. Analisis Data

Semua data yang berasal dari kuesioner diolah sehingga menghasilkan deskripsi jawaban yang akan dipersentasekan. Data yang terkumpul dari penyebaran kuesioner dianalisis menggunakan metode deskriptif. Data tersebut disusun ke dalam tabel kemudian dihitung persentasenya. Penghitungan


(43)

persentase menggunakan tafsiran data dengan menggunakan rumus. Setelah data dipersentasekan, kemudian dikelompokkan atau ditabulasikan.

Untuk menghitung persentase jawaban yang diberikan responden, peneliti menggunakan rumus persentase sebagai berikut :

F

P = ____ x 100%

n

Keterangan :

P = Persentase

F = Jumlah jawaban yang diperoleh n = Sampel (Hadi 1981, 421)

Untuk menafsirkan besarnya persentase yang dibuat dari tabel tabulasi data, maka peneliti menggunakan penafsiran sebagai berikut:

Jika memiliki persentase 1-25 % : Sebagian kecil

Jika memiliki persentase 26-49% : Hampir setengah

Jika memiliki persentase 50 % : Setengah

Jika memiliki persentase 51-75 % : Sebagian besar

Jika memiliki persentase 76-99% : Pada umumnya


(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Deskriptif

4.1.1. Tingkat Literasi Informasi Pengguna Kelompok Mahasiswa

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat literasi informasi mahasiswa baru tahun akademik 2014/2015 yang menjadi pengguna Perpustakaan

Universitas Negeri Medan dengan menggunakan Model Seven Pillars. Model

Literasi Informasi Seven Pillars terdiri dari 7 (tujuh) tahapan, tetapi dalam penelitian ini dibatasi pada himpunan keterampilan pertama yakni how to find and

how to access the information, yaitu sampai pada pilar keempat diantaranya

identify, scope, plan, dan gather. Adapun penjelasan dari keempat pilar tersebut

sebagai berikut:

1. Identify; Kemampuan mengidentifikasi kebutuhan informasi (Pilar

Pertama).

2. Scope; Kemampuan membedakan cara mengatasi kesenjangan dan

mengetahui sumber informasi mana yang paling besar peluangnya memuaskan kebutuhan (Pilar Kedua).

3. Plan; Kemampuan membangun strategi penelusuran (Pilar Ketiga).

4. Gather; Kemampuan menemukan dan mengakses informasi (Pilar

Keempat).

4.1.2. Kemampuan Mengidentifikasi Kebutuhan Informasi (Pilar Pertama)

Pilar pertama pada Model Seven Pillars adalah kemampuan

mengidentifikasi kebutuhan informasi. Kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi kebutuhan informasinya sebelum melakukan penelusuran informasi dapat diukur melalui pertanyaan kuesioner nomor 1, 2, dan 3.

Hasil pengumpulan data untuk mengukur kemampuan di atas dapat dilihat pada Tabel 4.1., Tabel 4.2., dan Tabel 4.3. berikut:


(45)

Tabel 4.1. Kemampuan Penentuan Kebutuhan Informasi

Tabel 4.1. di atas menunjukkan bahwa jawaban dari mahasiswa sebagai responden berdasarkan sub indikator nomor 1 (satu) adalah sebagian besar (87%) mahasiswa menjawab dengan benar dan sebagian kecil (13%) mahasiswa salah dalam menjawab. Artinya, terdapat sebanyak 85 responden (87%) mengetahui dengan tepat apa yang harus dilakukannya untuk menyelesaikan tugas, yakni dengan mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan sesuai dengan topik dari tugas yang ditujukan padanya.

Sekalipun persentasenya kecil (13%) ternyata masih ada mahasiswa yang tidak mampu untuk mendefinisikan dengan jelas kebutuhan informasinya terlebih dahulu sebelum melakukan penelusuran informasi pada sumber yang relevan dengan topik atau subjek penelusuran. Sehingga, kecil kemungkinan untuk dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Tabel 4.2. Kemampuan Perumusan Topik

Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa jawaban dari mahasiswa sebagai responden berdasarkan sub indikator nomor 2 (dua) adalah sebagian besar (82%) mahasiswa menjawab dengan benar dan sebagian kecil (18%) mahasiswa salah

Sub Indikator (1)

Jawaban Responden

Benar Salah

Frekuensi Persentase (%)

Frekuensi Persentase (%) Kemampuan penentuan

kebutuhan informasi 85 87 13 13

Sub Indikator (2)

Jawaban Responden

Benar Salah

Frekuensi Persentase (%)

Frekuensi Persentase (%) Kemampuan perumusan


(46)

dalam menjawab. Artinya, terdapat sebanyak 80 responden (82%) mampu untuk merumuskan topik dengan tepat, kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa mengerti langkah untuk memenuhi kebutuhan informasinya, yakni terlebih dahulu merumuskan topik permasalahan sebelum melakukan penelusuran informasi.

