B AB :W AKTU S HOLAT

B AB :W AKTU S HOLAT

Masalah : waktu sholat isya'. Pendapat Syaikh al-Albani :

Waktu sholat isya' terbentang sampai tengah malam saja. Pendapat inilah yang benar, dan oleh karenanya Imam Syaukani memilih pendapat ini sebagaimana tercantum dalam 'Ad Duraru al Bahiyah ' dengan mengatakan:'( ..... Akhir dari waktu isya adalah

tengah malam).' Pendapat ini juga diikuti oleh Shadiq Hasan Khan. Tamaamu al-Minnah hal.142

Masalah: Sholat fajar yang paling afdhal di akhir

malam. Pendapat Syaikh al-Albani :

Waktu yang paling afdhal untuk sholat fajar adalah akhir malam, dan hal ini yang selalu dibiasakan oleh Rasulullah saw selama hidupnya sebagaimana tertera dalam hadits shahih. Dan waktu ini disunnahkan ketika hendak bepergian. Inilah maksud dari sabda Rasulullah :" Bepergianlah ketika waktu fajar sebab waktu itu akan mendatangkan pahala yang agung." Hadts shahih yang dikeluarkan oleh al-Bazzar dan kitab 'Sunan' yang telah ditakhrij dalam kitab 'al-Misykat' (614) dan 'al-Irwa' (258).

Tamaamu al-Minnah hal. 292

Masalah : Disunnahkan melaksanakan sholat dhuhur sampai dingin ketika cuaca sangat panas.

Pendapat Syaikh al-Albani : Disunnahkan mengakhirkannya ketika cuaca sangat panas berdasarkan sabda Rasulullah saw: "Apabila cuaca sangat panas

maka sholatlah ketika cuaca sudah dingin. Sesungguhnya cuaca panas bagian dari panasnya api neraka jahanam."', diriwayatkan oleh Jama'ah. Pendapat ini yang diungkapkan oleh Ibnu Mubarak, Ahmad, dan

78 — Ensiklopedi Fatwa Syekh Al-bani

Ishaq. Hal ini sama antara orang yang ingin mendatangi masjid yang jauh atau yang dekat. Hal ini dikuatkan oleh amalan Rasulullah saw dalam hadits Anas, ia berkata :' Apabila cuaca sangat dingin, Rasulullah saw mensegerakan sholat, dan apabila cuaca sangat panas, beliau menunggu dingin dulu untuk melaksanakan sholat'. HR. Bukhari dalam' al-Adab al-Mufrad (1162)

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/57)

Masalah : Akhir waktu sholat Ashar. Pendapat Syaikh al-Albani :

Akhir sholat ashar adalah ketika cahaya matahari telah menguning, dan sudah hilangnya sinar matahari yang mula-mula tampak pertama kali. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw: "Barang siapa mendapati satu rakaat sholat ashar sebelum tenggelamnya matahari, maka ia telah mendapatkan sholat (ashar)." Mutafaq Alaih, ini pendapatnya jumhur.

Tetapi tidak boleh mengakhirkan sholat ashar hingga nampak cahaya kekuning-kuningan sebelum tenggelamnya matahari, kecuali karena udzur, berdasarkan sabda Rasulullah saw: "Demikian itu adalah sholatnya orang munafik, dia duduk menunggu matahari sampai ketika matahari di atas dua tanduk syetan, maka ia mematuknya empat kali, dan tidaklah ia dzikir kepada Allah kecuali dalam waktu sebentar." Diriwayatkan oleh Jama'ah kecuali Bhukari dan Ibnu Majah.

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/59)

Masalah : Apakah sholat wustha itu. Pendapat Syaikh al-Albani :

Yang dinamakan sholat wustha adalah sholat ashar berdasarkan sabda Rasulullah pada perang Ahdzab: "Semoga Allah memenuhi kubur dan rumah mereka dengan api, karena mereka telah melalaikan kami dari sholat al-Wustha hingga matahari tenggelam." Muttafaq 'alaih. Dan dalam riwayat Muslim, Ahmad-Dan Abu Daud; "mereka telah melalaikan kami dari sholat al-Wustha, yaitu sholat Ashar." Ini merupakan pendapat mayoritas ulama dari kalangan

Pasal Kedua : Masalah Sholat — 79 Pasal Kedua : Masalah Sholat — 79

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/59)

Masalah : Apakah sholat menunggu dingin khusus bagi

sholat jama'ah tidak mencakup sholat sendirian? Pendapat Syaikh al-Albani :

Yang benar adalah sama, tidak ada perbedaan antara sholat jama'ah satu dengan sholat jama'ah yang lain, atau sholat jama'ah dengan sholat sendirian. Kesemuanya dianjurkan menunggu dingin dahulu, karena gangguan panas yang menyebabkan hilangnya kekhusyukan itu dialami oleh orang yang sholat sendirian atau yang sholat jamaah.

