Karakteristik aktiva tetap berwujud adalah bahwa aktiva yang dimiliki perusahaan untuk digunakan secara terus menerus dan umur manfaatnya relative
lebih panjang dibandingkan aktiva lancar dan nilainya material. Akuntansi aktiva tetap sangat berarti terhadap kelayakan laporan keuangan, kesalahan dalam
menilai aktiva tetap dapat mengakibatkan kesalahan yang cukup material karena nilai investasi yang ditanamkan pada aktiva tetap relatif besar. Oleh karena itu,
perlakuannya harus berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.16 dan diterapkan secara konsisten dari suatu periode ke periode selanjutnya.
Selama masa pemakaian kemampuan suatu aktiva untuk menghasilkan pendapatan dan jasa biasanya semakin menurun, baik secara fisik maupun
fungsinya. Oleh karena itu perlu adanya pengakuan terhadap penurunan nilai aktiva tetap berwujud. Caranya adalah dengan mengalokasikan harga perolehan
aktiva tetap berwujud secara sistematis sebagai beban selama beberapa periode akuntansi yang menerima manfaat dari aktiva tetap berwujud tersebut.
Pengalokasian harga perolehan itulah yang disebut dengan depresiasi.
2. Perolehan Aktiva Tetap
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Cara perolehan
aktiva tetap adalah sebagai berikut: a.
Pembelian tunai Aktiva yang dibeli dengan tunai dicatat sebesar uang yang dikeluarkan
untuk pembelian itu ditambah dengan biaya-biaya sehubungan dengan pembelian
Universitas Sumatera Utara
aktiva itu, dikurangi potongan harga yang diberikan baik karena pembelian dalam partai besar maupun karena pembayaran yang dipercepat.
Contoh. PT. Handoko membeli bangunan seharga Rp 500.000.000,-, biaya lain-lain yang
dikeluarkan adalah biaya perantara Rp 1000.000,-, biaya akte notaries Rp 1000.000,-, dan biaya pembersihan Rp 500.000,-. Perhitingan harga perolehan
bangunan adalah sebagai berikut : Harga beli
Rp 500.000.000,- Biaya akte notaries 1.000.000,-
biaya perantara 1.000.000,-
biaya pembersihan 500.000,-
total Rp 502.500.000,-
jurnal saat pembelian : Bangunan
Rp 502.500.000,- Kas
Rp 502.500.000,- Jika ada potongan harga maka potongan tersebut langsung mengurangi
harga beli dan bukan merupakan keuntungan, karena keuntungan hanya diperoleh dari penjualan bukan dari pembelian. Apabila potongan harga tersebut tidak
dimanfaatkan perusahaan, maka harus dilaporkan sebagai kerugian atau biaya bunga.
Contoh. Sebuah mesin dibeli seharga Rp 50.000.000,-, jika dibeli secara kontan maka
harganya Rp 47.500.000,-, maka jurnalnya : 1.
