Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII F SMP N 1 Bayat pada materi prisma dan limas.

(1)

ABSTRAK

Galuh Retno Rulandari. 2016. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS ALAT PERAGA SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII F SMP N 1 BAYAT PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1)mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan limas pada siswa kelas VIII SMP N 1 Bayat. (2)mengetahui dampak dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bayat dalam mempelajari materi prisma dan limas.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Mei 2016 sampai tanggal 24 Mei 2016 .Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP N 1 Bayat yang terdiri dari 33 siwa penelitian dilakukan dalam 5 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan instrumen pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen pengumpulan data: (1) soal tes kemampuan awal, (2) soal kuis, (3) soal tes hasil belajar.

Hasil penelitian yang dilakukan yaitu: (1) tes hasil belajar dengan jumlah siswa yang tuntas 72.72% terdapat pada kategori tinggi (2) ada dampak pembelajaran dengan metode Jigsaw II yang dikombinasikan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana terhadap hasil belajar siswa terlihat dari perubahan nilai siswa dari tes kemampuan awal sampai tes hasil belajar.


(2)

ABSTRACT

Galuh Retno Rulandari. 2016. The Implementation Of Cooperative Learning Model With Jigsaw II Which Combined With Learning based Simple Figure to Improve Student Learning Results Class VIII F SMP N 1 Bayat on The Topic of Prism and Pyramid. Thesis. Mathematics Education Study Program, Mathematics and Science Education Department,Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aims to (1) determine student learning outcomes after following math learning with Jigsaw cooperative learning model-based learning combined with simple props on the material prism and pyramid in class VIII SMP N 1 Bayat. (2) determine the impact of the implementation of cooperative learning model Jigsaw based learning combined with simple props in improving learning outcomes eighth grade students of SMPN 1 Bayat in the study material prism and pyramid.

The method used is quantitative descriptive. This research was conducted on May 16, 2016 until May 24, 2016. The subjects of this study are students of class VIII SMP N 1 Bayat F consisting of 33 Siwa research conducted in five sessions. This study uses a learning instrument in the form of lesson plan (RPP) and the data collection instrument: (1) initial capability test item, (2) about the quiz, (3) learning about the test results.

The results of this research are: (1) achievement test by the number of students who completed 72.72% are in the high category (2) there is the impact of learning methods Jigsaw II combined-based learning tool simple teaching to the learning outcomes of students comes from changes in the value of students from test start to test the ability of learning outcomes.


(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS ALAT PERAGA SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII F SMP N 1 BAYAT PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Galuh Retno Rulandari

NIM. 121414055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS ALAT PERAGA SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII F SMP N 1 BAYAT PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Galuh Retno Rulandari

NIM. 121414055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

Keluarga kecil saya, Bapak, Ibuk, Mas Galih, Mbah Uti dan (Alm) Mbah Kakung

Sahabat saya terutama, Rara, Lita, Clara, Dodi, Dikta, Desi, Kecum, Dyah, Lia, Ratna

Semua orang yang saya kasihi


(8)

(9)

(10)

vii ABSTRAK

Galuh Retno Rulandari. 2016. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS ALAT PERAGA SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII F SMP N 1 BAYAT PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1)mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan limas pada siswa kelas VIII SMP N 1 Bayat. (2)mengetahui dampak dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bayat dalam mempelajari materi prisma dan limas.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Mei 2016 sampai tanggal 24 Mei 2016 .Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP N 1 Bayat yang terdiri dari 33 siwa penelitian dilakukan dalam 5 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan instrumen pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen pengumpulan data: (1) soal tes kemampuan awal, (2) soal kuis, (3) soal tes hasil belajar.

Hasil penelitian yang dilakukan yaitu: (1) tes hasil belajar dengan jumlah siswa yang tuntas 72.72% terdapat pada kategori tinggi (2) ada dampak pembelajaran dengan metode Jigsaw II yang dikombinasikan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana terhadap hasil belajar siswa terlihat dari perubahan nilai siswa dari tes kemampuan awal sampai tes hasil belajar.


(11)

viii ABSTRACT

Galuh Retno Rulandari. 2016. The Implementation Of Cooperative Learning Model With Jigsaw II Which Combined With Learning based Simple Figure to Improve Student Learning Results Class VIII F SMP N 1 Bayat on The Topic of Prism and Pyramid. Thesis. Mathematics Education Study Program, Mathematics and Science Education Department,Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aims to (1) determine student learning outcomes after following math learning with Jigsaw cooperative learning model-based learning combined with simple props on the material prism and pyramid in class VIII SMP N 1 Bayat. (2) determine the impact of the implementation of cooperative learning model Jigsaw based learning combined with simple props in improving learning outcomes eighth grade students of SMPN 1 Bayat in the study material prism and pyramid.

