c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual.
d. Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian
tertentu di masa depan. e.
Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasi oleh pembeli sehingga tidak ada gharar
ketidakpastian. f.
Barang tersebut dapat diketahui kuantitasnya dengan jelas. g.
Barang tersebut dapat diketahui kualitasnya dengan jelas sehingga tidak ada gharar.
h. Harga barang tersebut jelas.
i. Barang yang diakadkan secara fisik ada di tangan penjual.
3. Ijab Kabul
Pernyataan dan ekspresi saling ridarela di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
2.2.4.4. Syarat-syarat Murabahah
Syarat-syarat Murabahah Antonio, 2001: 102:
1. Bank Islam penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah. 2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Kontrak harus bebas dari riba. 4. Bank Islam penjual harus menjelaskan setiap cacat yang terjadi sesudah
pembelian dan harus membuka semua hal yang berhubungan dengan cacat. 5. Bank Islam penjual harus membuka semua ukuran yang berlaku bagi
harga pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. 6. Jika syarat dalam 1, 4 atau 5 tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan:
a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan.
c. Membatalkan kontrak.
Jual beli secara murabahah di atas hanya untuk barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan
berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual, sistem yang digunakan adalah murabahah kepada pemesanan pembelian murabahah
KPP, hal ini dinamakan demikian karena penjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya.
2.2.4.5. Dasar Hukum Murabahah
Sumber hukum murabahah adalah: 1.
Al-Quran “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan hak sesamamu
dengan jalan batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu” QS. An-Nisa’: 29.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” QS. Al-Baqarah 2:275.
2. Al-Hadist
Dari Suhaib al-Rumi r.a, bahwa Rasulullah Saw, bersabda : “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” HR. Ibn Majah.
“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan secara suka sama suka.”
Riwayat al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan sahih menurut Ibnu Hiban.
3. Fatwa Dewan Syariah Nasional
Nomor 4 DSN-MUI IV 2000 tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah, Nomor 13 DSN-MUI IX 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Uang
Muka Dalam Murabahah,
Nomor 16 DSN-MUI IX 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Diskon Dalam Murabahah,
Nomor 17 DSN-MUI IX 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran, dan
Nomor 23 DSN-MUI III 2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang Potongan Pelunasan Dalam Murabahah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berdasarkan fatwa-fatwa tersebut, Bank Indonesia mengatur lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia atau Surat Edaran Bank Indonesia,
seperti tentang kolektibilitas dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah Indonesia PAPSI. Sesuai UU No.101998 tentang perubahan UU No.7
tentang Perbankan dalam penjelasan pasal 6 huruf m dijelaskan bahwa yang mempunyai kewenangan untuk mengatur kegiatan usaha Bank Syari’ah
adalah Bank Indonesia.
2.2.4.6. Aturan tentang Murabahah