Hepatitis B Pertusis Obesitas

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 85

4. Hepatitis B

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang dapat merusak hati. Penyebaran penyakit tersebut bisa melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan dan melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak-anak biasanya tidak menimbulkan gejala dan kalaupun ada biasanya adalah gangguan pada perut, lemah dan urine menjadi kuning. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis hepatis kanker hati dan dapat menimbulkan kematian. Jumlah kasus hepatitis B tahun 2012 dilaporkan dari Puskesmas sebanyak 9 kasus dan laporan dari Rumah sakit tidak spesifik disebutkan kasus Hepatitis B. Kasus Hepatitis laporan dari Rumah sakit Sebanyak 40 kasus. Jumlah kasus Hepatitis A yang dilaporkan dari Puskesmas sebanyak 172 kasus. Kasus hepatitis B tahun 2015 dari Puskesmas sebanyak 22 kasus, sedangkan hepatitis A sebanyak 61 kasus. Sumber; Laporan LB1 Puskesmas.

5. Pertusis

Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bardetella P ertusis yang ditandai dengan gejala batuk beruntun dan disertai tarikan nafas hup yang khas serta disertai muntah. Lama batuk bisa sampai 1-3 bulan sehingga sering disebut batuk 100 hari. Serangan batuk lebih sering pada malam hari. Semenjak tahun 2011 hingga tahun 2015 tidak terjadi kasus pertusis.

6. Polio dan AFP

Acute Flaccid Paralysis Polio disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf, utamanya menyerang anak balita dan menular, terutam melalui fekal-oral. Polio ditandai dengan gejala awal demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan lengan. Pada 1 dari 200 infeksi menyebabkan kelumpuhan permanen biasanya pada tungkai, 5-10 dari yang menderita kelumpuhan meninggal karena kelumpuhan pada otot-otot pernafasan. Indonesia telah berhasil mendapatkan sertifikasi bebas polio bersama negara- negara South East Asia Region SEARO pada tanggal 27 Maret 2014. Saat ini tinggal 2 negara, yaitu Afghanistan dan Pakistan yang masih endemik polio. Setelah Indonesia P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 86 dinyatakan bebas polio, bukan berarti Indonesia menurunkan upaya imunisasi dan surveilans AFP, upaya pencegahan harus terus ditingkatkan hingga seluruh dunia benar-benar terbebas dari polio. Surveilans AFP Acut Paralysis Flaccid merupakan kegiatan untuk menjaring anak dengan usia 15 tahun yang lumpuh pada lengankaki atau keduanya, kelumpuhan bersifat layu, terjadi mendadak dari awal sehat menjadi lumpuh dalam waktu 2 minggu dengan tujuan untuk mendeteksi sirkulasi virus polio liar.Surveilans AFP merupakan indikator sensitivitas deteksi virus polio liar. Surveilans AFP juga penting untuk dokumentasi tidak adanya virus polio liar untuk sertifikasi bebas polio. Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio. Kementerian Kesehatan menetapkan Non Polio AFP Rate minimal 2100.000 populasi anak usia 15 tahun. Pada tahun 2015, secara nasional non polio AFP rate sebesar 1.93100.000 populasi anak 15 tahun yang berarti belum mencapai standar minimal penemuan. Pola kerja yang dilakukan selama ini yaitu setelah mendapatkan laporan penemuan kasus AFP selanjutnya kasus dilacak dan diambil spesimen tinjanya untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar. Untuk itu diperlukan spesimen adekuat yang sesuai dengan persyaratan yaitu diambil dari ≤ 14 hari setelah kelumpuhan dan suhu spesimen 0˚ C - 8˚C sampai di laboratorium. Pada tahun 2011, kasus AFP dilaporkan dan ditemukan sebesar 12 kasus, tahun 2012 kasus AFP dilaporkan dan ditemukan sebesar 14 kasus, tahun 2013 kasus AFP dilaporkan dan ditemukan sebesar 8 kasus AFP. Tahun 2014 kasus AFP ditemukan dan dilaporkan sebesar 3 kasus. Tahun 2015 kasus AFP dilaporkan dan ditemukan sebesar 9 kasus. Target penemuan kasus AFP setiap tahunnya sebesar 10 kasus. Dalam kurun waktu tiga 3 tahun terakhir, penemuan kasus AFP belum memenuhi target. Beberapa kemungkinan terjadi belum terpenuhinya target, dikarenakan menurunnya penderita dengan penyakit AFP di Kota Depok. Berikut gambaran jumlah kasus AFP dan target penemuan kasus AFP di Kota Depok tahun 2011 sampai dengan tahun 201 disajikan dalam gambar 4. 35 berikut ini : P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 87 GAMBAR 4.35 JUMLAH KASUS AFP DAN TARGET PENEMUAN KASUS DI KOTA DEPOK TAHUN 2011 – 2015 Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Depok,2015