Jika potongan harga dimanfaatkan Mesin
Rp 47.500.000,- Kas
Rp 47.500.000,-
Universitas Sumatera Utara
2. Jika potongan harga dimanfaatkan
Mesin Rp 50.000.000,-
Kas Rp 50.000.000,-
Jika aktiva tetap dibeli sekaligus dengan harga borongan lump sump maka harus dipisahkan nilai masing-masing aktiva. Dalam penentuan nilai
masing-masing dari aktiva tersebut maka dibuatlah suatu angka perbandingan sebagai berikut :
1. Harga pasar yang wajar. Untuk menentukan nilai pasar yang wajar salah
satu cara berikut dapat digunakan : penaksiran untuk tujuan asuransi, penilaian yang ditetapkan untuk tujuan pajak, atau penaksiran independent
oleh seorang insinyur atau penaksir lainnya. Jika harga pasar yang wajar tidak ada, maka :
2. Harga penilaian menurut lembaga penilaian yang objektif Independent
Appraisal Company. Sebagai ilustrasi dari kondisi di atas, sebuah perusahaan memutuskan
untuk membeli beberapa aktiva berupa lahan, peralatan dan bangunan dengan harga Rp 8.000.000,-, berdasarkan informasi pasar yang diketahui aktiva ini
berharga : Nilai Buku
Nilai Pasar Lahan
Rp 3.000.000,- Rp 5.000.000,-
Peralatan Rp 2.000.000,-
Rp 2.500.000,- Bangunan
Rp 3.000.000,- Rp 2.500.000,-
Rp 8.000.000,- Rp 10.000.000,-
Universitas Sumatera Utara
Harga beli sebesar Rp 8.000.000,-, akan dialokasikan atas dasar nilai pasar yang wajar dengan cara berikut :
Lahan Rp 8.000.000,- = Rp 4.000.000,-
Peralatan Rp 8.000.000,- = Rp 2.000.000,-
Bangunan Rp 8.000.000,- = Rp 2.000.000,-
Maka jurnal dari transaksi di atas adalah : Lahan
Rp 4.000.000,- Peralatan
Rp 2.000.000,- Bangunan
Rp 2.000.000,- Kas
Rp 8.000.000,- Jika aktiva tetap yang dibeli merupakan aktiva bekas maka harus dicatat
sebesar harga beli ditambah biaya-biaya reparasi dan perbaikan sehingga bias dipakai. Tidak perlu diperhatikan nilai buku dari penjual.
b. Pembelian secara kredit jangka panjang
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam hal harga perolehan tidak boleh termasuk bunga, dalam kontrak pembelian dapat
menyebutkan bahwa pembelian akan dilakukan dalam beberapa kali angsuran ditambah dengan pembayaran bunga. Pembebanan bunga atas kredit ada dua
kemungkinan: 1.
Dalam angsuran tidak termasuk bunga Pembebanan bunga atas kredit jangka panjang menurut cara ini ada
dua,yaitu Secara flat dan berdasarkan sisa utang. Secara flat yaitu biaya bunga
Universitas Sumatera Utara
sama untuk pembayaran angsuran setiap semester. Berdasarkan sisa hutang, yaitu biaya bunga dihitung dari sisa hutang terakhir.
Contoh. PT. Handaka membeli lahan dengan membeli lahan dengan harga Rp
100.000.000,-. Pembayaran atas pembelian lahan ini dilakukan dengan pemberian uang muka sebesar Rp 40.000.000,-. Sisa hutang atas pembelian tersebut
dilakukan secara angsuran dalam 10 kali angsuran per semester. Bunga per tahun adalah 12.
Pada saat pembelian jurnal yang dicatat adalah : Lahan
Rp 100.000.000,- Kas
Rp 40.000.000,- Utang Kontrak Angsuran
Rp 60.000.000,- Secara flat pembayaran angsuran selama 10 kali per semester akan dicatatkan
sebagai berikut : Utang Kontrak Angsuran
Rp 6.000.000,- Biaya Bunga
Rp 3.600.000,- Kas
Rp 9.600.000,- 6 x Rp 60.000.000,-
Akan tetapi jika pembebanan bunga atas pembelian kredit tersebut didasarkan atas
sisa utang maka akan dijurnal sebagai berikut : Angsuran semester I :
Utang Kontrak Angsuran Rp 6.000.000,-
Biaya Bunga Rp 3.600.000,-
Kas Rp 9.600.000,-
6 x Rp 60.000.000,-
Universitas Sumatera Utara
Angsuran semester II : Utang Kontrak Angsuran
Rp 6.000.000,- Biaya Bunga
Rp 3.240.000,- Kas
Rp 9.240.000,- 6 x Rp 54.000.000,-
Pembayaran ini akan diteruskan sampai utang tersebut lunas.
