2.2 Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini
berbeda dengan penelitian - penelitian sebelumnya. Secara umum perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan
penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada kurun waktu, ruang lingkup, dan teknik analisis yang dipergunakan. Berdasarkan penelitian
terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Analisis shift Share dan
Tipologi Daerah pada Satuan Wilayah Pembangunan I SWP I Provinsi Jawa Timur”, dengan menggunakan dua model analisis yakni Shift share
dan Tipologi Daerah nantinya penelitian ini akan mencari Potensi Regional PR, Pergeseran Proporsional PS, Pergeseran yang berbeda
DS dan pembagian daerah-daerah dalam SWP I kedalam beberapa kuadran Tipologi Daerah. Dan diharapkan dari hasil penelitian ini akan
dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Teori Lokasi
Terdapat beberapa teori lokasi yang cukup mewakili untuk menunjang landasan teori dalam penelitian ini, diantaranya adalah :
1. Space Cost Theory
Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith dari hasil studi analisis tentang lokasi industri secara geografi Dari analisanya ia menerapkan
suatu pendekatan yang terbukti lebih praktis terhadap berbagai rumusan tentang teori lokasi industri. Menurut Adam Smith, lokasi yang paling
menguntungkanefisien bagi suatu industri adalah dimana penerimaan total lebih besar daripada biaya total atas dasar asumsi maksimalisasi laba dan
output konstan dan sebaliknya bila biaya total ternyata lebih besar dari penerimaan total, maka lokasi tersebut adalah merugikan tidak efisien.
Analisis ini dapat dipergunakan pula untuk menentukan lokasi industri dengan memperhitungkan antara faktor biaya dan pasar permintaan. Dari
segi pasar permintaan antara lain dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat, letak industri terhadap bahan mentah, kualitas dan kuantitas
tenaga kerja, sarana transportasi dan komunikasi, faktor lingkungan dan pemerintah pajak dan subsidi.
2. Teori Lokasi Industri
Weber 1909 adalah orang yang pertama menggarap teori tentang lokasi industri scara komprehensif. Teori lokasi dari weber ini didasarkan
dari penerapan teori Von Thunen yang berprinsip bahwa pengusaha akan memilih lokasi yang paling kecil. Untuk itu Weber mengemukakan faktor-
faktor yang mempengaruhi lokasi industri atau terbagi dalam dua kelompok yaitu :
a. Regional Factors, yang terdiri ayas biaya pengangkutan dan tenaga
kerja.
b. Local Factors, yaitu kekuatan-kekuatan aglomerasi dan deglomerasi,
terutama letak dan sifat bahan mentah.
3. Teori Tempat Sentral
Teori ini diperkenalkan oleh seorang geograf Jerman yang bernama Christaller pada tahun 1933. Ia mengemukakan konsep tentang
pembentukan sistem kota, dari studi empirik konsep tersebut dikembangkan teori-teori yang sudah ada pada waktu itu yakni dari Weber
1909 dan Thunnen 1826. Dikatakan bahwa kota adalah sebagai pusat atau sentralisasi kegiatan dari daerah sekitar yang kemudian disebut
sebagai tempat sentral, yang menghubungkan perdagangan setempat dengan dunia luar. Sistem yang diciptakan didasarkan pada dua faktor
lokasi yaitu biaya transfer dan aglomerasi ekonomi. Bayu, 2009 : 15-17
2.3.2 Perencanaan Pembangunan
Perencanaan adalah suatu persiapan langkah dan kegiatan yang
disusun atas pemikiran yang logis untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Sitanggang, 1999 : 63
Menurut Albert Waterson, perencanaan adalah melihat kedepan dengan mengambil pilihan berbagai alternatif dan kegiatan untuk
mencapai tujuan masa depan tersebut dengan terus menerus mengikuti agar supaya pelaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan.
Adisasmita, 2010 : 171
Perencanaan ekonomi adalah upaya pemerintah secara sengaja untuk mengkordinir pengambilan keputusan ekonomi dalam jangka
panjang serta mempengaruhi, mengatur dan dalam beberapa hal mengontrol tingkat dan laju pertumbuhan berbagai variabel ekonomi yang
utama untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditentukan
sebelumnya. Todaro dan Smith, 2006 : 64
Ada empat elemen dasar dalam suatu perencanaan, yaitu : 1 merencanakan berarti memilih, 2 perencanaan merupakan alat
pengalokasian sumber daya, 3 perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, 4 perencanaan berorientasi ke masa depan.
Arsyad, 1999 : 19
Dapat dilihat dari beberapa definisi perencanaan diatas, maka secara singkat dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah menetapkan
suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencapai suatu tujuan. Anonim, 2000 : 4 Tujuan dari suatu perencanaan menurut Hatta, adalah mengadakan
suatu perekonomian nasional yang diatur, yang direncanakan tujuannya
dan jalannya. Arsyad, 1999 : 21
Sedangkan definisi dari pembangunan dapat dilihat dari dua sudut pandang, yakni: 1 bagi masyarakat adalah sebagai perubahan yang terjadi
di sekitar tempat tinggalnya baik fisik maupun non fisik dan dalam segala aspek kehidupan, 2 bagi perencana pembangunan adalah usaha
untuk mentransmisikan pengetahuan yang dianggap efektif dan efisien sekaligus memperkenalkan dan menerapkan lembaga yang merupakan
wadah pembangunan tersebut. Anonim, 2009 : 2 Pendapat lain dari Myrdal, mengartikan pembangunan sebagai
pergerakan keatas dari seluruh sistem sosial. Ada pula yang lebih menekankan terhadap pentingnya pertumbuhan dengan perubahan growth
with change, terutama perubahan nilai-nilai dan kelembagaan. Kuncoro, 2006 : 11
Proses pembangunan di semua masyarakat paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti sebagai berikut :
1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang
kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan; sandang; papan; kesehatan; dan perlindungan keamanan.
