berusaha untuk menunjukkan eksistensinya di tengah maraknya perbankan konvensional.
Walaupun fakta yang terjadi di lapangan seperti demikian, bukan berarti Bank BRI Syariah Sidoarjo tidak pernah melakukan upaya untuk
meningkatkan pembiayaan bagi hasil. Upaya yang dilakukan BRI Syariah Sidoarjo tersebut antara lain, memberitahukan kepada nasabah yang akan
mengajukan pembiayaan mengenai produk-produk yang ada di BRI Syariah Sidoarjo, bagaimana perhitungan bagi hasil dan margin keuntungan. Selain
itu, praktisi BRI Syariah Sidoarjo pun sering menjadi pembicara dalam seminar-seminar mengenai perbankan syariah untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat mengenai praktek perbankan syariah yang diharapkan akan memberikan kesadaran masyarakat
untuk menggunakan jasa perbankan syariah, khususnya pembiayaan bagi hasil. Dan yang paling penting adalah memperbaiki kualitas sumber daya
manusia yang menangani pembiayaan bagi hasil agar dapat menyeleksi pembiayaan bagi hasil yang menguntungkan.
4.3.4. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah
Pada dasarnya, kebijakan dan perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada BRI Syariah Sidoarjo mengacu pada Fatwa Dewan Syariah
Nasional dan Opini Dewan Pengawas Syariah DPS yang menjadi dasar hukum kebijakan dan perlakuan akuntansi perbankan syariah di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh para informan yang merupakan orang dalam
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Perusahaan. Diantaranya menurut Ibu Erna: “Dasar hukum pembiayaan murabahah diantaranya Dewan Pengawas Syariah dari buku Fatwa Dewan
Syariah dan Opini Dewan Pengawas Syariah DPS”. Tidak jauh berbeda dengan pendapat dari Bapak Deky: “Dasar hukumnya ada di Fatwa Dewan
Syariah Nasional itu juga ada nanti ada di peraturan perbankan Indonesia tentang syariah, ada juga yang dari peraturan bank syariah sendiri, ada kaya
mungkin memo-memo intern atau mungkin tadi yang dikeluarkan dari BRI Syariah itu sendiri”.
Fatwa Dewan Syariah Nasional sendiri adalah merupakan dewan yang mengatur peraturan tentang perbankan syariah, dan Fatwa Dewan Syariah
Nasional ini juga membuat peraturan tentang kebijakan dan perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah ini berdasarkan PSAK No. 59 tentang
perbankan syariah, dan saat ini telah disempurnakan lagi pada PSAK N0. 102 yang merupakan penyempurnaan dan pengganti dari PSAK No. 59 yang
terkait dengan akuntansi pembiayaan murabahah. Antara PSAK No. 59 dengan PSAK No. 102 adalah saling berkaitan, namun ada beberapa hal pada
PSAK No. 59 tidak diatur, tetapi dalam PSAK No. 102 akuntansi murabahah dijelaskan secara lebih rinci lagi.
Berikut ini akan diberikan contoh transaksi pembiayaan murabahah yang terjadi di BRI Syariah Sidoarjo terkait dengan kepemilikan rumah dimana
besarnya pembiayaan adalah Rp. 100.000.000,00 dengan jangka waktu pembiayaan adalah selama 1 satu tahun dan margin keuntungannya adalah
0,59 per bulan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pembiayaan pokok pinjaman: Rp. 100.000.000,00 Uang Muka
: Rp. 20.000.000,00 Harga Beli Bank : Rp. 80.000.000,00 Harga Beli Barang – Uang Muka
Margin per tahun : Rp. 5.744.560,00 Rp. 80.000.000,00 x 7,1807
Margin per bulan : Rp. 478.713,00 Rp. 5.744.560,00 : 12 bulan
Jumlah pembiayaan : Rp. 85.744.560,00 Harga Beli Bank + Margin
Angsuran pokok : Rp. 6.666.667,00 Rp.80.000.000,00 : 12 bulan
Jangka waktu : 12 bulan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berikut ini akan disajikan tabel angsuran pembiayaan murabahah berdasarkan keterangan yang telah dibuat di atas yang dapat dilihat pada tabel
4.2. Tabel 4.2. Tabel Angsuran Pembiayaan Murabahah
Bulan Pokok
Pinjaman Sisa Pokok
Pinjaman Angsuran
Pokok Margin
Angsuran Total
Angsuran 0 85.744.560
80.000.000 6.666.667
478.713 7.145.380
1 78.599.180 73.333.333
6.666.667 478.713
7.145.380 2 71.453.800
66.666.666 6.666.667
478.713 7.145.380
3 64.308.420 59.999.999
6.666.667 478.713
7.145.380 4 57.163.040
53.333.332 6.666.667
478.713 7.145.380
5 50.017.660 46.666.665
6.666.667 478.713
7.145.380 6 42.872.280
39.999.998 6.666.667
478.713 7.145.380
7 35.726.900 33.333.331
6.666.667 478.713
7.145.380 8 28.581.520
26.666.664 6.666.667
478.713 7.145.380
9 21.436.140 19.999.997
6.666.667 478.713
7.145.380 10 14.290.760
13.333.330 6.666.667
478.713 7.145.380
11 7.145.380 6.666.663 6.666.667 478.713 7.145.380
12 0 0 6.666.667 478.713
7.145.380 Sumber: Data Olahan Peneliti
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dari perhitungan tersebut diketahui total margin + pokok angsuran adalah Rp. 85.744.560,00. Jumlah inilah yang merupakan harga jual dari
barang murabahah tidak termasuk uang muka yang telah dibayarkan di awal. Berdasarkan skedul pembayaran yang telah dibuat pada tabel 4.2., maka
bank akan mencatat perlakuan akuntansi sebagai berikut: 1.
