Hasil dan Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

memacu perkembangan PDRB total wilayah tersebut. Tentu saja Kabupaten Lamongan memiliki sektor potensial yang mampu mempercepat kemajuan dari PDRB. Salah satu sektor yang berprestasi dalam menambah PDRB Kabupaten Lamongan adalah Sektor Pertanian, yang pada tahun 2008 menyumbangkan sekitar Rp. 1.824.992,75 juta. Dari PDRB Sektor Pertanian tersebut dapat mewakili sebagai kontribusi terbesar diantara sektor lainnya.

4.3 Hasil dan Pembahasan

4.3.1 Analisis Shift – Share

Untuk menganalisis beberapa komponen perubahan regional maupun daerah yang mempengaruhi struktur ekonomi daerah digunakan pengujian shift - share, dengan asumsi bahwa perubahan ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh variabel dari kesatuan wilayah yang luas yaitu dalam hal ini kabupaten atas komponen pertumbuhan perekonomian, bauran industri dan keunggulan komparatif. Dalam pengujian dengan analisis shift - share teknik analisis dibagi menjadi 3 komponen utama, yaitu Potential Regional PR, Propotional Shift PS dan Differential Shift DS dengan rumus : PR ij ij Q = Y Y t - 1 PS ij ij Q = i t i Q Q - Y Y t DS ij ij Q = ij t ij Q Q - i t i Q Q ∆Q t ij = Q t ij - Q ij Keterangan : t Y = PDRB Propinsi Jawa Timur periode tahun t Y = PDRB Propinsi Jawa Timur pada periode tahun dasar t i Q = PDRB Propinsi Jawa Timur sector i pada tahun t i Q = PDRB Propinsi Jawa Timur sector i pada tahun dasar t ij Q = PDRB Kabupaten sector i pada tahun t ij Q = PDRB Kabupaten sector i pada tahun dasar Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. PS 0 maka sektor tersebut tumbuh relatif lambat di tingkat kabupaten 2. PS 0 Maka sector tersebut tumbuh relatif cepat di tingkat kabupaten 3. DS 0 maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di daerah lain atau dengan kata lain sektor tersebut tidak mempunyai keuntungan lokasional yang baik 4. DS 0 maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di daerah lain atau dengan kata lain sektor tersebut mempunyai keuntungan lokasional yang baik 5. PR ∆ Q t Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung mendorong pertumbuhan Kabupaten ij 6. PR ∆ Q t Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung akan menghambat pertumbuhan Kabupaten. Anonim, 2007 : 6 ij

4.3.2 Analisis Shift - share untuk Potential Regional PR

Komponen Potential Regional PR adalah banyaknya pertambahan Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB regional seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju pertambahan nasioanl selama periode studi.

4.3.2.1 Analisis Shift - share untuk Potential Regional PR Kabupaten Gresik

Melalui perhitungan yang telah dilakukan terlebih dahulu menggunakan analisis shift share, maka diperoleh data dalam tabel sebagai berikut : Tabel 10 : Hasil Perhitungan Potential Regional Kabupaten Gresik Sektor PR ∆Q 1 77871,02 29765,46 2 17486,14 11811,95 3 383947,6 300574,8 4 43875,38 31385,39 5 38037,99 31068,25 6 213333,7 341126,7 7 23139,77 39860,82 8 29026,16 52168,78 9 15934,75 19907,39 Sumber : Lampiran – Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listri, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa -jasa Berdasarkan pada perhitungan di atas, jika dilihat dari nilai Potensi Regional-nya sektor Pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; dan sektor konstruksi memiliki nilai lebih besar dari ∆Q yang memiliki arti bahwa kelima sektor di Kabupaten Gersik tersebut pertumbuhannya cenderung untuk menghambat pertumbuhan PDRB di Jawa Timur. Sedangkan empat sektor yang lain memiliki nilai Potential Regional yang lebih kecil dari ∆Q, artinya keempat sekt or yang ada di Kabupaten Gresik cenderung untuk mempercepat laju pertumbuhan PDRB di Jawa Timur. Jika dilihat dari perkembangan yang paling tinggi, terdapat pada sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaanlah yang memiliki nilai perkembangan yang paling tinggi. Kemudian disusul juga dengan perkembangan dari sektor pengangkutan dan komunikasi yang cukup baik. Ini menunjukkan keempat sektor dari Kabupaten Gresik yang memiliki nilai Potential Regional lebih kecil dari ∆ Q, berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa keempat sektor tersebut menunjang kemajuan PDRB Provinsi Jawa Timur.