2. Dalam angsuran sudah termasuk bunga
Jumlah angsuran yang dibayarkan tiapperiode dalam cara ini sudah termasuk bunga yang telah diperhitungkan terlebih dahulu. Pada waktu
pembelian, bunga dicatat pada perkiraan biaya bunga yang ditangguhkan di debet. Sedangkan waktu pembayaran angsuran, biaya bunga yang ditangguhkan tersebut
dicatat di kredit. Bunga dihitung berdasarkan pokok utang. Untuk menghitung pokok utang ditentukan dengan faktor annuity nilai
sekarang. Atau sering disebut dengan Present Value Annuity. Bunga = suku bunga x pokok utang
Pokok utang = angsuran x Keterangan :
i = suku bunga per periode n = jumlah periode
contoh. PT. Pandu tanggal 1 Januari 2007 membeli peralatan dengan cara angsuran tiap
tahun sebesar Rp 12.500.000,- selama tiga tahun. Uang muka Rp 7.000.000,-. Bunga pertahun 15. Jurnal transaksi tersebut adalah :
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencatat pembelian tanggal 1 Januari 2007
Peralatan Rp 35.540.000,-
Beban Bunga Ditangguhkan Rp 8.960.000,-
Kas Rp 7.000.000,-
Utang Kontrak Angsuran Rp 37.500.000,-
Perhitungan:
Diketahui: n = 3 tahun i = 15 per tahun
Pokok utang = Rp 12.500.000,- x = Rp 12.500.000,- x 2,2832 = Rp 28.540.000,-
Bunga selama angsuran dihitung sebagai berikut: Jumlah angsuran
Rp 37.500.000,- Pokok utang
Rp 28.540.000,- Bunga yang ditangguhkan
Rp 8.960.000,- Bunga yang ditangguhkan sebesar Rp 8.960.000,-akan dialokasikan dalam jangka
waktu 3 tahun dengan perhitungan sebagai berikut: Tabel 2.1
Pengalokasian Bunga yang ditangguhkan dalam ribuan rupiah
Tahun Angsuran Bunga
Pokok Angsuran
Pokok Utang
- -
- 28.540
1 12.500
15 x 28.540 = 4.281 8.219
20.321 2
12.500 15x 20.321 = 3.048,15
9.451,85 10.869,15
3 12.500
15 x 10.869,15 = 1.630,373 10.869,15
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 Januari 2008
Utang Kontrak Angsuran Rp 12.500.000,-
Biaya Bunga Rp 4.281.000,-
Kas Rp 12.500.000,-
Beban Bunga Ditangguhkan Rp 4.281.000,-
Untuk mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 Januari 2009
Utang Kontrak Angsuran Rp 12.500.000,-
Biaya Bunga Rp 3.048.150,-
Kas Rp 12.500.000,-
Beban Bunga Ditangguhkan Rp 3.048.150,-
Untuk mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 Januari 2010
Utang Kontrak Angsuran Rp 12.500.000,-
Biaya Bunga Rp 1.630.373,-
Kas Rp 12.500.000,-
Beban Bunga Ditangguhkan Rp 1.630.373,-
c. Pembelian dengan surat berharga
Pembelian Aktiva tetap dengan surat berharga adalah dengan pengeluaran obligasi atau saham milik perusahaan untuk ditukar dengan aktiva tetap. Aktiva
tetap tersebut harus dicatat sebesar harga pasar obligasi atau saham pada saat pembelian. Nilai surat berharga tersebut dicatat sebesar nilai pari atau nilai
nominalnya. Selisih antara harga pembelian aktiva tetap dengan nilai nominal saham atau obligasi dicatat sebagai agio atau disagio dari saham atau obligasi
tersebut. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, harga
perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva tersebut. Kadang- kadang harga pasar surat berharga dan aktiva tetap yang ditukar tidak diketahui,
Universitas Sumatera Utara
dalam keadaan seperti ini, nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan.