2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa penigkatan
pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai
kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki kesejahteraan materiil, melainkan juga membuat
membuatkan harga diri pribadi dan bangsa yang bersangkutan. 3.
Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial sebagai setiap individu serta bangsa secara keseluruhan, yakin dengan membebaskan mereka dari
belitan sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap
orang atau negara bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.
Todaro dan Smith, 2006 : 28
Salah satu aspek ppembangunan regional adalah pembangunan ekonomi yang bertujuan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan
perubahan struktur ekonomi. Hoover dan Fisher berpendapat bahwa
pembangunan ekonomi regional dapat melalui beberapa tahapan yang meliputi :
1. Subsistensi ekonomi
Dalam tahapan ini masyarakat hanya dapat memenuhi kebutuhannya sendiri pada tingkat cukup untuk hidup sehari-hari. Kehidupan
penduduk sebagian besar masih tergantung pada sektor pertanian dan mengumpulkan hasil alam lainnya.
2. Pengembangan transportasi dan spesialisasi lokal
Pada tahap ini telah terdapat peningkatan baik dalam prasarana maupun sarana transportasi yang berakibat pada terjadinya spesialisasi
baru diluar pertanian, dimana hasil produksi, bahan dasar, dan pemasarannya masih terbatas dan tergantung pada daerah pertanian
yang bersangkutan 3.
Perdagangan antar daerah Pada tahap ini telah terjadi perkembangan perdagangan antar daerah.
Hal ini mungkin saja terjadi karena telah terjadi perbaikan di bidang transportasi dan perubahan di sektor kegiatan dari arah peningkatan
produksi jenis ekstensifikasi menjadi pertanian yang lebih dititik beratkan pada intensifikasi.
4. Industrialisasi
Dengan makin bertambahnya penduduk dan menurunnya potensi produksi pertanian serta kegiatan ekstratif lainnya, daerah dipaksa
untuk mengembangkan sumber pendapatan dan lapangan kerja, yaitu melalui industrialisasi dengan lebih menitikberathan pada kegiatan-
kegiatan yang menyangkut industri manufaktur serta pertambangan dan galian.
5. Spesialisasi daerah
Pada tahap ini daerah telah sampai pada tingkat spesialisasi kegiatan, baik barang dan jasa untuk keperluan penjualan kedaerah lain
termasuk tenaga ahli dan jasa-jasa khusus. 6.
Aliran faktor produksi antar daerah Peningkatan infrastruktur dan arus informasi pada akhirnya
menaikkan tingkat mobilisasi faktor produksi antar daerah.
Fembyantara, 2009 : 18
Dengan demikian, pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar
atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Jadi, pada hakikatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu
masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual
maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara
material maupun spiritual. Todaro dan Smith, 2004 : 21
2.3.3 Perencanaan Pembangunan Daerah
Daerah merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
fungsional. Adisasmita, 2010 : 65
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan dari suatu daerah, tetapi perencanaan untuk suatu daerah. Perencanaan
pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan berbagai sumber daya publik yang tersedia di
daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara bertanggung jawab.
Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi economic entity yang
didalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain.
Kuncoro, 2004 : 46
Pembangunan ekonomi selain dilihat dari segi sektoralnya juga dilihat dari segi perwilayahanya. Pembangunan ekonomi daerah adalah
suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
semua sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan
kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut, adapun tujuan utama dari
pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah dan merangsang pertumbuhan
ekonomi dalam wilayah tersebut. Sehingga perlu diperhatikan juga aspek ruang space atau lokasi dalam pelaksanaannya, dengan demikian
pembangunan ekonomi selain bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
juga untuk meningkatkan target pemerataan. Arsyad, 1999 : 109 Menurut Blakely, ada 6 tahap dalam proses perencanaan
pembangunan ekonomi daerah lihat tabel 1. Tahapan seperti dalam tabel tersebut yang berurutan tersebut meliputi: 1 pengumpulan dan analisis
data, 2 pemilihan strategi pembangunan daerah, 3 pemilihan proyek- proyek pembangunan, 4 pembuatan rencana tindakan, 5 penentuan
rincian proyek, 6persiapan perencanaan secara keseluruhan dan
implementasi. Blakely, 1989 dikutip dari Kuncoro, 2004 : 49
Tabel 1. Proses Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
Tahap Tugas
1 Pengumpulan dan Analisis Data
• Penentuan basis ekonomi • Analisis struktur tenaga kerja
• Evaluasi kebutuhan tenaga kerja • Analisis peluang dan kendala pembangunan
• Analisis kapasitas kelembagaan 2
Pemilihan Strategi Pembangunan Daerah • Penentuan tujuan dan kriteria
• Penentuan kemungkinan-kemungkinan tindakan • Penyusunan target strategi
3 Pemilihan Proyek-Proyek Pembangunan
• Identifikasi proyek potensial • Penilaian kelayakan proyek
4 Pembuatan Rencana Tindakan
• Prapenilaian hasil proyek • Pengembangan input proyek
• Penentuan alternatif sumber pembiayaan • Identifikasi struktur proyek
