Analisis tingkat interaksi sosial remaja peserta homeschooling menggunakan metode komunitas : studi kasus homeschooling Kak Seto Semarang.
viii ABSTRAK
ANALISIS TINGKAT INTERAKSI SOSIAL REMAJA PESERTA
HOMESCHOOLING MENGGUNAKAN METODE KOMUNITAS
Studi Kasus Homeschooling Kak Seto Semarang
Citra Kusumawardhani Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat interaksi sosial remaja peserta homeschooling usia enam belas sampai delapan belas tahun menggunakan metode komunitas. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2011. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif pada siswa homeschooling di
Homeschooling Kak Seto Semarang. Penelitian ini tidak menggunakan sampel, karena jumlah populasi sedikit yaitu berjumlah 27 orang. Teknik analisis data penelitian adalah dengan menggunakan analisis data sebelum di lapangan dan analisis data di lapangan model Miles And Huberman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tingkat interaksi sosial remaja homeschooling menggunakan metode komunitas di Homeschooling Kak Seto Semarang cenderung tinggi. Ini berarti, subyek memiliki tingkat interaksi sosial yang baik; (2) pada aspek komunikasi, subyek cenderung berada pada kategori tinggi. Ini berarti, kemampuan subyek dalam berkomunikasi dengan tutor/guru, teman di dalam maupun di luar homeschooling baik; (3) pada aspek sikap, subyek cenderung berada pada kategori tinggi. Ini berarti, subyek memiliki kemampuan bersikap baik; (4) pada aspek tingkah laku kelompok, subyek cenderung berada pada kategori tinggi. Ini berarti, dalam kehidupan berkelompok baik dan; (5) pada aspek norma sosial, subyek cenderung berada pada kategori tinggi. Ini berarti, kemampuan menataati dan menghargai peraturan di dalam kelompok baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
ix
A Case Study Of Kak Seto Homeschooling Semarang Citra Kusumawardhani
Sanata Dharma University Yogyakarta
2011
This study aims to determine the high and low levels of social interaction of teenager homeschooling participants whose ages are sixteen to eighteen by applying the community method. The study was conducted in August 2011.
This is a descriptive study on homeschooling students in Homeschooling Kak Seto Semarang. Samples are not needed in this study as the population is only 27. Miles and Huberman model is applied in analysing the data, either before or during the study.
The results of this study indicate that: (1) the level of teenager social interaction using the method of homeschooling in Kak Seto community in Semarang tends to be high. This means, the subject has a good level of social interaction; (2) on the communication aspect, the subject tends to be in the high category. This means, the ability of subjects to communicate with tutors/teachers, friends inside and outside of homeschooling is good; (3) the aspect of attitude, the subject tends to be at high category. This means, the subject has the ability to be good; (4) on aspects of group behavior, the subjects tend to be in the high category. This means, in the lives of groups are good and; (5) on aspects of social norms, the subject tends to be in the high category. This means, the ability to obey and respect the rules in group is good.
(3)
ANALISIS TINGKAT INTERAKSI SOSIAL REMAJA PESERTA
HOMESCHOOLING MENGGUNAKAN METODE KOMUNITAS
STUDI KASUS HOMESCHOOLING KAK SETO SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
DISUSUN OLEH
CITRA KUSUMAWARDHANI 071334025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
i
STUDI KASUS HOMESCHOOLING KAK SETO SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
DISUSUN OLEH
CITRA KUSUMAWARDHANI 071334025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
(5)
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
(9)
iv
Halaman Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus yang selalu menjadi kekuatan dalam hidupku,
Bapak, mama, bimo, dan dinda yang selalu menjadi penyemangat dan mendoakanku,
Eyang kakung dan eyang putri yang selalu mendoakanku dalam setiap langkahku,
Maz sapto yang telah mengajarkan beberapa hal tentang kehidupan yang tak pernah aku
tahu sebelumnya,
Dan untuk keluarga besar Journey to the west, mari kita bersama-sama mencari kitab suci
jilid ke dua..
Halaman Motto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
(11)
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
viii
Studi Kasus Homeschooling Kak Seto Semarang
Citra Kusumawardhani Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat interaksi sosial remaja peserta homeschooling usia enam belas sampai delapan belas tahun menggunakan metode komunitas. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2011. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif pada siswa homeschooling di
Homeschooling Kak Seto Semarang. Penelitian ini tidak menggunakan sampel, karena jumlah populasi sedikit yaitu berjumlah 27 orang. Teknik analisis data penelitian adalah dengan menggunakan analisis data sebelum di lapangan dan analisis data di lapangan model Miles And Huberman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tingkat interaksi sosial remaja homeschooling menggunakan metode komunitas di Homeschooling Kak Seto Semarang cenderung tinggi. Ini berarti, subyek memiliki tingkat interaksi sosial yang baik; (2) pada aspek komunikasi, subyek cenderung berada pada kategori tinggi. Ini berarti, kemampuan subyek dalam berkomunikasi dengan tutor/guru, teman di dalam maupun di luar homeschooling baik; (3) pada aspek sikap, subyek cenderung berada pada kategori tinggi. Ini berarti, subyek memiliki kemampuan bersikap baik; (4) pada aspek tingkah laku kelompok, subyek cenderung berada pada kategori tinggi. Ini berarti, dalam kehidupan berkelompok baik dan; (5) pada aspek norma sosial, subyek cenderung berada pada kategori tinggi. Ini berarti, kemampuan menataati dan menghargai peraturan di dalam kelompok baik.
(13)
ix
ABSTRACT
ANALYSIS OF TEENEGER SOCIAL INTERACTION OF HOMESCHOOLING PARTICIPANTS LEVEL BY APPLYING COMMUNITY METHOD
A Case Study Of Kak Seto Homeschooling Semarang Citra Kusumawardhani
Sanata Dharma University Yogyakarta
2011
This study aims to determine the high and low levels of social interaction of teenager homeschooling participants whose ages are sixteen to eighteen by applying the community method. The study was conducted in August 2011.
This is a descriptive study on homeschooling students in Homeschooling Kak Seto Semarang. Samples are not needed in this study as the population is only 27. Miles and Huberman model is applied in analysing the data, either before or during the study.
The results of this study indicate that: (1) the level of teenager social interaction using the method of homeschooling in Kak Seto community in Semarang tends to be high. This means, the subject has a good level of social interaction; (2) on the communication aspect, the subject tends to be in the high category. This means, the ability of subjects to communicate with tutors/teachers, friends inside and outside of homeschooling is good; (3) the aspect of attitude, the subject tends to be at high category. This means, the subject has the ability to be good; (4) on aspects of group behavior, the subjects tend to be in the high category. This means, in the lives of groups are good and; (5) on aspects of social norms, the subject tends to be in the high category. This means, the ability to obey and respect the rules in group is good.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
x
kekuatan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Indra Dharmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M. S.A. selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan masukan, saran, waktu, dan kesabarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Para dosen yang dengan sabar telah mengajar dan mendidik selama perkuliahan. 6. Staff, tutor, dan siswa homeschooling Kak Seto Semarang yang telah memberikan
kesempatan untuk melaksanakan penelitian.
7. Kedua orangtuaku Ir. Cipta Santosa dan Artha Natali yang tiada lelah untuk memberi dukungan terhadap apa yang aku kerjakan selama ini hingga terselesaikan semua tugas skripsi ini.
8. Eyang kakung, eyang putri, tante bertha, om sono, om cindy dan tante tien yang telah memberi dukungan, mendoakan dan selalu memompa semangatku lagi.
(15)
xi
9. Adik-adikku Bimo, Adinda, Abel, dan Nathan yang telah memberi dukungan secara moril.
10.M. Sapto Nugraha yang menjadi penyemangatku dan dengan setia selalu mendukungku untuk menyelesaikan skripsi ini.
11.Keluarga besar Journey to the west: Biksu Tong (Endah), Sun go kong (Nila), adik Tsa (Heni), Dewi Kuan In (Windi), Ti pat kai (Lando), En-en (Tami), Putri Kipas (Ria), Siluman Gagak (Ratri), dan Siluman Kura-kura (Luci) yang menjadi teman seperjuangan, penyemangat, dan telah membantu banyak hal terutama dalam mengerjakan skripsi ini. Mari kita melanjutkan perjalanan ke barat jilid 2.
12.Ovi yang telah memberikan tumpangan selama menginap di Semarang.
13.Teman-teman pengurus HIMAPENSI 2007 atas pengalaman organisasi yang aku terima.
14.Teman-teman asisten fasilitator PPKM 2008 dan 2009 atas pengalaman yang telah diberikan.
15.HMPC Semarang dan HMPC Salatiga atas pengkondisiannya selama mengurus penelitian di Semarang dan Salatiga.
