Film Representasi Imoral Definisi Operasional

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Film

Film yang dimaksud dalam peneltian ini adalah film tetrikal Layar lebar jenis film cerita, yaitu menyajikan suatu cerita dan diproduksi secara khusus untuk dipertunjukkan di gedung-gedung bioskopcinema Effendy, 1986:222. Film jenis ini berbeda dengan film televise atau sinetron sinema elektronika yang khusus dibuat untuk siaran televise. Film teatrikal dibuat secara mekanik, sedangkan film televisi dibuat secara elektronik Effendy, 1993:201. Berkaitan dengan penelitian ini, yang ingin diteliti ialah tentang penokohan dalam sebuah film layar lebar, yaitu penokohan Mocil, Zidni Adam, dan Rin Sakuragi dalam film Suster Keramas mempresentasikan immoral.

3.2.2 Representasi

Representasi berasal dari kata dasar dalam bahasa Inggris “represent” yang bermakna “stand for” artinya yang berarti atau juga act as delegate for yang berarti bertindak sebagai perlambang atas sesuatu. Reprresentasi juga dapat diartikan sebagai proses dan hasil yang memberi makna khusus pada tanda. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan representasi immoral melalui tokoh Mocil, Zidni Adam, dan Rin Sakuragi dalam film ”Suster Keramas” berarti dalam film ini terdapat sistem tanda baca. Pada tokoh Mocil, Zidni Adam, dan Rin Sakuragi yang memiliki makna tentang perilaku dan sikap yang mengarah kearah immoral. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.2.3 Imoral

Seringkali ditemukan pencampuradukan antara dua istilah dalam ranah filsafat moral yaitu amoral dan immoral, dengan itu maka penggunaan istilahnya tentu tidak tepat pula. Juga yang tidak kalah pentingnya. Kedua istilah ini merupakan istilah yang wajib dipahami dengan baik sebagai dasar dalam memahami filsafat moral, untuk menghindarkan kesalahpahaman dalam memahami literatur baik yang berbahasa Indonesia mau pun berbahasa Inggris. Dalam website ensiklopedia terbesar, Wikipedia, Amoral didefinisikan sebagai Immoralism is a system that does not accept moral principles and directly opposes morality, while amoralism does not even consider the existence of morality plausible. Menurut Bertens dalam buku Etika karangannya, bahwa amoral artinya tidak berhubungan dengan konteks moral 2002:7. Untuk memahaminya lebih mudah lagi, istilah amoral bisa dikaitkan dengan kata berikut:  Tidak mempunyai relevansi etis Bertens, 2002:8  Tidak berkaitan dengan masalah moral  Bebas moral Immoral adalah tindakan tidak bermoral yang dilakukan oleh seseorang, walaupun orang tersebut tahu bahwa hal tersebut memang salah dan tetap melakukannya. Pemberontakan atau lawan dari sikap bermoral. Contoh dari tindakan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. yang immoral apabila saya memukul anak kecil yang tidak bersalah. Istilah lain yang menjadi acuan dalam memahami istilah immoral adalah:  Tidak etis  Jahat  Tidak bermoral  Tidak berakhlak Moral yang menyangkut kebaikan. Orang yang tidak baik juga disebut sebagai orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai orang yang kurang bermoral. Moral sebenarnya memuat segi yang berbeda, yakni segi batiniah dan segi lahiriah. Orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula. Sikap batin itu sering juga disebut hati. Orang yang baik mempunyai hati yang baik. Akan tetapi sikap batin yang baik baru dapat dilihat oleh orang lain setelah terwujud dalam perbuatan lahiriah yang baik pula. Imoral itu sendiri dapat dibedakan menjadi imoral Verbal dan Non verbal. Imoral Verbal meliputi ucapan-ucapan dan kata-kata yang dapat menimbulkan gairah seksual seseorang, sedangkan Imoral Non verbal meliputi simbol-simbol atau tanda- tanda visual gesture atau gerakan, peragaan, features vocal intonasi, volume serta tinggi rendahnya suara serta faktor-faktor lingkungan seperti penggunaan ruang dan posisi yang sama-sama menimbulkan gairah seksual. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.3 Korpus

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Eksploitasi Tubuh Perempuan Yang Berperan Sebagai Suster Dalam Film-Film Horor Indonesia (Analisis Isi Eksploitasi Tubuh Perempuan yang Berperan Sebagai Suster dalam Film Horor Indonesia Suster Keramas II dan Bangkitnya Suster Gepeng).

1 3 28

EKSPLOITASI SUSTER DALAM FILM-FILM HOROR INDONESIA (Analisis Isi Eksploitasi Tubuh Suster dalam Film Horor Indonesia Suster Eksploitasi Tubuh Perempuan Yang Berperan Sebagai Suster Dalam Film-Film Horor Indonesia (Analisis Isi Eksploitasi Tubuh Perempua

0 1 16

Resepsi Khalayak terhadap Artis JAV dalam Film Suster Keramas.

0 10 2

REPRESENTASI TINDAKAN IMMORAL DALAM NOVEL “MY SISTER KEEPER” (Studi Semiologi Representasi Tindakan Immoral Dalam Novel “MY SISTER KEEPER” Karya Jodi Picoult).

0 17 97

REPRESENTASI KEKERASAN DALAM FILM “RUMAH DARA” (Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi Kekerasan Dalam Film “RUMAH DARA”).

17 29 125

REPRESENTASI KEKERASAN SEKSUAL PADA FILM VIRGIN 2 ( STUDI ANALISIS SEMIOTIK REPRESENTASI KEKERASAN SEKSUAL PADA FILM VIRGIN 2 ).

0 3 94

Interpretasi Khalayak Terhadap Eksploitasi Tubuh Perempuan dalam Film Horor Suster Keramas - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 11

REPRESENTASI IMMORAL PADA FILM “SUSTER KERAMAS” (Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi Immoral Melalui film “Suster Keramas”)

0 1 21

REPRESENTASI KEKERASAN DALAM FILM “RUMAH DARA” (Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi Kekerasan Dalam Film “RUMAH DARA”)

0 0 19

REPRESENTASI TINDAKAN IMMORAL DALAM NOVEL “MY SISTER KEEPER” (Studi Semiologi Representasi Tindakan Immoral Dalam Novel “MY SISTER KEEPER” Karya Jodi Picoult)

0 1 19