Perlakuan Akuntansi Terhadap Biaya-biaya yang Dibebankan Kepada Nasabah.
Biaya-biaya yang menjadi tanggungan nasabah menurut informan yang peneliti wawancara, maupun dari data intern perusahaan diantaranya
adalah:
a. Biaya Administrasi : 1 dari total pinjaman
b. Biaya Notaris
c. Biaya Pengikatan jaminan
d. Biaya Asuransi :
i. Asuransi Jiwa Pembiayaan, premi asuransi dibayar di muka, sesuai
jangka waktu pembiayaan. ii.
Asuransi Kebakaran, premi dibayar setiap tahun atau dibayar secara langsung sesuai jangka waktu Pembiayaan.
iii. Asuransi Total Lost, All Risk.
e. Biaya Appraisal
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
f. Biaya Materai
Contoh: Biaya administrasi yang dibebankan bank kepada nasabah adalah sebesar 1 dari total pembiayaan, yaitu Rp. 80.000.000,00. Jadi
biaya administrasi yang ditanggung oleh nasabah adalah sebesar Rp. 800.000,00. Selain biaya administrasi, nasabah juga dibebankan biaya
yang lainnya, diantaranya adalah biaya notaris dan biaya asuransi, dan nilai masing-masing yang harus ditanggung oleh nasabah dari kedua
biaya tersebut adalah Rp. 2.000.000,00 dan Rp 700.000,00.
Dan jurnal-jurnal yang dibutuhkan berdasarkan hasil penelitian terhadap Bank BRI Syariah Sidoarjo adalah sebagai berikut:
- Jurnal untuk biaya administrasi dari nasabah:
KasRekening nasabah 800.000
Rekening Administrasi 800.000
- Jurnal untuk biaya notaris dari nasabah:
KasRekening nasabah 2.000.000
Rekening Tampungan
Notaris 2.000.000
- Jurnal untuk beban asuransi dari nasabah:
KasRekening nasabah 700.000
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Rekening Tampungan
Asuransi 700.000
Dan apabila semua prosedur telah selesai, dan pembiayaan murabahah telah terealisasi, maka dari rekening tampungan tersebut
dilimpahkan kepada pihak-pihak yang berkaitan, yaitu sebagai berikut:
- Jurnal untuk pelimpahan kepada notaris
Rekening Tampungan
Notaris 2.000.000
Rekening Notaris
2.000.000
- Jurnal untuk pelimpahan kepada pihak asuransi
Rekening Tampungan
Asuransi 700.000
Rekening Asuransi
700.000
Setelah semua biaya yang dibebankan kepada nasabah telah terselesaikan semua, maka proses realisasi pun segera dilaksanakan oleh
pihak bank berdasarkan akad yang telah disepakati di antara kedua belah pihak.
Menurut pemaparan pihak Akuntan di Bank BRI Syariah Sidoarjo adalah sebagai berikut: “… setelah semua akad telah ditandatangi, abis itu
pihak bank meminta dana awal dari nasabah, baik berupa biaya administrasi, biasanya 1 dari total pembiayaan ya, setelah itu biaya
untuk notaris, biaya untuk asuransinya, dan masih banyak mbak.”