The method used is quantitative descriptive. This research was conducted on May 16, 2016 until May 24, 2016. The subjects of this study are students of class VIII SMP N 1 Bayat F consisting of 33 Siwa research conducted in five sessions. This study uses a learning instrument in the form of lesson plan (RPP) and the data collection instrument: (1) initial capability test item, (2) about the quiz, (3) learning about the test results.

The results of this research are: (1) achievement test by the number of students who completed 72.72% are in the high category (2) there is the impact of learning methods Jigsaw II combined-based learning tool simple teaching to the learning outcomes of students comes from changes in the value of students from test start to test the ability of learning outcomes.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Yang Dikombinasikan Dengan Pembelajaran Berbasis Alat Peraga Sederhana Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII F SMP N I Bayat Pada Materi Prisma Dan Limas”.Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas bimbingan, dukungan, dan semangat dari berbagai macam pihak. Pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Drs. A. Sardjana, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing peneliti dalam menyusun skripsi.

4. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Kaprodi Pendidikan Matematika.

5. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Matematika.

7. Staf Sekretariat JPMIPA.

8. Keluarga Mahasiswa Pendidikan Matematika 2012 kelas B.

9. Bapak Bambang Eka Putra, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP N 1

Bayat.

10.Ibu Martina Dewanti, S.Pd. selaku guru matematika kelas VIII F yang

senantiasa membantu, membimbing dan memberi semangat pada saya dalam pelaksanaan penelitian.

11.Siswa-siswi SMP N 1 Bayat kelas VIII F yang telah bersedia menjadi


(13)

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... Error! Bookmark not defined. UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Batasan Istilah ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 9

BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Belajar ... 10

B. Hasil Belajar ... 14

C. Model Pembelajaran Kooperatif ... 15


(15)

xii

E. Alat Peraga ... 26

F. Prisma dan Limas ... 32

G. Kerangka Berpikir ... 39

H. Hipotesis Tindakan ... 40

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Subyek Penelitian ... 40

C. Obyek Penelitian ... 40

D. Perumusan Variabel ... 41

E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41

F. Bentuk Data Hasil Belajar Siswa... 41

G. Metode Pengumpulan Data ... 42

H. Instrumen dalam Penelitian ... 42

I. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 46

J. Teknik Analisis Data ... 47

K. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 49

A. Pelaksanaan Penelitian ... 51

B. Analisis Data ... 60

C. Pembahasan Hasil Belajar ... 70

D. Hambatan Pada Saat Melakukan Penelitian ... 72

E. Kelemahan Penelitian ... 73

BAB VPENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Alat yang diperlukan ... 28

Gambar 2. 2 Gambar Alat Peraga ... 29

Gambar 2. 3 Gambara Alat dan Bahan yang Diperlukan ... 30

Gambar 2. 4 Gambar Alat Peraga ... 31

Gambar 2. 5 Jaring-Jaring Prisma Tegak Segilima Beraturan ... 33

Gambar 2. 6 Jaring-Jaring Prisma Tegak Segitiga ... 34

Gambar 2. 7 Jaring-Jaring Prisma ... 34

Gambar 2. 8 Jaring-Jaring Limas Segitiga Beraturan ... 36

Gambar 2. 9 Jaring-Jaring Limas Segiempat Beraturan ... 36

Gambar 2. 10 Limas Segiempat dan Jaring-jaring Limas Segiempat ... 37

Gambar 2. 11 Kubus dan Limas Segitiga ... 38

Gambar 2. 12 Jaring-Jaring Prisma Tegak Segilima Beraturan ... 82

Gambar 2. 13 Jaring-Jaring Prisma Tegak Segitiga... 82

Gambar 2. 14 Jaring-Jaring Prisma ... 83

Gambar 2. 15 Jaring-Jaring Limas Segitiga Beraturan ... 85

Gambar 2. 16 Jaring-Jaring Limas Segiempat Beraturan ... 85

Gambar 2. 17 Limas Segiempat dan Jaring-jaring Limas Segiempat ... 86


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal ... 44

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Kuis 1 ... 44

Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Kuis 2 ... 45

Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Kuis 3 ... 45

Tabel 3. 5 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ... 46

Tabel 3. 6 Kategori Keterlaksanaan RPP ... 47

Tabel 3. 7 Kriteria Efektivitas Hasil Belajar Siswa (Kartika Budi,2001:54) ... 47


