Faktor – faktor yang melatarbelakangi perkembangan Citra

18

4. Faktor – faktor yang melatarbelakangi perkembangan Citra

Tubuh Terbentuknya citra tubuh pada individu khususnya remaja putri dipengaruhi dan didukung oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi citra tubuh diantaranya sebagai berikut; a. Budaya Berbagai macam penampilan fisik akan dianggap menarik atau tidak tergantung seperti apa yang telah ditentukan oleh kebudayaan setempat. Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan Blyth, dkk Anwar Sasake, 2009: 1 bahwa faktor sosial budaya berperan penting dalam citra tubuh. Menurut McCarthy Bell dan Rushforth, 2008: 3 budaya berpengaruh dalam pembentukan citra tubuh. Hal ini bisa terjadi karena adanya standar ideal dari masyarakat, seperti kecantikan yang diukur berdasarkan warna kulit, kondisi badan kurus atau gemuk, mancung atau pesek, dll. Standar masyarakat inilah yang membuat individu yang tidak sesuai dengan standar ideal merasa rendah diri dan memiliki citra tubuh yang negatif. Sementara itu, menurut Melliana Anwar Sasake, 2009: 1 pemikiran tentang tubuh juga dipengaruhi oleh keyakinan 19 dan sikapnya terhadap tubuh sebagaimana gambaran ideal yang dianut oleh masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa budaya memiliki andil penting dalam munculnya citra tubuh yang dianut oleh remaja dan remaja putri secara khusus. Budaya yang sangat berkaitan dengan masyarakat memunculkan standar yang disepakati bersama mengenai tubuh ideal. b. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan faktor paling penting dalam perkembangan citra tubuh seseorang yang berarti bahwa jenis kelamin mempengaruhi citra tubuh. Wanita lebih negatif memandang citra tubuh dibandingkan pria, hal ini diungkapkan oleh Pope, Philips, Olivardia dalam Kinanti Indika, 2009: 41. Sementara itu, pada laki-laki lebih memiliki citra tubuh yang positif dibandingkan dengan perempuan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Field dan Rosenblum,dkk Cobb, 2007: 86, “boy have more positive body image than girl”. Menurut Suryani Desi, 2012: 4, wanita lebih peka terhadap penampilan dirinya dan selalu membandingkan dirinya dengan orang lain. Dari penjelasan para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa wanita lebih peka terhadap penampilannya 20 dibanding pria. Apabila dikaitkan dengan remaja, maka remaja putri lebih peka terhadap penampilannya dibanding remaja pria karena remaja putri cenderung lebih negatif dalam memandang tubuhnya. c. Usia Umumnya remaja mengalami kenaikan berat badan pada masa pubertas dan menjadi tidak bahagia terhadap penampilan dan dapat menyebabkan remaja khususnya remaja putri mengalami gangguan makan eating dissorder. Ketidakpuasan remaja putri pada tubuh meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja, sedangkan remaja putra yang semakin berotot juga semakin tidak kuasa dengan tubuhnya Papalia Olds, 2008. Lewis Whitbourne,dkk Bell dan Rushforth, 2008: 6 mengatakan bahwa kepuasan terhadap tubuh akan berkurang dengan bertambahnya usia. Semakin tua individu maka tidak terlalu mempermasalahkan penampilannya. Usia berpengaruh dalam munculnya citra tubuh pada individu dikarenakan pola pikir dalam menyikapinya. Wanita yang sudah semakin tua lebih memikirkan hal lain daripada memikirkan tubuhnya. Setidaknya pemikiran akan tubuh akan berkurang sejalan dengan bertambahnya usia. 21 d. Media Massa Tiggeman Kinanti indika, 2009: 34 mengatakan bahwa media yang muncul dimanapun memberikan gambaran ideal mengenai figur pria dan wanita yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Media massa telah menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial. Menurut Nemeroff Catur Baimi, 2013: 28, media massa seperti majalah fashion, kosmetik, iklan televisi, pertunjukkan, serta film dan sinetron saat ini banyak menghadirkan perempuan kurus sebagai sosok yang ideal. Kenyataan demikian menjadi salah satu penyebab terjadinya kesenjangan antara keadaan nyata tubuh dengan citra tubuh ideal sering kali dipicu oleh media yang banyak menyajikan fitur dengan tubuh yang dinilai sempurna. Kesenjangan tersebut menciptakan persepsi akan penghayatan tubuhnya yang tidak atau kurang ideal. Akibatnya adalah terbentuknya individu yang sulit menerima keadaan tubuhnya dalam hal ini adalah bentuk nyata dari tubuhnya Melliana dalam Anwar Sasake, 2009: 1. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh media dalam perkembangan citra tubuh dikarenakan di dalam media seringkali memperlihatkan bentuk wanita dengan fisik yang bagus. Keadaan tersebut lama- kelamaan membentuk pola 22 pikir pada individu bahwa seorang wanita dikatakan cantik dan menarik apabila menyerupai model dalam media. Sementara itu, tidak semua wanita dianugrahi tubuh ideal, hal ini yang membuat kesenjangan antara kenyataan dan harapan pada remaja putri. e. Keluarga Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang paling penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran tubuh anak- anaknya melalui modeling, feedback dan intruksi. Gambaran tubuh melibatkan bagaimana orang tua menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan bagaimana wajah bayinya kelak Fisher Strack dalam Kinanti Indika, 2009: 34. Sejalan dengan yang diungkapkan Slade Bell dan Rushforth, 2008: 7 bahwa perhatian orang tua terhadap berat badan yang dimiliki anaknya memiki hubungan dengan kepuasan tubuh yang dimiliki anaknya Ketika bayi lahir, orang tua menyambut bayinya dengan pengharapan akan adanya bayi yang ideal dan membandingkan dengan penampilan yang sebenarnya. Harapan fisik bayi oleh orang tua sama seperti harapan anggota keluarga lain yaitu bayi tidak cacat tubuh. Komentar yang dibuat orang tua dan anggota keluarga mempengaruhi 23 pengaruh yang besar dalam gambaran tubuh anak- anak Ikeda Narworski dalam Kinanti Indika, 2009: 35. Dapat disimpuljan bahwa orang tua yang secara konstan melakukan diet dan berbicara tentang berat mereka dari sisi negatif akan memberikan pesan kepada anak bahwa menghawatirkan berat badan adalah sesuatu yang normal. f. Berat badan Berat badan berperan besar sebagai salah satu penentu utama dalam ketidakpuasan tubuh. Diungkapkan oleh Slade Be ll dan Rushforth, 2008: 7, “people who are obese must feel bad about their bodies. Negatif body image is higer among female and those who were obese as children”. Menurut Silverstein Kinanti Indika, 2009: 40, tubuh kurus tidak hanya dianggap menarik, akan tetapi tubuh yang gemuk dianggap hal yang memalukan. Selain itu, Kaplan Kinanti Indika, 2009: 40 juga berpendapat bahwa obesitas dapat mendatangkan masalah sosial bagi remaja. Dapat dikatakan bahwa tubuh yang gemuk membuat individu khususnya wanita merasa kurang percaya diri dalam kehidupannya. Hal demikian, sedikit banyak mempengaruhi kualitas hubungan sosialisasi individu. 24

5. Bentuk-bentuk citra tubuh negatif remaja putri