Etika Penelitian Pengumpulan Data Pengumpulan dan Penyimpanan Sampel Darah Pengolahan Sampel Darah

4.3.2.2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dari penelitian ini : 1. Kejadian berulang rekurensi atau kekambuhan residif, data tentang hal ini diambil dari rekam medis pasien. 2. Pasien yang mengalami ruda paksa, diketahui dengan cara pemeriksaan fisik dan rekam medis. 3. Pasien yang memiliki tumor lain pada bagian tubuhnya, data ini diambil dari rekam medis.

4.3.3. Estimasi Besar Sampel

Pada penelitian ini digunakan total sampling, dimana seluruh penderita meningioma intrakranial yang memenuhi kriteria inklusi akan menjadi sampel. 4.4. METODE PENGUMPULAN DATA 4.4.1. Persetujuan Setelah Penjelasan Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan dari keluarga pasien setelah dilakukan penjelasan mengenai kondisi pasien dan tindakan yang akan dilakukan.

4.4.2. Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan sampel biologis tersimpan untuk sampel yang diambil sebelum dilakukannya penelitian dan sediaan darah yang diambil dari pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi, yang selama pelaksanaannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kode etik penelitian biomedik. Izin didapat dari Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran USU.

4.4.3. Pengumpulan Data

Data pasien dikumpulkan setelah pasien terdiagnosa dengan sangkaan suatu meningioma, data diambil dengan suatu wawancara klinis dengan fokus terhadap pertanyaan- pertanyaan dari formulir yang akan diisi. Data kemudian dikumpulkan dan diberikan kode khusus dan ditabulasikan ke dalam perangkat lunak pengolah data. Universitas Sumatera Utara

4.4.4. Pengumpulan dan Penyimpanan Sampel Darah

Setelah pasien dan atau keluarganya menyetujui pengambilan data dan telah menandatangani formulir persetujuan setelah pemberitahuan, sampel darah akan diambil dari vena mediana cubiti dengan menggunakan alat suntik steril ukuran 10 cc sesuai dengan prosedur phlebotomi yang telah baku. Darah diambil sebanyak sekitar 5 cc. Setelah sampel darah diambil, sampel tersebut segera dikode sesuai urutannya, dan diserahkan kepada instalasi Patologi Klinis untuk diproses menjadi serum. Setelah sampel mengalami penggumpalan, sampel kemudian akan disentrifuge dengan kekuatan 2.500 rpm selama 15 menit, dan supernatan dipindahkan ke dalam tabung aliquot dan kemudian disimpan dalam lemari es bersuhu -25 o C.

4.4.5. Pengolahan Sampel Darah

Serum yang tersimpan akan dicairkan pada suhu ruangan selama sekitar 5 menit dan akan dilakukan pemeriksaan assay FGF. Pemeriksaan tersebut adalah suatu pemeriksaan kuantitatif dengan menggunakan teknik sandwich Enzyme Linked Immunosorbent Assay ELISA. Sebuah antibodi monoklonal spesifik terhadap FGF telah dilekatkan pada sumur- sumur dalam microplate. Standar atau sampel kemudian ditambahkan ke dalam sumur microplate dan diinkubasi. Jika dijumpai bFGF pada sampel, akan berikatan dan diimmobilisasi oleh antibody pre-coated dalam sumur. Kemudian sumur microplate dicuci untuk menghilangkan bFGF yang tidak berikatan dan komponen – komponen lain dari sampel. Agar kadar bFGF dalam sampel dapat dihitung secara kuantitatif, sebuah sedian standar horseradish peroxidase HRP-conjugated polyclonal antibody specific untuk bFGF ditambahkan ke dalam sumur untuk menjadikan “sandwich” bFGF yang telah diimmobilisasi selama inkubasi pertama. Kemudian microtiter plate diinkubasikan kedua kalinya. Sumur – sumur tersebut kemudian dicuci kembali untuk membuang semua HRP-conjugated antibodies yang tidak berikatan, dan ditambahkan substrat TMB 3,3’5,5’ tetramethyl- benzidine ke masing – masing sumut tadi. Enzim HRP dan substrat akan bereaksi dalam waktu inkubasi yang singkat. Hanya sumur – sumur yang mengandung bFGF dan enzyme- conjugated antibody akan mengalami perubahan warna. Reaksi ini diakhiri dengan penambahan larutan asam sulfur dan perubahan warna yang terjadi diukur menggunakan spectrophotometer dengan panjang gelombang 450 nm ± 2 nm.

4.5. METODE ANALISIS DATA

Dokumen yang terkait

Gambaran Pewarnaan Imunohistokimia S100 Pada Meningioma Di RSUP. H. Adam Malik Medan

1 94 76

Hubungan Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Dengan Peritumoral Edema Index (PTEI) Pada Penderita Meningioma Intrakranial Di RSUP. H. Adam Malik Medan

2 105 66

Profil Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Berdasarkan Karakteristik Penderita Psoriasis Vulgaris Di RSUP. H. Adam Malik Medan

4 106 117

Gambaran Pewarnaan Imunohistokimia S100 Pada Meningioma Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 4

Gambaran Pewarnaan Imunohistokimia S100 Pada Meningioma Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 18

Hubungan Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Dengan Peritumoral Edema Index (PTEI) Pada Penderita Meningioma Intrakranial Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. - Hubungan Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Dengan Peritumoral Edema Index (PTEI) Pada Penderita Meningioma Intrakranial Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 18

Profil Kadar Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Serum Berdasarkan Karakteristik Penderita Psoriasis Vulgaris Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 30

Hubungan Kadar Fibroblast Growth Factor 2 (FGF-2) Serum Dengan Derajat Meningioma Pada Penderita Meningioma Intrakranial Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MENINGIOMA 2.1.1. Sejarah Dan Definisi Meningioma - Hubungan Kadar Fibroblast Growth Factor 2 (FGF-2) Serum Dengan Derajat Meningioma Pada Penderita Meningioma Intrakranial Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 13