Contoh. PT. Yayang membeli sebidang tanah dengan mengeluarkan 1500 lembar saham
dengan nilai nominal Rp 7.000,-. Harga kurs saat pembelian adalah : 1.
Sebesar 99 2.
Sebesar 115 Transaksi di atas akan dijurnal:
1. Jika kurs adalah 99, saham akan bernilai Rp 10.395.000,- Rp 7.000,- x 1.500 lembar x 0,99.
Tanah Rp 10.395.000,-
Disagio Saham Rp 105.000,-
Modal Saham Rp 10.500.000,-
2. Jika kurs adalah 115, saham akan bernilai Rp 12.075.000,- Rp 7.000,- x
1.500 lembar x 1,15. Tanah
Rp 12.075.000,- Modal Saham
Rp 10.500.000,- Agio Saham
Rp 1.575.000,- d.
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiahdonasi Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan maka transaksi ini
disebut nonreciprocal transfer transfer yang tidak memerlukan umpan balik. Aktiva yang diperoleh melalui donasi atau sumbangan pada hakikatnya tidak
menyebabkan pengeluarn modal. Kalupun ada hanyalah biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan aktiva tetap tersebut sehingga dapat digunakan sesuai dengan
tujuannya. Aktiva ini harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independent.
Contoh. PT. Handoko menyumbangkan tanah dan bangunan kepada PT. Yayang dengan
masing-masing memiliki nilai pasar wajarnya sebesar Rp 17.000.000,- dan Rp 25.000.000,-
PT. Yayang akan mencatatnya sebagai berikut: Tanah
Rp 17.000.000,- Bangunan
Rp 25.000.000,- Modal donasi
Rp 42.000.000,- e.
Aktiva tetap yang dibangun sendiri Dalam pembuatan aktiva, semua biaya yang langsung biaya variable,
yaitu bahan dan upah langsung serta overhead pabrik yang digunakan untuk pembangunan ini harus dikapitalisasi.
Ada tiga permasalahan yang selalu muncul dalam pembangunan aktiva tetap sendiri.
1. Biaya Overhead yang Dibebankan
Untuk berapa besar biaya overhead yang akan dibebankan terhadap aktiva tetap yang dibangun sendiri menurut Harahap 2002:31 ada 2 yaitu:
1. Metode incremental cost Dalam hal ini biaya overhead yang dibebankan adalah kenaikan
tambahan biaya overhead akibat adanya pembangunan aktiva tersebut. 2. Metode proporsional
Dalam metode ini yang dibebankan bukan saja kenaikan overhead itu tetapi juga dibebankan biaya overhead tetap secara pro-rata baik untuk
kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
2. Laba Rugi Pembangunan Sendiri
Dalam pembangunan sendiri aktiva tetap, yang diharapkan adalah biaya pembangunan sendiri akan lebih rendah dibandingkan jika pembangunan tersebut
diborongkan. Jika hal tersebut terjadi maka kondisi yang sepertinya menghasilkan laba tersebut tidak dapat dianggap sebagai keuntungan bagi perusahaan.
Tetapi ada kondisi yang mengakibatkan biaya pembangunan sendiri lebih besar dibandingkan jika diborongkan. Jika hal ini terjadi maka perlu
dipertanyakan dan dicari tahu mengapa hal tersebut dapat terjadi. Apabila biaya yang lebih tinggi ini terjadi disebabkan hal-hal yang tidak efisien atau karena
kelalaian maka harus dicatat sebagai kerugian. Jadi harga pokok dari aktiva tetap yang dibangun tersebut dicatat sebesar jumlah biaya yang sesungguhnya
dikeluarkan untuk pembangunan tersebut. 3.
Biaya Bunga Selama Masa Pembangunan Kontruksi
Tiga pendekatan telah diusulkan Kieso 2002:6 untuk memperlakukan bunga yang muncul dalam pembiayaan kontruksi atau akuisisi property, pabrik,
dan peralatan : 1. Tidak mengkapitalisasi beban selama periode kontruksi.