d. Penyakit Tidak Menular

Penyakit Tidak Menular PTM adalah penyakit non infeksi yang penyebabnya bukan mikroorganisme tetapi terjadi karena pola hidup yang kurang sehat, seperti merokok, penyakit bawaan, cacat fisik, penuaan, usia, dan gangguan kejiwaan. Penyakit Tidak Menular ini juga menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Ketika permasalahan penyakit menular masih menjadi sorotan dalam masalah kesehatan dan dalam waktu bersamaan morbiditas, mortalitas PTM makin meningkat. Hal ini akan menjadi tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia khususnya di Kota Depok. Berdasarkan hasil dari laporan LB1 Puskesmas se-Kota Depok dan Laporan SIRS 6 RS se-Kota Depok, pola sepuluh 10 besar penyakit tidak menular di Kota Depok, disajikan pada gambar 4.36. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 88 GAMBAR 4.36 POLA PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KOTA DEPOK TAHUN 2015 Sumber : Laporan LB1 SIMPUS Puskemas dan laporan RL 5 SIRS Rumah Sakit, 2015 Dari gambar 4.36 di atas terlihat bahwa diagnosa penyakit hipertensi primer esensial mendominasi pola penyakit sepuluh 10 besar terbanyak, yakni sebesar 709.018 kasus disusul dengan penyakit dispepsia sebesar 42.964 kasus dan di posisi ketiga,diduduki oleh penyakit diabetes melitus sebesar 21.971 kasus. 1 Hipertensi Hipertensi adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua 2 pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi sistole dan berelaksasi di antara denyut diastole. Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik 100-140 mmHg dan diastolik P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 89 60-90 mmHg. Hiperteni terjadi bila terus menerus berada pada 14090 mmHg atau lebih. Berdasarkan hasil pengukuran tek anan darah pasien di usia ≥ 15 tahun pada tahun 2015 pasien yang terlaporkan dengan penyakit hipertensi sebesar 66.764 kasus dari 331.022 pasien yang dilakukan pengukuran tekanan darah. Pada tahun 2015 ini, baru dua puluh delapan 28 puskesmas yang melaporkan hasil pengukuran tekanan darah pasien usia ≥15 tahun. Tujuh 7 puskesmas sisanya belum melaporkan, karena belum melaksanakan pengukuran te kanan darah pasien di usia ≥ 15 tahun. Kasus Hipertensi tertinggi dilaporkan oleh Puskesmas Sukatani sebesar 18.150 kasus, disusul oleh Puskesmas Tugu sebesar 9004 kasus, dan Puskesmas Cipayung sebesar 8119 kasus.

2. Obesitas

Obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan. Seseorang dianggap menderita kegemukan obese bila Indeks Massa Tubuh IMT lebih dari 30kgm². Gambaran umum permasalahan obesitas 2015 berasal dari olahan LB1 SIMPUS 2015 serta profil kesehatan puskesmas. Di tahun 2015 pengunjung puskesmas dan jaringannya yang terdiagnosa obesitas sebesar 922 orang dari 37.031 orang yang dilakukan pemeriksaan obesitas. Puskesmas Kedaung melaporkan 358 pengunjung puskesmas dan jaringannya terdiagnosa obesitas, disusul Puskesmas Sukatani melaporkan 296 pengunjung puskesmas dan jaringannya terdiagnosa obesitas.

3. Deteksi Kanker Leher Rahim dan Payudara