16.JMPC atas dukungan, sharing dan pengalaman yang diberikan. 17.Angkringane JAC, Gadhomiee, dan Kopi Joss Pak Wik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
xii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Persembahan ... iv
Halaman Motto ... v
Pernyataan Keaslian Karya ... vi
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis ... vii
Abstrak ... viii
Abstract ... ix
Kata pengantar ... x
Daftar Isi ... xii
Daftar Tabel ... xiv
Daftar Lampiran ... xv
Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
Bab II. Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritik ... 6
1. Pengertian Interaksi Sosial ... 6
2. Pengertian Remaja ... 11
3. Pengertian Homeschooling ... 13
4. Tokoh-Tokoh Homeschooling ... 14
5. Alasan Orang Tua Memilih Homeschooling ... 15
6. Kelemahan dan Kelebihan Homeschooling ... 16
7. Metode Komunitas dalam Homeschooling Kak Seto Semarang ... 18
B. Kerangka Berpikir ... 19
Bab III. Metode Penelitian A. Jenis Penelitian ... 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
(17)
xiii
D. Populasi ... 25
E. Teknik Pengumpulan Data ... 25
F. Jenis Data ... 26
G. Instrumen Penelitian ... 27
H. Validitas dan Reliabilitas ... 28
I. Teknik Analisis Data ... 34
Bab IV. Gambaran Umum A. Latar Belakang ... 37
B. Visi dan Misi ... 38
C. Kurikulum ... 39
D. Proses Pembelajaran ... 39
Bab V. Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Deskripsi Pra Penelitian ... 40
B. Deskripsi Data Penelitian ... 41
C. Deskripsi Tingkat Interaksi Sosial ... 45
D. Pembahasan ... 48
Bab VI. Kesimpulan, Saran, dan Keterbatasan A. Kesimpulan ... 54
B. Keterbatasan ... 55
C. Saran ... 55
Daftar Pustaka ... 57
Lampiran ... 60
Daftar Riwayat Hidup ... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
xiv
Tabel 3.3 ... 31
Tabel 3.4 ... 33
Tabel 5.1 ... 42
Tabel 5.2 ... 42
Tabel 5.3 ... 43
Tabel 5.4 ... 43
Tabel 5.5 ... 44
Tabel 5.6 ... 45
Tabel 5.7 ... 45
Tabel 5.8 ... 46
Tabel 5.9 ... 47
(19)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Kuesioner Penelitian ... 60
Lampiran Pedoman Pertanyaan Wawancara ... 63
Lampiran Surat Ijin Penelitian Lampiran 1. Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 64
Lampiran 2. Data Induk Penelitian ... 69
Lampiran 3. Rumus Perhitungan Data Dan Pengkategorian Subyek ... 73
Lampiran 4. Tabel Pengkategorisasian ... 74
Lampiran 5. Tabel Deskripsi Pengkategorisasian Subyek ... 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
(21)
2
bahwa secara empiris barangkali salah satu faktor yang mempengaruhi mengapa terjadi pergeseran dinamika pemikiran masyarakat terhadap pola pendidikan di Indonesia dikarenakan para orang tua murid sudah begitu menyadari bahwa sudah lama pendidikan kita dihantui oleh tingginya kekerasan sosiologis yang selama ini terjadi dalam interaksi dunia pendidikan kita.
Kemunculan homeschooling pun tidak semulus yang dibayangkan. Dalam perkembangannya sampai sekarang, homeschooling masih memunculkan pro dan kontra di masyarakat. Masyarakat yang pro terhadap homeschooling
merupakan masyarakat yang tidak puas dan kecewa dengan pendidikan yang diberikan oleh Negara. Pendidikan sudah dianggap tidak lagi mendidik dan membuat anak menjadi senang dalam belajar tetapi pendidikan menjadikan anak semakin terbeban dengan rangkaian tugas yang semakin berat serta tidak disesuaikan dengan perkembangan anak. Sedangkan masyarakat yang kontra menganggap bahwa homeschooling tidak membawa dampak yang baik kepada anak-anaknya terutama dalam aspek interaksi sosialnya, karena anak belajar sendiri di rumah dan akan membentuk anak menjadi pribadi yang individual. Selain itu masyarakat yang kontra menganggap homeschooling hanya ditujukan untuk anak-anak yang hyperactive serta mengalami down syndrome yang tidak bisa melakukan pembelajaran dengan anak-anak normal lainnya.
Homeschooling juga memiliki kelemahan dan kelebihan. Menurut Haniar (2009) menyatakan bahwa kelebihan dari homeschooling, yaitu anak lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(22)
mandiri, bertanggung jawab dan kreatif; memiliki fleksibilitas waktu dan tempat; belajar lebih menyenangkan dan tidak terpaksa. Sedangkan kelemahan dari homeschooling, yaitu dapat terjebak dalam fleksibilitas waktu dan tempat; sosialisasi seumur relative kurang; anak kurang mampu bersaing dan bekerja kelompok.
Homeshooling di Indonesia baru berkembang dan masih banyak kelemahan dari homeschooling, salah satunya adalah peserta homeschooling
dianggap kurang baik dalam kemampuan interaksi sosialnya. Peneliti memilih remaja usia enam belas sampai delapan belas tahun karena pada rentang usia tersebut anak sedang mencari jati dirinya dan mulai berinteraksi dengan dunia di luar lingkungan keluarga. Berdasarkan kelemahan dan adanya perubahan interaksi pada remaja usia enam belas sampai delapan belas tahun, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Tingkat Interaksi Sosial Remaja Peserta Homeschooling Menggunakan Metode Komunitas.
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, pembahasan tentang interaksi sosial remaja usia enam belas sampai delapan belas tahun yang mengikuti program
(23)
4
homeschooling komunitas dan berfokus pada empat aspek dasar yaitu: komunikasi, sikap, tingkah laku kelompok, dan norma sosial.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
Bagaimanakah tingkat interaksi sosial pada remaja peserta homeschooling usia enam belas sampai delapan belas tahun karena pada rentang usia ini anak sedang mencari jati diri dan memulai untuk melakukan interaksi dengan lingkungan di luar lingkungan keluarga?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat interaksi sosial remaja peserta
homeschooling menggunakan metode komunitas usia enam belas sampai delapan belas tahun.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat bagi tempat penelitian, universitas, penulis, dan masyarakat :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(24)
1. Homeschooling Kak Seto, yaitu sebagai bahan evaluasi bagi pengembangan metode homeshooling.
2. Universitas Sanata Dharma, yaitu untuk memberikan sumbangan pemikiran terkait dengan pengembangan pendidikan homeschooling.
3. Masyarakat, yaitu untuk mengubah pola pikir/paradigma masyarakat tentang
(25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(26)
hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Sedangkan menurut Sarwono (2009:185) dalam bukunya psikologi umum, menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan kelompoknya, serta kelompok satu dengan kelompok lainnya.
Dalam interaksi sosial tidak hanya terpaku pada sesama individu saja, tetapi juga bisa terjadi antara individu dengan kelompok dan sesama kelompok. Menurut Maryati dan Suryawati dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/interaksi-sosial-definisi-bentuk-ciri.html interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a. Interaksi antara individu dan individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan). b. Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya.
c. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.
(27)
8
Interaksi yang kelihatannya sangat sederhana, sebenarnya merupakan suatu proses yang cukup kompleks. Apabila dilihat dari teori insting yang dikemukakan oleh Mc Dougall, manusia itu secara instingtive akan berhubungan satu dengan yang lain (Walgito, 2003:58). Namun perilaku dalam interaksi sosial tidak sesederhana itu, tetapi perilaku itu didasari oleh berbagai faktor psikologis lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Floyd Allport dalam Walgito (2003:58) bahwa perilaku dalam interaksi sosial ditentukan oleh banyak faktor termasuk manusia lain yang ada di sekitarnya dengan perilakunya yang spesifik. Menurut Ahmadi (1991:57) dalam bukunya Psikologi Sosial menyatakan bahwa interaksi sosial memiliki beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor Imitasi
Merupakan dorongan untuk meniru orang lain, misalnya dalam hal tingkah laku, mode pakaian dan lain- lain.
b. Faktor Sugesti
Yaitu pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari orang lain.
c. Faktor identifikasi
Merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
d. Faktor Simpati
Merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Interaksi sosial yang didasarkan atas rasa simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(28)
berdasarkan sugesti atau imitasi saja.