4.3.2.2 Analisis Shift-share untuk Potential Regional PR Kabupaten Bangkalan

Melalui perhitungan yang telah dilakukan terlebih dahulu menggunakan analisis shift share, maka diperoleh data potential regional dalam tabel sebagai berikut : Tabel 11 : Hasil Perhitungan Potential Regional Kabupaten Bangkalan Sektor PR ∆Q 1 58818,25 69137,25 2 3519,755 -3918,41 3 7742,012 3166,52 4 1604,033 -1206,85 5 9655,823 3305,17 6 51910,58 35668,89 7 12525,34 7256,51 8 9254,3 8068,05 9 26486,17 14160,24 Sumber : Lampiran – Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listri, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa -jasa Melihat dari tabel tersebut untuk Kabupaten bangkalan diperoleh perhitungan Potential Regional yang kurang baik, dikarenakan hanya memiliki satu sektor yang dapat mendorong pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Timur. Hanya hasil perhitungan dari sektor pertanian saja yang memiliki Potential Regional lebih kecil dari ∆ Q . Sedangkan berarti ada delapan sektor lain yang justru berpotensi untuk menghambat berkembangnya PDRB Provinsi Jawa Timur tersebut. Diantaranya adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Sektor Listrik, gas dan air bersih; Sektor Konstruksi; Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; Sektor Pengangkutan dan komunikasi; Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan Sektor Jasa – jasa.

4.3.2.3 Analisis Shift-share untuk Potential Regional PR Kabupaten Mojokerto

Melalui perhitungan yang telah dilakukan terlebih dahulu menggunakan analisis shift share, maka diperoleh data dalam tabel sebagai berikut : Tabel 12 : Hasil Perhitungan Potential Regional Kabupaten Mojokerto Sektor PR ∆Q 1 71186,01 46467,15 2 7141,8588 11416,65 3 117182,84 71604,13 4 3508,9268 726,54 5 58901,565 -892887 6 81580,37 119387 7 12782,264 21147,5 8 11621,934 17690,46 9 21865,913 22200,46 Sumber : Lampiran – Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa -jasa Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa Kabupaten Mojokerto memiliki enam sektor yang berpotensi mendorong kemajuan dari PDRB Provinsi Jawa Timur. Salah satu diantaranya yang paling menonjol adalah dari sektor industri pengolahan. Dari data perkembangan PDRB sektoral Kabupaten Mojokerto pada tahun 2008 menujukkan, bahwa sektor industri pengolahan tersebut mepunyai nilai PDRB sebesar Rp. 2.057.315,88 juta ini menunjukkan sektor ini cukup potensial mewakili sektor - sektor lain yang juga mempunyai hasil perhitungan Potential Regional lebih kecil dari ∆Q. Sedangkan sebaliknya Kabupaten Mojokerto mempunyai tiga sektor yang akan menghambat perkembangan dari PDRB Provinsi Jawa Timur. Diantaranya sektor pertanian; sektor listrik, gas dan air bersih; dan juga sektor konstruksi. Ketiga sektor tersebut dikatakan dapat menghambat atau kurang potensial karena perkembangan nilai PDRB sektoral-nya yang kurang signifikan dari tahun 2007 hingga 2008. Bahkan PDRB pada sektor konstruksi mengalami penurunan atau minus sebesar 89,45 .

4.3.2.4 Analisis Shift-share untuk Potential Regional PR Kota Mojokerto

Melalui perhitungan yang telah dilakukan terlebih dahulu menggunakan analisis shift share, maka diperoleh data dalam tabel sebagai berikut : Tabel 13 : Hasil Perhitungan Potential Regional Kota Mojokerto Sektor PR ΔQ 1 557,6187 -42,1 2 - - - 3 9230,76 -1636,3 4 2228,458 -1911,7 5 3522,84 4804,97 6 27081,36 16314,1 7 11635,36 28517 8 5237,923 10060,4 9 7442,002 5912,01 Sumber : Lampiran – Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa -jasa Dari data potential regional tersebut dapat diketahui bahwa Kota Mojokerto mempunyai tiga sektor yang dapat mendorong kemajuan PDRB Provinsi Jawa Timur karena dinilai potensial dilihat dari nilai perhitungan potential regional yang lebih kecil dari ΔQ. Diantaranya adalah Sektor konstruksi; sektor pengangkutan dan komunikasi; dan juga sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Yang paling menonjol adalah kontribusi dari sektor pengangkutan dan komunikasi yang perkembangannya sebesar 14,46 , pada tahun 2008 mencapai sekitar Rp.225.683,03 juta. Sektor – sektor yang cenderung menghambat kemajuan dari PDRB Provinsi Jawa Timur adalah sektor pertanian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan juga sektor jasa – jasa. Kelima sektor tersebut tergolong tidak potensial untuk mendukung PDRB Provinsi Jawa Timur karena nilai perhitungan PR yang lebih besar dari ΔQ.

