P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 146
Perkembangan tenaga kebidanan di era Jaminan Kesehatan Nasional terlihat memberikan angin yang positif. Sepanjang tahun 2013 hingga tahun 2015, jumlah tenaga
bidan terus mengalami peningkatan. Tahun 2013 jumlah tenaga bidan sebanyak 465 orang dengan tenaga bidan di puskesmas sebanyak 117 orang dan di rumah sakit sebanyak 348
orang meningkat di tahun 2014 menjadi 568 orang, dimana tenaga bidan di puskesmas sebanyak 177 orang dan di rumah sakit sebanyak 391 orang. Tahun 2015 tenaga bidan
meningkat 11 menjadi 629 orang, dengan sebaran tenaga bidan di puskesmas sebanyak 177 orang dan tenaga bidan di rumah sakit sebesar. Dari 629 orang tenaga bidan, yang
melaksanakan praktik bidan mandiri dan memiliki STR sebanyak 227 orang.
3. Tenaga Kefarmasian
Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi
yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Sedangkan Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah FarmasiAsisten Apoteker menurut PMK 51 tahun
2009. Tenaga Kefarmasian sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan penting karena terkait langsung dengan
pemberian pelayanan, khususnya pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat
drug oriented
berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dilihat trend tenaga kefarmasian dari tahun 2013 hingga tahun 2015 mengalami peningkatan. Dari data yang dilaporkan oleh puskesmas dan rumah sakit, maka jumlah
tenaga kefarmasian sebesar 334 orang dengan klasifikasi apoteker dan sarjana farmasi sebesar 45 orang dan tenaga teknis kefarmasian sebanyak 289 orang. Peningkatan tenaga
kefarmasian di tahun 2014 sebesar 450 orang. Porsi terbesar disumbang oleh tenaga teknis kefarmasian sebesar 377 orang.
Di tahun 2015 tenaga kefarmasian meningkat menjadi 460 orang atau meningkat 12, 2 dari tahun sebelunya. Masih seperti tahun sebelumnya, tenaga penyumbang
terbesar adalah tenaga teknis kefarmasian sebesar 385 buah.
P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 147
Tenaga kefarmasian baik di puskesmas maupun di rumah sakit disajikan dalam table berikut ini :
TABEL 6.3 JUMLAH TENAGA FARMASI DI PUSKESMAS, RUMAH SAKIT DAN KLINIK
DINAS KESEHATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2015
Fasilitas Tenaga Farmasi
Tenaga apoteker
Puskesmas 45
10 Rumah sakit
340 66
Klinik
Total 385
76
Sumber : Seksi Regulasi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015
Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk merupakan indikator untuk mengukur ketersediaan tenaga kesehatan untuk mencapai target pembangunan kesehatan
tertentu. Rasio tenaga kefarmasian ini merupakan akumulatif dari seluruh tenaga kefarmasian di seluruh kota Depok. Laporan yang ada bahwa data tenaga kefarmasian baru
berdasarkan data yang dilaporkan ke dinas kesehatan. Klinik-klinik belum terjamah dalam pelaporan SDM ke Dinas Kesehatan. Perlu langkah konkrit yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan agar mendapatkan data yang valid dan akurat. Untuk rasio tenaga kefarmasian berdasarkan laporan yang masukdari puskesmas
dan rumah sakit disajikan pada gambar 6.2.
P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 5 Page 148
GAMBAR 6.2 RASIO TENAGA FARMASI DI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT
DI KOTA DEPOK TAHUN 2015
Sumber : Seksi Regulasi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2015
Rasio tenaga teknis kefarmasian sebesar 18,23 per 100.000 penduduk. Target rasio tenaga teknis kefarmasian kementerian kesehatan sebesar 18,5 per 100.000
penduduk. Hal ini menunjukkan bahawa kebutuhan akan tenaga teknis kefarmasian tercukupi. Rasio tenaga teknis kefarmasian ini berbalik dengan rasio tenaga apoteker yang
hanya berjumlah 3,60 per 100.000 penduduk. Jauh dibawah target rasio tenaga apoteker kementerian kesehatan yang sebesar 9 per 100.000 penduduk.
4. Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan