5. Mekanisme Pertahanan Diri
Peneliti melakukan wawancara dengan subjek, menanyakan pertanyaan yang didasarkan dengan kecemasan-kecemasan yang dialami oleh wanita
maskulin. Subjek melakukan mekanisme pertahanan diri, yaitu: a. Rasionalisasi MPD 6 :
Subjek merasionalkan atau membenarkan dan memberikan alasan yang dapat diterima oleh lingkungan sosial dengan penampilan
dan perilakunya lebih seperti laki-laki. Subjek mengutarakan bahwa sebagai wanita haruslah bisa berperan sebagai laki-laki juga, subjek
mengerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan laki-laki dengan memberikan alasan bahwa pekerjaan yang bisa dilakukan sendiri, lebih
baik mengerjakan sendiri. Subjek mengatakan bahwa pekerjaan laki- laki dapat dilakukan oleh wanita dan sebaliknya. Hal ini, terbukti
ketika subjek mengatakan: “Terus kayak single parent gimana juga harus berperan sebagai
cowok walaupun gak akan bisa jadi cowok beneran setidaknya
bisa sedikit berperan.” WSRS-PART025-028 Yaa, kepikiran aja. Kalo semisal besok aku single parent atau
besok aku gak nikah kan aku harus bisa jadi laki-laki juga.” WSRS-PART030-031
Subjek membenarkan perilakunya yang cenderung laki-laki dengan menyamakan peran yang dilakukan laki-laki sama dengan
peran yang dilakukan oleh wanita. Hal ini terbukti ketika subjek mengatakan:
“Bagiku cewek cowok sama lah perannya jadi ada kalanya peran cewek di lakuin cowok terus peran cowok di lakuin
cewek .” WSRS-PART237-238
b. Represi MPD 1 : Subjek melakukan
represi , apabila subjek mengatakan
ketakutan kepada peneliti namun tidak berani disampaikan kepada orang lain. Subjek mempunyai keinginan untuk dekat dengan laki-laki,
tetapi sampai saat ini subjek tidak mempunyai teman dekat laki-laki. Hal ini diutarakan oleh subjek ketika ditanyakan oleh peneliti tentang
kehidupan cintanya. Perilaku yang dilakukan subjek ketika ditanyakan tentang kehidupan cintanya, subjek cenderung menghindari pertanyaan
peneliti dan menjawab singkat dibandingkan ketika subjek menjawab pertanyaan peneliti mengenai aspek yang lain. Subjek mempunyai
keinginan untuk diperhatikan oleh teman dekat laki-laki, subjek mengatakan:
“Iyahh, hal-hal sepele kayak ingetin aku makan, minum vitamin atau apalah.” WSRP-PART063-064
Aku pengennya dari cowok de, bukan dari cewek. Yaa, kalo dari mami ku mah udah biasa. Papiku kan jarang merhatiin
atau nanya-nanya sepele gitu.” WSRP-PART068-069
“Iyah de, sekarang aku lagi pengen aja diperhatiin sebagai perempuan gitu de.” WSRP-PART072-073
Subjek juga mengutarakan kecemasan kepada peneliti, ketika mendapatkan masalah tanpa menceritakan kepada orang lain. Subjek
merasa tidak ingin dianggap menyukai sesama
jenis karena penampilannya yang maskulin. Kecemasan yang diutarakan oleh
subjek ini, diutarakan ketika subjek diperhatikan oleh orang lain yang tidak mengenal dirinya tetapi sudah menilai dirinya. Walaupun orang
lain tersebut tidak mengatakan apapun dengan subjek, tetapi subjek sudah merasa bahwa dirinya dinilai negativ dengan orang lain, hal ini
dapat dilihat ketika subjek mengutarakan kecemasannya: “Yoo, ra piye-piye dia nganggep aku suka cewek paling.”
OSRS-PART13
Subjek mengutarakan
perasaan bahwa
dirinya tersinggung jika dirinya dinilai sebagai laki-laki ketika dilihat secara
langsung maupun dilihat melalui foto. Subjek mengutarakan perasaannya kepada peneliti, tetapi tidak disampaikan oleh orang lain.
Subjek mengutarakan: “Kalo tersinggung, aku bisa apa de? Mau dijelasin? Paling
yoo wong manggut-manggut wae tohh. Persepsi mereka udah kayak gitu. Sakit hati siihh, tapi yaa udahlah biarin aja.”
OSRS-PART27-29