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 79

Lampiran A. 2 Lembar Kerja Kelompok... 95

Lampiran A. 3 Soal Tes Awal Siswa... 104

Lampiran A. 4 Soal Kuis 1 ... 105

Lampiran A. 5 Soal Kuis 2 ... 107

Lampiran A. 6 Soal Kuis 3 ... 108

Lampiran A. 7 Soal Tes Hasil Belajar ... 109

Lampiran B. 1 Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok ... 115

Lampiran B. 2 Kunci Jawaban Soal Tes Awal Siswa ... 125

Lampiran B. 3 Kunci Jawaban Soal Kuis 1 ... 127

Lampiran B. 4 Kunci Jawaban Soal Kuis 2 ... 128

Lampiran B. 5 Kunci Jawaban Soal Kuis 3 ... 129

Lampiran B. 6 Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar ... 130


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia (Tata Abdulah, 2004). Dengan adanya pendidikan, akan terbentuk manusia yang berpengetahuan. Pendidikan tidak diperoleh secara instan, namun melalui suatu proses belajar. Keberhasilan suatu pendidikan di sekolah ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran di kelas dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadai, penyediaan sarana belajar, dan peningkatan kompetensi guru. Peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah guru. Guru dalam proses pembelajaran sebaiknya dapat bertindak sebagai fasilitator, dapat menentukan model, metode, atau pendekatan yang tepat untuk siswa.

Terdapat konsep-konsep dalam pembelajaran matematika yang sulit dipahami siswa hanya dengan membaca dari buku pegangan siswa.Dibutuhkan bantuan berupa benda kongkrit untuk membantu siswa agar mendapat gambaran tentang konsep tersebut sehingga lebih mudah untuk dipahami.Prisma dan limas merupakan salah satu materi yang sulit dipahami siswa hanya dengan membaca buku atau penjelasan dari guru saja.


(20)

2

Dalam kegiatan observasi dan wawancara yang peneliti lakuakan pada 25 sampai 25 April 2016 dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah belum sepenuhnya berpusat pada siswa. Selain itu, dalam mempelajari matematika siswa kurang mendapat gambaran nyata untuk membantu memahami suatu konsep.Siswa cenderung hanya mendengarkan, mencatat, terpaku pada buku paket dan lembar kerja siswa. Akibatnya proses pembelajaran terpusat pada guru dan cenderung monoton. Proses ini yang membuat sebagian besar siswa menjadi bosan dan kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga berdampak hasil belajar siswa yang kurang maksimal.

Permasalahan di atas juga terjadi pada siswa kelas VIII F SMP N 1 Bayat. Dari hasil pengamatan, peneliti memperoleh fakta bahwa pembelajaran di kelas tersebut belum maksimal, seperti pemahaman siswa terhadap materi yang mempelajari konsep abstrak seperti prisma dan limas masih rendah, masih banyak siswa terutama yang duduk di bagian belakang masih sibuk dengan kegiatannya sendiri dan tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar, guru kurang komunikatif dan kreatif dalam menyampaikan pembelajaran di kelas sehingga siswa cenderung sibuk sendiri, serta kurangnya keaktifan dan keberanian siswa untuk menyampaikan pendapat atau usulan sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal.


(21)

Oleh karena itu, diperlukan adanya inovasi dan kreativitas dari guru sebagai fasilitator untuk membuat siswa mau terlibat secara aktif dalam pembelajaran.Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh guru untuk menjadikan siswa aktif dalam belajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif.Menurut Lie (dalam Sugiyanto, 2010:6) pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang saling asah, asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar.Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa tidak hanya belajar dari guru saja, melainkan juga dari sesama siswa.Selain itu, guru juga dapat mengkombinasikan model pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana.Siswa diajar untuk belajar kreatif menggunakan benda kongkrit sebagai bantuan untuk memahami suatu konsep matematika.Dengan menerapkan kombinasi dari dua model pembelajaran ini, kegiatan belajar tidak lagi berpusat pada guru. Siswa diberikan kesempatan untuk dapat bekerjasama, berbagi pendapat, pengalaman, pengetahuan, mendengarkan pendapat siswa lain, bertanggungjawab akan kelompoknya dan dapat mendukung pencapaian hasil belajar dengan baik. Dengan harapan siswa yang tadinya kurang aktif dalam proses pembelajaran akan menjadi lebih terlibat, serta mendorong siswa untuk lebih bersemangat belajar, berpikir kreatif serta memiliki rasa ingin tahu yang besar. Sehingga hasil belajar siswa dapat maksimal.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pada dasarnya, model


(22)

4

pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Sedangkan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana merupakan model pembelajaran yang membantu siswa memahami konsep abstrak tertentu dengan bantuan benda kongkrit yang sudah dibuat sedemikian rupa.

