Fusi Protein FGF-2 Availibilitas Ligand Gangguan Terminasi FGF-2 Signaling

Overekspresi dari gen dapat disebabkan oleh adanya amplifikasi atau regulasi transkripsi yang terganggu. Peningkatan kadar FGF-2 telah ditemukan pada beberapa tumor manusia, seperti tumor otak, kepala dan leher, paru, payudara, lambung, dan prostat, serta sarkoma dan multiple myeloma Chin, 2006 Baru – baru ini, beberapa penelitian menyatakan overekspresi dari FGF-2 pada sel dapat menyebabkan aktivasi dari FGFR-2 terus menerus. Menariknya, inhibisi dari FGF-2 signaling pada sel menginduksi apoptosis. Oleh karena itu FGF-2 signaling yang terus menerus diproduksi sebagai akibat dari overekspresi menyebabkan adanya proteksi terhadap apoptosis, dan dapat memicu terjadinya tumor Chin, 2006.

2.2.5.4. Switching Antara Spliced Isoforms Alternatif

Switching antara spliced isoforms alternatif juga dapat menyebakan gangguan keseimbangan FGF-2 signaling. Beberapa penelitian mengindikasikan potensial onkogen yang berbeda dari berbagai variasi isoform FGF-2. Pergeseran pada splicing isoform dengan kapasitas FGF-binding yang juga bergeser menyebabkan ketidakseimbangan FGF-2 signaling dan memicu pertumbuhan tumor Cha, 2008.

2.2.5.5. Mutasi FGF-2

Beberapa variasi displasia skeletal pada manusia talah diketahui disebabkan adanya mutasi fungsi germline dari FGF-1 ke FGF-3, dan mekanisme mutasi yang sama juga dijumpai pada berbagai tumor termasuk meningioma intrakranial. Banyak mutasi yang telah teridentifikasi memberikan bentuk reseptor yang lebih aktif. Titik mutasi dijumpai pada domain ekstraseluler dari reseptor dan dapat meningkatkan ligand binding atau ligand specifity. Beberapa mutasi juga telah menginduksi dimerisasi reseptor dan mengaktifkan terus menerus domain reseptor kinase. Mutasi yang teridentifikasi pada domain reseptor kinase menyebabkan peningkatan aktivitas FGF-2. Lebih lagi, gangguan terminasi FGF-2 signaling dapat merupakan akibat dari mutasi domain tersebut Cha, 2008 dan Ezzat,2002.

2.2.5.6. Fusi Protein FGF-2

Penyusunan ulang kromosom dapat menyebabkan intragenic, reciprocal translocations, yang menghasilkan fusi protein. Fusi protein ini dapat melahirkan fungsi yang baru yang berbeda dari fungsi perotein sebelumnya, dan fungsi baru tersebut dapat berupa onkogen yang poten. Sedikitnya 11 jenis fusi telah ditemukan. Pada fusi ini domain tyrosine kinase secara khusus terpapar menjadi domain dimerisasi dari gen pasangan, menginduksi dimerisasi dan aktivasi terus menerus dari tyrosine kinase Cha,2008 dan Ezzat,2002. Universitas Sumatera Utara

2.2.5.7. Availibilitas Ligand

Peningkatan availibilitas ligand mungkin dapat meningkatkan FGF-2 signaling. Keduanya, ekspresi yang tidak tepat dari FGF-2, seperti up regulation dari ekspresi FGF-2 pada sel malignan atau lingkungan di sekitar sel malignan, dan pelepasan FGF-2 dari penyimpanan lokal di matriks ekstraseluler dapat meningkatkan availibiltas ligand Itoh, 1994.

2.2.5.8. Gangguan Terminasi FGF-2 Signaling

Gangguan down regulation pada aktivitas FGF-2 dapat menyebabkan ketidakseimbangan FGF-2 signaling. Terminasi FGF-2 signaling terjadi melalui proses deposforilasiposforilasi dan proses endositosis serta degradasi reseptor di lisosom Cha, 2008 dan Ezzat,2002. Endositosis diikuti oleh degradasi FGF-2 di lisosom menyebabkan terminasi sinyal. Setiap gangguan pada komponen endositosis yang dibutuhkan pada pathway ini menyebabkan hambatan pada terminasi dan memicu onkogenesis. Beberapa komponen endositosis ditemukan telah bermutasi pada meningioma. Beberapa FGF-2 yang bersifat onkogen telah bermutasi dan tidak dapat didegradasi Cha, 2008. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. KERANGKA TEORI

Berdasarkan derajat histopatologi meningioma intracranial dibagi menjadi 3, yaitu meningioma benign derajat 1, meningioma atypical derajat 2, dan meningioma maligna derajat 3. Dalam pertumbuhannya, tumor ini dipengaruhi oleh sex hormone yang terdiri dari estrogen dan progesteron, dan dipengaruhi oleh growth factor. Arbeit, 1996. Dari keseluruhan growth factor yang ada, FGF-2 merupakan suatu growth factor yang memiliki sifat angiogenesis, mitogenesis serta mampu menghambat apoptosis sel normal. Sifat-sifat ini akan muncul apabila terjadi gangguan dalam regulasi FGF-2. Hal ini tentunya sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan meningioma intrakranial.

3.2. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.3. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

Meningioma Intrakranial Derajat Histopatologi WHO FGF-2 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Pewarnaan Imunohistokimia S100 Pada Meningioma Di RSUP. H. Adam Malik Medan

1 94 76

Hubungan Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Dengan Peritumoral Edema Index (PTEI) Pada Penderita Meningioma Intrakranial Di RSUP. H. Adam Malik Medan

2 105 66

Profil Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Berdasarkan Karakteristik Penderita Psoriasis Vulgaris Di RSUP. H. Adam Malik Medan

4 106 117

Gambaran Pewarnaan Imunohistokimia S100 Pada Meningioma Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 4

Gambaran Pewarnaan Imunohistokimia S100 Pada Meningioma Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 18

Hubungan Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Dengan Peritumoral Edema Index (PTEI) Pada Penderita Meningioma Intrakranial Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. - Hubungan Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Dengan Peritumoral Edema Index (PTEI) Pada Penderita Meningioma Intrakranial Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 18

Profil Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Berdasarkan Karakteristik Penderita Psoriasis Vulgaris Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 30

Hubungan Kadar Fibroblast Growth Factor 2 (FGF-2) Serum Dengan Derajat Meningioma Pada Penderita Meningioma Intrakranial Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MENINGIOMA 2.1.1. Sejarah Dan Definisi Meningioma - Hubungan Kadar Fibroblast Growth Factor 2 (FGF-2) Serum Dengan Derajat Meningioma Pada Penderita Meningioma Intrakranial Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 13