5 Penentuan Rincian Proyek
• Pelaksanaan studi kelayakan secara rinci • Penyiapan rencana bisnis business plan
• Penyeimbangan, pemantauan, dan pengevaluasian program
6 Persiapan Perencanaan Secara Keseluruhan dan
Implementasi
• Penyiapan skedul implementasi rencana proyek • Penyusunan rencana program pembangunan secara
keseluruhan • Targeting dan marketing aset-aset masyarakat
• Pemasaran kebutuhan keuangan
Sumber : Kuncoro, 2004 : 49 - 50
Setidaknya ada tiga unsur dasar dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah jika dikaitkan dengan hubungan pusat dan daerah :
1 Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan
pemahaman tentang hubungan antar daerah dengan lingkungan nasional di mana daerah tersebut merupakan bagian darinya, keterkaitan secara
mendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut. 2
Sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk daerah, dan sebaliknya yang baik bagi daerah belm tentu baik secara
nasional. 3
Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah misalnya, administrasi; proses pengambilan keputusan; otoritas juga
biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu, derajat pengendalian kebijakan sangat berbeda
pada dua tingkat tersebut. Oleh karena itu, perencanaan daerah yang efektif harus bisa membedakan apa yang seharusnya dilakukan dan apa
yang dapat dilakukan, dengan menggunakan berbagai sumber daya pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar dapat dicapai, dan
mengambil manfaat dari informasi yang lengkap dan tersedia pada tingkat daerah karena kedekatan para perencananya dengan objek perencanaan.
Kuncoro, 2004 : 47
Sasaran pembangunan daerah yang diinginkan adalah berkembangnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan
bertanggung jawab dititikberatkan pada daerah kabupaten kota,
meningkatnya kemandirian dan kemampuan daerah dalam merencanakan dan mengelola pembangunan di daerah dan makin terkoordinasinya
pembangunan antar sektor dan antar daerah serta antar pembangunan sektoral dengan pembangunan daerah.
Masalah pokok pembangunan daerah terletak pada penekanan- penekanan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah
yang bersangkutan endegeneous development dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara
lokal daerah. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif yang berasal dari daerah dalam proses pembangunan untuk menciptakan
kesempatan kerja dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Terdapat dua teori mengenai konsep pembangunan, yaitu :
1. Konsep pembangunan Top down planning
Timbulnya pembangunan dalam teori ini karena adanya dorongan dari luar dan tuntutan inovasi. Dengan melalui beberapa kelompok sektoral
yang dinamis atau kelompok geografis, pembangunan diharapkan dapat merembes ke daerah-daerah sekitarnya, baik merata spontan maupun
secara diarahkan. Dengan konsep ini, memungkinkan terjdinya pembangunan proyek-proyek besar dan padat modal capital intensive
system. Konsep pembangunan dari atas ini memerlukan pengaruh dari pemerintah pusat, dan perencanaannya dilakukan dari atas kebawah.
2. Konsep Pembangunan Bottom-Up Planning
Konsep pembangunan ini didasarkan pada mobilitas maksimal sumber- sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan yang tujuan
utamanya adalah pemenuhan kebutuhan pokok bagi masyarakat daerah itu. Adapun wujud pembangunannya adalah proyek-proyek kecil
dengan sistem padat karya labor intensive system, menggunakan teknologi tepat guna dan potensi-potensi daerah itu sendiri,
perencanaan pembangunannya dilakukan dari bawah.
Anonim, 2009 : 17 - 18
2.3.4 ProdukDomestik Regional Bruto PDRB
2.3.4.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Produk Domestik
Regional Bruto dapat didefinisikan sebagai berikut : 1.
Ditinjau dari segi produksi, merupakan jumlah nilai produk akhir atau nilai tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang
dimiliki oleh penduduk wilayah itu dalam jangka waktu tertentu. 2.
Ditinjau dari segi pendapatan, merupakan jumlah pendapatan atau balas jasa yang diterima oleh factor produksi yang dimiliki oleh penduduk
wilayah itu yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu.
3. Ditinjau dari segi pengeluaran, merupakan pengeluaran konsumsi rumah
tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap perubahan stock dan ekspor netto BPS Jawa Timur, 2006 : 4-5.
Definisi-definisi yang berhubungan dengan Produk Domestik Regional Bruto menurut beberapa pendapat, diantaranya :
1.
Produk Domestik Regional Bruto adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksikan di suatu daerah tertentu dalam waktu tertentu
biasanya dalam 1 tahun. Oleh karena itu maka produk domestik regional bruto menunjukan kemampuan suatu daerah tertentu dalam menghasilkan
pendapatan atau jasa kepada faktor-faktor yang ikut berperan serta dalam proses produksi didaerah setempat. Pertumbuhan ekonomi dalam negeri
yang tercermin dalam produk domestik regional bruto sangat besar pengaruhnya terhadap besar kecilnya konsumsi masyarakat.
Kuncoro, 2006 : 27
2.
Produk Domestik Bruto GDP-Gross Domestic Products adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian baik
yang dilakukan oleh penduduk warga negara maupun orang-orang dari negara lain yang bermukim di negara tersebut.
