Aspek Penilaian Pembelajaran dan Evaluasi Pendidikan

64 bagaimana menciptakan rapport hubungan yang kondusif dengan kliennya, antara lain melalui penataan lingkungan konseling dan memahami bahasa non- verbal dalam konseling. Namun satu hal yang belum banyak disadari ialah betapa bahasa-bahasa nonverbal itu sangat kental bermuatan budaya. Adalah fakta bahwa ekspresi budaya bukan hanya dinyatakan dalam bentuk komunikasi verbal, melainkan dalam bahasa non-verbal. Dalam budaya yang tergolong high-context cultures, termasuk Indonesia dan Negara-negara non- Barat umumnya, bahasa non verbal bahkan jauh lebih penting daripada bahasa verbal Anak Agung Ngurah Adhiputra, 2013: 4. Kesalapahaman dapat terjadi apabila pihak yang berkomunikasi berasal dari budaya yang berbeda dan memiliki bahasa non verbal yang berbeda pula, tanpa ada saling memahami. Dalam konseling lintas-budaya, bahasa non-verbal menjadi persoalan penting yang harus diperhatikan oleh konselor Anak Agung Ngurah Adhiputra, 2013: 5.

E. Aspek Penilaian Pembelajaran dan Evaluasi Pendidikan

Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan aspek kognitif, maupun dari segi penghayatan aspek afektif, dan pengamalannya aspek psikomotor. Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat 65 sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Menurut Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya dalam uraian Abaz Ariant, 2012 itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domaindaerah binaan atau ranah yang melekat pada diri peserta didik, yaitu ranah proses berfikir cognitive domain, ranah nilai atau sikap affective domain, dan ranah keterampilan psychomotor domain. Ranah kognitif dan afektif sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, untuk ranah psikomotorik adalah akan dijelaskan pada paragraf selanjutnya. Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif memahami sesuatu dan dan hasil belajar afektif yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku. Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar keterampilan psikomotor dapat diukur melalui: 1 pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, 2 sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, 3 beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya Abaz Ariant, 2012. 66

F. Kerangka Berpikir