B AB :S YARAT - SYARAT S HOLAT DAN T ATACARANYA

B AB :S YARAT - SYARAT S HOLAT DAN T ATACARANYA

Masalah : Apakah paha termasuk aurat? Pendapat Syaikh al-Albani :

Tidak sepantasnya untuk ragu lagi, bahwa paha adalah aurat sebagai bentuk penguatan terhadap dalil-dalil qauliyah (bukti ver bal). Tidak dipungkiri, bahwa inilah pendapat mayoritas ulama dan dikuatkan oleh Syaukani dalam kitab 'Nailu al-Authar' (2/52-53) dan 'as-Sailu al-Jararu' (1/160-161)

Tamaamu al-Minnah hal.l60

Masalah : Berapakah baju yang digunakan wanita untuk

sholat? Pendapat Syaikh al-Albani :

Perempuan sholat dengan baju dan khimar, dan ini batas minimal yang harus ditutup dalam sholat. Hal ini tidak menafikkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Baihaqi dari Umar bin al-Khaththab, ia berkata : 'Perempuan sholat dengan tiga pakaian : baju, khimar (penutup kepala), dan izar (sarung)'. Dan sanadnya shahih. Dan dengan jalan yang lain Ibnu Umar berkata : 'Apabila perempuan sholat, hendaklah ia sholat dengan menggunakan semua pakaiannya: baju, khimar, dan kain sarung'. Dan sanadnya juga shahih. Hal ini menunjukkan cara yang sempurna dan afdhol bagi sholatnya perempuan.

Tamaamu al-Minnah hal.162

Masalah: Wajibnya menutup al 'atiq (bagian badan yang

atas) bagi laki-laki, jika ada yang digunakan untuk menutup. Pendapat Syaikh al-Albani :

Bahwasanya wajib bagi orang yang sholat untuk menutup bagian

92 — Ensiklopedi Fatwa Syekh Al-bani 92 — Ensiklopedi Fatwa Syekh Al-bani

Dan sebuah riwayat dari Ahmad, kalaupun tidak tertutup bagian atas badannya, sholatnya sah, tapi dia telah berdosa karena tidak menutupnya. Dan insyaallah pendapat inilah yang benar.

Tamaamu al-Minnah hal.163. ats-Tsamaru al-Mustathab (1/292)

Masalah : Hukum sholatnya orang yang terbuka kepalanya. Pendapat Syaikh al-Albani :

Dalam hal ini sholatnya orang yang terbuka kepalanya adalah makruh, sebab seorang muslim ketika masuk dalam sholat hendaklah dengan bentuk keislaman yang sempurna, berdasarkan hadits : "Sesungguhnya Allah lebih berhak atas berhiasnya seseorang

kepadaNya." 41 Diriwayatkan oleh ath-Thahawi dalam syarah 'al- Ma'ani' (1/221). Dan bukan termasuk bentuk yang baik dalam

kebiasaan salaf membiarkan kepala terbuka.

Tamaamu al-Minnah hal.164

Masalah : Aurat perempuan dalam sholat. Pendapat Syaikh al-Albani :

Hendaklah wanita ketika sholat membuka wajah dan telapak tangannya, serta menutup selainnya.

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/301)

41 HR. Ath-Thahawi dalam kitab 'Syarh al-Ma'aniy' (1/221)

Pasal Kedua: Masalah Shalat — 93

Masalah : Apakah menghilangkan najis itu masuk wajibnya sholat atau syarat sahnya sholat?

Pendapat Syaikh al-Albani : Yang benar adalah menghilangkan najis bukan syarat sahnya sholat,

tetapi ia masuk dalam wajibnya sholat, yang berdosa apabila menyelisihinya. Barang siapa yang sholat dan dibadannya atau pakaiannya ada najis maka ia telah meninggalkan satu kewajiban. Adapun orang yang menganggap sholatnya batal sebagaimana orang yang kehilangan salah satu syarat sahnya sholat, maka saya tidak tahu dasarnya.

Ats-Tsamaru al-Mustathab (1/331)

Masalah: Seseorang yang sholat dan dia tidak tahu kalau

dipakaiannya ada najis. Pendapat Syaikh al-Albani :

Seseorang yang sholat dan dia tidak tahu kalau dipakaiannya ada najis maka sholatnya sempurna, dan tidak perlu mengulangi. Pendapat inilah yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab 'al-Ikhtiyaraat' hal 24-25.

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/334)

Masalah : Hukum sholat orang yang pakaiannya diduga ada najis seperti pakaiannya wanita haid, wanita yang

menyusui, dan anak-anak. Pendapat Syaikh al-Albani :

Dibenarkan sholat, dan Rasulullah saw pernah sholat malam sedangkan Aisyah berada disampingnya dalam kondisi haid, sebagian selimut berada pada Aisyah dan sebagian yang lain berada

pada Rasulullah." 42 ats-Tsamaru al-Mustathab (1/338)

42 HR.Muslim (11/61)

94 — Ensiklopedi Fatwa Syekh Al-bani

Masalah : Hukum sholat menggunakan selimut.

