Unit Analisis REPRESENTASI IMMORAL PADA FILM “SUSTER KERAMAS” (Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi Immoral Melalui film “Suster Keramas”).

3.3 Korpus

Dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya suatu pembahasan masalah yang disebut korpus. Korpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis kesemenaan. Korpus juga besifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf waktu sinkroni.Kurniawan, 2000:70 Korpus penelitian ini adalah potongan gambar dari film ”Suster Keramas” yang menunjukkan sikap imoral dari tokoh Mocil, Zidni adam, dan Rin sakuragi. Film yang mangangkat tema horor yang dibungkus dengan adegan-adegan imoral, film ini dianggap mampu merepresentasikan adanya immoral dalam hubungan percintaan yang merupakan suatu hal tabu sosial dimasyarakat. Tetapi dalam film Suster Keramas immoral tidak digambarkan secara gamblang, namun dengan berbagai adegan yang mewakilinya. Adapun korpus dalam penelitian ini mengacu pada 11 scene dalam 250 frame yang menggambarkan immoral pada tokoh Zidni Adam, Mocil, dan Rin Sakuragi. Tiap-tiap scene yang ada dianggap sudah mampu mempresentasikan immoral pada film ”suster keramas”.

3.4 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah paradigma-paradigma yang terdapat dalam scene pada level realitas, representasi, dan ideologi. Menurut Anton Kaes Kaes, 1994: www.artalpha.anu.edu.au dalam penelitian representasi imoral dalam film Suster Keramas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Level realitas sebagai berikut: 1. Latar setting Terdiri dari simbol-simbol yang ditonjolkan, fungsi serta maknanya paradigma dari setting terdiri dari : a. Lokasi: didalam ruangan in door internal atau diluar ruangan out dooreksternal. Pada film Suster keramas ini bertempat lokasi pada daerah pegunungan villa puncak. b. Penggambaran setting. c. Simbol-simbol yang ditonjolkan: 2. Kostum dan Make up costume dan make up Paradigma dari kostum dan make up terdiri dari: a. Kostum dan make up tokoh memberikan signifikasi 3. DialogDiam dialoguesilence Menurut Fiske 1990 :189, dalam level realitas juga dianalisis beberapa kode-kode social yang merupakan realitas secara persis dapat didefinisikan dalam medium melalui ekspresi seperti a. Bahasa yang digunakan: resmi atau tidak resmi b. Karakter yang berbeda mempengaruhi bahasa yang digunakan c. Kalimat-kalimat yang diucapkan dalam dialog apakah memiliki arti tertentu kiasan d. Apakah terdapat karakter tertentu yang tampak dalam diam Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Selain itu, menurut Fiske 1990:189, dalam level realitas juga dianalisis beberapa kode-kode sosial yang merupakan realitas secara persis dapat didefinisikan dalam medium melalui ekspresi seperti warna kulit, pakaian, ekspresi wajah, perilaku, dsb. Unit analisis yang terdapat pada level representasi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Teknik kamera Ada tiga jenis shot gambar yang paling dasar yaitu meliputi: a. Long shot LS, yaitu shot gambar yang jika objeknya adalah manusia maka dapat diatur antara lutut, kaki hingga sedikit ruang diatas kepala. Dari jenis shot ini dapat dikembangkan lagi, yaitu Extreme Long Shot ELS, mulai dari sedikit ruang dibawah kaki hingga ruang tertentu diatas kepala. Penngambilan gambar long shot ini menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton mengenai penampilan tokoh termasuk pada body language, ekspresi tubuh, gerak, cara berjalan dan sebagainya dari ujung rambut sampai kaki yang kemudian mengarah pada karakter serta situasi dan kondisi yang sedang terjadi pada adegan itu. b. Medium shot MS yaitu shot gambar yang jika objeknya adalah manusia, maka dapat diatur sebatas dada hingga sedikit ruang di atas kepala. Dari medium shot dapat dikembangkan lagi, yaitu Wide medium shot WMS gambar medium shot agak melebar kesamping kanan dan kiri. Pengambilan gambar medium shot menggambarkan dan memberikan informasi kepada Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. penonton tentang ekspresi dan karakter, secara lebih dekat lagi dibandingkan long shot. c. Close up CU menggambarkan secara details ekspresi pemain dari suatu peristiwa lebih detail pada ekspresi tubuh, contohnya mata, bibir,tangan dan sebagainya 2. Pencahayaan Cahaya menjadi salah satu unsur media visual, karena dengan cahaya informasi bisa dilihat. Cahaya pada mulanya hanya merupakan unsur teknis yang membuat benda bisa dilihat. Maka penyajian film juga pada mulanya disebut sebagai “painting with light”melukis dengan cahaya. Namun dalam perkembangannya bertutur dengan gambar ternyata fungsinya berkembang semakin banyak. Yakni mampu menjadi informasi waktu, menunjang mood atau atmosfer set dan bisa menunjang dramatik adegan Biran,2006:43. Menurut David Chandler dalam www.abe.ac.ukthe “grammar” oh television and film, unit analisis dalam level representasi meliputi kerja kamera, pencahayaan, editing, musik, suara dan casting yang ditransmisikan sebagai kode-kode representasi yang bersifat konvensional. Selanjutnya, pada level representasi yang diamati adalah bagaimana penstransmisian kode-kode representasi lewat kerja kamera, pencahayaan, musik, casting, editing dan narasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Namun dalam penelitian ini peneliti tidak akan membahas lebih lanjut teknik editing dan penataan musik yang ada dalam level representasi, karena keduanya dianggap tidak memiliki kaitan langsung terhadap pembahasan representasi imoral dam film suster keramas.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Eksploitasi Tubuh Perempuan Yang Berperan Sebagai Suster Dalam Film-Film Horor Indonesia (Analisis Isi Eksploitasi Tubuh Perempuan yang Berperan Sebagai Suster dalam Film Horor Indonesia Suster Keramas II dan Bangkitnya Suster Gepeng).

