Gen Letal sma12bio PraktisBelajarBiologia Fictor

Pola Pewarisan Sifat Organisme 97

a. Sistem XX-XY

Sistem ini umum kita temukan pada tumbuhan, hewan, dan manusia. Penamaannya berdasarkan bentuk gonosom yang ditemukan. Gonosom X berukuran lebih besar dari gonosom Y. Sistem ini diberi tanda XX untuk betina dan jantan diberi tanda XY Gambar 5.9. Oleh karenanya, betina disebut juga homogamet dan jantan heterogamet. Pada manusia terdapat 46 kromosom, kromosom tubuh autosom 44 buah 22 pasang, sedangkan kromosom kelaminnya ada 2 buah sepasang. Sel telur pada manusia 22 + X dan sperma 22 + Y atau 22 + X Gambar 5.9. Lalat buah Drosophila melanogaster memiliki delapan buah kromosom yang terdiri atas tiga pasang autosom dan satu pasang gonosom. Penulisan kromosom untuk lalat buah jantan adalah 6A + XY dan lalat buah betina ditulis dengan 6A + XX.

b. Sistem XO

Pada beberapa serangga, ditemukan bentuk berbeda dengan penemuan sebelumnya. Jantan tidak memiliki bentuk Y, tetapi hanya satu gonosom X. Adapun betina memiliki sepasang gonosom X. Oleh karena itu, penulisan untuk perangkat gonosom betina adalah XX dan jantan XO. Jenis-jenis yang memiliki sistem seperti ini adalah beberapa jenis serangga, seperti belalang dan anggota Orthoptera Gambar 5.10.

c. Sistem ZW

Sistem ZW banyak ditemukan pada jenis-jenis unggas, ikan, dan kupu-kupu. Pemberian nama dengan sistem ini didasarkan pada pengamatan yang menunjukkan sistem penentuan jenis kelamin untuk betina dan jantan terbalik dengan penemuan sebelumnya. Pada manusia, yaitu betina memiliki pasangan gonosom XY dan jantan XX. Oleh karena itu, untuk menghindari kekeliruan dalam penulisan, maka dibuat penamaan dengan sistem ZW. Betina diberi lambang ZW dan jantan diberi lambang ZZ.

d. Sistem ZO

Sistem ZO ini dapat ditemukan pada beberapa jenis unggas. Pada sistem ini susunan kromosom, kelamin ZO dimiliki oleh hewan betinanya, sedangkan jantan memiliki susunan kromosom kelamin ZZ. Oleh karena itu, kromosom kelamin betina hanya ada satu yaitu Z, sedangkan jantan memiliki sepasang kromosom kelamin yang sama bentuknya yaitu ZZ.

e. Sistem Haploid-Diploid

Pada sistem ini, penentuan jenis kelamin tidak ditentukan oleh kromosom seks, melainkan oleh jumlah kromosom tubuh Gambar 5.12. Pada lebah dan semut umumnya tidak memiliki kromosom seks. Betina berkembang dari sel telur yang dibuahi sehingga diploid. Adapun jantan berkembang dari sel telur yang tidak dibuahi sehingga mereka haploid. Hal ini dikenal dengan partenogenesis.

5. Gen Letal

Gen kematian gen letal adalah gen yang dapat menyebabkan kematian suatu individu yang memilikinya. Gen- gen ini dapat menunjukkan pengaruhnya pada awal pertumbuhan sehingga dapat mengakibatkan kematian sebelum lahir pada masa embrio. Dalam konsep gen letal, dikenal istilah individu carrier, yakni individu yang berpotensi untuk menurunkan sifat gen letal tersebut atau berpotensi untuk membawa gen yang mengakibatkan kelainan. 44A + XY 44A + XX 22 A + X 22 A + Y 22 A + X 44 A + XX 44 A + XY Penentuan jenis kelamin pada manusia. r omosom manakah yang menentukan jenis kelamin? 2 2 + X X 22+X Sumber: Biology Concepts Connections, 2006 Jenis kelamin XX dan X pada belalang. 7 6 + Z W 7 6 + Z Z Penentuan jenis kelamin jantan dan betina pada ayam. Sumber: Biology Concepts Connections, 2006 Gambar 5.11 3 2 1 6 Sumber: Biology Concepts Connections, 2006 Sistem haploid-diploid pada lebah. Gambar 5.12 Gambar 5.9 Di unduh dari : Bukupaket.com Praktis Belajar Biologi untuk Kelas XII 98

