B. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi-apresiasi, dan ketrampilan Suprijono,
2006:9. Sedangkan menurut Nana Sudjana 2012:22 bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Herman Hudojo 1988:144 mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan pemahaman dan penguasaan seseorang
dalam menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagi pengertian sehingga orang tersebut dapat
menampilkan pemahaman dan penguasaan seseorang dalam menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh
sebagai pengertian sehingga orang tersebut dapat menampilkan pemahaman dan penguasaa bahan pelajaran yang dipelajari. Hasil belajar
merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indicator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang
bersangkutan Mulyasa, 2009:212. Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana 2010: 22-23 membagi
hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik berkenaan dengan ketrampilan dan kemampuan
bertindak individu meliputi enam aspek, yaitu gerakan reflex, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan,
gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ketiga ranah tersebut saling berhubungan dan ketiganya harus Nampak sebagai hasil belajar.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku, pemahaman dan kemampuan-
kemampuan yang merupakan umpan balik dari hasil pengalamannya selama mengikuti proses belajar.
C. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif Suprijono, 2009:54 adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-
bentuk yang lebih dipimpin oleh guru. Menurut Slavin dalam Tukiran Taniredja dkk, 2011:55, pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Sedangkan menurut Sugiyanto 2010:37, model pembelajaran
kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Berdasarkan pengertian tentang pembelajaran kooperatif dari
berbagai ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif, sehingga merangsang siswa lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bergairah dalam belajar serta bekerja sama dalam memaksimalkan suatu tujuan tertentu.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johson dalam Anita Lie, 2008:31 mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya.
Tugas kelompok tidak akan bisa diselesaikan saat ada satu anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya. Diperlukan kerja sama yang
baik antar anggota kelompok, maka setiap anggota kelompok akan merasa saling ketergantungan.
b. Tanggung jawab peseorangan
Setiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab pribadi sehingga siswa merasa memiliki bertanggung jawab untuk dapat
melakukan yang terbaik. c.
Interaksi tatap muka Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan bagi setiap
anggotanya untuk bertatap muka saling memberi informasi dan saling belajar. Pada setiap interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman
berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing.
d. Komunikasi antar anggota
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan komunikatif.Kemampuan ini sangat penting
sebagai bekal
mereka dalam
kehidupan di
masyarakat kelak.Komunikasi yang baik antar anggota kelompok tentunya dapat
memudahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam komunikasi yang baik tersebut, siswa harus dapat saling mempercayai,
saling emnerima, saling mengeluarkan pendapat dan mendukung serta mampu menyelesaikan masalah.
e. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi dalam kelompok sangat diperlukan agar para siswa dapat mengetahui kinerja mereka selama berada dalam kelompok dan hasil
kerja sama mereka. Sehingga guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja dan hasilnya agar
selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif. f.
Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Sebagian besar pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1
Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif dan mereka haruslah beranggapan
sehidup sepenaggungan bersama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Kelompok dibentuk dari siswa-siswi yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah. 3
Jika di dalam kelas terdapat siswa-siswi yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka diupayakan
agar dalam setiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
4 Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada
individu. g.
Metode-metode Pembelajaran Kooperatif Beberapa metode dalam pembelajaran kooperatif Miftahul
Huda,2011, antara lain: 1
Model Student Teams Achievment Division STAD Jenis pembelajaran ini dikembangkan oleh Slavin yang melibatkan
kompetensi antar kelompok. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat sampai enam orang yang
heterogen, menurut kemampuan, ras, etnis, dan jenis kelamin. Gguru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswi dalam
kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.Akhirnya semua siswa menjalani kuis
perseorangan tentang materi dan mereka tidak boleh saling membantu. Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor
yang diperoleh oleh krlompok. Jadi setiap anggota harus berusaha PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memperoleh nilai maksimal dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor tinggi.
2 Model Teams Games Tournaments TGT
Hampir sama dengan STAD, siswa di kelompokkan secara heterogen dalam TGT umumnya focus pada level kemampuan
saja. Selain itu, jika dalam STAD yang digunakan adalah kuis, maka dalam TGT biasanya berganti dengan game akademik.