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Perlakuan Akuntansi Perolehan Aset Murabahah
Menurut informan yang bertugas di bagian Accounting, aktiva murabahah yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual kembali akan
diakui oleh BRI Syariah Sidoarjo sebagai aset murabahah sebesar biaya perolehan pada saat perolehan Refleksi dilampirkan di halaman
lampiran. Selanjutnya BRI Syariah Sidoarjo akan menjual barang tersebut kepada nasabahnya sebesar harga yang disepakati bersama, yaitu harga
beli ditambah dengan margin keuntungan. Pencatatan perolehan aset murabahah tersebut adalah sebagai berikut:
Aktiva murabahah 80.000.000
Kas 80.000.000
Berdasarkan PSAK No. 102 menyatakan bahwa pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan. Maka
Bank BRI Syariah Sidoarjo telah melakukan pencatatan yang sesuai dengan PSAK No. 102.
3. Perlakuan Akuntansi Pada Saat Akad Murabahah
Untuk mengakui timbulnya pembiayaan murabahah pada saat akad, pihak Bank BRI Syariah Sidoarjo akan melakukan pencatatan sebagai
berikut: Piutang murabahah 85.744.556
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Aktiva murabahah
80.000.000 Pendapatan
margin ditangguhkan
5.744.556 Pencatatan piutang murabahah tersebut telah sesuai dengan PSAK
No. 102 paragraf 22 dimana piutang murabahah pembiayaan murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang
disepakati. 4.
Perlakuan Akuntansi Untuk Mengakui Uang Muka Urbun BRI Syariah Sidoarjo akan meminta sejumlah uang muka kepada
nasabah sebagai bukti keseriusan pemesanan pembelian. Uang muka ini terkait dengan pembelian benda tidak bergerak, misalnya saja rumah atau
ruko dan lain-lain. Biasanya pada Bank BRI Syariah Sidoarjo ini, uang muka yang harus diberikan oleh nasabah, minimal sebesar 20 dari
pembiayaan murabahah. Uang muka ini merupakan bentuk sharing dana antara nasabah dan pihak bank.
Seperti hasil wawancara yang dikemukakan oleh pihak Accounting di BRI Syariah Sidoarjo: “Biasanya kalo disini mbak, uang mukanya minimal
20 dari total pembiayaan. Uang muka itu kan buat liat ya, kalo nasabah tersebut bener-bener serius melakukan pembiayaan ini”. Jurnal untuk
mencatat penerimaan uang muka dari nasabah adalah sebagai berikut: KasRekening
nasabah 20.000.000 Uang
muka murabahah
20.000.000
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Jika barang jadi dibeli oleh nasabah, maka uang muka akan diperlakukan sebagai bagian dari pembayaran piutang merupakan bagian
pokok dan mengurangi pembiayaan murabahah. Penihilan uang muka tersebut dicatat dalam jurnal berikut:
Titipan uang muka pembelian 20.000.000
Pembiayaan murabahah 20.000.000
Jika nasabah membatalkan pembelian barang, maka jurnal yang dibuat adalah:
Titipan uang muka pembelian xxx
Kerugian xxx
Kas xxx
Sedangkan apabila uang muka pembelian lebih kecil daripada kerugian bank, maka bank dapat meminta tambahan dari pembeli.
Pencatatannya adalah sebagai berikut: Titipan uang muka pembelian
xxx KasRekening
nasabah xxx Kerugian
xxx Pencatatan uang muka dari pembeli tersebut telah dicatat sesuai
dengan PSAK No. 102 yang diatur sebagai berikut:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang
diterima. b.
Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang merupakan bagian pokok.
c. Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan
kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.
5. Perlakuan Akuntansi Pada Saat Pembayaran Angsuran dan Pengakuan
Pendapatan Murabahah Pengakuan pendapatan pada BRI Syariah Sidoarjo menggunakan
metode cash basis dimana pendapatan baru diakui pada saat kas benar- benar diterima. Pada PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah menyebutkan bahwa entitas syariah harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual kecuali laporan arus kas dan perhitungan
pendapatan untuk tujuan bagi hasil usaha. Dalam perhitungan pembagian hasil usaha didasarkan pada pendapatan yang telah direalisasikan menjadi
kas dasar kas. “Biasanya kalau di Bank Syariah itu, menggunakan dasar cash basis,
soalnya kenapa dek, karena untuk bagi hasil, Kita ga bisa kira-kira. Kalo bagi hasil kan harus benar-benar berdasarkan kas yang Kita dapatkan.
