Masalah: Dibolehkan mengadakan walimah walaupun tanpa

Masalah: Dibolehkan mengadakan walimah walaupun tanpa

hidangan daging. Pendapat Syaikh al-Albani:

Dibolehkan mengadakan walimah dengan hidangan makanan semampu kita, walaupun tanpa hidangan daging.

Aadabu az-Zifaf 'hal. 79

232 — Ensiklopedi Fatwa Syekh Al-bani

Masalah: Hukum mendatangi undangan. Pendapat Syaikh al-Albani:

Orang yang diundang untuk suatu acara walimah wajib memenuhi undangan tersebut. Hal ini berdasarkan dua hadits;

Pertama; "Bebaskanlah tawanan, penuhilah undangan, dan jenguklah orang sakit" 104

Kedua; "Apabila salah satu dari kalian diundang untuk menghandiri acara walimah, maka penuhilah undangan tersebut, baik acarna pernikahan atau lainnyn. Barangsiapa yang tidak memenuhi

undangan, maka ia telah durhaka kepada Allah dan RasulNya" 105 Aadabu az-Zifaf 'hal. 82

Masalah: Disyariatkan berbuka dari puasa sunnah

ketika menghadiri walimah. Pendapat Syaikh al-Albani:

Orang yang diundang dibolehkan berbuka dari puasanya, bila yang dilakukan adalah puasa sunnah, apalagi orang yang mengundang mendesaknya untuk menghadiri jamuan walimah. Hal ini berdasarkan beberapa hadits di antaranya:

Pertama; "Bila salah satu dari kalian diundang menghadiri jamuan makan, maka hendaklah menghadiri undangan tersebut. Bila ia mau, silahkan makan; dan bila tidak mau, biarkan saja" Diriwayatkan oleh Muslim.

Kedua; "Orang yang berpuasa sunnah memegang kendali dirinya sendiri, apakah ia mau meneruskan puasanyn, ataukah ingin membatalkannya.' Diriwayatkan oleh Nasai dalam kitab 'al- Kubra' (II/64)

Aadabu az-Zifaf 'hal. 83-84

Diriwayatkan oleh Bukhari (9/198)

Diriwayatkan oleh Bukhari (9/198), Muslim (4/152), Ahmad(6337) dan Baihahaqi(7/262) dari Ibnu Umar.

Pasal kesembilan: Masalah Nikah dan Pendidikan Anak — 233

Masalah: Apakah wajib mengqadha' puasa sunnah? Pendapat Syaikh al-Albani:

Puasa sunnah tidak wajib diqadha', berdasarkan hadits dari Abu Sa'id al-Khudriy, ia berkata: 'Pernah aku membuatkan makanan untuk Rasulullah saw, kemudian Rasulullah dan para sahabat datang. Ketika makanan sudah dihidangkan, salah seorang berkata: 'Saya sedang puasa'. Maka Rasulullah saw bersabda: " Saudaramu telah mengundang kalian, dan ia telah susah payah membuatkan kalian makanan" Kemudian Rasulullah saw bersabda kepada orang tadi: "Berbukalah! dan bila engkau mau gantilah di hari yang lain". Diriwayatkan oleh al-Baihaqi (IV/279) dengan sanad yang hasan sebagaimana yang diungkapkan al-Hafidz dalam kitab 'al- Fath'(IV/170)

Aadabu az-Zifaf 'hal. 87

Masalah : Syariat memukul rebana bagi wanita di saat- saat yang membahagiakan.

Pendapat Syaikh al-Albani : Dan memukul rebana di saat-saat yang membahagiakan adalah

shahih; sebab hal ini terjadi di masa Rasulullah saw.

adh-Dhaifah (1/701)

Masalah: Laki-laki melihat aurat isterinya. Pendapat Syaikh al-Albani :

Sesungguhnya diharamkannya melihat aurat saat jima' adalah sebagai bentuk pengharaman wasilahnya; sebab bila Allah telah menghalalkan seorang suami untuk menggauli isterinya, apakah masuk akal biia Allah melarang melihat kemaluannya? Demi Allah,tidak!!

Hal ini dikuatkan dengan hadits Aisyah, ia berkata: "Saya pernah mandi bersama Rasulullah saw dalam satu wadah. Kami bergantian

menciduknya, Beliau sering mendahuluiku dalam menciduk sehingga 234 — Ensiklopedi Fatwa Syekh Al-bani menciduknya, Beliau sering mendahuluiku dalam menciduk sehingga 234 — Ensiklopedi Fatwa Syekh Al-bani

adh-Dhaifah (1/353)

Masalah: Apakah diperbolehkan seorang isteri mem-belanjakan

hartanya sendiri? Pendapat Syaikh al-Albani :

Dari Watsilahbin al-Asyqa' ra, ia berkata: 'Rasulullah saw bersabda: "Tidak boleh seorang wanita membelanjakan hartanya kecuali dengan seizin suaminya" Hadits ini menunjukkan bahwa seorang isteri tidak diperbolehkan membelanjakan hartanya sendiri tanpa seizin suaminya. Hal ini sebagai kesempurnaan kedudukan yang telah Allah -Tabaraka wa ta'ala- jadikan kepada perempuan, tetapi hendaklah seorang suami - jika ia seorang muslim yang jujur- untuk tidak memperalat hukum ini kemudian memaksa isterinya dan melarangnya membelanjakan hartanya yang tidak merugikan keduanya

ash-Shahihah (II/416)

Masalah: Mencabut bulu alis dan lainnya. Pendapat Syaikh al-Albani:

Perbuatan yang sering dilakukan para wanita berupa mencabut bulu alis agar menyerupai bentuk busur panah atau bulan sabit. Mereka melakukan seperti itu supaya tampak lebih cantik. Rasulullah saw mengharamkan perbuatan seperti ini dan melaknat pelakunya dengan sabdanya : "Allah melaknat; wanita-wanita yang menato dirinya, wanita-wanita yang minta dirinya ditato, wanita-wanita yang menyambung rambutnya, wanita-wanita yang mencukur bulu alisnya, wanita-wanita yang minta dicukur bulu alisnya, dan wanita-wanita yang minta direnggangkan giginya agar terlihat bagus; karena

Pasal kesembilan: Masalah Nikah dan Pendidikan anak — 235 Pasal kesembilan: Masalah Nikah dan Pendidikan anak — 235

Aadabu az-Zifaf 'hal. 129-130

Masalah: Kewajiban menggauli isteri dengan baik. Pendapat Syaikh al-Albani:

Seorang suami wajib menggauli isterinya dengan baik dan menuruti keinginannya selama dalam hal-hal yang dihalalkan Allah, bukan pada hal-hal yang diharamkan Allah, apalagi bila isteri masih belia; hal ini berdasarkan beberapa hadits:

Pertama : Sabda rasulullah saw : "Sebaik - baik orang di antara kalian adalah orang yang paling baik kepada isterinya, dan saya orang

yang paling baik terhadap isteri." 106 Kedua: Sabda Rasulullah saw: "Orang mukmin yang paling

sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan orang mukmin yang paling baik akhlaknya adalah yang paling baik terhadap

isterinya." 107

Aadabu az-Zifaf 'hal. 198-199

Masalah: Kewajiban isteri melayani suaminya. Pendapat Syaikh al-Albani:

Di antara para ulama ada yang berpendapat, bahwa isteri hanya berkewajiban membantu suami dalam perkara-perkara yang ringan. Di antara mereka ada juga yang berpendapat, bahwa isteri berkewajiban membantu suami dalam perkara-perkara yang ma'ruf, dan inilah pendapat yang benar. Maka isteri wajib membantu suaminya dalam bentuk bantuan yang biasa dilakukan oleh kaum perempuan pada umumnya. Bentuk bantuan ini bermacam-macam sesuai dengan keadaan masing-masing. Seorang isteri badui misalnya, akan berbeda bentuk bantuannya dengan isteri yang hidup di desa. Isteri yang kuat tentu bentuk bantuan berbeda dengan wanita yang lemah.

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab 'al-Musykil' (3/211) 236 — Ensiklopedi Fatwa Syekh Al-bani

Saya katakan (Syaikh al-Albani): 'Insya Allah, pendapat inilah yang benar. Seorang isteri berkewajiban membantu suaminya mengurusi rumah. Ini merupakan pendapat Malik dan Ashbagh.

Aadabu az-Zifaf 'hal. 215-216

Masalah: Tidak boleh memberi nama dengan nama yang mengandung makna tazkiyah (pensucian diri) atau nama yang

memiliki arti yang jelek. Pendapat Syaikh al-Albani :

Tidak boleh memberi nama dengan nama seperti 'Izzuddin', Muhyuddin', atau 'Nashiruddin' dan lainya. Dan di antara nama- nama yang bermakna buruk yang menyebar pada masa sekarang dimana hendaknya kita segera menggantinya; karena maknanya yang jelek. Nama-nama ini yang sering digunakan orang tua untuk menamai anak-anak perempuan mereka seperti; Wishal, Siham, Nahal, Ghodah, Fitnah dan yang lainnya. Semoga Allah memberi pertolonganNya.

ash-Shahihah (1/379)

Masalah: Larangan memberi nama dengan sebutan

'Yasar'(kemudahan) atau 'Aflah'(berbahagia) dan yang lainnya. Pendapat Syaikh al-Albani :

Dari Samrah bin Jundub ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: "Janganlah kalian memberi nama anak-anak kalian dengan ; Aflah (berbagia), Najih (berhasil), Rabaah (beruntung) atau Yasar (kemudalan); Jika engkau bertanya: Apakah ia berdosa ? Tidak demikian.

beliau bersabda: Tidak" 108 Dalam hadits ini larangan memberi nama dengan sebutan Yasar,

Aflah, Najih atau yang lainnya. Hendaknya hal ini diperhatikan dan bagi orang tua, dan meninggalkan nama-nama ini. Dahulu dikalangan salaf ada yang dijuluki dengan nama-nama di atas. Secara tekstual, bahwa kalau mereka dari kalangan tabi'in generasi

108 Lihat: ash-Shahihah No. 346

Pasal Kesembilan: Masalah Nikah dan Pendidikan Anak — 237 Pasal Kesembilan: Masalah Nikah dan Pendidikan Anak — 237

Wallahu a'lam. ash-Shahihah (I/682/Bagian Kedua)

Masalah: Diharamkan memberi nama yang dinisbatkan kepada

penghambaan selain Allah. Pendapat Syaikh al-Albani :

Ibnu Hazm menyampaikan kesepakatan diharamkannya memberi nama yang dinisbatkan penghambaan kepada selain Allah seperti; Abdul 'lzaa dan Abdul Ka'bah: Hal ini ditetapkan oleh al-'Alamah Ibnu Qayyim dalam kitab 'Tuhfatu al-Maudud' hal. 37:' Atas dasar ini diharamkan memberi nama dengan sebutan Abdu Ali, atau Abdul Husain, sebagaimana yang telah menyebar dikalangan kaum Syi'ah, demikian juga dilarang memberi nama Abdul Nabi atau Abdur Rasul sebagaimana yang diamalkan oleh sebagian orang jahil dari kalangan Ahlu Sunnah.

adh-Dhaifah (1/596)