Menurut pendekatan ini, bunga dianggap sebagai biaya pendanaan dan bukan sebagai biaya kontruksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa jika
perusahaan menggunakan pembiayaan dengan saham dan bukan dengan utang, maka beban ini tidak akan muncul.
2. Membebankan semua biaya dana yang digunakan, baik yang dapat diidentifikasi maupun yang tidak kekontruksi.
Metode ini mengatakan bahwa satu bagian dari biaya kontruksi merupakan biaya pendanaan, apakah dengan utang, kas atau saham.
Suatu aktiva harus dibebankan dengan semua biaya yang diperlukan untuk membuat aktiva tersebut siap digunakan. Bunga, baik actual
maupun terkait imputed, merupakan biaya pembangunan, seperti halnya dengan biaya tenega kerja, lahan dan overhead.
Universitas Sumatera Utara
3. Hanya mengkapitalisasi biaya bunga actual yang terjadi selama
kontruksi. Pendekatan ini mengandalkan konsep biaya historis yang hanya
mencatat transaksi actual.
Prinsip yang digunakan Kieso 2002 : 9 dalam memilih suku bunga yang tepat yang diaplikasikan pada akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang adalah :
4.Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang kurang dari atau sama dengan jumlah yang secara khusus dipinjam untuk
membiayai pembuatan aktiva, gunakan suku bunga yang terjadi atas pinjaman khusus tersebut.
5.Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang lebih besar dari setiap utang yang dipinjam khusus untuk membiayai
pembuatan aktiva, gunakan suku bunga rata-rata tertimbang yang terjadi atas semua utang lainnya yang beredar selama periode berjalan.
Contoh. Sebagai ilustrasi atas masalah pengkapitalisasian bunga, di asumsikan
bahwa pada tanggal 1 Oktober 2005, PT. Handaka telah menandatangani kontrak dengan PT. Yayang untuk membangun sebuah bangunan senilai Rp.
250.000.000,- di atas tanah yang mempunyai harga pokok Rp 50.000.000,- dibeli dari kontraktor dan dimasukkan kedalam pembayaran pertama. PT. Handaka
telah melakukan pembayaran berikut kepada perusahaan kontruksi selama lima tahun 2006 :
Tabel 2.2 Pembayaran PT. Handaka
dalam ribuan rupiah
1 Januari 1 Mei
1 September 31 Desember Total
Rp 75.000 Rp 75.000
Rp 75.000 Rp 75.000
Rp300.000
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan telah selesai dilaksanakan dan PT. Handaka siap untuk memakai bangunan tersebut pada tanggal 31 Desember 2006. PT. Handaka
memiliki utang yang beredar berikut pada tanggal 31 Desember 2006 :
Utang Kontruksi Khusus
• Wesel bayar 3 tahun, bunga 15, untuk membiayai pembelian tanah dan
pembuatan bangunan, tertanggal 31 Desember 2005 Rp 90.000.000,-
Utang Lainnya
• Wesel bayar 5 tahun, bunga 10, tertanggal 31 Desember 2002, dan
bunga dibayar secara tahunan setiap tanggal 31 Desember Rp 75.000.000,- •
Obligasi 10 tahun, bunga 12, dikeluarkan tanggal 31 Desember 2001, dan bunga dibayar secara tahunan setiap tanggal 31 Desember Rp
80.000.000,- Akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang selama tahun 2006 dihitung
sebagai berikut : Pengeluaran Periode Kapitalisasi Akumulasi Pengeluaran
Tgl Jumlah Tahun Berjalan Rata-Rata Tertimbang 1 Jan Rp 75.000.000,-
1212 Rp 75.000.000,-
1 Mei Rp 75.000.000,- 812
Rp 50.000.000,- 1 Sep Rp 75.000.000,-
412 Rp 25.000.000,-
31 Des Rp 75.000.000,- Rp
Rp 300.000.000,- Rp 150.000.000,-
Perhatikan bahwa pengeluaran yang dilakukan pada tanggal 31 Desember, yaitu
hari terakhir tahun berjalan, tidak memiliki biaya bunga.