Todaro dan Smith, 2004 : 56
3. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto menurut Badan Pusat
Statistik adalah nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah regional tertentu dalam waktu tertentu dalam satu tahun.
Anonim, 2002 : 6
2.3.4.2 Teori Produk Domestik Regional Bruto
Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi AD atau AS. Titik perpotongan anatara kurva AD dengan AS adalah titik
keseimbangan ekonomi equilibrium yang menghasilkan suatu jumlah output agregat Produk Domestik Bruto tertentu dengan tingkat harga
umum tertentu.
Gambar a dan b. Permintaan agregat dan penawaran agregat didalam posisi ekonomi waktu yang seimbang
a b
Sumber : Tambunan 2001, Transfer ekonomi Indonesia Salemba Empat
.
Melalui hasil gambar bisa dilihat bahwa pertumbuhan tersebut bisa disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran AS bagian a dan
pergeseran kurva permintaan AD bagian b. Dari sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan
permintaan didalam ekonomi meningkat bisa terjadi karena pendapatan agregat PN, yang terdiri dari permintaan masyarakat konsumer,
perusahaan dan pemerintah, meningkat, sisi AD penggunaan PDB terdiri dari empat komponen yakni konsumsi rumah tangga c, investasi
domestik bruto pembentukan modal tetap dan perubahan stock dari
AD AS
AS
1
Y y
1
y p
P AD
AD
1
Y y
1
y p
P AS
sektor swasta dan pemerintah I konsumsi pengeluaran G dan ekspor netto, yakni ekspor barang dan jasa X minus impor barang dan jasa M.
Tambunan, 2001 : 4 2.3.4.3
Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita
Bila Produk Domestik Regional Bruto dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di suatu wilayah, maka akan
diperoleh suatu Produk Domestik Regional Bruto per kapita. Dari keterangan diatas, maka dapat dinotasikan sebagai berikut :
PDRB Perkapita =
Anonim, 2010 : 35 2.3.4.4
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Angka-angka pendapatan Regional atas dasar harga konstan 1993 sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun ketahun bagi
setiap agregat ekonomi yang diamati. Agegat yang dimaksud tersebut dapat merupakan produk domestik regional bruto secara keseluruhan nilai
tambah sektoralProduk Domestik Regional Bruto sektoral ataupun komponen penggunaan produk domestik regional bruto.
Pada dasarnya dikenal empat cara untuk memperoleh nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan, yaitu :
1. Revaluasi
Cara ini dilakukan dengan menilai produksi dan biaya antara masing- masing tahun dengan harga pada tahun dasar 1993. Hasilnya merupakan
output dan biaya antara atas dasar harga konstan 1993. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar konstan diperoleh dari selisih antara output dan
biaya antara atas dasar harga konstan 1993. dalam praktek snagat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena
mencakup komponen input yang sangat beragam, disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut. Oleh
karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun
dengan rasio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar atau dengan rasio biaya antara terhadap output pada tahun berjalan.
2. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 1993 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 1993
dengan indeks kuantum produksi indeks ini bertindak sebagai ekstrapolator yang dapat merupakan indeks dari masing-masing kuantum
produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indicator kuantum produksi lainnya seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan yang dianggap
cocok dengan jenis kegiatan yang sedang dihitung. Ekstrapolator dapat
juga dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan
nilai tambah atas dasar harga konstan. 3.
Deflasi Nilai tambah atas dasar harga konstan 1993 dapat diperoleh dengan cara
membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun dengan indeks harganya. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator
biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya. Tergantung indeks mana yang dianggap lebih
cocok. Indeks harga tersebut dapat pula dipakai sebagai inflator, yang berarti nilai tambah atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan
mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks tersebut. 4.
Deflasi Berganda Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasikan adalah output dan biaya
antara, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil pendeflasian tersebut. Indeks harga yang digunakan
sebagai delator biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan
indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input besar. Dalam kenyataannya, sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya
antara, disamping karena komponennya terlalu banyak, juga karena sulit dicari indeks harga yang cukup mewakili sebagai deflator. Oleh karena itu
di dalam perhitungan nilai tambah atas dasar harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai, termasuk dalam publikasi ini.
Perhitungan komponen penggunaan produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara-
cara diatas, tetapi mengingat terbatasnya data yang tersedia maka cara deflasi dan ekstrapolasi lebih banyak dipakai.
Aditya, 2010 : 27 - 30 2.3.4.5 Sektor - sektor dalam Produk Domestik Regional Bruto
Dalam perhitungan nilai PDRB menurut pendekatan produksi, unit- unit produksi dikelompokkan menjadi sembilan sektor atau lapangan
usaha. Komonen-komponen yang terdapat dalamkesembilan sektor tersebut, terdiri atas :
1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian ini terbagi menjadi lima bagian subsektor yaitu : a.
Tanaman Bahan Makanan Subsektor ini mencakup komiditi bahan makanan seperti padi, jagung,
ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur- sayuran, buah-buahan, kentang, kacang hijau, dan tanaman pangan
lainnya. b.
Tanaman Perkebunan Rakyat Komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang
diusahakan oleh rakyat seperti jambu mete, kelapa, kopi, kapok, kapas, tebu, tembakau, dan cengkeh. Cakupan tersebut termasuk
produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa, tembakau olahan, kopi olahan, dan teh olahan.
c. Tanaman Perkebunan Besar
Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini adalah kegiatan yang memproduksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perusahan
perkebunan besar seperti karet, teh, kopi, coklat, minyak sawi, tebu, dan tanaman lainnya.
d. Peternakan dan Hasil-hasilnya
Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternah kecil, unggas maupun hasil-hasil ternak seperti sapi, kerbau, kuda, babi, kambing
serta hasil pemotongan ternak. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong, ditambah perubahan stok
populasi ternak dan eksport netto ternak. e.