Data di atas menunjukkan bahwa sekalipun persentasenya kecil (18%) ternyata masih ada mahasiswa yang tidak mampu merumuskan topik, hal tersebut akan menghambat kegiatan penelusuran informasi dimana informasi relevan akan sulit diperoleh dan kecil kemungkinan untuk memenuhi kebutuhan akan suatu informasi.

Tabel 4.3. Kemampuan Penentuan Kata Kunci

Tabel 4.3. di atas menunjukkan bahwa jawaban dari mahasiswa sebagai responden berdasarkan sub indikator nomor 3 (tiga) adalah sebagian besar (62%) mahasiswa menjawab dengan benar dan sebagian kecil (38%) mahasiswa salah dalam menjawab. Hal ini menunjukkan kondisi yang cukup baik karena lebih dari setengah responden mampu untuk menentukan kata kunci dengan tepat yakni sebanyak 61 responden (62%), artinya lebih dari setengah responden akan

memperoleh temuan dokumen (recall) yang relevan. Sedangkan sebanyak 37

responden (38%) sepertinya masih membutuhkan bantuan dalam hal menetapkan kata kunci penelusuran informasi.

Sesuai dengan pilar pertama model literasi informasi seven pillars, seorang mahasiswa dikatakan literat informasi apabila mengetahui informasi apa yang menjadi kebutuhannya. Untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan dalam penelitian suatu topik, maka dapat dilakukan dengan merumuskan topik tersebut

Sub Indikator (3)

Jawaban Responden

Benar Salah

Frekuensi Persentase (%)

Frekuensi Persentase (%) Kemampuan penentuan


(47)

ke dalam suatu kata kunci. Kemudian berdasarkan kata kunci yang tepat dapat dibangun query penelusuran.

Berdasarkan hasil tabulasi jawaban dari ketiga sub indikator di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden (mahasiswa) sudah cukup baik

dalam mengidentifikasi kebutuhan informasi. Data memperlihatkan bahwa

mayoritas responden (62%) memiliki kemampuan dalam menentukan kata kunci. Data ini sinkron dengan data lainnya yang memperlihatkan bahwa mayoritas responden (87%) memiliki kemampuan dalam menentukan hal yang akan dilakukan dalam mencari jawaban terhadap kebutuhan informasi dan mayoritas responden (82%) memiliki kemampuan dalam merumuskan topik.

4.1.3. Kemampuan Membedakan Cara Mengatasi Kesenjangan dan Mengetahui Sumber Informasi Relevan (Pilar Kedua)

Pilar kedua pada Model Literasi Informasi Seven Pillars adalah

kemampuan membedakan cara mengatasi kesenjangan dan mengetahui sumber informasi mana yang paling besar peluangnya memuaskan kebutuhan. Untuk mengetahui kemampuan responden dalam membedakan cara mengatasi kesenjangan dan mengetahui sumber informasi relevan dapat diukur melalui pertanyaan kuesioner nomor 4, 5, dan 6.

Hasil pengumpulan data untuk mengukur kemampuan di atas dapat dilihat pada Tabel 4.4., Tabel 4.5., dan Tabel 4.6. berikut:

Tabel 4.4. Kemampuan Penentuan Sarana Penelusuran Bahan Pustaka di Perpustakaan

Sub Indikator (4)

Jawaban Responden

Benar Salah

Frekuensi Persentase (%)

Frekuensi Persentase (%) Kemampuan penentuan

sarana penelusuran di perpustakaan


(1)

3. Empowering 8

Tabel 3 Komponen Empowering 8

No. Components Indicators

1. Identify

1.1. Define the topic/subject 1.2. Determine and understand the

audience

1.3. Choose the relevant format for the finished product

1.4. Identify the key words 1.5. Plan a search strategy

1.6. Identify different types of resources where information may be found

2. Explore

2.1. Locate resources appropriate to the chosen topic

2.2. Find information appropriate to the chosen topic

2.3. Do interviews, field trips or other outside research

3. Select

3.1. Choose relevant information

3.2. Determine which sources are too easy, too hard, or just right

3.3. Record relevant information through note making or making a visual organizer such as a chart, graph, or outline, etc

3.4. Identify the stages in the process 3.5. Collect appropriate citations

4. Organise

4.1. Sort the information

4.2. Distinguish between fact, opinion, and fiction

4.3. Check for bias in the sources

4.4. Sequence the information in a logical order

4.5. Use visual organizers to compare or contrast information

5. Create

5.1. Prepare information in their own words in a meaningful way

5.2. Revise and edit, alone or with a peer 5.3. Finalize the bibliographic format

6. Present

6.1. Practise for presentation activity 6.2. Share the information with an

appropriate audience

6.3. Display the informa tion in an


(2)