Universitas Sumatera Utara
Bunga yang dapat dihindarkan dihitung sebagai berikut : Akumulasi Pengeluaran
Bunga yang Dapat
Rata-Rata Tertimbang Suku Bunga Dihindarkan
Rp 90.000.000,- 0,15 wesel kontruksi
Rp 13.500.000,- Rp 60.000.000,-
0,1103 rata-rata tertimbang Rp 661.800,- Rp 150.000.000,-
utang lainnya Rp 14.161.800,-
Rp 60.000.000,- adalah jumlah dimana akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang melebihi pinjaman kontruksi khusus Rp 150.000.000,-
Rp 90.000.000,-
Perhitungan suku bunga rata-rata tertimbang hutang lainnya :
Pokok Bunga
Wesel 5 tahun, bunga 10 Rp 75.000.000,- Rp 7.500.000,-
Obligasi 10 tahun, bunga 12 Rp 80.000.000,- Rp 9.600.000,-
Rp 155.000.000,- Rp 17.100.000,- Suku bunga rata-rata tertimbang
11,03 Biaya bunga aktual yang merupakan jumlah maksimum yang dapat dikapitalisasi
selama tahun 2006, dihitung sebagai berikut : Wesel kontruksi
Rp 90.000.000,- 0,15 : Rp 13.500.000,- Wesel 5 tahun
Rp 75.000.000,- 0,1
: Rp 7.500.000,- Obligasi 10 tahun
Rp 80.000.000,- 0.12 : Rp 9.600.000,-
Bunga Aktual Rp 30.600.000,-
Biaya bunga yang akan dikapitalisasi adalah bunga terkecil antara bunga yang dapat dihindari Rp 14.161.800,- dengan bunga actual Rp 30.600.000,-,
yaitu Rp 14.161.800,- Sebagai pencatat atas transaksi selama tahun 2006 yang dilakukan PT.
Handaka maka dibuatlah jurnal sebagai berikut :
1 Januari 2006 Tanah
Rp 50.000.000,- Bangunan Kontruksi dalam Proses
Rp 25.000.000,- Kas
Rp 75.000.000,-
Universitas Sumatera Utara
1 Mei 2006 Bangunan
Rp 75.000.000,- Kas
Rp 75.000.000,-
1 September 2006 Bangunan
Rp 75.000.000,- Kas
Rp 75.000.000,-
31 Desember 2006 Bangunan
Rp 75.000.000,-
Kas Rp 75.000.000,-
Bangunan bunga yang dikapitalisasi Rp 14.161.800,-
Beban bunga Rp 16.438.200,-
Kas Rp 30.600.000,-
Rp 30.600.000,- Rp 14.161.800,- Rp 13.500.000,-
Rp 7.500.000,- Rp 9.600.000,-
f. Aktiva tetap yang diperoleh secara pertukaran
Menurut cara ini aktiva tetap diperoleh dengan cara menukarkan aktiva tetap yang kita miliki dengan aktiva tetap lainnya yang dimilliki pihak lain baik
itu yang sejenis maupun tidak sejenis. Transaksi pertukaran bisa bersih tanpa tambahan-tambahan lain atau dapat juga ditambah dengan transaksi tambahan
lainnya, misalnya kas. Transaksi pertukaran aktiva tetap memiliki permasalahan yang khusus dalam pencatatannya.