Dalam bagian ini akan dibahas juga aspek yang mendasari interaksi sosial menurut Sarwono (2009:185), yaitu :
a. Komunikasi
Komunikasi adalah proses pengiriman berita dari seseorang kepada orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari kita melihat komunikasi ini dalam pelbagai bentuk, misalnya percakapan antara dua orang, pidato dari ketua kepada anggota rapat, berita yang dibacakan oleh penyiar televisi atau radio, buku cerita, koran, surat, telepon, facsimile, internet, email, sms dan sebagainya. Dalam tiap bentuk komunikasi di atas terdapat lima unsur dalam proses komunikasi yaitu : 1. Adanya pengirim berita; 2. Adanya penerima berita; 3. Adanya berita yang dikirimkan; 4. Adanya media atau alat pengirim berita; dan 5. Adanya sistem simbol yang digunakan untuk menyatakan berita.
b. Sikap
Sikap adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. “Sesuatu” itu bisa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok. Bila yang timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap positif, sedangkan bila perasaan tidak senang, maka disebut sikap negatif. Bila tidak timbul perasaan apa-apa, berarti sikapnya netral. Sikap dinyatakan dalam tiga domain ABC, yaitu affect, behaviour, cognition. Affect adalah perasaan yang timbul (senang, tak senang), behaviour adalah perilaku yang mengikuti
(29)
10
perasaan itu (mendekat, menghindar), dan cognition adalah penilaian terhadap objek sikap (bagus, tidak bagus) (Sarwono, 2009).
c. Tingkah Laku Kelompok
Sebelum membicarakan tingkah laku kelompok, perlu dibicarakan mekanisme-mekanisme apa yang terjadi dalam kelompok sehingga kelompok itu bertingkah laku. Mekanisme yang mendorong tingkah laku kelompok ini disebut dinamika kelompok. Teori dinamika kelompok diajukan pertama kali oleh Kurt Lewin (1890-1947) yang menyatakan tingkah laku kelompok adalah fungsi dari kepribadian individu dan situasi sosial dengan rumusan :
B = f(P, E), dengan penjelasan B = Behaviour, f = fungsi, P = Personality
(kepribadian), E = Environment (lingkungan). Dengan demikian, kelompok tidak mempunyai jiwa tersendiri. Perilaku kelompok tidak dapat dipisahkan dari perilaku individu-individu anggotanya.
d. Norma Sosial
Norma sosial adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu kelompok, yang membatasi tingkah laku individu dalam kelompok itu. Yang membedakan norma sosial dengan produk-produk budaya, serta konsep-konsep psikologi lainnya adalah bahwa dalam norma sosial ada terkandung sanksi sosial (Horne, 2001) artinya barangsiapa yang melakukan sesuatu yang melanggar norma, akan dikenai tindakan tertentu oleh masyarakatnya. Sanksi ini bisa berupa bahan gunjingan, sampai dicela di depan publik (dalam masyarakat yang sudah maju bisa melalui media massa) atau disingkirkan (diisolasi) dari pergaulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(30)
2. Pengertian Remaja
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa (Gunarsa, 1979:13). Terdapat berbagai istilah remaja yang memiliki arti berbeda. Untuk menghindari kesalahpahaman, maka akan dibahas istilah tersebut, antara lain : puberteit, adolescentia, dan youth (Gunarsa ,1979:14)
Puberteit (pubertas) adalah masa antara dua belas sampai enam belas tahun. Pubertas meliputi perubahan-perubahan fisik dan psikis. Perubahan pada masa ini menjadi obyek penyorotan terutama perubahan dalam lingkungan dekat, yaitu dalam hubungan dengan keluarga. Adolescentia adalah masa sesudah pubertas, yaitu masa antara tujuh belas sampai dua puluh dua tahun. Pada masa ini lebih diutamakan perubahan dalam hubungan dengan lingkungan hidup yang lebih luas yaitu masyarakat. Hurlock (Gunarsa, 1979:18) mengartikan remaja dari tanda-tanda fisik yang menunjukkan kematangan seksuil dengan timbulnya gejala-gejala biologis. Sedangkan Neidhart (Gunarsa, 1979:18), berpendapat bahwa adolencentia merupakan masa peralihan dan ketergantungan pada masa anak ke masa dewasa, dimana ia sudah harus dapat berdiri sendiri. Pendapat lain dari E. H. Erikson mengemukakan adolencentia
merupakan masa dimana terbentuk suatu perasaan baru mengenai identitas. Identitas mencakup cara hidup pribadi yang dialami sendiri dan sulit dikenal oleh orang lain. Menurut Anna Freud (Gunarsa, 1979:18) menyatakan
adolencentia merupakan suatu masa yang meliputi proses perkembangan dimana terjadi perubahan-perubahan dalam hal motivasi seksuil, organisasi
(31)
12
daripada ego, hubungan dengan orang tua, orang lain dan cita-cita yang dikejarnya.
Remaja mengalami perubahan dalam dirinya baik secara jasmani, kepribadian, intelek, dan peranan di dalam maupun di luar lingkungannya. Gejala perubahan itu terjadi karena dilatarbelakangi oleh masa peralihan yang dialami oleh remaja. Menurut Gunarsa (1979:12) dalam bukunya Psikologi Remaja menyatakan bahwa perubahan yang terjadi dalam diri remaja dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu : a. Perubahan yang mudah diketahui, karena proses perkembangannya jelas dan mudah diamati oleh orang lain; b. Perubahan yang sulit dilihat oleh orang lain, maupun oleh ramaja yang mengalaminya sendiri. Sedangkan proses perkembangan yang menghasilkan perubahan tersebut tidak mudah diamati oleh orang lain, tetapi dapat dihayati oleh remaja itu sendiri.
Proses perkembangan yang terjadi pada remaja adalah perkembangan psikoseksualitas dan emosionalitas yang mempengaruhi tingkah laku remaja. Dengan adanya perkembangan dalam diri remaja tersebut, maka akan menimbulkan permasalahan dengan diri remaja tersebut dan lingkungannya. Permasalahan yang dihadapi oleh remaja dikarenakan remaja sedang mengalami pembentukan identitas diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(32)
3. Pengertian Homeschooling
Homeschooling merupakan salah satu jenis pendidikan non formal. Akar
homeschooling dapat dipahami dengan istilah yang umum, yaitu belajar otodidak atau belajar mandiri. Homeschooling pada dasarnya merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada masalah sikap dan pendekatan belajar yang lebih mandiri (http://www.sekolahrumah.com). Salah satu pengertian umum homeschooling adalah sebuah keluarga yang memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anak dan mendidik anaknya dengan berbasis rumah (http://www.sumardiono.com). Menurut Olivia (Setyowati, 2010:1), homeschooling adalah sebuah tindakan proaktif untuk turut campur di dalam pendidikan anak kita dan bertanggung jawab untuk memberikan sebuah kecintaan terhadap belajar. Homeschooling (Sekolah rumah), menurut Direktur Pendidikan Masyarakat Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas) Ella Yulaelawati
(http://www.pnfi.kemdiknas.go.id/artikel/20090915092455/Homeschooling--Model-Pengembangan-Sistem-Pendidikan.html), adalah proses layanan
pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar mengajar pun berlangsung dalam suasana yang kondusif.
Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
(33)
14
mengatur sendiri dan bertanggung jawab terhadap kurilulum serta melaksanakan sendiri proses pembelajarannya.
4. Tokoh-Tokoh Homeschooling
Di Amerika, banyak contoh praktisi homeschooling yang berhasil dan terkenal di dalam kehidupannya, antara lain (http://www.sekolahrumah.com) : a. Benyamin Franklin
Seorang negarawan, ilmuwan, penemu, pemimpin sipil, dan pelayan publik (public servant). Franklin hanya dua tahun mengikuti sekolah karena orang tuanya tak mampu membayar biaya pendidikan.
b. Pearl S. Buck
Peraih hadiah Nobel tahun 1938, dikenal sebagai penulis besar. Anak seorang misionaris ini besar di China dan menjalani homeschooling melalui korespondensi dan tutor. Setelah kembali ke Amerika, dia meneruskan pendidikannya di College, kembali ke China sebagai guru dan menjadi penulis. c. Thomas Alfa Edison
Edison hanya mengikuti sekolah selama 3 bulan karena dianggap terbelakang. Dia dididik sendiri oleh ibunya dengan memperlakukan pendidikan sebagai petualangan (adventure) dan bermain (playing games). Edison dikenal sebagai penemu besar, antara lain lampu listrik, generator, transmitter telepon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(34)
d. Hanson
Ini adalah grup musik terkenal saat ini yang terdiri tiga remaja: Ike, Taylor, dan Zach. Mereka melakukan homeschooling yang membuat mereka dapat meluangkan waktu yang banyak untuk mengembangkan bakat mereka di bidang musik.
Di Indonesia, contoh sosok yang dibesarkan dalam sistem pendidikan
homeschooling antara lain: KH Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka (Makalah Dr. Seto Mulyadi, 18 Juni 2006). Untuk era modern, belum ada lagi sosok homeschooling di Indonesia yang menjulang dan dikenal luas secara nasional. Homeschooling sedang menemukan momentum barunya pada saat ini dan sedang mencari bentuknya di tengah sistem pendidikan sekolah yang reguler. Mulai banyak orang tua yang menempuh homeschooling bagi anak-anaknya, salah satunya adalah Seto Mulyadi (Ketua Komnas Anak, tokoh pendidikan anak) yang menjalankan program homeschooling bagi putri-putrinya.