Dalam TGT setiap siswa ditugaskan untuk mempelajari materi terlebih dahulu bersama anggota yang lain, lalu mereka diuji secara
individual melalui gane akademik. Nilai yang mereka peroleh dari game akan menentukan skor kelompok mereka.
3 Model Jigsaw
Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Selanjutnya guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil.Jumlah kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topic yang
dipelajari atau disesuaikan suatu kondisi tertentu. Kelompok- kelompok ini disebut home teams kelompok asal. Setelah
kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi kepada tiap-tiap kelompok.Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab
mempelajari materi yang diterima dari guru.Sesi berikutnya, membentuk expert temas kelompok ahli. Setiap kelompok ahli
memiliki anggota yang dari kelompok asal yang berbeda-beda dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki materi yang harus dipelajari sama. Setelah terbentuk, kelompok asal akan berdiskusi mengenai materi tersebut. Setelah
masing-masing anggota kelompok telah memahami materi yang diperoleh, mereka kembali ke kelompok asal dan saling berbagi
tentang materi satu sama lain. Selanjutnya dilakukan diskusi dengan seluruh kelas sebelum akhirnya pembelajaran ditutup oleh
guru dengan memberikan reviw dari hasil pembelajaran hari tersebut.
4 Investigasi Kelompok Group Investigation
Model ini lebbih menekankan pada pilihan dan control siswa daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas.
Siswa diberi control dan pilihan penuh untuk merencanakan yang ingin dipelajari dan diinvestigasi serta ditempatkan dalam
kelompok kecil dan diberi tugas atau proyek yang berbeda. Dalam kelompoknya, setiap anggota berdiskusi dan menentukan informasi
yang akan dikumpulkan, baaimana mengolahnya, menelitinya, dan menyajikan hasilnya di depan kelas. Semua anggota harus ikut
andil dan selama proses penelitian mereka akan terlibat dalam aktivitas-aktivitas berpikir, seperti membuat sintesis, ringkasan,
hipotesis, kesimpulan, dan menyajikan laporan akhir. 5
Model Team Accelerated Instruction TAI TAI dikembangkan oleh Slavin, Leavy, dan Madden Slavin
2005:195. Tahap-tahap dalam TAI antara lain: tes penempatan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
belajar kelompok, perhitungan nilai kelompok, dan pemberian penghargaan bagi kelompok. Tes penempatan merupakan cirri
terpenting yang membedakan TAI dengan model yang lain karena model ini para siswa diberikan tes pra-program pada permulaan
pelaksanaan program, mereka ditempatkan pada tingkat yang sesuia dalam program individual berdasarkan kinerja mereka dalam
tes ini.
D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya di Universitas Texas Slavin, 2005.
Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun
potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji zigzag, yaitu melakukan suatu kegiatan
belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw Rusman,2012:218 adalah sebuah model belajar kooperatif yang memfokuskan pada kerja
kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie dalam Rusman,2012:218 model belajar kooperatif dengan cara siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerjasama saling ketergantungan positif dan
bertanggung jawab secara mandiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Ada tiga jenis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Ketiga jenis tersebut adalah:
a. Jigsaw I
Pada jenis ini siswa sangat dituntut untuk bertanggung jawab terhadap penguasaan materi siswa lain di luar kelompoknya.
Pada model kooperatif tipe Jigsaw I ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen.Kelompok tersebut disebut
kelompok asal. Materi pembelajaran dibagi dalam beberapa bagian, kemudian dibagikan kepada setiap siswa dalam kelompok asal
dengan sub bagian yang berbeda. Siswa dalam satu kelas yang mendapatkan materi yang sama, berkumpul, dan berdiskusi,
kelompok baru ini disebut kelompok ahli. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal
untuk mengajarkan materi ke anggota kelompok asalnya.Kemudian guru memberikan evaluasi berupa kuis yang dikerjakan oleh siswa
secara individual. b.
