Mekanisme Terjadinya Hipertensi pada Lansia Penegakan Diagnosis Hipertensi

manset turun dibawah tekanan diastolik pada titik tersebut bunyi akan hilang Potter Perry, 2006. b. Metode palpasi Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan membiarkan tekanan turun kemudian tentukan tekanan pada saat denyut radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran dalam menentukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan yang diukur menggunakan metode auskultasi. Melakukan kebiasaan meraba denyut nadi radialis sangat dianjurkan ketika memompa manset selama pengukuran tekanan darah dengan metode auskultasi. Bila tekanan manset diturunkan, bunyi Korotkoff kadang-kadang menghilang pada tekanan diatas tekanan diastolik, kemudian muncul lagi pada tekanan yang lebih rendah. Pada saat manset dimulai untuk dipompa sampai denyut radialis menghilang, memeriksa dapat yakin bahwa tekanan manset diatas tekanan sistolik dan nilai tekanan rendah palsu dapat dihindari. c. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter digital Menurut Rikesdas 2013 pengukuran tekanan darah juga dapat menggunakan tensimeter digital. Penggunaan tensimeter digital diperuntukkan untuk responden yang berusia diatas 15 tahun. Berikut merupakan ketentuan cara menggunakan tensimeter digital : 1. Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, responden sebaiknya menghindar kegiatan aktivitas fisik seperti olah raga, merokok, dan makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran. Dan juga duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum pengukuran. 2. Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stres. Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang dan dalam kondisi tenang dan posisi duduk. 3. Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai. Letakkan lengan kanan responden di atas meja sehinga manset yang sudah terpasang sejajar dengan jantung responden. 4. Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kanan responden dan memintanya untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat pengukuran. Apabila responden menggunakan baju berlengan panjang, singsingkan lengan baju ke atas tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat sehingga tidak menghambat aliran darah di lengan. 5. Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak tangan terbuka ke atas. Pastikan tidak ada lekukan pada pipa manset. 6. Persiapkan manset. Perlu diperhatikan bahwa manset hendaknya diambil dari kotaknya secara benar dengan mengangkat secara keseluruhan tidak ditarik salah satu bagiannya. 7. Pasang manset pada lengan kanan responden dengan posisi kain halus lembut ada di bagian dalam dan D-ring besi tidak menyentuh lengan, masukkan ujung manset melalui D-ring dengan posisi kain perekat di bagian luar. Ujung bawah manset terletak kira-kira 1 –2 cm di atas siku. Posisi pipa manset harus terletak sejajar dengan lengan kanan responden dalam posisi lurus dan relaks. 8. Tarik manset dan kencangkan melingkari lengan kanan responden. Tekan kain perekat secara benar pada kain bagian luar manset. Pastikan manset terpasang secara nyaman pada lengan kanan responden. 9. Tekan tombol ’start’, pada layar akan muncul angka 888 dan semua simbol. 10. Selanjutnya semua simbol gambar hati “♥” akan berkedip-kedip. sampai denyut tidak terdeteksi dan tekanan udara dalam manset berkurang, angka sistolik, diastolik dan penyut nadi akan muncul. 11. Catat angka sistolik, diastolik dan denyut nadi hasil pengukuran tersebut pada formulir hasil pengukuran dan pemeriksaan. 12. Pengukuran dilakukan dua kali, jarak antara dua pengukuran sebaiknya antara 2 menit dengan melepaskan manset pada lengan. 13. Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat selisih 10 mmHg, ulangi pengukuran ketiga setelah istirahat selama 10 menit dengan melepaskan manset pada lengan. 14. Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat dilakukan dengan posisi berbaring, dan catat kondisi tersebut di lembar catatan.

2.2.5 Manifestasi Klinis Hipertensi

Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pederita hipertensi menurut Corwin 2009, antara lain: a. Sakit kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium. b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina. c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan pada penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral otak yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma Cahyono, 2008.

2.2.6 Faktor Risiko Hipertensi

Menurut Potter Perry 2006 menyebutkan bahwa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah sampai terjadinya hipertensi antara lain 1 Usia, tekanan darah cenderung meningkat ketika usia terus bertambah. Pada usia lanjut akan mengalami penurunan elastisitas pembuluh darah yang dapat mengakibatkan tekanan sistolik meningkat. Hal ini sering disebabkan oleh perubahan alami tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon-hormon Sigarlaki, 2006. 2 Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi. Jika dilihat dari segi klinis, tidak ada perbedaan tekanan darah yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Tekanan darah laik-laki cenderung lebih tinggi pada masa pubertas dan perempuan lebih tinggi ketika sudah memasuki masa manopouse dikarenakan produksi hormon tubuh yang menurun Potter Perry, 2006. Menurut Dalimartha, dkk2008 terdapat dua faktor penyebab hipertensi, yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol yaitu sebagai berikut: a. Faktor yang tidak dapat dikontrol 1. Faktor genetikketurunan Sekitar 70-80 penderita hipertensi ditemukan memang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarganya. Riwayat hipertensi yang ditemukan pada kedua orang tuanya memiliki risiko besar akan dialami oleh anaknya. Hipertensi juga banyak terjadi pada anak kembar apabila salah satu mengalami hipertensi. Dugaan tersebut menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi. 2. Usia Penambahan usia dapat meningkatkan risiko terjangkitnya penyakit hipertensi. Walaupun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, tetapi sering menyerang orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih. Meningkatnya tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia memang sangat umum. Hal ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon. Jika perubahan ini disertai dengan faktor yang lain bisa memicu terjadinya penyakit hipertensi Corwin,2007.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Membaca Al-Quran terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2012

0 12 96

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA Efektifitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo.

1 8 16

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA Efektifitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 3 17

PENDAHULUAN Efektifitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 2 8

HASIL PENELITIAN Efektifitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 3 13

PENGARUH SENAM YOGA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR DINGIN PADANG TAHUN 2011.

0 0 9

Pengaruh Aromaterapi Kenanga (Cananga odorata) Terhadap Tekanan Darah Pria Dewasa.

6 24 18

Hubungan Status Gizi Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Madya Padang 2009.

0 0 10

111 PENGARUH DEEP TISSUE MASSAGE TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI

0 0 6

Pengaruh Penambahan Deep Breathing Pada Slow Stroke Back Massage Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 13