Pendapat Syaikh al-Albani : Diperbolehkan sholat dengan selimut yang digunakan orang untuk

tidur berdasarkan hadits Anas ra, ia berkata : 'Dulu pada masa Rasulullah saw selimut-selimut kami dipakai untuk tidur dan sholat'

Hadits ini dikuatkan dengan beberapa hadits yang menerangkan bahwa Nabi saw pernah sholat dengan menggunakan selimut dan selimut itu digunakan oleh sebagian isteri-isterinya sedangkan mereka dalam kondisi haid. Dan sebagian hadits ini sudah ditakhrij dalam shahih Abu Daud (393-394)

ash-Shahihah (VI/691/Bagian Pertama)

Masalah : Hukum sholat dikuburan. Pendapat Syaikh al-Albani :

(Haram) sholat dikuburan berdasarkan keumuman hadits dari Said al-Kudri, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Bumi semuanya adalah masjid kecuali kuburan dan kamar mandi". HR Abu Daud (1/

79) dan Hakim (1/251). Dari Anas ra bahwa Rasulullah saw melarang sholat di antara

kuburan. Al-Haitsami (2/27) : 'Hadits ini diriwayatkan oleh al- Bazzar dengan rawi yang shahih. Dikarenakan asal dari larangan adalah keharaman maka sebagian ulama berpendapat batalnya sholat dikuburan. Pendapat ini adalah pendapat yang mungkin. Wallahu a'lam. Hal ini dinyatakan oleh Ibnu Hazm dalam 'al- Muhalla' (4/28-33).

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/364)

Masalah : Hukum sholat ditempat menderumnya unta. Pendapat Syaikh al-Albani :

Ibnu Hazm mengatakan, tidak boleh sama sekali sholat ditempat menderumnya unta, baik satu unta atau lebih. Adapun sholat mengahadap ke unta maka diperbolehkan. Sedangkan apabila tempat tersebut tidak dipakai lagi untuk tempat menderumnya

Pasal Kedua: Masalah Shalat — 95 Pasal Kedua: Masalah Shalat — 95

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/391)

Masalah : Hukum sholat dikamar mandi. Pendapat Syaikh al-Albani :

Haram sholat dikamar mandi seperti hukum sholat dikuburan, berdasarkan makna tersurat dari hadits. Ini merupakan pendapat Ahmad dan Ibnu Hazm, bahkan pendapat ini menyatakan batalnya sholat dikamar mandi.

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/392) Masalah : Hukum mihrab.

Pendapat Syaikh al-Albani : Adapun mihrab di masjid-masjid, secara nyata termasuk perbuatan

bid'ah, sebab kami tidak menemukan riwayatyang menunjukkan, bahwa mihrab ada pada masa Nabi saw, bahkan telah diriwayatkan dari Nabi saw :"Jauhilah oleh kalian tempat penyembelihan ini, yaitu mihrab." Dikeluarkan oleh Baihaqi (2/439) dengan sanad hasan.

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/472]

Masalah : Hukum membuat sutrah di dalam sholat. Pendapat Syaikh al-Albani :

Wajib membuat sutrah ketika sholat. Dan yang berpendapat atas kewajiban membuat sutrah antara lain asy-Syaukani dalam kitab 'Nailul Authar' (3/2). Pendapat inilah yang dhahir dari ungkapan Ibnu Hazm dalam kitab al-Muhalla (4/8-15).

Tamaamu al-Minnah hal.300

96 — Ensiklopedi Fatwa Syekh Al-bani

Masalah : Hukum sholat di atas tanah ghashab (dicuri). Pendapat Syaikh al-Albani :

Sholat di atas tanah ghashab adalah haram berdasarkan Ijma/ sebagaimana yang dinukil oleh an-Nawawiy (III/164). Tetapi yang menjadi perselisihan adalah sah tidaknya sholat di atas tanah ghashab. Jumhur ulama berpendapat, bahwa sholatnya sah. Adapun Ahmad dan Ibnu Hazm (IV/33-36) dalam kitab 'al-Muhalla \ berpendapat, bahwa sholatnya batal. Dan yang lebih dekat dengan kebenaran adalah pendapat Jumhur, sebab penghalangnya tidak termasuk sholat, maka hal tersebut tidaklah menghalangi kesahan sholat tersebut. Wallahu a'lam.

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/396)

Masalah : Hukum sholat dimasjid Dhirar. Pendapat Syaikh al-Albani :

Tidak boleh sholat dimasjid Dhirar dan masjid-masjid yang semakna dengannya. Ini adalah pendapat Malikiyah dan lainnya.

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/397) Masalah : Hukum sholat di dalam Ka'bah.

Pendapat Syaikh al-Albani : Jumhur ulama berpendapat dibolehkannya sholat di dalam Ka'bah

baik sholat wajib maupun sholat sunnah. Pendapat ini juga diungkapkan oleh Abu Hanifah dan ats-Tsauri.

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/429)

Masalah: Disyariatkan sholat di atas tikar atau karpet

yang suci. Pendapat Syaikh al-Albani :

Dibolehkan sholat dan sujud di atas sesuatu yang dihamparkan di atas tanah. Tirmidzi menceritakan dari mayoritas ahli ilmu dari kalangan sahabat Rasulullah saw dan yang datang setelah mereka,

Pasal Kedua: Masalah Shalat — 97 Pasal Kedua: Masalah Shalat — 97

ats-Tsamaru al-Mustathab (1/446)

98 — Ensiklopedi Fatwa Syekh Al-bani