Jadi ga bisa asal-asalan. Di BRI sendiri juga pake metode akrual, tapi itu
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
cuma buat laporan biaya-biaya gitu aja.” Pembayaran angsuran dari nasabah dicatat oleh BRI Syariah Sidoarjo sebagai berikut:
KasRekening Nasabah 6.666.667
Pendapatan margin ditangguhkan 478.713
Piutang murabahah
6.666.667 Pendapatan
margin 478.713
Pada jurnal di atas tampak bahwa pendapatan murabahah baru diakui ketika terjadi pembayaran angsuran oleh nasabah sehingga pendapatan
margin ditangguhkan akan diamortisasi sebesar pendapatan yang diakui. Jurnal di atas juga telah sesuai dengan PSAK No. 102 paragraf dimana
keuntungan murabahah diakui selama periode akad secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih apabila transaksi murabahah
dilakukan secara tangguh lebih dari satu tahun. Begitu juga jika angsuran yang dibayar nasabah kurang dari yang
seharusnya, maka BRI Syariah Sidoarjo akan mengalokasikan angsuran secara proporsional sesuai dengan besaran kas yang berhasil ditagih, yaitu
setiap angsuran dialokasikan ke pokok pembiayaan dan margin. Pengakuan keuntungan seperti itu sesuai dengan PSAK No. 102 paragraf
24 yang menyebutkan bahwa pengakuan keuntungan untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun dilakukan secara proporsional dengan
mengalihkan persentase keuntungan dengan jumlah piutang yang berhasil
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ditagih. Persentase keuntungan dihitung dengan perbandingan antara margin dan biaya perolehan aset murabahah.
6. Perlakuan Akuntansi untuk Pengakuan Denda
Jika nasabah wanprestasi dengan lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, maka nasabah akan dikenakan denda. Besarnya denda
yang ditetapkan oleh BRI Syariah Sidoarjo adalah 0,5 dari besarnya margin keuntungan setiap bulan. Maka pencatatan denda yang dilakukan
oleh BRI Syariah Sidoarjo adalah sebagai berikut: KasRekening
nasabahtransfer xxx
Dana Qardhul Hasan
xxx Pencatatan denda tersebut sudah sesuai dengan PSAK No.102
paragraf 29 dimana denda yang diterima harus diakui sebagai bagian dana kebajikan, dalam hal ini adalah dana qardhul hasan yang merupakan
bagian dari dana kebajikan. Akan tetapi, selama ini di Bank BRI Syariah Sidoarjo belum pernah
terjadi kejadian dimana nasabah dikenakan denda oleh pihak bank, karena Bank selalu mengingatkan nasabahnya apabila angsuran akan masuk jatuh
temponya. Hal tersebut dinyatakan oleh pihak BRI Syariah Sidoarjo: “Kalo di BRI Syariah Sidoarjo ini mbak, Kita belum pernah mengenakan
denda kepada nasabahnya, karena tiap sebelum tanggal jatuh temponya,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Kita selalu mengingatkan nasabah untuk membayar angsurannya. Jadi saya rasa belum pernah ada yang kena denda”.
7. Perlakuan Akuntansi untuk pemberian potongan pelunasan dini.
Ada dua jenis metode pemberian potongan pelunasan piutang dini. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, pihak Bank
BRI Syariah Sidoarjo biasa melakukan pemberian potongan pelunasan piutang dini dengan cara pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang
murabahah dan keuntungan murabahah .
Jurnal pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah:
Kas xxx
Pendapatan Margin
ditangguhkan xxx
Pendapatan margin murabahah xxx
Piutang murabahah xxx
Jika setelah penyelesaian, bank terlebih dahulu menerima pelunasan piutang murabahah dari nasabah, kemudian bank membayar potongan
pelunasan dini murabahah kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah:
Kasrekening xxx
Piutang murabahah xxx
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pendapatan Margin
ditangguhkan xxx
Pendapatan margin murabahah xxx
Beban operasional potongan pelunasan dini murabahah xxx
Kasrekening xxx
Kedua metode pelunasan piutang dini tersebut telah sesuai dengan PSAK No. 102 tentang Akuntansi Murabahah. Pemberian potongan ini
hanya diberikan kepada nasabah yang dapat melunasi hutangnya kurang dari waktu jatuh tempo yang telah ditentukan.
Bank BRI Syariah Sidoarjo menerapkan metode pemberian potongan pelunasan piutang dini dengan cara saat penyelesaian, bank mengurangi
piutang murabahah dan keuntungan murabahah. Dan hal tersebut telah sesuai dengan PSAK No. 102 tentang Akuntansi Murabahah.
Berikut ini adalah pemaparan dari bagian Akuntansi di BRI Syariah Sidoarjo: “… Kalo disini pemberian potongan buat yang melunasinya
kurang dari waktu sebenarnya yang ditentukan itu, biasanya Kita pada saat nasabah menyelesaikan pembayarannya tersebut, Kita mengurangi piutang
dan keuntungan dari pembiayaan itu mbak”.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB V Kesimpulan dan Saran