1 3 28

EKSPLOITASI SUSTER DALAM FILM-FILM HOROR INDONESIA (Analisis Isi Eksploitasi Tubuh Suster dalam Film Horor Indonesia Suster Eksploitasi Tubuh Perempuan Yang Berperan Sebagai Suster Dalam Film-Film Horor Indonesia (Analisis Isi Eksploitasi Tubuh Perempua

0 1 16

Resepsi Khalayak terhadap Artis JAV dalam Film Suster Keramas.

0 10 2

REPRESENTASI TINDAKAN IMMORAL DALAM NOVEL “MY SISTER KEEPER” (Studi Semiologi Representasi Tindakan Immoral Dalam Novel “MY SISTER KEEPER” Karya Jodi Picoult).

0 17 97

REPRESENTASI KEKERASAN DALAM FILM “RUMAH DARA” (Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi Kekerasan Dalam Film “RUMAH DARA”).

17 29 125

REPRESENTASI KEKERASAN SEKSUAL PADA FILM VIRGIN 2 ( STUDI ANALISIS SEMIOTIK REPRESENTASI KEKERASAN SEKSUAL PADA FILM VIRGIN 2 ).

0 3 94

Interpretasi Khalayak Terhadap Eksploitasi Tubuh Perempuan dalam Film Horor Suster Keramas - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 11

REPRESENTASI IMMORAL PADA FILM “SUSTER KERAMAS” (Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi Immoral Melalui film “Suster Keramas”)

0 1 21

REPRESENTASI KEKERASAN DALAM FILM “RUMAH DARA” (Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi Kekerasan Dalam Film “RUMAH DARA”)

0 0 19

REPRESENTASI TINDAKAN IMMORAL DALAM NOVEL “MY SISTER KEEPER” (Studi Semiologi Representasi Tindakan Immoral Dalam Novel “MY SISTER KEEPER” Karya Jodi Picoult)

0 1 19