Jigsaw II Dalam Jigsaw II, para siswa bekerja dalam tim yang
heterogen, seperti pembelajaran kooperatif yang lainnya. Berbeda halnya pada Jigsaw I, pada jenis ini para siswa diharapkan
mengetahui secara garis besar materi yang akan dipelajari sebelum masuk dalam diskusi kelompok ahli.Dengan begitu, diharapkan
siswa lebih memahami penyampaikan sub bagian materi yang disampaikan oleh teman kelompok di kelompok asalnya. Setiap
anggota dari kelompok asal yang memperoleh topik yang sama, berkumpul membentuk kelompok ahli .dalam kelompok ahli ini
setiap anggota saling berdiskusi untuk memahami lebih detail tentang informasi tersebut. Setelah berdiskusi dengan kelompok
ahli, kemudian para ahli kembali ke kelompok asal dan secara bergantian mengajarkan topic yang lebih spesifik dari informasi
tersebut kepada teman dalam satu kelompoknya.Kemudian guru memberikan evaluasi yang berupa kuis secara individual.Dan
perolehan nilai kuis dijadikan panduan untuk menentukan penghargaan kelompok.
c. Jigsaw III
Model Jigsaw yang ketiga ini dikembangkan oleh Kagan M.Huda,2011:122. Tidak ada perbedaan yang menonjol pada
Jigsaw I, Jigsaw II, dan Jigsaw III dalam tata laksana dan prosedurnya masing-masing. Hanya saja dalam Jigsaw III, Kagan
lebih focus pada penerapannya di kelas-kelas bilingual. Jadi dengan dua model Jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan untuk
semua materi pelajaran, model Jigsaw ini khusus diterapkan untuk kelas bilingual. Karena diterapkan pada kelas bilingual, maka
Jigsaw III pada umumnya menggunakan bahasa Inggris untuk materi, bahan, lembar kerja, dan kuis.
Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa terdapat perbedaan antara Jigsaw I, Jigsaw II dan Jigsaw III.Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw II, karena dalam tipe ini semua siswa mempelajari materi secara lengkap
terlebih dahulu sebelum materi dibagi menjadi beberapa bagian.Sehingga sebelumnya siswa sudah mendapat gambaran
secara keseluruhan sebelum fokus ke bagian tertentu. 2.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II a.
Orientasi Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan.
Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan model Jigsaw dalam proses belajar mengajar. Para siswa diminta belajar
konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan tentang materi yang diajarkan.
b. Pengelompokan
Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang sudah diketahui kemampuan matematikanya dan sudah di-ranking, kita bagi dalam
25 rangking 1-5 kelompok sangat baik, 25 rangking 6-10 kelompok baik, 25 rangking 11-15 kelompok sedang, 25
rangking 16-20 kelompok rendah. Selanjutnya akan membaginya menjadi 5 kelompok A-E yang beranggotakan heterogen, beri
indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, beri indeks 2 untuk siswa dalam kelompok baik, beri indeks 3 untuk siswa dalam
kelompok sedang, beri indeks 4 untuk siswa dalam kelompok rendah.
Tiap kelompok beranggotakan: Kelompok A A
1
, A
2
, A
3
,A
4
Kelompok B B
1
, B
2
, B
3
,B
4
Kelompok C C
1
, C
2
, C
3
,C
4
Kelompok D D
1
, D
2
, D
3
,D
4
Kelompok E E
1
, E
2
, E
3
,E
4
c. Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli
Selanjutnya kelompok itu dibagi menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang diberikan dan dibina menjadi ahli
berdasarkan indeksnya Kelompok 1 A
1
, B
1
, C
1
,D
1 ,
E
1
Kelompok 2 A
2
, B
2
, C
2
,D
2 ,
E
2
Kelompok 3 A
3
, B
3
, C
3
,D
3 ,
E
3
Kelompok 4 A
4
, B
4
, C
4
,D
4 ,
E
4
Setiap kelompok diharapkan dapat belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam kelompok
asal sebagai tim ahli. d.
Diskusi kelompok ahli dalam kelompok asal Para ahli dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali ke
kelompok asal.Selanjutnya guru mempersilahkan anggota grup untuk mempresentasikan keahliannya kepada anggota kelompok
asalnya secara bergantian. Proses ini diharapkan akan terjadi saling berbagi pengetahuan antaranggota kelompok.
Aturan dalam tahap ini adalah: 1
Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok mempelajari materi yang diberikan
2 Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama
3 Tanyakan pada anggota kelompok sebelum Tanya kepada guru
4 Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu
grup lain 5
Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan.
e. Tes penilaian
Guru memberikan tes tertulis berupa kuis untuk dikerjakan siswa secara individu yang memuat seluruh materi yang didiskusikan.
E. Alat Peraga