adh-Dhaifah (II/365)

Masalah : Akhir waktu maghrib. Pendapat Syaikh al-Albani :

Waktu maghrib terbentang hingga hilangnya asy-syafaq 36 . Dan ini pendapatnya Syafi'i dan dipilih oleh Nawawi dalam 'al-Majmu' (III/

29-32). ats-Tsamaru al-Mustathab (1/60)

Masalah: Disunnahkannya menyegerakan sholat

maghrib. Pendapat Syaikh al-Albani :

Disunnahkan menyegerakan sholat maghrib sebelum keluarnya bintang, berdasarkan sabda Rasulullah saw:"Senantiasa umatku dalam kebaikan - atau dalam fitrah- selama tidak mengakhirkan sholat maghrib hingga munculnya bintang." Hadits ini dishahihkan oleh Hakim dan adz-Dzahabi.

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/61)

36 Asy-Syafaq adalah warna msrah, berdasarkan sabda Rasulullah saw : "Dan waktu sholat Maghrib adalahsebelum hilangnyacahayaasy-Syafaq". HR. Muslim (II/104)

80 — Ensiklopedi Fatwa Syekh Al-bani

Masalah : Dibolehkan sholat setelah ashar walaupun matahari

masih tinggi. Pendapat Syaikh al-Albani :

Dibolehkan sholat setelah sholat ashar sebelum menguningnya matahari meskipun sholat sunnah.

Pendapat inilah yang seharusnya dijadikan pegangan yang mana telah banyak pendapat yang berkaitan dengan masalah ini. Ini adalah pendapat Ibnu Hazm yang mengikuti pendapat Ibnu Umar.

Adapun hadits yang menunjukkan larangan adalah hadits dari Ali ra, bahwa : "Rasulullah melarang sholat setelah sholat ashar sedangkan matahari masih tinggi." Dikeluarkan oleh Imam Ahmad (1/130)

ash-Shahihah (1/344) Masalah : Bagaimana mendapati sholat?

Pendapat Syaikh al-Albani : Sholat didapatkan dengan mendapati satu rakaat, berdasarkan sabda

Rasulullah saw : "Barangsiapn mendapati satu rakaat, maka dia mendapati sholat. 37

Masalah: Diangkatnya beban dari umat ini dengan sholat

jama' hakiki bukan sekedar bentuknya saja. Pendapat Syaikh al-Albani :

Sudah diketahui, bahwa kewajiban melaksanakan sholat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan secara syariat berdasarkan amalan Rasulullah saw , dan sabdanya: "Dan waktu sholat antara dua waktu ini". Selanjutnya telah ditetapkan, bahwa Rasulullah saw menjama' dua sholat guna menghilangkan beban dari umatnya. Hal ini merupakan dalil yang jelas, bahwa menjama'nya Rasulullah saw pada waktu itu benar-benar jama' hakiki. Adapun yang mengartikan jama' sekedar bentuknya saja adalah usaha meniadakan hadits ini.

ash-Shahihah (Vl/816/ Bagian Kedua)

37 HR. Bukhari (580) dan Muslim (607)

Pasal Kedua: Masalah Sholat — " 81

Masalah: Berbincang-bincang dan begadang setelah

sholat Isya'. Pendapat Syaikh al-Albani :

Dimakruhkan berbincang-bincang dan begadang kecuali ada kemaslahatan bagi pembicara atau kemaslahatan bagi kaum muslimin, berdasarkan riwayat dari Umar bin Khatthab, ia berkata: 'Rasulullah pernah berbincang-bincang diwaktu malam bersama Abu Bakkar dalam salah satu urusan kaum muslimin, dan saya pun ikut bersama dengan mereka". HR. Tirmidzi (1/315) dan Ath-Thahawi (391).

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/75)

Masalah: Orang yang mendapati satu rakaat sebelum

habisnya waktu sholat. Pendapat Syaikh al-Albani :

Barangsiapa yang mendapati satu rakaat sebelum habisnya waktu sholat, maka sholatnya sah, walaupun rakaat kedua berada diwaktu terlarang seperti sholat fajar dan sholat Ashar. Ini merupakan pendapat Jumhur, tetapi Abu Hanifah berbeda pendapat dalam sebagian permasalahan ini.

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/97)

Masalah: Orang yang mendapati kurang dari satu

rakaat sebelum habisnya waktu sholat. Pendapat Syaikh al-Albani :

Barangsiapa yang mendapati kurang dari satu rakaat sebelum habisnya waktu sholat, maka ia tidak dianggap mendapati waktu sholat tersebut. Yang demikian ini merupakan pendapat Jumhur sebagaimana dalam kitab 'Nailu al-Authar' (II/19-20)

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/98)