Kehutanan Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan hasil-
hasil hutan lainnya dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, dan arang. Sedangkan
hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa damar, rotan, kulit kayu, kopal, akar-akaran, dan sebagainya. Hasil perburuan
binatang-binatang liar seperti babi, rusa, penyu, buaya, ular dan sebagainya, termasuk hasil kegiatan di subsektor ini.
f. Perikanan
Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari perikanan laut, perairan umum, tambak kolam sawah, serta pengolahan sederhana
penggaraman dan pengeringan ikan.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Komoditi yang dicakup dalam sektor ini adalah minyak mentah dan gas bumi yodium, biji besi, belerang serta segala jenis penggalian.
3. Sektor Industri Pengolahan
Sektor ini terdiri dari tiga subsektor yaitu subsektor industri beratsedang, kerajinan rumah tangga dan industri pengilangan minyak.
a. Industri Berat dan Sedang
Ruang lingkup dan metode perhitungan nilai tambah bruto industri besar dan sedang atas dasar harga konstan berdasarkan survey
tahunan. b.
Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Angka-angka output dan nilai tambah subsektor industri kecil dan
kerajinan rumah tangga diperoleh dengan pendekatan produksi yaitu dengan mengalikan rata-rata output per tenaga yang bekerja
di subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga.
c. Industri Pengilangan Minyak
Data produksi industri pengilangan minyak seperti premium, minyak tanah, minyak diesel, avigas, avtur, dan sebagainya.
4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Data produksi yang disajikan adalah data dari perusahaan Listrik Negara, Produksi Perubahan Negara Gas, dan Perusahaan Daerah Air Minum.
a. Listrik
Subsektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang diusahakan oleh Perusahaan Listrik Negara maupun non Perusahaan
Listrik Negara. b.
Gas Komoditi yang dicakup subsektor ini adalah gas produksi Perusahaan
Negara Gas Surabaya. c.
Air Bersih Subsektor ini mencakup air minum yang diusahakan perusahaan air
minum.
5. Sektor Konstruksi
Sektor konstruksi mencakup semua kegiatan pembangunan fisik kontruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal pelabuhan, dan irigasi
maupun jaringan listrik, gas, air minum, telepon, dan sebagainya.
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor ini mencakup tiga subsektor yang akan diuraikan sebagai berikut dibawah ini :
a. Perdagangan besar dan eceran
Perhitungan nilai tambah subsektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang commodity flow, yaitu dengan menghitung
besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, serta komoditi import yang diperdagangkan.
b. Hotel
Kegiatan subsektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang maupun tidak serta berbagai jenis penginapan lainnya.
c. Restoran
Karena belum tersedia data restoran secara lengkap, maka output dari subsektor ini diperoleh dari perkalian antara jumlah tenaga kerja yang
bekerja di restoran dari hasil sensus penduduk tahun 1980 dan survey penduduk antar sensus 1985 SUPAS 1985 beserta pertumbuhannya
dengan output per tenaga kerja dari hasil survey khusus pendapatan regional.
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang, baik melalui darat, laut, sungaidanau, dan udara. Sektor ini
mencakup pula jasa penunjang angkutan dan komunikasi.
a. Angkutan Kereta Api
Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan Perusahaan Umum Kereta Api.
b. Angkutan Jalan Raya
Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum baik bermotor
seperti bus, truk, becak, taksi, dokar dan sebagainya. c.
Angkutan LautAir Subsektor angkutan lautair meliputi kegiatan pengangkutan
penumpang dan barang dengan menggunakan kapal yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran milik nasional, baik yang melakukan
trayek dalam negeri maupun internasional. d.
Angkutan Udara Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan penumpang, barang dan
kegiatan lain yang berkaitan dengan penerbangan yang dilakukan oleh penerbangan milik nasional.
e. Jasa Penunjang Angkutan
Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan,
seperti terminal dan parkir, ekspedisi, dan bongkar muat, penyimpanan dan pergudangan serta jasa penunjang angkutan lainnya.
1 Terminal dan Perparkiran
Mencakup kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan lalu lintas kendaraanarmada yang membongkar atau mengisi muatan,
baik barang maupun penumpang, seperti kegiatan terminal, dan parkir, pelabuhan laut, pelabuhan udara.
2 BongkarMuat
Kegiatan bongkarmuat mencakup pemberian pelayanan bongkar muat angkutan barang melalui laut dan darat.
f. Komunikasi
Kegiatan yang dicakup adalah jasa pos dan giro serta komunikasi. 1
Pos dan Giro Kegiatan ini meliputi pemberian jasa pos dan giro seperti
pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya.
2 Telekomunikasi
Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegrap, dan teleks.
3 Jasa Penunjang Komunikasi
Kegiatan subsektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan
komunikasi, speerti wesel, warpostel, radio pager, telepon selulerponsel.
8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan.
1 Bank
Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia.
2 Lembaga Keuangan Bukan Bank
Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, yayasan dana pensiun, pegadaian.
