Faktor Risiko Hipertensi Konsep Hipertensi .1 Definisi Hipertensi

3. Jenis kelamin Orang yang memasuki usia dewasa dan setengah baya ternyata kaum laki- laki lebih banyak yang menderita hipertensi. Namun hal ini akan terjadi sebaliknya setelah berumur 55 tahun ketika sebagian wanita mengalami menopause, hipertensi lebih banyak dijumpai pada wanita Corwin, 2007. b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi 1. Intake garam Garam terdapat dua komponen mineral, natrium, dan klorida yang sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa, transmisi syaraf, serta kontraksi otot. Natrium klorida yang tinggi di dalam tubuh akan mengikat komponen – komponen cairan yang harus dicairkan, dan proses ini dapat meningkatkan tekanan darah. Garam adalah zat tambahan makanan sesudah gula, yang digunakan atau disalahgunakan. Kebutuhan garam dalam tubuh membutuhkan 500 mg atau 110 sendok teh setiap hari untuk tetap sehat. Pada saat dewasa, kebanyakan orang mengkonsumsi 15 sampai 20 gram garam setiap hari, 30 sampai 40 kali lebih banyak dari kebutuhkan tubuh. Jumlah ini kira-kira sepuluh kali lebih banyak dari kemampuan pengolahan oleh ginjal. Konsumsi garam lebih banyak dari yang dapat diolah oleh ginjal, maka kelebihan garam akan ditimbun dan harus dicairkan sebelum tubuh dapat menanganinya. Jadi tubuh harus menahan berkilogram air hanya untuk menjaga agar kelebihan garam tetap cair. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah, karena ginjal harus mendorong cairan garam itu melalui penyaring - penyaring yang terdapat pada ginjal Diehl, 2004. 2. Indeks masa tubuh IMT Kelebihan berat badan meningkatkan risiko seseorang terserang penyakit hipertensi. Semakin besar masa tubuh maka semakin banyak pula darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Volume darah yang beredar melalui pembuluh darah meningkat sehingga akan memberi tekanan lebih besar ke dinding arteri. Obesitas juga dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah Martuti, 2009. 3. Merokok Zat yang terdapat dalam rokok dapat merusak lapisan dinding arteri berupa plak. Plak tersebut menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kandungan nikotinnya bisa meningkatkan hormon epinefrin yang bisa menyempitkan pembuluh darah arteri. Karbon monoksida dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh sehingga dapat meningkatkan tekanan darah Marliani, 2007. Tar dalam asap rokok mengandung ratusan zat kimiawi yang kebanyakan bersifat karsinogenik. Nikotin dapat menyebabkan kecanduan dan gangguan irama jantung Bustan, 2007. 4. Alkohol Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor risiko hipertensi, meski belum diketahui secara pasti mekanisme terjadinya peningkatan tekanan darah terkadang alkohol bisa meningkatkan tekanan darah Puddey Beilin, 2006. 5. Aktivitas fisik Beraktivitas dapat mengakibatkan peningkatan pengeluaran tenaga dan energi dengan beraktivitas seperti olahraga. Olahraga dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot tubuh sehingga terjadi pelepasan energi tubuh. Akibat dari pengeluaran energi yang banyak, tubuh akan mengkompensasi energi melalui pernafasan sehingga pernafasan semakin cepat, peningkatan heart rate dan aliran darah Fatmah Ruhayati, 2011. 6. Stres Stres dari tingkat ringan sampai berat dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung, insomnia, dan sulit tidur. Jika tidak memilik koping stres yang bagus, efek dari stres yang terus-menerus menyebabkan peningkatan tekanan darah Mumpuni Wulandari, 2010. 7. Kafein Kafein merupakan kandungan yang terdapat dalam kopi. Keberadaan kafein dalam kopi dapat mempengaruhi tekanan darah karena kafein memiliki efek yang antagonis kompetitif terhadap reseptor adenosin. Adenosin merupakan neuromodulator yang mempengaruhi sejumlah fungsi pada susunan saraf dan berdampak pada vasokontriksi dan meningkatkan total resistensi perifer. Hal tersebut dapat memicu naiknya tekanan darah Martiani, 2012.

