Kurikulum Proses Pembelajaran Deskripsi Pra Penelitian

4. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh hubungan dari pelajaran yang dipelajari dengan kehidupan nyata. 5. Mengatasi keterbatasan, kelemahan peserta didik dengan melakukan pendekatan personal.

C. Kurikulum

Kurikulum HSKS Semarang mengacu kepada peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan SKL. Selain itu, kurikulum yang diterapkan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang didukung oleh HSKS. Dalam kegiatan tutorial kedua acuan tersebut disusun dan disampaikan dengan metode HSKS sehingga dirasakan berbeda dengan sekolah formal, sehingga peserta dapat mengikuti proses pembelajaran dengan menyenangkan.

D. Proses Pembelajaran

Metode pembelajaran pada HSKS adalah menggunakan pendekatan yang lebih tematik, aktif, kontruktif, dan kontekstual serta belajar mandiri melalui penekanan kepada kecakapan hidup dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Untuk itulah proses pembelajaran di HSKS dilakukan menyenangkan dan tidak terpaku dengan akademik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pra Penelitian

Interaksi dengan teman sebaya akan membuka pandangan baru pada anak dan memberi kebebasan kepada mereka untuk membuat keputusan. Selain itu, interaksi dengan teman sebaya akan membantu anak mempelajari nilai-nilai yang ada di masyarakat. Sekolah adalah tempat berkumpulnya anak-anak yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat dan bermacam-macam corak keadaan keluarganya. Sebagaimana Desmita dalam Setiawati 2010 menyebutkan bahwa sekolah mempunyai pengaruh penting bagi perkembangan anak terutama dalam perkembangan sosialnya. Interaksi dengan guru dan teman sebayanya di sekolah, memberikan peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentang dunia serta mengembangkan konsep diri sepanjang masa pertengahan dan akhir anak-anak. Dengan demikian, anak tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang dunia tetapi juga tentang perilaku-perilaku yang diharapkan oleh masyarakat. Anak homeschooling lebih sering belajar di lingkungan rumah, tentunya tidak akan memperoleh pengalaman sebanyak anak sekolah regular, seperti merasakan betapa beratnya hidup bersebelahan di antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI teman-temannya, bagaimana harus berjuang di antara komunitas, tidak akan merasakan penolakan-penolakan dari teman sebaya, yang mana semua itu akan memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Menurut Gloria 2009 dari hasil penelitian, menyatakan bahwa interaksi sosial pada subjek homeschooling berkembang dengan baik, hal ini tampak dari mudahnya subyek beradaptasi dengan lingkungan dan memiliki cukup banyak teman bermain serta mampu menyelesaikan masalah baik dengan keluarga atau dengan teman-temannya. Sedangkan menurut Setiawati 2010 menyatakan bahwa kematangan sosial siswa homeschooling kurang memadai, namun pada aspek kognisi mereka di atas rata-rata. Sependapat dengan Setiawati, Molina 2006 menyatakan interaksi sosial dengan teman sebaya pada dua orang subyek homeschooling kurang optimal karena keduanya lebih senang melakukan aktivitas sendiri seperti membaca buku di rumah. Lebih lanjut lagi dapat disimpulkan bahwa kedua orang subyek tidak memiliki kenalan teman sebaya yang baru untuk dijadikan teman dekat semenjak mereka mengikuti homeschooling. Mereka cenderung hanya mempertahankan teman sebaya yang telah mereka kenal semenjak di sekolah formal.

B. Deskripsi Data Penelitian