pertumbuhan suatu sektor dibandingkan daerah acuan serta untuk mengetahui daya dukung suatu sektor terhadap daerah acuan.
Dari kedua analisis tersebut diatas, maka dapat disusun skala prioritas pengembangan sektor terpilih di Satuan Wilayah Pembangunan
VII Jawa Timur, maupun di tiap daearah tingkat II dalam SWP VII Jawa Timur serta penentuan lokasi pengembangna tiap-tiap sektor.
2. Idham Nurcholid UNAIR, 2000 : 7
Dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Sektor Basis dalam Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur Dengan Menggunakan Pendekatan
Export Base Model”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur selama periode 1986-1997. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Export Base Model yang dikemukakan oleh Douglas C. North. Dalam teori tersebut dinyatakan
bahwa ekspor merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk itu perekonomian daerah dibagi menjadi dua sektor, yaitu
sektor basis sektor ekspor dan sektor non basis sektor lokal. Untuk mengetahui suatu sektor itu termasuk sektor basis atau non basis
digunakan metode Location Quotient LQ. Dari metode LQ diketahui bahwa yang terus-menerus menjadi sektor basis LQ 1 selama periode
1986-1997 adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta
sektor jas-jasa. Sedangkan sektor bangunan dan sektor penga tan dan komunikasi menjadi sektor basis hanya pada tahun 1987-1989.
Untuk mengetahui dan menguji pengaruh ekspor sektor basis terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, digunakan analisis regresi
sederhana melalui dua model, yaitu model liniar dan model log-ganda. Hasil analisis menunjukan bahwa pengaruh ekspor sektor basis terhadap
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah signifikan, baik yang dibentuk secara linier maupun non linier model log-ganda. Selain itu, hasil analisis
juga menunjukkan bahwa hubungan antara ekspor sektor basis dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah positif. Hal ini berarti ekspor
basis benar-benar berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.
3. Zakik UNAIR, 2002 : 5
Dengan judul penelitian “Analisis Kebijakan Pembangunan Regional Di Jawa Timur Dalam Rangka Implementasi Otonomi Daerah
Tahun 1990-2000”. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari 37 Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur, dilakukan dari tahun 1990
sampai tahun 2000. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan alat analisis berupa formula-formula yang berhubungan dengan
permasalahan yaitu Location Quotient, Wilkinson Indeks, dan Shift share. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa terjadinya kesenjangan
pertumbuhan ekonomi antar daerah di Jawa Timur sangat dipengaruhi
letak geografis, potensi daerah, investasi swasta, penerapan kebijaksanaan pembangunan daerah yang kurang tepat serta tingkat ketergantungan yang
tinggi terhadap pemerintah pusat. Sedangkan penerapan kebijaksanaan otonomi daerah belum menunjukkan hasil yang signifikan terhadap
pembangunan dan kemandirian daerah. Pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam menetapkan kebijaksanaan daerahnya seiring dengan
pelimpahan wewenang serta perimbangan dana dari Pemerintah Pusat. Hal ini menunjukkan keadaan yang sama antara adanya kebijakan otonomi
daerah ataupun tidak.
4. Ramli UPN, 2004 : 52