5. Alasan Orang Tua Memilih Homeschooling
Para orang tua memiliki alasan yang beragam ketika memilih
homeschooling untuk pendidikan anak-anaknya. Alasan tersebut berbeda-beda, menurut hasil penelitian Haniar (www.sumardiono.com) yaitu:
(35)
16
b. Orang tua tidak puas dengan kualitas pendidikan di sekolah reguler. c. Orang tua sering berpindah-pindah atau melakukan perjalanan.
d. Orang tua merasa keamanan dan pergaulan sekolah tidak kondusif bagi perkembangan anak.
e. Orang tua menginginkan hubungan keluarga yang lebih dekat dengan anak. f. Orang tua merasa sekolah yang baik semakin mahal dan tidak terjangkau. g. Anak-anak memiliki kebutuhan khusus yang tidak dapat dipenuhi di sekolah
umum.
h. Orang tua memiliki keyakinan bahwa sistem yang ada tidak mendukung nilai-nilai keluarga yang dipegangnya.
i. Orang tua merasa terpanggil untuk mendidik sendiri anak-anaknya.
Dari beberapa alasan tersebut sebagian besar alasan orang tua memilih
homeschooling yaitu karena mereka tidak puas dengan sistem pendidikan yang ada di sekolah formal, dan biaya pendidikan yang semakin mahal menjadi alasan orang tua juga untuk memilih homeschooling.
6. Kelemahan dan Kelebihan Homeschooling
Setiap model pendidikan pasti memiliki kelemahan dan kelebihan, begitu juga dengan homeschooling. Kelemahan dan kelebihan homeschooling sebagai berikut :
a. Kelebihan homeschooling:
1) Anak lebih mandiri, tanggung jawab, kreatif dan percaya diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(36)
2) Proses menuju kemandirian dan tanggung jawab anak tidak terjadi begitu saja, orangtua memegang peranan penting dalam mengarahkan anak.
3) Fleksibilitas waktu dan tempat. Bagi anak berkebutuhan khusus (autis misalnya) orangtua dapat menggabungkan program terapi dan proses pendidikannya. Anak yang berprestasi dalam olahraga dan seni dapat terus menjalankan latihan mereka.
4) Belajar lebih menyenangkan, tidak terpaksa. Sesuai dengan semboyan yang dianut beberapa homeschooler, ”Belajar bisa di mana saja, kapan saja dan dari
siapa saja.”
b. Kelemahan homeschooling :
1) Dapat terjebak dalam fleksibilitas waktu. Dengan fleksibilitas waktu yang tinggi dalam homeschooling sehingga menuntut disiplin dan komitmen yang tinggi pula dari para homeschooler (baik orangtua maupun anak).
2) Sosialisasi seumur relatif kurang berkembang dibandingkan dengan anak sekolah. Orangtua yang menyadari hal ini mengantisipasi dengan memasukkan anak ke dalam kursus-kursus yang sesuai dengan level anak atau bergabung dalam komunitas, sekolah minggu (gereja) dan lain-lain.
3) Anak kurang mampu bersaing dan bekerja kelompok (team work).
Kekurangan homeschooling sebenarnya disesuaikan dengan pribadi peserta didik dan bagaimana cara orang tua mendidik peserta didik. Seperti yang diceritakan oleh Olivia (Setyowati, 2010:9-10), saat ini di sekolah-sekolah banyak terjadi kasus bullying dan ada beberapa pihak yang merasa bila orang
(37)
18
tua yang overprotective akan memilih homeschooling untuk anaknya sehingga anak tidak memiliki sikap untuk bertahan dalam menghadapi segala persoalan. Padahal bila dilihat dengan terjadinya kasus bullying seperti itu bukannya malah membuat peserta didik bertahan tapi akan mengancam emosi atau mental anak sehingga anak akan terbentuk dengan memiliki rasa takut dan tertekan.
7. Metode Komunitas dalam Homeschooling Kak Seto Semarang
Homeschooling memiliki tiga jenis metode, yaitu metode tunggal, metode majemuk, dan metode komunitas. Pada metode homeschooling tunggal, orang tua terjun langsung dalam proses pembelajaran sebagai guru, jika ada guru yang didatangkan secara privat hanya akan membimbing dan mengarahkan minat anak dalam mata pelajaran yang disukainya. Guru tersebut bisa berasal dari lembaga-lembaga yang khusus menyelengarakan program homeschooling.
Pada metode homeschooling majemuk dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing. Sedangkan pada homeschooling komunitas merupakan gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, seni dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal pembelajaran. Dalam hal ini beberapa keluarga memberikan kepercayaan kepada Badan Tutorial untuk memberi materi pelajaran. Badan tutorial melakukan kunjungannya ke tempat yang disediakan komunitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(38)
Model pembelajaran dalam metode komunitas memiliki sedikit perbedaan dengan metode tunggal dan majemuk. Dalam komunitas proses pembelajaran dengan mengumpulkan peserta di sebuah kelas untuk belajar sambil bersosialisasi dengan teman-temannya, jadwal belajar peserta pun ditentukan oleh tutorial. Sedangkan pada metode tunggal dan majemuk, model pembelajaran yang digunakan adalah Distance Learning. Distance Learning
merupakan proses pembelajaran di mana peserta belajar di rumah dengan modul dan orang tua yang berperan besar sebagai pendidiknya. Adapula program Tutor Visit yaitu metode pembelajaran di mana peserta belajar di rumah dan didampingi oleh tutor. Dalam tutor visit jadwal belajar disusun sesuai kesepakatan antara peserta, orangtua dan tutor.
B. Kerangka Berpikir
Hubungan antar manusia, manusia dengan kelompoknya, maupun antar kelompok disebut interaksi sosial (Sarwono, 2009:185). Menurut H. Bonner dalam bukunya Social Psychology memberikan rumusan interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya (Ahmadi, 1991:54). Aspek yang mendasari interaksi sosial menurut Sarwono (2009) dalam bukunya Psikologi Umum yaitu komunikasi, sikap, tingkah laku kelompok, dan norma-norma sosial.
(39)
20
Menurut Gunarsa (1979:19) permulaan masa remaja ditandai oleh perubahan-perubahan fisik yang mendahului kematangan seksuil dan bersamaan dengan itu akan dimulai proses perkembangan psikis remaja, dimana mereka mulai melepaskan diri dari ikatan orang tua dan mengalami perubahan kepribadian yang terwujud dalam cara hidup untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat. Santrock (2003:24) mengungkapkan bahwa pada masa transisi sosial, remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell dalam Santrock (2003:125) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan dalam Santrock (2003:220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara melalui interaksi dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan beranggapan bahwa teman memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(40)
dan remaja. Mengenai kesejahteraan, dia menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga termasuk kebutuhan kasih sayang (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual.
Menurut Steinberg dalam Santrock (2002:42) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealisme dan penalaran logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak orang tua dan remaja. Konflik yang terjadi antara remaja dan orang tua dikarenakan orang tua berpikir bahwa remaja berubah dari seorang anak yang selalu menurut menjadi seseorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menentang standar-standar orang tua. Oleh karena itu maka banyak orang tua cenderung mengekang, mengendalikan, dan memberi tekanan terhadap remaja. Berikut ada beberapa strategi untuk mengurangi konflik antara orang tua dan remaja (Santrock, 2002: 24) yaitu : 1) menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan konflik. 2) Mencoba mencapai suatu pemahaman timbal balik. 3) Mencoba melakukan corah pendapat (brainstorming). 4) Mencoba bersepakat tentang satu atau lebih pemecahan masalah. 5) Menulis kesepakatan. 6) Menetapkan waktu bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai. Jadi, poses
(41)
22
perkembangan remaja meliputi masa transisi biologis yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik. Transisi kognitif yaitu perkembangan kognitif remaja pada lingkungan sosial dan juga proses sosioemosional dan yang terakhir adalah masa transisi sosial yang meliputi hubungan dengan orang tua, teman sebaya, serta masyarakat sekitar.