Dengan menerapkan gabungan dua model pembelajaran ini, setiap siswa dapat berperan aktif dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam kelompoknya.Siswa juga terdorong lebih aktif dalam berdinamika dengan kelompoknya untuk semakin memahami materi yang sedang dipelajari. Sehingga akan diperoleh hasil belajar yang maksimal untuk siswa.

Hal-hal di atas merupakan suatu dugaan serta hasil yang diharapkan dapat tercapai oleh peneliti. Maka, peneliti akan melakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dikombinasikan dengan model pembelajaran berbasis alat peraga sederhana untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti menemukan ada beberapa permasalahan antara lain:

1. Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika masih


(23)

2. Siswa masih mengalami kesulitan dalam memperoleh gambaran nyata tentang konsep-konsep bangun ruang.

3. Tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika

masih kurang.

4. Dalam penyampaian materi, guru masih menggunakan metode

ceramah dan kurang dalam memanfaatkan alat peraga.

5. Guru masih kurang melibatkan siswa dalam pelaksanaan

pembelajaran.

6. Hasil belajar siswa yang masih belum maksimal.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis memberikan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Subyek penelitian merupakan siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Bayat

angkatan 2015/2016.

2. Materi pelajaran yang dijadikan penelitian adalah materi prisma dan

limas.

3. Banyak faktor yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa.

Namun dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar siswa.


(24)

6

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan limas pada siswa kelas VIII SMP N 1 Bayat?

2. Apakah ada dampak penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bayat dalam mempelajari materi prisma dan limas?

E. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok bersifat heterogen.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah salah satu jenis pembelajaran kooperatif dengan membagi suatu kelas ke dalam beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari 4-6 siswa pada tiap


(25)

kelompoknya.Terdapat dua jenis kelompok pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.

3. Alat Peraga

Alat peraga merupakan seperangkat benda kongkrit yang dirancang dan dibuat secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan konsep-konsep dalam Matematika.

4. Kombinasi

Kombinasi adalah gabungan beberapa hal (Kamus Besar Bahasa Indonesia).Kombinasi di sini merupakan gabungan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga sederhana.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu proses kegiatan pembelajaran.

6. Prisma dan Limas

Prisma merupakan bangun ruang yang mempunyai sisi yang sejajar dan kongruen yang merupakan alas dan tutup serta sisi-sisi yang lain diperoleh dengan menghubungkan titik-titik sudut dari dua bidang yang yang sejajar menjadi garis-garis yang sejajar.

Limas merupakan bangun ruang sisi datar yang dibentuk oleh suatu daerah segi banyak sebagai alas dan sisi-sisi lain yang berbentuk segitiga yang mempunyai suatu titik persekutuan.Titik persekutuan itu disebut titik puncak limas.


(26)

8

Berdasarkan batasan istilah yang diuraikan diatas, maka yang dimaksud dari judul penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII F SMP N 1 Bayat pada materi prisma dan limas adalah melihat apakah ada perubahan antara metode pembelajaran ceramah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana ditinjau dari hasil belajar siswa.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan limas pada siswa kelas VIII F SMP N 1 Bayat .

2. Untuk mengetahui dampak dari penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Bayat dalam mempelajari materi prisma dan limas.


(27)

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi Calon Guru

Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wawasan bagi para calon guru dalam proses mempersiapkan diri sebagai calon tenaga pendidik.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk membantu guru dalam pemilihan metode yang variatif dan menantang bagi siswa serta tepat untuk mengatasi kesullitan belajar siswa.Sehingga guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi siswa

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengalaman nyata tentang salah satu metode untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mempelajari dan memahami materi matematika serta membantu siswa agar dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran di kelas.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui dampak penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan limas terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Sehingga kelak saat menjadi guru, peneliti sudah mempunyai bekal serta referensi untuk


(28)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan (Muhibbin, 2008).Sedangkan menurut Herman

Hudoyo (1988:1) belajar merupakan kegiatan bagi setiap

orang.Pengetahuan ketrampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseeorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

Menurut Winkle (2009), belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relative konstan dan berbekas.

