Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Satuan Wilayah Pembangunan I SWP I : meliputi Kabupaten Satuan Wilayah Pembangunan II SWP II : meliputi Kabupaten Satuan Wilayah Pembangunan III SWP III : Meliputi Kabupaten Satuan Wilayah Pembangunan IV SW

8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan. 1 Bank Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia. 2 Lembaga Keuangan Bukan Bank Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, yayasan dana pensiun, pegadaian. 3 Jasa Penunjang Keuangan Kegiatan jasa penunjang keuangan meliputi berbagai kegiatan ekonomi antara lain : Bursa Efek Surabaya BES, perdagangan valuta asing, perusahaan anjak piutang dan modal ventura. 4 Sewa Bangunan Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah bangunan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau disewa. 5 Jasa Perusahaan Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa pengacara, jasa akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan dan sebagainya.

9. Sektor Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa dibagi lagi menjadi bebetapa subsektor, yaitu : 1 Jasa Pemerintahan Umum Nilai tambah bruto subsektor ini terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah. 2 Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Subsektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan, serta jasa kemasyarakatan lainnya seperti jasa penelitian, jasa palang merah, panti asuhan, yayasan pemeliharaan anak cacat, dan rumah ibadah. Anonim, 2004 : 12 - 17

2.3.5 Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian Pertumbuhan Ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesesuian kelembagaan dari ideologi yang diperlukannya. Sonny, 2006 : 9 Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikkan dalam Gross Domestic Product GDP, tanpa memandang apakah kenaikkan tersebut lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak. Anonim, 2009 : 22 Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Sukirno, 2004 : 9 Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Todaro, 2004 : 99 2.3.5.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi ini bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan output perkapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan tetapi banyak teori pertumbuhan, beberapa contohnya antara lain : a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh lima faktor yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang, modal, luas tanah,kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan Sukirno, 2004 : 273. b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik Mengenai rasio modal produksi dapat dengan mudah mengalami perubahan. Dengan perkataan lain untuk menciptakan sejumlah tertentu produksi, dapat digunakan berbagai jumlah modal yang berbeda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula dan sesuai dengan yang diperlukan. Sukirno, 2004 : 259 c. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar Menurut Harrod-Domar pertumbuhan ekonomi dapat tercipta karena adanya penanaman modal. Oleh karena itu usaha ekonomi harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi baru. Teori ini menitik beratkan pada investasi, karena investasi menaikkan kapasitas produksi dan juga menaikkan pendapatan. Todaro, 2006 : 126 2.3.5.2 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Untuk menentukan tingkat Pertumbuhan Ekonomi yang dicapai oleh suatu negara perlulah dihitung Pendapatan riil, yaitu produk nasional bruto riil atau produk domestic bruto riil.Dalam perhitungan pendapatan nasional dan komponen-komponennya menurut harga tetap yaitu pada harga-harga barang yang berlaku ditahun dasar yang dipilih. Formula yang digunakan untuk menentukan tingkat Pertumbuhan Ekonomi adalah : GNP t = GNP t - GNP t-1 GNP x 100 Dimana : t-1 GNP t = Pendapatan Nasional tahun t GNP t-1 = Pendapatan Nasional pada tahun sebelumnya atau sebelum tahun t.

2.3.6 Satuan Wilayah Pembangunan SWP

Prioritas lokasi pembangunan dilakukan dengan melihat kondisi fisik alami dan sosial ekonmi penduduknya, sehingga diusahakan laju pertumbuhan dan pengembangan daerah dapat berjalan secara seimbang, sedangkan perwilayahan pembangunan membagi Jawa Timur menjadi sembilan sektor wilayah pembangunan dan masing-masing pusat pengembangannya. Daerah penelitian difokuskan pada Satuan Wilayah Pembangunan I SWP I Jawa Timur, karena salah satu daerah yang tergabung dalam SWP I adalah ibukota Provinsi Jawa Timur yakni kota Surabaya. Kota surabaya sekaligus juga sebagai pusat ekonomi di Jawa Timur dan kawasan Indonesia Timur. Di Surabaya banyak kebijakan-kebijakan strategis yang dibuat secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi daerah lainnya. Sehingga mampu menggerakkan banyak sektor di tiap wilayah kabupaten kota di Jawa Timur khususnya wilayah yang tergabung dalam SWP I. Wilayah Kabupaten Gresik, Sidoarjo, Bangkalan, Mojokerto, Lamongan, serta Kota Mojokerto, yang dikenal dengan kawasan Gerbangkertasusila menjadi wilayah kawasan penyanggah buffer zone dari kota Surabaya. Diantaranya masing-masing Satuan Wilayah Pembangunan SWP dalam lingkup Jawa Timur, antara lain :

1. Satuan Wilayah Pembangunan I SWP I : meliputi Kabupaten

Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kotamadya Mojokerto, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kotamadya Surabaya.

2. Satuan Wilayah Pembangunan II SWP II : meliputi Kabupaten

Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep.

3. Satuan Wilayah Pembangunan III SWP III : Meliputi Kabupaten

Banyuwangi.

4. Satuan Wilayah Pembangunan IV SWP IV : meliputi Kabupaten

Jember, Kabupaten Bondowoso, dan Kabuparen Situbondo.

5. Satuan Wilayah Pembangunan V SWP V : meliputi Kabupaten

Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kotamadya Probolinggo.

6. Satuan Wilayah Pembangunan VI SWP VI : meliputi Kabupaten

Malang, Kotamadya Malang, Kabupaten Pasuruan dan Kotamadya Pasuruan.

7. Satuan Wilayah Pembangunan VII SWP VII : meliputi Kabupaten