Interaksi dengan teman sebaya akan membuka pandangan baru pada anak dan memberi kebebasan kepada mereka untuk membuat keputusan. Selain itu interaksi dengan teman sebaya akan membantu anak mempelajari nilai-nilai yang ada di masyarakat. Sekolah adalah tempat berkumpulnya anak-anak yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat dan bermacam-macam corak keadaan keluarganya. Sebagaimana Desmita (Setiawati, 2010) menyebutkan bahwa sekolah mempunyai pengaruh penting bagi perkembangan anak terutama dalam perkembangan sosialnya. Interaksi dengan guru dan teman sebayanya di sekolah, memberikan peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentang dunia serta mengembangkan konsep diri sepanjang masa pertengahan dan akhir anak-anak. Dengan demikian, anak tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang dunia tetapi juga tentang perilaku-perilaku yang diharapkan oleh masyarakat. Anak homeschooling lebih sering belajar di lingkungan rumah, tentunya tidak akan memperoleh pengalaman sebanyak anak sekolah reguler. Anak homeschooling tidak akan merasakan betapa beratnya hidup bersebelahan di antara teman-temannya, bagaimana harus berjuang di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(42)
antara komunitas, tidak akan merasakan penolakan-penolakan dari teman sebaya, yang mana semua itu akan memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat.
Menurut Gloria (2009) dari hasil penelitian, menyatakan bahwa interaksi sosial pada subjek homeschooling berkembang dengan baik, hal ini tampak dari mudahnya subjek beradaptasi dengan lingkungan dan memiliki cukup banyak teman bermain serta mampu menyelesaikan masalah baik dengan keluarga atau dengan teman-temannya. Sedangkan menurut Setiawati (2010) menyatakan bahwa kematangan sosial siswa homeschooling kurang memadai, namun pada aspek kognisi mereka di atas rata-rata. Sependapat dengan Setiawati, Molina (2006) menyatakan interaksi sosial dengan teman sebaya pada dua orang subyek homeschooling kurang optimal karena keduanya lebih senang melakukan aktivitas sendiri seperti membaca buku di rumah. Lebih lanjut lagi dapat disimpulkan bahwa kedua orang subyek tidak memiliki kenalan teman sebaya yang baru untuk dijadikan teman dekat semenjak mereka mengikuti homeschooling. Mereka cenderung hanya mempertahankan teman sebaya yang telah mereka kenal semenjak di sekolah formal.
Berdasarkan pro dan kontra dari hasil penelitian tentang interaksi sosial remaja homeschooling, maka peneliti ingin melakukan penelitian ulang tentang interaksi sosial remaja homeschooling.
(43)
24 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang situasi atau gejala-gejala sosial.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat
Penelitian dilaksanakan di tempat bimbingan homeschooling yaitu
Homeschooling Kak Seto Semarang. 2. Waktu
Penelitian dilakukan pada 03 Agustus 2011 sampai dengan 10 Agustus 2011.
C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah remaja yang mengikuti program
homeschooling.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(44)
2. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah interaksi sosial. D. Populasi
Populasi adalah seluruh kelompok yang akan diteliti dan memiliki paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi dari penelitian ini adalah remaja usia enam belas sampai delapan belas tahun yang mengikuti program
homeschooling komunitas yang berjumlah 27 orang. E. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009:142). Pada penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup dengan tujuh pilihan jawaban.
2. Wawancara
Menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2009:231) menyatakan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Ada beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semi terstuktur, dan tidak terstruktur. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur karena peneliti sudah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan
(45)
26
diperoleh yaitu tingkat interaksi remaja peserta homeschooling
menggunakan metode komunitas. F. Jenis Data
1. Data Kuantitatif
Interaksi sosial memiliki empat aspek yang mendasari terjadinya interaksi (Sarwono, 2009:185) yaitu: komunikasi, sikap, tingkah laku kelompok, dan norma sosial. Untuk menguji keempat aspek tersebut maka peneliti menggunakan skala Likert dengan tujuh alternatif jawaban. Respon yang tersedia meliputi “Sangat Tidak Setuju” sampai “Sangat Setuju”. Pelaksanaan pengambilan data dilakukan dengan menunggu subyek pada saat mengisi skala interaksi sosial yang diberikan. Cara pemberian skor pada aitem pernyataan dalam skala interaksi sosial ini dengan didasarkan pada tujuh kategori jawaban yaitu :
a. Pernyataan Mendukung
Sangat Tidak Setuju (STS)=1 sampai Sangat Setuju (SS)=7. b. Pernyataan Tidak Mendukung
Sangat Setuju (SS)=1 sampai Sangat Tidak Setuju (STS)=7. Kriteria dalam penilaian ini adalah semakin tinggi skor yang diperoleh, dapat dikatakan subyek memiliki interaksi sosial yang semakin tinggi. 2. Data Kualitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(46)
Pada bagian data kualitatif, data didapat dari ekplorasi langsung terhadap subyek. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih jauh tentang tingkat interaksi sosial remaja peserta homeschooling, dalam hal ini berkaitan dengan penelitian ini meski mungkin belum dapat terungkap melalui skala. Data kualitatif ini diharapkan akan memberi lebih banyak masukan tentang interaksi sosial remaja peserta homeschooling. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data kualitatif ini adalah wawancara secara langsung dengan beberapa subyek, subyek diminta menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yang sifatnya terbuka. Data yang didapat dari metode wawancara ini dikumpulkan dan dicatat secara langsung ketika wawancara yang kemudian digunakan untuk membantu menjelaskan tentang permasalahan yang terungkap pada akhir penelitian setelah hasil analisis data kuantitatif diperoleh.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara, dan daftar pernyataan kuesioner. Kuesioner ini berdasarkan teori dari Sarwono dalam bukunya Pengantar Psikologi Umum (2009:185). Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen penelitian, yaitu :
(47)
28
Skala Interaksi Sosial
Aspek – Aspek Indikator Item Positif Item Negatif Jumlah
Komunikasi 1. Adanya
pengirim berita 2. Adanya
penerima berita 3. Adanya media
atau alat pengirim berita 4. Adanya sistem
simbol yang digunakan untuk menyampaikan berita 1,2,3 5,6 9,10,11 14,15,16 4 7,8 12,13 17,18 18
Sikap 1. Affect
2. Behaviour 3. Cognition 19,20 23 27,28 21,22 24,25,26 29,30 12
Tingkah Laku
Kelompok
1. Perilaku dalam kebersamaan 2. Situasi social
31,32,33 36,37,38
34,35 39,40
10
Norma Sosial 1. Sanksi sosial 2. Tekanan dari
kelompok 41,42,43 46,47,48 44,45 49,50 10
Jumlah 29 21 50
H. Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas
Prinsip dasar validitas adalah membandingkan hasil pengukuran gejala dengan kriterium yang dianggap valid (Hadi, 2000). Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product Moment sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(48)
Keterangan :
r = Koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y Y = Skor total dari seluruh item
X = Skor total dari setiap item n = Jumlah responden
∑XY = Hasil kali X dan Y
Jika jumlah nilai koefisien r hitung lebih besar dari r tabel, maka butir soal tersebut dikatakan valid. Jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid.