No. Components Indicators

7. Assess

7.1. Accept feedback from other students 7.2. Self assess one's performance in

response to the teacher’s assessment of the work

7.3. Reflect on how well they have done 7.4. Determine if new skills were learned 7.5. Consider what could be done better

next time

8. Apply

8.1. Review the feedback and assessment provided

8.2. Use the feedback and assessment for the next learning activity/task

8.3. Endeavour to use the knowledge gained in a variety of new situations

8.4. Determine in what other subjects these skills can now be used

8.5. Add product to a portfolio of productions.

Sumber: Wijetunge (2005, 37) dalam Sri Lanka Journal of Librarianship & Information Management


(3)

Lampiran 3: Kuesioner Penelitian

No. Kuesioner:

LITERASI INFORMASIMAHASISWA BARU

PENGGUNA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN TAHUN AKADEMIK 2014/2015

PETUNJUK UMUM

Isilah jawaban Anda dengan memberikan tanda (X) pada salah satu pilihan jawaban yang Anda anggap benar.

IDENTITAS RESPONDEN

Fakultas :

Program Studi :

DAFTAR PERTANYAAN Identify

1. Apabila Anda dihadapkan oleh tugas yang diberikan dosen, apa yang sebaiknya Anda lakukan dalam mencari jawaban atas tugas tersebut?

a. Menjawab asal-asalan

b. Mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan sesuai dengan topik c. Mencari buku dengan judul yang sama persis

d. Melihat tugas teman

2. Ketika diberi tugas oleh dosen mengenai “Polusi”, informasi apa yang tidak Anda butuhkan?

a. Polutan

b. Pencemaran udara c. Ledakan informasi d. Jenis-jenis polusi

3. Apabila Anda melakukan penelusuran informasi mengenai “Pendidikan karakter pada anak usia dini melalui pendidikan inklusif”, kata kunci apa yang akan Anda gunakan?

a. Pendidikan karakter, anak usia dini

b. Pendidikan karakter, anak usia dini, pendidikan inklusif c. Anak usia dini, pendidikan inklusif

d. Karakter, pendidikan inklusif

Scope

4. Dalam mencari bahan pustaka di perpustakaan, Anda sebaiknya menggunakan?

a. Buku cetak b. Indeks

c. Katalog perpustakaan d. Search engine


(4)

5. Apabila Anda membutuhkan informasi terbaru/terkini, sebaiknya Anda mencari informasi tersebut melalui?

a. Ensiklopedia b. Buku

c. Kamus d. Jurnal

6. Apabila Anda membutuhkan informasi ilmiah mengenai “Pendidikan” maka sebaiknya Anda menggunakan?

a. SpingerLink, ERIC, dan Wiley online library b. ERIC, MEDLINE, dan Westlaw international c. MEDLINE, SpingerLink, dan EBSCO

d. Westlaw international dan ERIC

Plan

7. Terdapat beberapa fitur dalam penelusuran informasi, manakah yang disebut sebagai Operator Boolean?

a. Penggunaan tanda AND, OR, dan NOT

b. Penggunaan kata konektor, Same (S), With (W), Adjacency (ADJ), dan Near (N)

c. Penggunaan simbol (#), (*), atau ($)

d. Penelusuran dengan mencari akar kata/kata dasar

8. Ketika mencari informasi melalui database bibliografis, database tersebut merekomendasikan untuk menggunakan istilah spesifik. Untuk mengidentifikasi istilah ini, Anda sebaiknya menggunakan?

a. Ideogram b. Tesaurus c. Kamus d. Search engine

9. Apabila Anda membutuhkan informasi mengenai “Apakah media sosial memiliki pengaruh terhadap pendidikan di Indonesia” maka kata kunci atau istilah pencarian manakah yang Anda gunakan?

a. (social media AND social networking) OR (education) OR (Indonesia) b. ("social media" AND “social networking”) OR (education) OR (Indonesia) c. ("social media" OR “social networking”) AND (education) AND (Indonesia) d. (social media) OR (social networking) OR (education) OR (Indonesia)

Gather

10.Buku yang terdapat di perpustakaan disusun ke dalam rak berdasarkan? a. Nama pengarang

b. Nomor panggil (call number) c. Judul buku


(5)

11.Di bawah ini merupakan nama-nama mesin pencari (search engine), kecuali: a. Altavista

b. Google Schoolar c. Pubmed

d. Scribd

12.Menggunakan mesin pencari (search engine), Anda tidak akan menemukan? a. Nomor panggil buku di perpustakaan

b. Katalog belanja c. Biografi ahli/pakar


(6)

Lampiran 4: Kunci Jawaban Kuesioner

1. B

2. C

3. B

4. C

5. D

6. A

7. A

8. B

9. C

10.B

11.D