3 Jasa Penunjang Keuangan
Kegiatan jasa penunjang keuangan meliputi berbagai kegiatan ekonomi antara lain : Bursa Efek Surabaya BES, perdagangan
valuta asing, perusahaan anjak piutang dan modal ventura. 4
Sewa Bangunan Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan
rumah bangunan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau disewa.
5 Jasa Perusahaan
Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa pengacara, jasa akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan dan
sebagainya.
9. Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa dibagi lagi menjadi bebetapa subsektor, yaitu : 1
Jasa Pemerintahan Umum Nilai tambah bruto subsektor ini terdiri dari upah dan gaji rutin
pegawai pemerintah pusat dan daerah. 2
Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Subsektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan, serta jasa
kemasyarakatan lainnya seperti jasa penelitian, jasa palang merah, panti asuhan, yayasan pemeliharaan anak cacat, dan rumah ibadah.
Anonim, 2004 : 12 - 17
2.3.5 Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis
barang-barang ekonomi kepada penduduknya kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesesuian kelembagaan dari
ideologi yang diperlukannya. Sonny, 2006 : 9
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikkan dalam Gross Domestic Product GDP, tanpa memandang apakah kenaikkan tersebut
lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak.
Anonim, 2009 : 22
Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Sukirno, 2004 : 9
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai
barang ekonomi kepada penduduknya. Todaro, 2004 : 99 2.3.5.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi ini bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan output perkapita
dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan
ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan tetapi banyak teori pertumbuhan, beberapa contohnya antara lain :
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh lima faktor yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang, modal, luas tanah,kekayaan
alam dan tingkat teknologi yang digunakan Sukirno, 2004 : 273.
b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
Mengenai rasio modal produksi dapat dengan mudah mengalami perubahan. Dengan perkataan lain untuk menciptakan sejumlah tertentu
produksi, dapat digunakan berbagai jumlah modal yang berbeda dengan
bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula dan sesuai dengan
yang diperlukan. Sukirno, 2004 : 259
c. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Menurut Harrod-Domar pertumbuhan ekonomi dapat tercipta karena adanya penanaman modal. Oleh karena itu usaha ekonomi harus
menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi baru. Teori
ini menitik beratkan pada investasi, karena investasi menaikkan kapasitas
produksi dan juga menaikkan pendapatan. Todaro, 2006 : 126 2.3.5.2 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Untuk menentukan tingkat Pertumbuhan Ekonomi yang dicapai oleh suatu negara perlulah dihitung Pendapatan riil, yaitu produk nasional
bruto riil atau produk domestic bruto riil.Dalam perhitungan pendapatan nasional dan komponen-komponennya menurut harga tetap yaitu pada
harga-harga barang yang berlaku ditahun dasar yang dipilih. Formula yang digunakan untuk menentukan tingkat Pertumbuhan
Ekonomi adalah : GNP
t
= GNP
t
- GNP
t-1
GNP x 100
Dimana :
t-1
GNP t = Pendapatan Nasional tahun t
GNP t-1 = Pendapatan Nasional pada tahun sebelumnya atau sebelum tahun t.
2.3.6 Satuan Wilayah Pembangunan SWP
Prioritas lokasi pembangunan dilakukan dengan melihat kondisi fisik alami dan sosial ekonmi penduduknya, sehingga diusahakan laju
pertumbuhan dan pengembangan daerah dapat berjalan secara seimbang, sedangkan perwilayahan pembangunan membagi Jawa Timur menjadi
sembilan sektor wilayah pembangunan dan masing-masing pusat pengembangannya.
Daerah penelitian difokuskan pada Satuan Wilayah Pembangunan I SWP I Jawa Timur, karena salah satu daerah yang tergabung dalam SWP
I adalah ibukota Provinsi Jawa Timur yakni kota Surabaya. Kota surabaya sekaligus juga sebagai pusat ekonomi di Jawa Timur dan kawasan
Indonesia Timur. Di Surabaya banyak kebijakan-kebijakan strategis yang dibuat secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi daerah lainnya.
Sehingga mampu menggerakkan banyak sektor di tiap wilayah kabupaten kota di Jawa Timur khususnya wilayah yang tergabung dalam SWP I.
Wilayah Kabupaten Gresik, Sidoarjo, Bangkalan, Mojokerto, Lamongan, serta Kota Mojokerto, yang dikenal dengan kawasan Gerbangkertasusila
menjadi wilayah kawasan penyanggah buffer zone dari kota Surabaya. Diantaranya masing-masing Satuan Wilayah Pembangunan SWP dalam
lingkup Jawa Timur, antara lain :
1. Satuan Wilayah Pembangunan I SWP I : meliputi Kabupaten
Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kotamadya Mojokerto, Kabupaten
Lamongan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kotamadya Surabaya.
2. Satuan Wilayah Pembangunan II SWP II : meliputi Kabupaten
Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep.
3. Satuan Wilayah Pembangunan III SWP III : Meliputi Kabupaten
Banyuwangi.
4. Satuan Wilayah Pembangunan IV SWP IV : meliputi Kabupaten
Jember, Kabupaten Bondowoso, dan Kabuparen Situbondo.
5. Satuan Wilayah Pembangunan V SWP V : meliputi Kabupaten
Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kotamadya Probolinggo.
6. Satuan Wilayah Pembangunan VI SWP VI : meliputi Kabupaten
Malang, Kotamadya Malang, Kabupaten Pasuruan dan Kotamadya Pasuruan.