a. Gen Letal Dominan

Gen letal dominan merupakan suatu keadaan apabila suatu individu memiliki gen homozigot dominan, individu tersebut akan mati. Contohnya, pada tikus gen A y mengekspresikan rambut warna kuning yang dominan terhadap gen a yang mengekspresikan warna rambut hitam. Gen A y ini dalam keadaan homozigot mengakibatkan kematian pada tikus. Jika tikus jantan kuning heterozigot dikawinkan dengan tikus betina yang juga kuning heterozigot maka keturunannya F 1 adalah sebagai berikut. P fenotipe : kuning × kuning genotipe : A y a A y a gamet : A y , a A y , a F 1 : F 1 : 1 A y A y : tikus letal 25 2 A y a : tikus carrier 50 1 aa : tikus normal 25 Diagram Persilangan Tikus Berbulu Kuning A y A y A y a A y a A y a a a A y a Contoh kelainan akibat gen letal dominan, yaitu: 1 Ayam redep kaki dan sayap pendek 2 Thalasemia pada manusia 3 Ayam tidak berjambul

b. Gen Letal Resesif

Pada gen letal resesif, individu akan mati jika memiliki gen homozigot resesif. Salah satu contoh efek dari gen letal resesif yang menyebabkan kematian adalah pada tanaman jagung. Hadirnya klorofil diatur oleh suatu gen dalam keadaan dominan dan jika gen tersebut berada dalam keadaan resesif maka klorofil tidak dapat diekspresikan dan menyebabkan kematian. Gen yang menyebabkan hadirnya klorofil kita anggap sebagai A dan resesifnya adalah a. Gen heterozigot menyebabkan warna daun menjadi hijau muda. Pada persilangan antarjagung dengan daun hijau muda sesamanya akan menghasilkan sebagai berikut. P fenotipe : hijau muda × hijau muda genotipe : Aa Aa gamet : A, a A, a F 1 : F 1 : 1 AA: jagung hijau tua 25 2 Aa: jagung hijau muda 50 1 aa: jagung albino atau letal 25 Diagram Persilangan Tanaman Jagung AA Aa A a Aa aa A a • Gen letal dominan • Gen letal resetif Kata Kunci Di unduh dari : Bukupaket.com Pola Pewarisan Sifat Organisme 99 Contoh kelainan akibat gen letal resesif, yaitu: 1 Sickle-Cell Anemia sel bulan sabit pada manusia; 2 Kelinci pelger gangguan pada pembentukan leukosit; 3 Sapi bulldog persilangan antarsapi ras dexter. Kerjakanlah di dalam buku latihan Anda. 1. Bilamanakah pindah silang dapat terjadi? 2. Apakah yang dimaksud dengan monohibrid dan dihibrid? 3. Sebutkan beberapa contoh penyimpangan semu dari hukum Mendel. 4. Mengapa atavisme, kritomeri, polimeri, komplementer, hipostasis, dan epistasis disebut penyimpangan semu hukum Mendel? Soal Penguasaan Materi 5.2 C Hereditas dan Penyakit Turunan Setelah para ilmuwan mengetahui proses terjadinya pewarisan sifat pada makhluk hidup, misteri kelahiran seorang bayi yang memiliki cacat fisik ataupun mental dapat dimengerti dan menjadi suatu kajian ilmiah. Penyakit atau cacat turunan ini memiliki sifat-sifat yang khas, yaitu: 1. bukan merupakan penyakit yang dapat ditularkan; 2. bersifat permanen dan tidak dapat disembuhkan; 3. dikendalikan oleh faktor genetis. Adanya faktor genetis merupakan penyebab utama adanya suatu cacat atau penyakit menurun ini. Seorang ahli genetika dapat menjelaskan bagaimana agar penyakit tersebut tidak hadir di generasi selanjutnya. Umumnya, sifat penyakit menurun merupakan alel-alel gen resesif sehingga akan hadir dalam homozigot resesif. Beberapa penyakit menurun yang umumnya hadir ini dapat dibedakan berdasarkan jenis kromosom pembawanya, yaitu dapat bersifat autosom atau gonosom.

1. Cacat Bawaan Bersifat Autosom