4.3.2.5 Analisis Shift-share untuk Potential Regional PR Kota Surabaya

Melalui perhitungan yang telah dilakukan terlebih dahulu menggunakan analisis shift share, maka diperoleh data dalam tabel sebagai berikut : Tabel 14 : Hasil Perhitungan Potential Regional Kota Surabaya Sektor PR ΔQ 1 5676,41 -5998,58 2 478,06 208,02 3 1275711,8 977750,8 4 125050,74 49701,33 5 233453,69 35509,44 6 1736059,3 2711859 7 448683,92 586126,6 8 281153,27 301525,2 9 308928,59 346015,9 Sumber : Lampiran – Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa -jasa Kendati Kota Surabaya tergolong sebagai kota yang besar dan relatif maju, namun ternyata memiliki enam sektor yang kurang potensial atau dapat juga menghambat perkembangan PDRB Provinsi Jawa Timur. Seperti: Sektor Pertanian; Sektor Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Sektor Listrik, gas dan air bersih; Sektor Konstruksi; Sektor Perdagangan, hotel dan restoran. Terutama pada sektor pertanian yang mengalami penurunan PDRB sektoral atau minus sebesar 6,23. Ada pula tiga sektor yang dapat mendorong atau dinilai potensial terhadap perkembangan angka PDRB Provinsi Jawa Timur. Diantaranya sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan juga sektor jasa – jasa. Diantara sektor yang mendorong, sektor perdagangan, hotel dan restoran yang paling menonjol dengan perolehan PDRB pada tahun 2008 sebesar Rp. 32.130.103,31 juta. Jadi sektor perdagangan di Kota Surabaya adalah sektor yang paling mendorong untuk perkembangan PDRB Provinsi Jawa Timur, dengan persentase peningkatannya sebesar 9,21.

4.3.2.6 Analisis Shift-share untuk Potential Regional PR Kabupaten Sidoarjo

Melalui perhitungan yang telah dilakukan terlebih dahulu menggunakan analisis shift share, maka diperoleh data dalam tabel sebagai berikut : Tabel 15 : Hasil Perhitungan Potential Regional Kabupaten Sidoarjo Sektor PR ΔQ 1 54113,85 6985,32 2 1839,417 -6918,63 3 730189,3 416373,5 4 27205,69 13180,68 5 23277,1 7394,37 6 403878,3 664371,89 7 145108,8 -32499,64 8 17789,09 9251,9 9 62251,88 90959,89 Sumber : Lampiran – Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa -jasa Kabupaten Sidoarjo secara umum memiliki perkembangan PDRB yang relatif cukup stabil yakni dari tahun 2007 hingga 2008 berkisar 4,70. Dilihat dari peningkatan tersebut pasti terdapat beberapa sektor yang memiliki potensi untuk mendorong PDRB Provinsi Jawa Timur selain juga dapat memajukan PDRB Kabupaten Sidoarjo itu sendiri. Sektor yang potensial tersebut adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan juga sektor jasa – jasa. Selain itu ada juga tujuh sektor lain yang justru dapat menghambat perkembangan dari PDRB Provinsi Jawa Timur. Bila dilihat dari tabel diatas sektor – sektor tersebut adalah sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor konstruksi; sektor pengangkutan dan komunikasi; dan juga sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini dikarenakan sektor – sektor tersebut memiliki nilai potential regional yang lebih besar dibanding dengan ΔQ.