7. Satuan Wilayah Pembangunan VII SWP VII : meliputi Kabupaten
Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kotamadya Blitar, Kabupaten Kediri, Kotamadya Kediri, Kabupaten Jombang,
danKabupaten Nganjuk.
8. Satuan Wilayah Pembangunan VIII SWP VIII : meliputi Kabupaten
Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun, Kotamadya Madiun, Kabupaten Magetan, danKabupaten Ngawi.
9. Satuan Wilayah Pembangunan IX SWP IX : meliputi Kabupaten
Bojonegoro, dan Tuban.
2.3.7 Analisis Shift Share
Alat analisa ini berasumsi bahwa perubahan perekonomian suatu periode merupakan kumulatif dari perubahan tahun-tahun sebelumnya.
Alat ini menganalisa beberapa komponen perubahan regional maupun daerah yang mempengaruhi struktur ekonomi daerah tersebut. Pendekatan
ini mengasumsikan bahwa perubahan perekonomian suatu daerah dipengaruhi oleh variabel dari kesatuan wilayah yang lebih luas yaitu
dalam hal ini kabupaten atas komponen pertumbuhan perekonomian, bauran industri, dan keunggulan kompetitif.
Analisis shift share dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran struktur perekonomian daerah yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian
daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di atasnya.
Metode analisis ini dapat digunakan untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan sebagai alat analisis dalam riset
pembangunan pedesaan Taufiq, 2007 : 5.
Data yang biasa digunakan untuk analisis shift-share adalah pendapatan perkapita YP, PDRB Y atau tenaga kerja e dengan tahun
pengamatan pada rentang waktu tertentu, misalnya 1997-2002. Pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu perekonomian
daerah ditentukan oleh tiga komponen : 1.
Provincial share Sp, yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah kabupatenkota
dengan melihat nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonoian daerah yang lebih
tinggi provinsi. Hasil perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan wlayah provinsi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah
kabupaten. Jika pertumbuhan kabupaten sama dengan pertumbuhan provinsi maka peranannya terhadap provinsi tetap.
2. Proportional Industry-Mix share adalah pertumbuhan nilai tambah bruto
suatu sektor i dibandingkan total sektor di tingkat propinsi. 3.
Differential share DS, adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten dan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat
propinsi. Suatu daerah dapat saja memiliki keunggulan dibandingkan daerah
lainnya karena lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat. Teknik analisis ini diawali dengan perubahan PDRB suatu
sektor di suatu daerah antara 2 periode, yaitu :
Rumus :
∆Q
t ij
= Q
t ij
- Q
Dimana :
ij
∆Q
t
Q
ij
= Perubahan PDRB sektor Kabupaten
t
Q
ij
= PDRB Kabupaten sektor tahun t
ij
= PDRB Kabupaten sektor tahun dasar
Dalam analisis ini, dapat dipisahkan menjadi 3 komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah, diantaranya adalah :
1. Potensi Regional PR
Rumus : PR
ij
ij
Q
= Y
Y
t
- 1
2. Pergeseran Proporsional Proportional Share PS
Rumus :
PS
ij ij
Q =
i t
i
Q Q
- Y
Y
t
3. Pergeseran yang berbeda differential share DS
Rumus :
DS
ij ij
Q =
ij t
ij
Q Q
-
i t
i
Q Q
Dimana :
t
Y = PDRB Propinsi Jawa Timur periode tahun t
Y = PDRB Propinsi Jawa Timur pada periode tahun dasar
t i
Q
= PDRB Propinsi Jawa Timur sector i pada tahun t
i
Q
= PDRB Propinsi Jawa Timur sector i pada tahun dasar
t ij
Q = PDRB Kabupaten sector i pada tahun t
ij
Q = PDRB Kabupaten sector i pada tahun dasar
Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. PS 0
maka sektor tersebut tumbuh relatif lambat di tingkat kabupaten 2.
PS 0 Maka sektor tersebut tumbuh relatif cepat di tingkat kabupaten
3. DS 0
maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di daerah lain atau dengan kata lain sektor
tersebut tidak mempunyai keuntungan lokasional yang baik 4.
DS 0 maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan sektor yang sama di daerah lain atau dengan kata lain sektor tersebut mempunyai keuntungan lokasional yang baik
5. PR ∆
Q
t
Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung mendorong pertumbuhan Kabupaten
ij
6.
PR ∆
Q
t
Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung akan
menghambat pertumbuhan Kabupaten Taufiq, 2007 : 6
ij
Bukan hanya karena keunggulan dari analisis ini sangat membantu terutama diperlukan dalam analisis ekonomi regional maupun penelitian
yang berhubungan dengan perencanaan pembangunan, namun juga analisis ini tidak terlepas dari kekurangannya, diantaranya :
Keunggulan Analisis Shift share : a
Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi, walau analisis shift share tergolong sederhana.
b Memungkinkan seseorang pemula mempelajari struktur perekonomian
dengan cepat. c
Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat.
