Idham Nurcholid UNAIR, 2000 : 7 Zakik UNAIR, 2002 : 5

pertumbuhan suatu sektor dibandingkan daerah acuan serta untuk mengetahui daya dukung suatu sektor terhadap daerah acuan. Dari kedua analisis tersebut diatas, maka dapat disusun skala prioritas pengembangan sektor terpilih di Satuan Wilayah Pembangunan VII Jawa Timur, maupun di tiap daearah tingkat II dalam SWP VII Jawa Timur serta penentuan lokasi pengembangna tiap-tiap sektor.

2. Idham Nurcholid UNAIR, 2000 : 7

Dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Sektor Basis dalam Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur Dengan Menggunakan Pendekatan Export Base Model”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur selama periode 1986-1997. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Export Base Model yang dikemukakan oleh Douglas C. North. Dalam teori tersebut dinyatakan bahwa ekspor merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk itu perekonomian daerah dibagi menjadi dua sektor, yaitu sektor basis sektor ekspor dan sektor non basis sektor lokal. Untuk mengetahui suatu sektor itu termasuk sektor basis atau non basis digunakan metode Location Quotient LQ. Dari metode LQ diketahui bahwa yang terus-menerus menjadi sektor basis LQ 1 selama periode 1986-1997 adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jas-jasa. Sedangkan sektor bangunan dan sektor penga tan dan komunikasi menjadi sektor basis hanya pada tahun 1987-1989. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh ekspor sektor basis terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, digunakan analisis regresi sederhana melalui dua model, yaitu model liniar dan model log-ganda. Hasil analisis menunjukan bahwa pengaruh ekspor sektor basis terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah signifikan, baik yang dibentuk secara linier maupun non linier model log-ganda. Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa hubungan antara ekspor sektor basis dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah positif. Hal ini berarti ekspor basis benar-benar berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.

3. Zakik UNAIR, 2002 : 5

Dengan judul penelitian “Analisis Kebijakan Pembangunan Regional Di Jawa Timur Dalam Rangka Implementasi Otonomi Daerah Tahun 1990-2000”. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari 37 Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur, dilakukan dari tahun 1990 sampai tahun 2000. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan alat analisis berupa formula-formula yang berhubungan dengan permasalahan yaitu Location Quotient, Wilkinson Indeks, dan Shift share. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa terjadinya kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar daerah di Jawa Timur sangat dipengaruhi letak geografis, potensi daerah, investasi swasta, penerapan kebijaksanaan pembangunan daerah yang kurang tepat serta tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap pemerintah pusat. Sedangkan penerapan kebijaksanaan otonomi daerah belum menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pembangunan dan kemandirian daerah. Pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam menetapkan kebijaksanaan daerahnya seiring dengan pelimpahan wewenang serta perimbangan dana dari Pemerintah Pusat. Hal ini menunjukkan keadaan yang sama antara adanya kebijakan otonomi daerah ataupun tidak.

4. Ramli UPN, 2004 : 52