4.3.2.7 Analisis Shift-share untuk Potential Regional PR Kabupaten Lamongan

Melalui perhitungan yang telah dilakukan terlebih dahulu menggunakan analisis shift share, maka diperoleh data dalam tabel sebagai berikut : Tabel 16 : Hasil Perhitungan Potential Regional Kabupaten Lamongan Sektor PR ΔQ 1 104912,5 47207,5 2 687,37 297,88 3 13634,9 12166,7 4 5587,4 34632,4 5 7371,04 992,31 6 91165,04 145601 7 4131,3 13619,8 8 11405,5 24129,8 9 25974,8 14886,3 Sumber : Lampiran – Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa -jasa Dari kesembilan sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Lamongan, setidaknya ada empat sektor yang cenderung akan menghambat terhadap perkembangan PDRB Provinsi Jawa Timur. Diantaranya adalah Sektor Listrik, gas dan air bersih; Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; Sektor pengangkutan dan komunikasi; serta Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Kelima sektor yang lainnya adalah sektor yang potensial untuk mendorong PDRB Provinsi Jawa Timur. Yang paling menonjol adalah dari Sektor Listrik, gas dan air bersih yang mempunyai perkembangan PDRB sektoral sekitar 36,5 , ini menunjukan bahwa sektor tersebut dapat berpotensi juga untuk mendorong PDRB Provinsi Jawa Timur.

4.3.3 Analisis Shift-share untuk Proportional Shift PS

Proportional Shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor industri di daerah yang bersangkutan. Juga dapat diartikan sebagai pertumbuhan nilai tambah bruto suatu sektor i dibandingkan total sektor di tingkat provinsi. Seperti misalnya Sektor konstruksi; Sektor Pengangkutan dan komunikasi; dan juga Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Dalam penelitian ini akan mencari sektor – sektor manakah yang tergolong cepat atau lambat pertumbuhannya.

4.3.3.1 Analisis Shift-share untuk Proportional Shift Kabupaten Gresik

Propotional shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor – sektor industri di daerah yang bersangkutan. Dibawah ini adalah hasil data yang telah diolah dengan Shift-share, dan hasil perhitungan Proportional Shift - nya : Tabel 17 : Hasil Perhitungan Proportional Shift Kabupaten Gresik Sektor PS 1 1.360.680,23 2 323.749,88 3 6.791.891,43 4 766.579,40 5 662.044,80 6 3.913.948,67 7 420.332,25 8 531.465,89 9 286.959,77 Sumber : Lampiran - Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa -jasa Berdasarkan pada perhitungan diatas, untuk Kabupaten Gresik jika dilihat dari perbandingan nilai Propotional Shift-nya dengan nol 0 kesembilan sektor yang ada tergolong cepat tumbuhnya di Provinsi Jawa Timur. Jadi semua sektor yang ada pada Kabupaten Gresik adalah sektor – sektor yang relatif cepat tumbuh dan dapat mendorong PDRB. Jika dilihat dari tabel perhitungan Propotional Shift tersebut, sektor di Kabupaten Gresik yang paling tinggi nilai Propotional Shift-nya adalah Sektor Industri dan pengolahan. Ini dikarenakan selain nilai perhitungan Propotional Shift yang lebih besar dari nol 0 tetapi juga karena perhitungan Propotional Shift-nya yang menonjol diantara delapan sektor lainnya.

4.3.3.2 Analisis Shift-share untuk Proportional Shift Kabupaten Bangkalan

Propotional shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor – sektor industri di daerah yang bersangkutan. Dibawah ini adalah hasil data yang telah diolah menggunakan Shift-share, dan hasil perhitungan Proportional Shift - nya : Tabel 18 : Hasil Perhitungan Proportional Shift Kabupaten Bangkalan Sektor PS 1 1.027.761,2 2 65.166,195 3 136.952,3 4 28.024,232 5 168.057,16 6 952.382,09 7 227.521,48 8 169.444,49 9 476.974,83 Sumber : Lampiran - Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa -jasa Pada hasil Proportional Shift yang dapat dilihat dari tabel diatas, kesembilan sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Bangkalan memperoleh nilai perhitungan Proportional Shift yang lebih besar dari nol atau positif. Ini membuktikan bahwa semua sektor - sektor tersebut tergolong dalam sektor yang cepat tumbuh di tingkat Provinsi Jawa Timur. Angka tertinggi dimiliki oleh Sektor Pertanian yang memang lebih dominan diantara sektor lainnya yang juga mempunyai nilai positif atau cepat tumbuh.

