MASALAH HUKUM-HUKUM, MUAM ALAH DAN HUDUD

MASALAH HUKUM-HUKUM, MUAM ALAH DAN HUDUD

♦ --------------------------------------------------------------------------------------■ -----------------------------------

Masalah : Hukum meninggalkan sholat. Pendapat Syaikh al-Albani :

Dari Hudzaifah bin al-Yaman ra ia berkata, Rasulullah saw bersabda: "Islam akan pudar sebagaimana pudarnya warna pakaian, sehingga tidak diketahui apa itu puasa, sholat, ibadah, dan shadaqah. Dan kitab Allah swt akan berjalan disuatu malam dan tidak tersisa di bumi ini walaupun satu ayat. Dan yang tersisa adalah segolongan manusia yaitu orang tua dan kaum lemah, mereka mengatakan : kami mendapati nenek moyang kami mengucapkan ini: Laailahailallah, lalu

kami mengucapkannya." 122 Dalam hadits ini terdapat faedah fiqh yang sangat penting yaitu;

Syahadat Laa ilaaha illallah dapat menyelamatkan bagi orang yang mengucapkannya dari kekekalan di dalam neraka, walaupun ia tidak melaksanakan sesuatu dari lima rukun Islam lainnya, seperti sholat dan lainnya. Sudah dipahami, bahwa para ulama berbeda pendapat atas hukum meninggalkan sholat tapi masih meyakini kewajibannya. Jumhur ulama berpendapat, bahwa hal tersebut tidak menjadikan pelakunya kafir, tetapi ia telah berbuat kefasikan. Imam Ahmad dalam satu riwayatnya berpendapat, bahwa hal

122

Lihatas-Shahihah 87

257

tersebut dapat menyebabkan kekafiran, dan dibunuh sebagai orang yang murtad bukan sebagai bentuk had. Telah diriwayatkan secara shahih dari para sahabat, bahwa mereka tidak berpendapat tentang orang yang meninggalkan amalan yang mengakibatkan kekafiran selain meninggalkan sholat. Hal ini riwayatkan oleh at-Tirmidzi. Saya berpendapat, bahwa yang benar adalah pendapat jumhur ulama. Adapun riwayat yang menetapkan amalan para sahabat, bukanlah sebuah dalil, bahwa mereka mengartikan kufur di sini adalah kufur yang mengekalkan pelakunya di dalam neraka, dan tidak mendapat ampunan dari Allah. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Sedangkan Hudzaifah bin Yaman dari kalangan sahabat besar, membantah Shilah bin Zufur, di mana ia hampir saja sepaham dengan pemahaman Ahmad. Shilah mengatakan: 'Syahadat Laa ilaaha illallah mereka tidak bermanfaat karena mereka tidak tahu apa itu sholat'. Setelah menyanggahnya, Hudzaifah menjawab: 'Wahai Shilah, mereka diselamatkan dari neraka dengan tiga hal'. Ini merupakan nash dari Hudzaifah ra yang berpendapat, bahwa orang yang meninggalkan sholat dan rukun Islam yang lainnya tidak menjadikan mereka kafir, tetapi mereka adalah muslim yang selamat dari kekekalan api neraka pada hari kiamat. Simpanlah masalah ini, mungkin engkau tidak menemukannya kecuali pada lembaran ini.

ash-Shahihah (1/130)

Masalah: Hukum orang fasik yang meninggal sebelum

bertaubat. Pendapat asy-Syaikh al-Albani:

Dari 'Ubadah bin ash-Shamid ra ia berkata: 'Dan disekitar Nabi saw ada beberapa sahabat: "Kemarilah, baiatlah saya, bahwa kalian tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anak kalian, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki kalian dan tidak akan mendurhakaiku dalam urusan yang baik. Barangsiapa yang memenuhinya, niscaya Allah akan memberikan pahala, dan barangsiapa yang melanggarnya, maka balasannya di dunia,

258 — Ensiklopedi Fatwa Syekh Al-bani 258 — Ensiklopedi Fatwa Syekh Al-bani

Allah apakah Allah akan menyiksanya atau memaafkannya." 123 Hadits ini merupakan bantahan atas Khawarij yang mengkafirkan

pelaku dosa besar dan bantahan kepada Mu'tazilah yang mengharuskan siksaan kepada orang-orang fasik yang meninggal sebelum bertaubat; sebab Nabi saw mengkabarkan bahwa mereka dibawah masyiah (kehendak Allah), beliau tidak mengatakan, bahwa mereka pasti diadzab. Dan semisal dengan hal ini, Firman Allah yang artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syink)

itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. " 124 Allah telah membedakan antara dosa syirik dan dosa-dosa yang lain. Allah telah

memberitahukan, bahwa dosa syirik tidak akan diampuni, adapun dosa-dosa yang lain masih di bawah masyiahNya. Allah berhak untuk mengadzabnya atau mengampuninya. Dan seharusnya ayat ini diberlakukan kepada orang-orang yang belum bertaubat. Maka orang yang bertaubat dari kesyirikan akan diampuni, terlebih lagi dosa yang lain. Dalam ayat ini dibedakan antara keduanya. Dengan berdasarkan hal inilah 'bibit' yang tumbuh di masa sekarang ini berhujjah menguatkan pendapat mereka berkaitan dengan pengkafiran kaum muslimin yang melakukan dosa-dosa besar, atau memastikan, bahwa mereka tidak berada dibawah masyiatullah ta'ala; dan tidak diampuni kecuali dengan taubat. Mereka menyamakan antara dosa-dosa besar dan dosa syirik. Hakekatnya mereka telah menyalahi al-Qur'an dan as-Sunnah.

ash-Shahihah (VI/1268/Bagian Kedua)