Dari pengujian validitas diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3.2
Kesimpulan Hasil Uji Validitas Interaksi Sosial No. aitem r hitung r tabel Keterangan
1 0.509 0.361 Valid
2 0.443 0.361 Valid
3 0.519 0.361 Valid
4 0.451 0.361 Valid
5 0.457 0.361 Valid
6 0.522 0.361 Valid
7 0.726 0.361 Valid
(49)
30
9 0.567 0.361 Valid
10 0.589 0.361 Valid
11 0.617 0.361 Valid
12 0.726 0.361 Valid
13 0.523 0.361 Valid
14 0.721 0.361 Valid
15 0.678 0.361 Valid
16 0.512 0.361 Valid
17 0.523 0.361 Valid
18 0.811 0.361 Valid
19 0.589 0.361 Valid
20 0.721 0.361 Valid
21 0.811 0.361 Valid
22 0.590 0.361 Valid
23 0.357 0.361 Tidak Valid
24 0.590 0.361 Valid
25 0.483 0.361 Valid
26 0.611 0.361 Valid
27 0.601 0.361 Valid
28 0.448 0.361 Valid
29 0.492 0.361 Valid
30 0.603 0.361 Valid
31 0.523 0.361 Valid
32 0.664 0.361 Valid
33 0.436 0.361 Valid
34 0.515 0.361 Valid
35 0.454 0.361 Valid
36 0.539 0.361 Valid
37 0.417 0.361 Valid
38 0.442 0.361 Valid
39 0.458 0.361 Valid
40 0.367 0.361 Valid
41 0.539 0.361 Valid
42 0.489 0.361 Valid
43 0.443 0.361 Valid
44 0.413 0.361 Valid
45 0.379 0.361 Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(50)
46 0.664 0.361 Valid
47 0.523 0.361 Valid
48 0.617 0.361 Valid
49 0.542 0.361 Valid
50 0.539 0.361 Valid
Dari tabel di atas terlihat bahwa aitem nomor 23 tidak valid karena r hitung sebesar 0.357 kurang dari r tabel dengan jumlah responden (n) 30, dan taraf signifikansi 5% sebesar 0.361. Oleh karena itu, maka item nomor 23 dibuang dan dilakukan pengolahan kembali. Setelah dilakukan pengolahan kembali, maka hasil uji validitas sebagai berikut :
Tabel 3.3
Kesimpulan Hasil Pengolahan Kembali Uji Validitas Interaksi Sosial No. aitem r hitung r tabel Keterangan
1 0.503 0.361 Valid
2 0.433 0.361 Valid
3 0.515 0.361 Valid
4 0.454 0.361 Valid
5 0.452 0.361 Valid
6 0.527 0.361 Valid
7 0.722 0.361 Valid
8 0.454 0.361 Valid
9 0.573 0.361 Valid
10 0.595 0.361 Valid
11 0.612 0.361 Valid
12 0.722 0.361 Valid
13 0.515 0.361 Valid
14 0.720 0.361 Valid
15 0.678 0.361 Valid
16 0.516 0.361 Valid
(51)
32
18 0.806 0.361 Valid
19 0.595 0.361 Valid
20 0.720 0.361 Valid
21 0.806 0.361 Valid
22 0.591 0.361 Valid
24 0.591 0.361 Valid
25 0.474 0.361 Valid
26 0.615 0.361 Valid
27 0.608 0.361 Valid
28 0.444 0.361 Valid
29 0.482 0.361 Valid
30 0.592 0.361 Valid
31 0.523 0.361 Valid
32 0.673 0.361 Valid
33 0.410 0.361 Valid
34 0.510 0.361 Valid
35 0.463 0.361 Valid
36 0.537 0.361 Valid
37 0.430 0.361 Valid
38 0.454 0.361 Valid
39 0.461 0.361 Valid
40 0.363 0.361 Valid
41 0.537 0.361 Valid
42 0.499 0.361 Valid
43 0.457 0.361 Valid
44 0.413 0.361 Valid
45 0.377 0.361 Valid
46 0.673 0.361 Valid
47 0.523 0.361 Valid
48 0.612 0.361 Valid
49 0.544 0.361 Valid
50 0.537 0.361 Valid
Setelah melakukan pengolahan kembali, dari data di atas dapat dilihat bahwa seluruh aitem valid karena hasil r hitung lebih besar dari r tabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(52)
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran hanya dapat dipercaya bila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama selama aspek yang diukur masih sama (Azwar, 2005). Reliabilitas suatu instrumen adalah proporsi variansi skor perolehan yang merupakan variansi skor murni. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengujian satu kali yaitu metode alpha (Cronbach) untuk mengestimasi reliabilitas instrumen. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pernyataan
= varians total
= jumlah varians butir
(53)
34
Tabel 3.4
Kesimpulan Hasil Pengujian Reliabiltas Interaksi Sosial
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items N of Items
.955 .957 49
Dari 49 item interaksi sosial diperoleh hasil koefisien Alpha Cronbach
0.955 lebih besar dari 0.6 sehingga disimpulkan bahwa item interaksi sosial adalah reliabel.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan (Sugiyono, 2009:245). Nasution (1988) dalam Sugiyono (2009:245)
menyatakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif, yaitu:
1. Analisis Sebelum di Lapangan
Menurut Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (2009:246) menyatakan analisis data penelitian kualitatif dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Fokus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(54)
penelitian tersebut masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.
2. Analisis Data di Lapangan Model Miles and Huberman
Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009:246), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Langkah-langkah analisis data di lapangan menurut Miles dan Huberman, yaitu: data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
a. Reduction Data
Pada data reduction, data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan mereduksi data dengan memfokuskan pada komunikasi, sikap, tingkah laku kelompok, dan norma sosial subyek penelitian dengan teman sebaya.
(55)
36
b. Data Display
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian ini adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam penelitian ini, peneliti memilih mendisplay data dengan uraian singkat karena peneliti ingin melihat tinggi-rendahnya interaksi sosial remaja peserta
homeschooling.
c. Conclusion Drawing/Verification
Pengambilan kesimpulan dan verifikasi merupakan langkah terakhir dalam analisis data menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009:252). Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(56)
37 BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Latar Belakang
Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan, dan setiap anak sedapat mungkin memperoleh pendidikan yang layak bagi mereka. Namun dalam pengalaman di lapangan bahwasanya anak mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan selama bersekolah. Sebut saja, kasus bullying , bentakan, kekerasan dari guru bahkan pemasungan kreativitas anak. Pengalaman-pengalaman yang kurang berkesan tersebut menimbulkan fobia terhadap sekolah (school phobia ) bagi anak dan orang tua. Kemudian, upaya penyeragaman kemampuan dan keterampilan semua anak untuk seluruh bidang turut mematikan minat dan bakat anak yang tentunya berbeda-beda, karena setiap anak adalah unik. Lebih jauh lagi kurikulum yang terlalu padat dan tugas-tugas rumah yang menumpuk membuat kegiatan belajar menjadi suatu beban bagi anak-anak. Melihat kondisi ini maka perlu dicarikan solusi alternatif bagi anak-anak yang kurang cocok dengan sistem pendidikan formal, salah satu bentuknya adalah dengan kegiatan homeschooling (sekolah rumah). Berdasarkan inilah para pemerhati pendidikan di Jawa Tengah bekerjasama dengan Dr. Seto Mulyadi (Kak Seto) membangun komunitas sekolah rumah di
(57)
38
Semarang dengan nama Homeschooling Kak Seto (HSKS) Semarang, yakni di Jalan Klenteng Sari I/3, sebagai sebuah institusi pendidikan alternatif yang senantiasa memperhatikan hak anak-anak atas pendidikan.
B. Visi dan Misi
HSKS Semarang dilaksanakan berdasarkan filosofi sederhana “belajar
dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja”.
Visi :
Menjadikan HSKS Semarang sebagai salah satu intitusi pendidikan anak yang unggul dalam menyediakan program pendidikan bagi anak untuk dapat terampil, memiliki life skill, dan karakter yang kokoh sebagai calon pemimpin bangsa di masa depan.
Misi :
1. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik sesuai dengan kebutuhan, gaya belajar, kekuatan dan keterbatasan yang dimilikinya.
2. Membantu peserta didik menemukan minat dan bakatnya serta mengembangkan bakat dan minat peserta didik secara optimal.
3. Membentuk peserta didik menjadi manusia pembelajar seumur hidup yang mempunyai kepedulian sosial yang tinggi dan karakter yang kuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(58)
4. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh hubungan dari pelajaran yang dipelajari dengan kehidupan nyata.
5. Mengatasi keterbatasan, kelemahan peserta didik dengan melakukan pendekatan personal.
C. Kurikulum
Kurikulum HSKS Semarang mengacu kepada peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Selain itu, kurikulum yang diterapkan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang didukung oleh HSKS. Dalam kegiatan tutorial kedua acuan tersebut disusun dan disampaikan dengan metode HSKS sehingga dirasakan berbeda dengan sekolah formal, sehingga peserta dapat mengikuti proses pembelajaran dengan menyenangkan.
D. Proses Pembelajaran
Metode pembelajaran pada HSKS adalah menggunakan pendekatan yang lebih tematik, aktif, kontruktif, dan kontekstual serta belajar mandiri melalui penekanan kepada kecakapan hidup dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Untuk itulah proses pembelajaran di HSKS dilakukan menyenangkan dan tidak terpaku dengan akademik.
(59)
40 BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Penelitian
Interaksi dengan teman sebaya akan membuka pandangan baru pada anak dan memberi kebebasan kepada mereka untuk membuat keputusan. Selain itu, interaksi dengan teman sebaya akan membantu anak mempelajari nilai-nilai yang ada di masyarakat. Sekolah adalah tempat berkumpulnya anak-anak yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat dan bermacam-macam corak keadaan keluarganya. Sebagaimana Desmita dalam Setiawati (2010) menyebutkan bahwa sekolah mempunyai pengaruh penting bagi perkembangan anak terutama dalam perkembangan sosialnya. Interaksi dengan guru dan teman sebayanya di sekolah, memberikan peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentang dunia serta mengembangkan konsep diri sepanjang masa pertengahan dan akhir anak-anak. Dengan demikian, anak tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang dunia tetapi juga tentang perilaku-perilaku yang diharapkan oleh masyarakat. Anak homeschooling lebih sering belajar di lingkungan rumah, tentunya tidak akan memperoleh pengalaman sebanyak anak sekolah regular, seperti merasakan betapa beratnya hidup bersebelahan di antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(60)
teman-temannya, bagaimana harus berjuang di antara komunitas, tidak akan merasakan penolakan-penolakan dari teman sebaya, yang mana semua itu akan memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat.