4.3.3.3 Analisis Shift-share untuk Proportional Shift Kabupaten Mojokerto

Propotional shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor – sektor industri di daerah yang bersangkutan. Dibawah ini merupakan hasil data dari PDRB Kabupaten Mojokerto yang telah diolah menggunakan Shift-share, dan hasil perhitungan Proportional Shift – nya adalah : Tabel 19 : Hasil Perhitungan Proportional Shift Kabupaten Mojokerto Sektor PS 1 1.243.869,55 2 132.228,40 3 2.072.920,52 4 61.306,10 5 1.025.172,32 6 1.496.722,29 7 232.188,43 8 212.795,71 9 393.770,96 Sumber : Lampiran - Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa -jasa Kabupaten Mojokerto sama halnya dengan Kabupaten Gresik dan Bangkalan, kesembilan sektornya merupakan sektor yang tergolong cepat tumbuh di tingkat Provinsi Jawa Timur. Sektor industri pengolahan yang paling menonjol diantara sektor lain, dengan nilai perhitungan Proportional Shift tertinggi. Ini berarti Kabupaten Mojokerto mempunyai sektor yang cepat tumbuh sama dengan Kabupaten Gresik yakni Sektor Industri pengolahan.

4.3.3.4 Analisis Shift-share untuk Proportional Shift Kota Mojokerto

Propotional shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor – sektor industri di daerah yang bersangkutan. Dibawah ini merupakan hasil data dari PDRB Kota Mojokerto yang telah diolah menggunakan Shift-share, dan hasil perhitungan Proportional Shift – nya adalah : Tabel 20 : Hasil Perhitungan Proportional Shift Kota Mojokerto Sektor PS 1 9.742,50 2 - - 3 163.287,72 4 38.934,052 5 61.313,476 6 496.850,15 7 211.355 8 95.904,93 9 134.018,14 Sumber : Lampiran - Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa – jasa Bila dilihat dari tabel perhitungan Proportional Shift, Kota Mojokerto masih sama dengan wilayah – wilayah lain dalam kawasan SWP I, hampir semua sektornya tergolong cepat tumbuh relatif pesat. Ini karena nilai perolehan Proportional Shift – nya yang lebih dari nol dan berarti sektor – sektornya cepat tumbuh di tingkat Provinsi Jawa Timur. Namun karena Kota Mojokerto tidak memiliki sektor pertambangan dan penggalian, jadi daerah ini hanya memiliki delapan sektor yang cepat tumbuh. Pada Kota Mojokerto terdapat sektor yang hasil perhitungan Proportional Shift - nya lebih tinggi dan menonjol dibanding yang lain, sektor tersebut adalah perdagangan, hotel dan restoran.

4.3.3.5 Analisis Shift-share untuk Proportional Shift Kota Surabaya

Propotional shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor – sektor industri di daerah yang bersangkutan. Dibawah ini merupakan hasil data dari PDRB Kota Surabaya yang telah diolah menggunakan Shift-share, dan hasil perhitungan Proportional Shift - nya adalah : Tabel 21 : Hasil Perhitungan Proportional Shift Kota Surabaya Sektor PS 1 99.186,00 2 8.850,19 3 22.566.875,81 4 2.184.856,79 5 4.063.227,23 6 31.850.804,03 7 8.150.330,42 8 5.147.894,74 9 5.563.335,44 Sumber : Lampiran - Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa - jasa Masih sama seperti beberapa daerah lainnya di kawasan Satuan Wilayah Pembangunan I SWP I. Seperti halnya Kabupaten Gresik; Bangkalan; Mojokerto dan Kota Mojokerto, Kota Surabaya juga mempunyai kesembilan sektor yang tumbuhnya relatif cepat baik di tingkat Kota Surabaya sendiri maupun di Provinsi Jawa Timur. Ini juga merupakan keberhasilan dari pemerintah Kota Surabaya dalam merangsang perkembangan sektor ekonomi. Dari hasil perhitungan, yang mempunyai hasil nilai Proportional Shift paling besar adalah dari Sektor Perdagangan, hotel dan restoran.

4.3.3.6 Analisis Shift-share untuk Proportional Shift Kabupaten Sidoarjo

Propotional shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor – sektor industri di daerah yang bersangkutan. Dibawah ini merupakan hasil data dari PDRB Kabupaten Sidoarjo yang telah diolah menggunakan Shift-share, dan hasil perhitungan Proportional Shift - nya adalah : Tabel 22 : Hasil Perhitungan Proportional Shift Kabupaten Sidoarjo Sektor PS 1 945.558,77 2 34.055,22 3 12.916.781,4 4 475.330,41 5 405.133,54 6 7.409.797,66 7 2.635.895,54 8 325.715,84 9 1.121.061,19 Sumber : Lampiran - Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa - jasa Semua sektor yang ada di Kabupaten Sidoarjo ternyata termasuk sektor yang cepat tumbuhnya. Namun dintara kesembilan sektor ekonomi Kabupaten Sidoarjo terdapat sektor yang paling unggul nilai perhitungan Propotionla Shift-nya, sektor tersebut adalah Sektor Industri pengolahan. Atau dengan kata lain sektor tersebut juga cepat tumbuh di tingkat Kabupaten sidoarjo.