Kieso 2002: 16, mengatakan : Akuntansi yang tepat untuk pertukaran aktiva non-moneter seperti
persediaan serta properti, pabrik dan peralatan masih diperdebatkan atau masih kontroversial. Sebagian akuntan berpendapat bahwa
akuntansi untuk jenis pertukaran ini harus didasarkan atas nilai wajar aktiva yang diberikan atau nilai wajar aktiva yang diterima, dengan
mengakui suatu keuntungan atau kerugian. Sebagian lagi berpendapat bahwa akuntansi harus didasarkan atas jumlah yang tercatat nilai
buku dari aktiva yang diberikan, tanpa mengakui keuntungan atau kerugian. Sementara yang lainnya lagi memilih pendekatan yang akan
Universitas Sumatera Utara
mengakui kerugian dalam semua kasus, tetapi menangguhkan keuntungan dalam situasi khusus.
IAI 2007 : 16.6 sendiri dalam menjelaskan tentang pertukaran aktiva tetap adalah :
Entitas menentukan apakah suatu transaksi pertukaran memiliki substansi komersial atau tidak dengan mempertimbangkan sejauh
mana arus kas masa depan diharapkan dapat berubah sebagai akibat dari transaksi ini.suatu transaksi pertukaran memiliki
substansikomersial jika: a
Konfigurasi risiko, waktu, dan jumlah arus kas atas aset yang diterima berbeda dari konfigurasi dari aset yang diserahkan; atau
b Nilai khusus entitas dari kegiatan operasional entitas yang
dipengaruhi oleh transaksi tersebut berubah sebagai akibat dari pertukaran; dan
c Selisih antara a dan b adalah relatif signifikan terhadap nilai
wajar dari aset yang dipertukarkan. Jika pertukaran aktiva tetap dilakukan atas dasar yang tidak sejenis, maka
perbedaan antara nilai buku aktiva tetap yang diserahkan dengan nilai aktiva yang diperoleh lansung dicatat sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap.
Pertukaran aktiva tetap yang sejenis dilakukan dengan kondisi tidak adanya pembayaran kas ataupun adanya kas. Kedua kondisi ini akan dijelaskan sebagai
berikut: a.
Bila pertukaran tidak dissertai dengan pembayaran Nilai perolehan aktiva tetap dicatat sebesar nilai buku dari aktiva yang
bersangkutan. b.
Bila pertukaran disertai dengan pembayaran Harga perolehan aktiva tetap dapat dilihat dari kedua belah pihak yang
melakukan transaksi, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
• Pihak yang menyerahkan uang
Bagi pihak yang menyerahkan uang, harga perolehan dicatat sebesar nilai buku aktiva tetap yang diserahkan ditambah pembayan kas, dan
tidak boleh dicatatkan laba. •
Pihak yang menerima uang Bila pembayaran disertai disertai oleh pembayaran kas, maka ada dua
hal yang mempengaruhi pengakuan keuntungan, yaitu : 1.
Apabila kas yang diterima sebesar kurang dari 25 dari nilai pasar aktiva tetap yang diterima, maka keuntungan diakui sebagian jika
uang diterima. Bagi pihak yang menerima uang, diperlakukan bahwa transaksi itu
mengandung realisasi laba walaupun transaksi itu bukan kegiatan utama perusahaan. Pihak yang menerima kas harus mencatat bagian
laba yang timbul dari penerimaan kas tersebut. Jadi ada keuntungan yang diakui realized gain
realized gain dapat dihitung sebagai berikut :
Indicated Gain total keuntungan adalah laba yang ditujukkan dari
transaksi pertukaran tersebut dihitung dari harga pasar aktiva tetap yang diberikan dikurangi dengan nilai bukunya. Atau dapat pula
dihitung dengan cara harga pasar aktiva tetap yang diterima
Universitas Sumatera Utara
dikurangi dengan nilai buku aktiva tetap yang diserahkan dikurangi kas yang dibayar.
2. Apabila kas yang diterima sebesar lebih dari 25 dari nilai pasar
aktiva tetap yang diterima, maka semua keuntungan diakui. Contoh.