2.2.6 Komplikasi Hipertensi

Menurut Corwin 2009 komplikasi dari hipertensi yang bisa terjadi antara lain sebagai berikut: a. Stroke merupakan salah satu komplikasi dari hipertensi. Stroke disebabkan oleh tekanan hemoragik tinggi pada otak atau akibat dari embolus yang terlepas dari pembuluh otak. Selain itu stroke juga disebabkan oleh hipertrofi dan penebalan pembuluh darah pada otak sehingga aliran darah ke otak berkurang. b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami aterosklerosis dan tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau terbentuknya trombus yang menghambat aliran darah. c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Glomerulus yang rusak mengakibatkan aliran darah ke unit fungsional ginjal nefron akan terganggu dan terjadi hipoksik. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, edema sering dijumpai pada penderita hipertensi kronis. d. Ensefalopati kerusakan otak dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya. Tekanan sangat tinggi mengakibatkan kelainan ini dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang intertisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron menjadi kolaps dan terjadi koma atau kematian.

2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi

a. Terapi farmakologi Menurut Rahardojo 2009 terapi hipertensi umumnya merupakan terapi obat seumur hidup sehingga harus hati-hati dalam menentukan diagnosa hipertensi. Hal ini melibatkan pengukuruan tekanan darah dan obat berikutnya yang dapat ditambahkan selama beberapa bulan perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok tergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat antihipertensi. Beberapa prinsip pemberian obat antihipertensi sebagai berikut: 1. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi. 2. Pengobatan hipertensi essensial ditunjukkan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurang timbulnya komplikasi. 3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan cara menggunakan obat antihipertensi. 4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan pengobatan seumur hidup. Terdapat 5 kelompok obat lini pertama first line drug yang lazim digunakan untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik β-blocker, penghambat angiotensin-converting enzyme ACE inhibitor, penghambat reseptor angiotensin Angiotensin Receptor Blocker dan antagonis kalsium. Pada Joint National Commite JNC ke-VII, menyebutkan penyekat reseptor alfa adrenergik α-blocker tidak dimasukkan dalam kelompok obat lini pertama. Tiga kelompok obat yang dianggap lini kedua yaitu penghambat saraf adrenergik, agonis α-2 sentral dan vasodilator Nafrialdi, 2009. b. Terapi nonfarmakologi Menurut Corwin 2009, pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup. Intervensi nonfarmakologis yang dapat membantu individu untuk mengurangi tekanan darah sebagai berikut: 1. Pada sebagian orang, penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung sehingga kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga berkurang. 2. Olahraga ringan setiap hari dapat membantu meningkatkan kadar HDL yang dapat mengurangi terbentuknya aterosklerosis akibat hipertensi. 3. Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dengan cara menghambat respons stres saraf parasimpatis. 4. Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung. Lynch 2012 menulis salah satu terapi nonfarmakolgis untuk pasien hipertensi yaitu dengan cara rutin melakukan teknik deep breathing. Pernyataan ini didukung oleh Sharma 2011 dalam artikelnya disebutkan bahwa teknik pernafasan dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Membaca Al-Quran terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2012

0 12 96

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA Efektifitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo.

1 8 16

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA Efektifitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 3 17

PENDAHULUAN Efektifitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 2 8

HASIL PENELITIAN Efektifitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 3 13

PENGARUH SENAM YOGA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR DINGIN PADANG TAHUN 2011.

0 0 9

Pengaruh Aromaterapi Kenanga (Cananga odorata) Terhadap Tekanan Darah Pria Dewasa.

6 24 18

Hubungan Status Gizi Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Madya Padang 2009.

0 0 10

111 PENGARUH DEEP TISSUE MASSAGE TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI

0 0 6

Pengaruh Penambahan Deep Breathing Pada Slow Stroke Back Massage Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 13