Menurut Gloria (2009) dari hasil penelitian, menyatakan bahwa interaksi sosial pada subjek homeschooling berkembang dengan baik, hal ini tampak dari mudahnya subyek beradaptasi dengan lingkungan dan memiliki cukup banyak teman bermain serta mampu menyelesaikan masalah baik dengan keluarga atau dengan teman-temannya. Sedangkan menurut Setiawati (2010) menyatakan bahwa kematangan sosial siswa homeschooling kurang memadai, namun pada aspek kognisi mereka di atas rata-rata. Sependapat dengan Setiawati, Molina (2006) menyatakan interaksi sosial dengan teman sebaya pada dua orang subyek homeschooling kurang optimal karena keduanya lebih senang melakukan aktivitas sendiri seperti membaca buku di rumah. Lebih lanjut lagi dapat disimpulkan bahwa kedua orang subyek tidak memiliki kenalan teman sebaya yang baru untuk dijadikan teman dekat semenjak mereka mengikuti
homeschooling. Mereka cenderung hanya mempertahankan teman sebaya yang telah mereka kenal semenjak di sekolah formal.
B. Deskripsi Data Penelitian
Homeschooling Kak Seto Semarang memiliki jumlah siswa sebanyak 27 orang, karena jumlah populasi yang sedikit maka peneliti memilih untuk tidak
(61)
42
menggunakan sampel. Kuesioner diberikan kepada 27 orang, dan jumlah kuesioner yang kembali ke peneliti sebanyak 27 buah. Dengan demikian
response rate pengembalian kuesioner adalah sebesar 100%.
Subyek dalam penelitian ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda, dapat dilihat dari jenis kelamin, usia, pernah/tidak mengikuti sekolah formal, dan alasan memilih homeschooling.
1. Jenis Kelamin
Tabel 5.1
Jenis Kelamin Responden
Aspek Frekuensi Prosentase
Jenis kelamin: Laki-laki Perempuan
15 12
55.55% 44.44%
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki adalah 15 orang (55.55%) dan yang berjenis kelamin perempuan adalah 12 orang (44.44%).
2. Usia Responden
Tabel 5.2 Usia Responden
Usia Frekuensi Prosentase
16 tahun 20 74.07%
17 tahun 1 3.70%
18 tahun 6 22.22%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(62)
Tabel 5.2 menunjukkan jumlah responden yang berusia enam belas tahun adalah 20 orang (74.07%), berusia tujuh belas tahun adalah 1 orang (3.70%), dan berusia delapan belas tahun adalah 6 orang (22.22%).
3. Pernah/Tidak Bersekolah di Sekolah Formal/Reguler Tabel 5.3
Pernah/Tidak Bersekolah di Sekolah Formal Frekuensi Prosentase Pernah mengikuti
sekolah formal
27 100%
Tidak pernah mengikuti sekolah formal
0 0%
Tabel 5.3 menunjukkan jumlah responden yang pernah mengikuti sekolah formal adalah 27 orang (100%) dan tidak ada yang belum pernah mengikuti sekolah formal.
4. Alasan Memilih Homeschooling
Tabel 5.4
Alasan Memilih Homeschooling
Alasan Frekuensi Prosentase
Ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan yang dilakukan di sekolah formal
15 55.55%
Memiliki kebutuhan lain diluar proses belajar yang tidak bisa didapatkan di sekolah formal
10 37.03%
Memiliki kegiatan lain diluar dari belajar, seperti pemain piano internasional, berdagang
2 7.40%
Tabel 5.4 menunjukkan alasan responden memilih homeschooling karena adanya ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan yang dilakukan di
(63)
44
sekolah formal adalah 15 orang (55.55%), memiliki kebutuhan lain di luar belajar yang tidak bisa dipenuhi di sekolah formal adalah 10 orang (37.03%), dan memiliki kegiatan lain seperti pianis internasional, berdagang adalah 2 orang (7.40%).
Untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai data penelitian, berikut ini diperoleh hasil perhitungan pada tabel 5.5:
Tabel 5.5
Hasil Perhitungan Data Secara Teoritis Data teoritis
Skor max 343
Skor min 49
Range (r) 294
Mean teoritis (µ) 196 Standar deviasi ( ) 49
Skor/rentang minimum-maksimum adalah 49 sampai dengan 343, sehingga luas jarak sebarannya (range) adalah 294. Dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya bernilai = 49, dan mean teoritisnya (µ) adalah 196.
Tabel 5.5 dapat digunakan sebagai penggolongan subyek ke dalam lima (5) kategori diagnosis tingkat interaksi sosial, maka penggolongan keenam satuan deviasi standar ke dalam 5 bagian, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(64)
C. Deskripsi Tingkat Interaksi Sosial
Tabel 5.6
Pengkategorian dan Prosentase Interaksi Sosial Kategori Frekuensi Prosentase Kriteria
49-123 0 0% Sangat Rendah
124-172 1 3.70% Rendah
173-221 6 22.22% Sedang
222-270 14 51.85% Tinggi
271-343 6 22.22% Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan kriteria interaksi sosial remaja
homeschooling menggunakan metode komunitas di Homeschooling Kak Seto Semarang tidak ada yang dikategorikan sangat rendah (0%), dikategorikan rendah sebanyak 1 orang (3.70%), dikategorikan sedang sebanyak 6 orang (22.22%), dikategorikan tinggi sebanyak 14 orang (51.85%), dan dikategorikan sangat tinggi sebanyak 6 orang (22.22%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat interaksi sosial remaja homeschooling menggunakan metode komunitas di Homeschooling Kak Seto Semarang cenderung tinggi.
1. Aspek Komunikasi
Tabel 5.7
Pengkategorian dan Prosentase Aspek Komunikasi Kategori Frekuensi Prosentase Kriteria
18-45 0 0% Sangat Rendah
46-63 1 3.70% Rendah
64-81 8 29.62% Sedang
82-99 17 62.96% Tinggi
100-126 1 3.70% Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan kriteria aspek komunikasi remaja
(65)
46
Seto Semarang tidak ada yang dikategorikan sangat rendah (0%), dikategorikan rendah sebanyak 1 orang (3.70%), dikategorikan sedang sebanyak 8 orang (29.62%), dikategorikan tinggi sebanyak 17 orang (62.96%), dan dikategorikan sangat tinggi sebanyak 1 orang (3.70%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aspek komunikasi remaja
homeschooling menggunakan metode komunitas di Homeschooling Kak Seto Semarang cenderung tinggi.
2. Aspek Sikap
Tabel 5.8
Pengkategorian dan Prosentase Aspek Sikap Kategori Frekuensi Prosentase Kriteria
11-28 0 0% Sangat Rendah
29-39 2 7.40% Rendah
40-50 4 14.81% Sedang
51-61 15 55.55% Tinggi
62-77 6 22.22% Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan kriteria aspek sikap remaja
homeschooling menggunakan metode komunitas di Homeschooling Kak Seto Semarang tidak ada yang dikategorikan sangat rendah (0%), dikategorikan rendah sebanyak 2 orang (7.40%), dikategorikan sedang sebanyak 4 orang (14.81%), dikategorikan tinggi sebanyak 15 orang (55.55%), dan dikategorikan sangat tinggi sebanyak 6 orang (22.22%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aspek sikap remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(66)
homeschooling menggunakan metode komunitas di Homeschooling Kak Seto Semarang cenderung tinggi.
3. Aspek Tingkah Laku Kelompok
Tabel 5.9
Pengkategorian dan Prosentase Aspek Tingkah Laku Kelompok Kategori Frekuensi Prosentase Kriteria
10-25 1 3.70% Sangat Rendah
26-35 0 0% Rendah
36-45 7 25.92% Sedang
46-55 11 40.74% Tinggi
56-70 8 29.62% Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan kriteria aspek tingkah laku kelompok remaja homeschooling menggunakan metode komunitas di Homeschooling
Kak Seto Semarang dikategorikan sangat rendah 1 orang (3.70%), tidak ada yang dikategorikan rendah (0%), dikategorikan sedang sebanyak 7 orang (25.92%), dikategorikan tinggi sebanyak 11 orang (40.74%), dan dikategorikan sangat tinggi sebanyak 8 orang (29.62%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat tingkah laku kelompok remaja
homeschooling menggunakan metode komunitas di Homeschooling Kak Seto Semarang cenderung tinggi.
(67)
48
4. Aspek Norma Sosial
Tabel 5.10
Pengkategorian dan Prosentase Aspek Norma Sosial Kategori Frekuensi Prosentase Kriteria
10-25 0 0% Sangat Rendah
26-35 1 3.70% Rendah
36-45 5 18.51% Sedang
46-55 12 44.44% Tinggi
56-70 9 33.33% Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan kriteria aspek norma sosial remaja
homeschooling menggunakan metode komunitas di Homeschooling Kak Seto Semarang tidak ada yang dikategorikan (0%), dikategorikan rendah sebanyak 1 orang (3.70%), dikategorikan sedang sebanyak 5 orang (18.51%), dikategorikan tinggi sebanyak 12 orang (44.44%), dan dikategorikan sangat tinggi sebanyak 9 orang (33.33%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aspek norma sosial remaja homeschooling
menggunakan metode komunitas di Homeschooling Kak Seto Semarang cenderung tinggi.
D. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tingkat interaksi sosial remaja homeschooling menggunakan metode komunitas di
Homeschooling Kak Seto Semarang cenderung tinggi. Ini berarti tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(68)
interaksi sosial remaja homeschooling menggunakan metode komunitas baik. Pada aspek komunikasi, kemampuan berkomunikasi dengan tutor/guru, teman sebaya di dalam maupun di luar homeschooling baik. Pada aspek sikap, kemampuan untuk menyatakan rasa senang dan tidak senang, perilaku yang mengikuti rasa senang atau tidak senang, serta penilaian terhadap objek baik. Pada aspek tingkah laku kelompok, kemampuan berperilaku dalam kebersamaan baik. Pada aspek norma sosial, kemampuan mematuhi dan menghargai peraturan di dalam kelompok baik.
Pada aspek komunikasi, subyek cenderung berada pada kategori tinggi. Hal ini terlihat dari subyek terbiasa menyampaikan materi kepada teman sekelas dengan power point, sering bertukar informasi dengan teman sebaya di sekitar rumah, sering bermain dengan teman sebaya, tidak hanya diam ketika ada teman yang merasa kesulitan, selalu kritis terhadap informasi yang diberikan, dapat dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan oleh tutor/guru, selalu mengulang materi pelajaran yang diberikan oleh guru/tutor, sering mengerjakan rumah yang diberikan oleh guru, sering menggunakan
yahoo messenger untuk berbincang materi dengan guru, terbiasa bertukar informasi dengan teman lewat telepon, sering menggunakan facebook untuk ngobrol dengan teman, berkomunikasi dengan teman lewat SMS, mengangkat tangan ketika ingin bertanya kepada guru, selalu tersenyum ketika bertemu dengan guru atau karyawan di lembaga homeschooling, selalu berjabat tangan
(69)
50
ketika bertemu dengan teman-teman, sering memberikan apresiasi kepada teman dengan bertepuk tangan, dan melambaikan tangan saat akan pulang terlebih dahulu.
Pada aspek sikap, subyek cenderung berada pada kategori tinggi. Hal ini terlihat dari sikap senang bermain bersama teman sekelompok, suka mengerjakan tugas secara bersama-sama, senang bila mendapat teman baru, suka dengan teman yang banyak bicara, sering bermain dengan teman sebaya di sekitar rumah, tidak pernah berkumpul dengan teman yang malas, peduli dengan kegiatan yang dilakukan dengan teman di sekitar rumah, menyukai sesi
sharing karena bisa membuat saling mengenal satu sama lain, mengikuti organisasi dengan baik, bermain bersama teman sebaya di rumah dengan baik, dan memiliki teman lewat facebook atau twitter dengan baik.
Pada aspek tingkah laku kelompok, subyek cenderung berada pada kategori tinggi. Hal ini terlihat dari seringnya belajar bersama teman-teman, sering bermain dengan teman di homeschooling, sering mengikuti kegiatan sosial bersama teman-teman, tidak terbiasa menyendiri ketika ada kegiatan di rumah, tidak menerima ajakan teman untuk membolos, meniru cara belajar teman yang efektif, memiliki kewajiban menjaga nama baik kelompok, selalu belajar dari pengalaman, kegiatan yang dilakukan mendukung tujuan kelompok, dan tidak terbiasa menyelesaikan segalanya sendiri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(70)
Pada aspek norma sosial, subyek cenderung berada pada kategori tinggi. Hal ini terlihat dari menghargai aturan dan norma kelompok, mengikuti aturan yang terdapat dalam kelompok, selalu mentaati setiap keputusan yang dibuat dalam kelompok, tidak pernah mendapat sanksi dari guru, tidak selalu merasa pendapat paling benar, memiliki sikap toleran terhadap semua anggota kelompok, belajar dengan rajin agar tidak ketinggalan materi, selalu menyapa teman, guru, maupun karyawan di homeschooling, menerima dengan lapang dada ketika pendapatnya tidak diterima, dan selalu memberikan ide kepada teman.
Selain dari hasil kuesioner tersebut, ada hal lain yang mendukung penelitian ini yaitu dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap tiga orang subyek yang pernah dididik di sekolah formal menyatakan bahwa dalam
homeschooling mereka merasa lebih percaya diri dan ada rasa saling memberikan motivasi dengan teman-teman di homeschooling.
Subyek pertama bercerita di dalam homeschooling lebih menyenangkan dalam proses pembelajaran dan rasa kerja sama satu dengan yang lain lebih tinggi. Ia pun semakin aktif di dalam kegiatan di luar homeschooling, seperti kegiatan gereja. Di dalam homeschooling, ia merasa secara tidak langsung diajarkan agar lebih percaya diri.
Subyek kedua bercerita bahwa ia dulu adalah seorang yang jarang berinteraksi dengan sekelilingnya terutama saat di sekolah formal, karena
(1)
57 14
49 Sedang
15
47 Sedang
16
61 Tinggi
17
71 Sangat Tinggi
18
67 Sangat Tinggi
19
60 Tinggi
20
59 Tinggi
21
67 Sangat Tinggi
22
50 Sedang
23
52 Tinggi
24
52 Tinggi
25
59 Tinggi
26
54 Tinggi
27
51 Tinggi
D. Tabel Deskripsi Pengkategorian Subyek Aspek Tingkah Laku Kelompok
No. responden
Jumlah Keterangan
1
53 Tinggi
2
42 Sedang
3
61 Sangat Tinggi
4
45 Tinggi
5
(2)
6
55 Tinggi
7
70 Sangat Tinggi
8
52 Tinggi
9
39 Sedang
10
48 Tinggi
11
49 Tinggi
12
41 Sedang
13
63 Sangat Tinggi
14
54 Tinggi
15
42 Sedang
16
58 Sangat Tinggi
17
65 Sangat Tinggi
18
59 Sangat Tinggi
19
55 Tinggi
20
46 Tinggi
21
58 Sangat Tinggi
22
37 Sedang
23
45 Sedang
24
38 Sedang
25
63 Sangat Tinggi
26
49 Tinggi
27
(3)
No. responden
Jumlah Keterangan
1
43 Sedang
2
53 Tinggi
3
51 Tinggi
4
51 Tinggi
5
32 Rendah
6
59 Sangat Tinggi
7
64 Sangat Tinggi
8
54 Tinggi
9
48 Tinggi
10
45 Sedang
11
64 Sangat Tinggi
12
50 Tinggi
13
62 Sangat Tinggi
14
54 Tinggi
15
48 Tinggi
16
57 Sangat Tinggi
17
66 Sangat Tinggi
18
64 Sangat Tinggi
19
54 Tinggi
20
49 Tinggi
21
56 Sangat Tinggi
22
42 Sedang
23
(4)
24
48 Tinggi
25
58 Sangat Tinggi
26
49 Tinggi
27
(5)
PERSONAL DATA
Name : Citra Kusumawardhani
Place and Date of birth : Palembang, 16th 1990
Address : Jl. Pringgodani Gg. Bambang Tetuko No. 9 RT 21/08,
Yogyakarta
Gender : Female
Marital Status : Single Religion : Christiani
Hobbies : Sport, Singing, Travelling Nationality : Indonesian
EDUCATION
1995-2001 Elementary High School Budi Mulia Bogor. 2001-2004 Junior High School Negeri 9 Denpasar. 2004-2007 Senior High School PSKD 7 Depok. 2007-2011 Sanata Dharma University Yogyakarta.
INFORMAL EDUCATION
2007 Studium Generale “More Time More Money” Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma. 2008 Sarasehan Hari Bumi “Healing The World Is
Possible” Komunitas Cinta Bumi.
2008 Workshop Pengelolaan Sampah Mapasadha. 2008 Pelatihan Asisten Fasilitator Pelatihan
Pengembangan Kepribadian Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2010 Pelatihan Asisten Fasilitator Pelatihan
Pengembangan Kepribadian Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2010 Peserta Pelatihan English Club Pendidikan Akuntansi.
(6)
ORGANIZATIONAL EXPERIENCES
2008 Wakil Ketua II Himpunan Mahasiswa Pendidikan Akuntansi dan Ekonomi.
2008 Sie. Acara Olimpiade Ekonomi-Akuntansi antar Siswa SMA se-DIY dan Jawa Tengah.
2008 Sie. Humas dan Publikasi Studium Generale HIMAPENSI.
2008 Sie. Humas dan Publikasi Seminar Ilmiah
Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2009 Pendamping Kelompok Inisiasi Mahasiswa Baru
Keguruan.
2009-2010 Asisten Fasilitator Pelatihan Pengembangan
Kepribadian Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.