4.3.3.7 Analisis Shift-share untuk Proportional Shift Kabupaten Lamongan

Propotional shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor – sektor industri di daerah yang bersangkutan. Dibawah ini merupakan hasil data dari PDRB Kabupaten Lamongan yang telah diolah menggunakan Shift-share, dan hasil perhitungan Proportional Shift - nya adalah : Tabel 23 : Hasil Perhitungan Proportional Shift Kabupaten Lamongan Sektor PS 1 1.833.189,7 2 12.725,44 3 241.196,05 4 97.621,83 5 128.290,97 6 1.672.568,4 7 75.045,57 8 208.834,54 9 467.766,22 Sumber : Lampiran - Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa - jasa Bila dilihat dari hasil perhitungan, Kabupaten Lamongan juga sama dengan wilayah - wilayah lain yang ada di Kawasan SWP I Gerbangkertasusila. Diantaranya terdiri dari lima kabupaten dan dua kotamadya, yakni : Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Lamongan. Kesembilan daerah tersebut ternyata semua memiliki sektor – sektor ekonomi yang cepat tumbuh, tidak ada satupun sektor dari daerah di SWP I yang bernilai negatif atau tumbuh lambat. Ini berarti sektor – sektor di SWP I tumbuh relatif cepat di tingkat Provinsi Jawa Timur. Untuk memperjelas sektor mana saja yang tergolong cepat maju, dan apakah ada kesamaan dengan daerah – daerah yang lain maka dibawah ini perinciannya : 1. Sektor Industri Pengolahan: Kabupaten Gresik, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Sidoarjo, memiliki sektor cepat tumbuh yang sama yakni dari Sektor Industri pengolahan. 2. Sektor Pertanian: Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Lamongan memiliki sektor tergolong cepat tumbuh yang sama yakni Sektor Pertanian. 3. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran: Kota Mojokerto dan surabaya yang mempunyai sektor tergolong tumbuh cepat yang sama yakni Sektor Perdagangan, hotel dan restoran.

4.3.4 Analisis Shift-share untuk Differential Shift DS

Differential Shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat didaerah yang bersangkutan. Atau dengan kata lain penelitian ini akan mencari manakah sektor di masing-masing kabupaten yang tumbuhnya cepat atau mempunyai keuntungan lokasional baik di banding sektor yang sama di daerah lain dalam lingkup SWP I Gerbangkertasusila.

4.3.4.1 Analisis Shift-share untuk Differential Shift Kabupaten Gresik

Differential Shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat didaerah yang bersangkutan. Dibawah ini merupakan hasil data dari PDRB Kabupaten Gresik yang telah diolah menggunakan Shift-share, dan hasil perhitungan Differential Shift - nya adalah : Tabel 24 : Hasil Perhitungan Differential Shift Kabupaten Gresik Sektor DS 1 1.349.321 2 308.120,8 3 6.806.725 4 774.870,8 5 675.636,8 6 3.956.153 7 431.972,8 8 544.028,1 9 289.927,4 Sumber : Lampiran - Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa - jasa Dilihat dari tabel hasil perhitungan Differential Shift Kabupaten Gresik seperti diatas, semua sektor tersebut ternyata mempunyai nilai perhitungan lebih dari nol atau bernilai positif. Ini artunya kesembilan sektor di daerah ini memang umumnya relatif cepat tumbuh. Sektor yang memiliki nilai differential Shift tertinggi adalah dari Sektor Industri pengolahan. Ini menunjukan sektor tersebut yang tumbuh relatif lebih cepat di bandingkan dengan sektor yang sama di daerah yang berbeda, contohnya bila dibandingkan dengan sektor industri pengolahan di Kabupaten Bangkalan yang nilai Differential Shift-nya tidak sebesar di Kabupaten Gresik. Atau dengan kata lain sektor tersebut mempunyai keunggulan lokasional yang baik bagi Kabupaten Gresik.