PT. Pandu menukar mesin sejenis yang nilai perolehannya sebesar Rp 15.000.000,-, akumulasi penyusutannya sebesar Rp 9.000.000,-, dan harga pasar
Rp 6.375.000,- dengan mesin milik PT. Handaka yang nilai perolehannya sebesar Rp 18.000.000,- akumulasi penyusutannya Rp 12.000.000,- dan harga pasar Rp
6.750.000,- maka transaksi ini akan dijurnal sebagai berikut : Mesin baru
Rp 6.000.000,-
Akumulasi penyusutan mesin Rp 9.000.000,-
Mesin lama Rp 15.000.000,-
Dari contoh diatas dianggap PT. Pandu sebagai pihak yang menukarkan mesin dan PT. Handaka sebagai pihak yang memberikan mesin dan menerima kas
sebesar Rp 375.000,- 1.
Dalam hal ini apabila kas yang dibayar PT. Pandu lebih kecil dari 25 harga pasar mesin tersebut.
Untuk menghitung harga perolehan atas aktiva tetap yang diterimanya : Harga pasar mesin yang diterima
Rp 6.750.000,- - Laba yang ditangguhkan
Rp 375.000,- Nilai perolehan mesin yang diterima
Rp 6.375.000,- Atau
Nilai buku mesin yang diserahkan Rp 6.000.000,-
+ Kas yang dibayar Rp 375.000,-
Universitas Sumatera Utara
Nilai perolehan mesin yang diterima Rp 6.375.000,-
Transaksi di atas akan dijurnal sebagai berikut : Mesin baru
Rp 6.375.000,- Akumulasi penyusutan
Rp 9.000.000,- Kas
Rp 375.000,- Mesin lama
Rp 15.000.000,- Sebagai pihak penerima uang maka PT. Handaka akan memperhitungkan
sebagian keuntungan yang diakuinya diterimanya. Keuntungan yang diakui tersebut akan dihitung sebagai berikut :
Harga pasar mesin yang diserahkan Rp 6.750.000,-
- Nilai buku mesin yang diserahkan Rp 6.000.000,-
Total keuntungan Rp 750.000,-
Atau Harga pasar mesin yang diterima
Rp 6.375.000,- - Nilai buku mesin yang diserahkan
Rp 6.000.000,- + Kas yang diterima
Rp 375.000,- Total keuntungan
Rp 750.000,-
Keuntungan yang diakui = Rp 750.000,-
= Rp 41.666,67 Aktiva yang diperolehnya akan dinilai :
= Nilai buku aktiva tetap yang diserahkan – penerimaan kas boot + keuntungan yang diakui
= Rp 6.000.000,- Rp 375.000,- + Rp 41.666,67 = Rp 5.666.666,67 Untuk mencatat transaksi di atas maka PT.Handaka akan menjurnal :
Mesin baru Rp 5.666.666,67
Akumulasi penyusutan Rp 12.000.000,-
Universitas Sumatera Utara
Kas Rp 375.000,-
Mesin lama Rp 18.000.000,-
Laba pertukaran Rp 41.666,67
2. Apabila PT. Handaka menerima kas lebih besar dari 25 harga pasar aktiva
tetap yang diterimanya dari PT. Pandu, yaitu menerima kas sebesar Rp 1.912.500,- 30 dari harga pasar mesin yang diterima. Maka dalam hal ini
transaksi dianggap sebagai pertukaran moneter, dimana semua keuntungan dan kerugian diakui, dan aktiva tetap yang diterima dicatat berdasarkan nilai
pasarnya. PT.Handaka mencatat transaksinya sebagai berikut :
Kas Rp 1.912.500,-
Mesin baru Rp 6.000.000,-
Akumulasi penyusutan Rp 12.000.000,-
Mesin Rp 18.000.000,-
Laba pertukaran Rp 1.912.500,-
3. Pengeluaran Selama Masa Penggunaan Aktiva Tetap