Kelemahan Analisis Shift Share : a
Hanya dapat digunakan untuk anlisis ex-post b
Masalah benchmark berkenan dengan homothetic change, apakah t atau t+1 tidak dapat dijelaskan dengan baik.
c Ada data periode waktu tertentu di tengan tahun pengamatan yang tidak
terungkap. d
Analisis ini sangat berbahaya sebagai alat peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya.
e Tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor.
f Tidak ada keterkaitan antar daerah
2.3.8 Analisis Tipologi Daerah
Analisis tipologi daerah merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditi
prioritas atau unggulan suatu daerah. Dalam hal ini analisis tipologi daerah dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan
pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan atau nasional dan membandingkan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi suatu
daerah dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih tinggi atau secara nasional. Hasil analisis tipologi daerah akan menunjukan posisi
pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah. Tipologi daerah juga
merupakan salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Pada pengertian ini, tipologi daerah dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan
ekonomi daerah yang menjadi acuan atau nasional dan membandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah dengan PDRB per kapita daerah
yang menjadi acuan atau PDB per kapita secara nasional. Teknik yang digunakan untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan
ekonomi daerah. Menurut Sjafrizal, menjelaskan bahwa dengan
menggunakan alat analisis ini dapat diperoleh empat klasifikasi pertumbuhan daerah, yaitu :
I. Kuadran I, daerah cepat maju dan cepat tumbuh high growth and high
income growing region. Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per
kapita lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi tertentu. II.
Kuadran II, daerah maju tapi tertekan high income low growthretarted region.
Daerah yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan dengan provinsi
tertentu. III.
Kuadran III, daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat rapid growth region.
Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan per kapita lebih rendah dibandingkan dengan provinsi tertentu,
IV. Kuadran IV, daerah relatif tertinggal relatively backward region.
Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih rendah dibandingkan dengan provinsi tertentu
Kuncoro, 2004 : 223.
Klasifikasi penggolongannya adalah sebagai berikut : • yi y, ri r
Keadaan dimana PDRB perkapita daerah i lebih besar daripada PDRB rata-rata daerah dan laju pertumbuhan ekonomi daerah i lebih tinggi
dari rata-rata pertumbuhan ekonomi darah atau bisa disebut daerah cepat maju dan cepat tumbuh.
• yi y, ri r Keadaan dimana PDRB perkapita daerah i lebih besar daripada PDRB
rata-rata daerah akan tetapi laju pertumbuhan ekonomi daerah i lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan ekonomi, daerah ini bisa disebut
daerah maju tapi tertekan. • yi y, ri r
Keadaan dimana PDRB perkapita daerah i lebih kecil daripada PDRB rata-rata daerah, tetapi laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari
rata-rata pertumbuhan ekonomi. Daerah tersebut adalah daerah berkembang cepat.
• yi y, ri r kedua indikator baik PDRB maupun pertumbuhan ekonominya
meunjukkan tingkat yang lebih rendah dari rata-rata PDRB daerah maupun rata-rata pertumbuhan ekonomi daerah. Daerah seperti ini
tergolong relatif tertinggal.
Keterangan : r : Pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi racun
y : PDRB daerah yang menjadi acuan ri : Pertumbuhan ekonomi
yi : PDRB perkapita daerah i
2.3.8.1 Tipologi Daerah Berdasarkan HDI dan Pendapatan
Tipologi daerah pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu HDI human development index sebagai sumbu
vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu :
• Daerah dengan pendapatan dan pembangunan manusia yanng tinggi kuadran I.
• Daerah dengan pendapatan tinggi namun pembangunan manusianya rendah kuadran II
• Daerah dengan pembangunan manusia tinggi namun pendapatannya rendah kuadran III
• Daerah relatif tertinggal, baik dalam pendapatan maupun pembangunan manusia kuadran IV
2.3.8.2 Tipologi Daerah Berdasarkan HDI dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Tipologi daerah jenis ini, membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu HDI dan pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan
menentukan rata-rata HDI sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pertumbuhan ekonomi daerah sebagai sumbu horizontal, daerah yang
diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu :
• Daerah dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia yang tinggi kuadran I
• Daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi namun pembangunan manusianya rendah kuadran II
• Daerah dengan pembangunan manusia tinggi namun petumbuhan ekonominya rendah kuadran III
• Daerah relatif tertinggal, baik dalam pertumbuhan ekonomi maupun
pembangunan manusianya kuadran IV.
2.4 Kerangka Pikir
Satuan Wilayah Pembangunan merupakan gabungan dari beberapa KabupatenKotamadya. Satuan Wilayah Pembangunan di Jawa Timur
terbagi menjadi 9 Satuan Wilayah Pembangunan. Dari kesembilan SWP di Jawa Timur tersebut, dipilihlah objek penelitian Satuan Wilayah
Pembangunan I SWP I. Yang merupakan gabungan dari Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Mojokerto, Kotamadya
Mojokerto, Kotamadya Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Lamongan. yangditentukan sektor-sektor mana yang dapat dijadikan
sebagai sektor unggulan untuk dijadikan sebagai prioritas pembangunan yang bertujuan untuk memicu pertumbuhan sektor-sektor lainnya dengan
harapan dapat meningkatkan pendapatan pada Satuan Wilayah Pembangunan I.
Gambar 2
Sektor – Sektor PDRB di SWP I Jawa Timur
Kebijakan
Sumber : Peneliti
Analisis Shift Share Analisis Tipologi Daerah
1. Sektor mendorong
atau menghambat 2.
Sektor tumbuh cepat atau lambat
3. Sektor tumbuh cepat
atau lambat dilihat dari lokasionalnya
1. Daerah cepat maju dan
cepat tumbuh 2.
Daerah maju tapi tertekan
3. Daerah berkembang
cepat 4.
Daerah relatif tertinggal
2.5 Hipotesis