4.3.4.2 Analisis Shift-share untuk Differential Shift Kabupaten Bangkalan

Differential Shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat didaerah yang bersangkutan. Dibawah ini merupakan hasil data dari PDRB Kabupaten Bangkalan yang telah diolah menggunakan Shift-share, dan hasil perhitungan Differential Shift - nya adalah : Tabel 25 : Hasil Perhitungan Differential Shift Kabupaten Bangkalan Sektor DS 1 1.065.835,8 2 55.724,207 3 134.357,08 4 25.973,119 5 166.926,06 6 915.314,04 7 219.502,59 8 164.884,92 9 462.978,35 Sumber : Lampiran - Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa - jasa Dari tabel tersebut dapat diamati bahwa sektor – sektor di Kabupaten Bangkalan semuanya memiliki nilai perhitungan melebihi nol, itu berarti kesembilan sektor tergolong cepat tumbuh dan potensial. Sektor yang memiliki nilai Differential Shift tertinggi adalah Sektor Pertanian. Bila dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah Kabupaten Mojokerto maka ternyata nilai Differential Shift Sektor Pertanian lebih besar dari nilai yang dimiliki sektor yang sama di Kabupaten Bangkalan. Ini juga membuktikan sektor bersangkutan kurang mempunyai keunggulan lokasional.

4.3.4.3 Analisis Shift-share untuk Differential Shift Kabupaten Mojokerto

Differential Shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat didaerah yang bersangkutan. Dibawah ini merupakan hasil data dari PDRB Kabupaten Mojokerto yang telah diolah menggunakan Shift-share, dan hasil perhitungan Differential Shift - nya adalah : Tabel 26 : Hasil Perhitungan Differential Shift Kabupaten Mojokerto Sektor DS 1 1.252.742,58 2 132.437,317 3 2.057.314,84 4 60.185,7289 5 105.223,703 6 1.501.799,1 7 237.747,198 8 214.627,879 9 392.726,367 Sumber : Lampiran - Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa – jasa Pada kabupaten Mojokerto umumnya masih sama seperti daerah - daerah lain yang ada di kawasan SWP I Gerbangkertasusila, semua sektornya masuk kedalam kriteria cepat tumbuh karena nilai Differential Shift - nya yang lebih dari nol. Walaupun kesembilan sektornya relatif cepat tumbuh semua, namun tentu saja pasti ada salah satu sektor yang nilai perhitungan Differential Shift - nya paling tinggi. Untuk Kabupaten Mojokerto sendiri terdapat Sektor Industri pengolahan yang mempunyai angga lebih tinggi diantara yang lain, yakni sebesar. Bila dibandingkan dengan daerah lain misalnya Kota Mojokerto. Perolehan Sektor Industri pengolahan dari hasil perhitungan Differential Shift-nya jauh lebih besar dibanding dengan sektor yang sama di Kota Mojokerto. Jadi sektor bersangkutan di Kabupaten Mojokerto dapat dikatan mempunyai keunggulan lokasional yang sangat baik.

4.3.4.4 Analisis Shift-share untuk Differential Shift Kota Mojokerto

Differential Shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat didaerah yang bersangkutan. Dibawah ini merupakan hasil data dari PDRB Kota Mojokerto yang telah diolah menggunakan Shift-share, dan hasil perhitungan Differential Shift - nya adalah : Tabel 27 : Hasil Perhitungan Differential Shift Kota Mojokerto Sektor DS 1 9.405,9 2 - - 3 154.781,68 4 35.849,379 5 64.499,933 6 475.217,94 7 225.681,96 8 98.818,069 9 132.018,76 Sumber : Lampiran - Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa – jasa Kota Mojokerto tidak memiliki sektor pertambangan dan penggalian, sehingga hanya memiiliki delapan sektor yang tergolong cepat tumbuh saja. Dari kedelapan sektor yang ada tersebut ada sektor yang paling besar hasil nilai perhitungan Differential Shift-nya, yakni Sektor Perdagangan, hotel dan restoran. Bila dibandingkan dengan Kota Surabaya, ternyata nilai Differential Shift Kota Surabaya jauh lebih besar dari yang dimiliki oleh Sektor Perdagangan, hotel dan restoran di Kota Mojokerto. Ini berarti Sektor Perdgangan, hotel dan restoran tersebut tidak memiliki keuntungan lokasional bagi daerah Kota Mojokerto.

4.3.4.5 Analisis Shift-share untuk Differential Shift Kota Surabaya

Differential Shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat didaerah yang bersangkutan. Dibawah ini merupakan hasil data dari PDRB Kota Surabaya yang telah diolah menggunakan Shift-share, dan hasil perhitungan Differential Shift - nya adalah : Tabel 28 : Hasil Perhitungan Differential Shift Kota Surabaya Sektor DS 1 90.189,66 2 8.307,95 3 22.595.216,07 4 2.168.737,03 5 3.991.477,99 6 32.130.102,23 7 8.189.260,67 8 5.065.782,94 9 5.580.937,82 Sumber : Lampiran - Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa – jasa Kota Surabaya memiliki sembilan sektor yang semuanya tergolong tumbuh dengan cepat, walaupun ada beberapa sektor yang nilai hasil perhitungan Differential Shift-nya masih rendah dibanding sektor lainnya. Dari hasil tabel perhitungan tersebut dapat diamati bahwa Sektor Pertambangan dan penggalian memang relatif kurang cepat tumbuh, karena nilai Differential Shift-nya yang rendah atau kecil. Sebaliknya sektor yang memiliki nilai Differential Shift tertinggi di Kota Surabaya adalah Sektor Perdagangan, hotel dan restoran. Bila dibandingkan dengan sektor yang sama tetapi di Kabupaten Sidoarjo, nilai Differential Shift sektor tersebut Kota Surabaya memang jauh lebih tinggi dari Kabupaten Sidoarjo. Hal ini menunjukan bahwa Sektor Perdagangan, hotel dan restoran memiliki keunggulan lokasional terhadap Kota Surabaya.

4.3.4.6 Analisis Shift-share untuk Differential Shift Kabupaten Sidoarjo

Differential Shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat didaerah yang bersangkutan. Dibawah ini merupakan hasil data dari PDRB Kabupaten Sidoarjo yang telah diolah menggunakan Shift-share, dan hasil perhitungan Differential Shift - nya adalah : Tabel 29 : Hasil Perhitungan Differential Shift Kabupaten Sidoarjo Sektor DS 1 923.965,98 2 24.249,967 3 127.899.733 4 47.4191,27 5 401.833,44 6 7.508.256,6 7 2.426.427,3 8 310.694,3 9 1.145.842,8 Sumber : Lampiran - Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa - jasa Kabupaten Sidoarjo masih seperti daerah - daerah lain yang ada di kawasan SWP I, karena semua sektornya memiliki nilai hasil perhitungan Differential Shift-nya yang lebih dari nol. Sektor yang paling tinggi nilai hasil perhitungan Differential Shift-nya adalah Sektor Industri Pengolahan. Bila dibandingkan dengan sektor yang sama di Kabupaten Lamongan, hasilnya adalah nilai Differential Shift Kabupaten Sidoarjo jauh lebih tinggi dari Kabupaten Lamongan. Ini menyimpulkan bahwa sektor bersangkutan memiliki keuntungan lokasional yang baik terhadap Kabupaten Sidoarjo.

4.3.4.7 Analisis Shift-share untuk Differential Shift Kabupaten Lamongan

Differential Shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat didaerah yang bersangkutan. Dibawah ini merupakan hasil data dari PDRB Kabupaten Lamongan yang telah diolah menggunakan Shift-share, dan hasil perhitungan Differential Shift - nya adalah : Tabel 30 : Hasil Perhitungan Differential Shift Kabupaten Lamongan Sektor DS 1 1.824.991,72 2 11.944,5974 3 243.215,336 4 129.313,289 5 125.896,733 6 1.690.429,13 7 83.626,918 8 217.401,229 9 455.039,427 Sumber : Lampiran - Diolah Keterangan : 1. Sektor Pertanian; 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Sektor Listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor Konstruksi; 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi; 8. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Jasa - jasa Dari hasil perhitungan Differential Shift, Kabupaten Lamongan tidak memiliki sektor yang bernilai negatif atau dengan kata lain semua sektornya tergolong cepat tumbuh. Yang tertinggi adalah Sektor Pertanian diantara kesembilan sektor lain yang ada di Kabupaten Lamongan. Seperti yang kita tahu Kabupaten Lamongan dikenal dengan hasil laut atau perikanan-nya. Karena Lamongan letaknya sebelah utara berbatasan langsung dengan laut Jawa. Maka hasil laut dan komoditas perikanannya yang melimpah juga termasuk dalam penggolongan sektor pertanian, jadi sudah dapat dipastikan bahwa Lamongan unggul dengan Sektor Pertaniannya. Bila dibandingkan dengan daerah lain misalnya Kabupaten Sidoarjo, nilai Differential Shift-nya jauh lebih kecil dari sektor yang sama di Kabupaten Lamongan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa Sektor Pertanian di Kabupaten Lamongan memang tergolong cepat maju dan memiliki keuntungan lokasional yang baik.

4.4 Analisis Tipologi Daerah