Dalam Agus Suprijono (2009: 2-3), beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:

a. Gagne

Belajar adalah perubahan diposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.


(29)

b. Traves

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

c. Cronbach

Learning is shawon by a change in behavior as a result of experience.(Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari suatu pengalaman).

d. Harold Spears

Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (Belajar adalah mengamati, membaca, menitu mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).

e. Geoch

Learning is change in performance as a result of practice. (belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).

f. Morgan

Learning is any relative permanent change in behavior that is a result of past experience. (belajar adalah perilaku yang bersifat peranen sebagai hasil belajar dari pengalaman).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang dilangsungkan secara berkesinambungan yang dapat berdampak adanya suatu perubahan perilaku.


(30)

12

2. Teori-Teori Belajar

Menurut Wina Sanjaya (2011: 112-124) teori belajar dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya:

a. Teori Belajar Behavioristik

1) Teori Belajar Koneksionisme

Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan stimulus dan respon (S-R). Oleh karena itu teori ini juga dinamakan teori stimulus respons

2) Teori Belajar Classical Conditioning

Dalam teori ini, untuk membentuk tingkah laku tertentu harus

dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan

pengkondisian tertentu.Pengkondisian itu adalah dengan melakukan semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu.

3) Operant Conditioning

Teori operant conditioning dikembangkan oleh skinner yang membedakan dua macam respons, yaitu respondent response (reflexive response) dan operant respons (instrumental

response).Respondent response adalah respons yang

ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu.Sedangkan

operant response adalah respons yang timbul dan


(31)

b. Teori Belajar Kognitif

1) Teori Gestalt

Teori ini dikembangkan oleh Koffka, Kohler, dan Werteimer. Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antarbagian didalam suatu situasi permasalahan.

2) Teori Medan

Teori medan dikembangkan oleh Kurt Lewin. Teori medan menganggap bahwa belajar adalah proses pemecahan masalah.

3) Teori Konstruktivistik

Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan

mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Mengkonstruksi

pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada, Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori belajar merupakan sebuah teori pembelajaran mengenai pembentukan tingkah laku yang erat kaitannya dengan stimulus dan respon.


(32)

14

B. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi-apresiasi, dan ketrampilan (Suprijono, 2006:9). Sedangkan menurut Nana Sudjana (2012:22) bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Herman Hudojo (1988:144) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan pemahaman dan penguasaan seseorang dalam menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagi pengertian sehingga orang tersebut dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan seseorang dalam menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian sehingga orang tersebut dapat menampilkan pemahaman dan penguasaa bahan pelajaran yang dipelajari. Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indicator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan (Mulyasa, 2009:212).

Benyamin Bloom (dalam Nana Sudjana 2010: 22-23) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik berkenaan dengan ketrampilan dan kemampuan bertindak individu meliputi enam aspek, yaitu gerakan reflex, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative.


(33)

Ketiga ranah tersebut saling berhubungan dan ketiganya harus Nampak sebagai hasil belajar.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku, pemahaman dan kemampuan-kemampuan yang merupakan umpan balik dari hasil pengalamannya selama mengikuti proses belajar.

C. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Suprijono, 2009:54) adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru. Menurut Slavin (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2011:55), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Sedangkan menurut Sugiyanto (2010:37), model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan pengertian tentang pembelajaran kooperatif dari berbagai ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, sehingga merangsang siswa lebih


(34)

16

bergairah dalam belajar serta bekerja sama dalam memaksimalkan suatu tujuan tertentu.

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johson (dalam Anita Lie, 2008:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu:

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Tugas kelompok tidak akan bisa diselesaikan saat ada satu anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya. Diperlukan kerja sama yang baik antar anggota kelompok, maka setiap anggota kelompok akan merasa saling ketergantungan.

b. Tanggung jawab peseorangan

Setiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab pribadi sehingga siswa merasa memiliki bertanggung jawab untuk dapat melakukan yang terbaik.

c. Interaksi tatap muka

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan bagi setiap anggotanya untuk bertatap muka saling memberi informasi dan saling belajar. Pada setiap interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama,


(35)

menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Komunikasi antar anggota

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan komunikatif.Kemampuan ini sangat penting

sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat

kelak.Komunikasi yang baik antar anggota kelompok tentunya dapat memudahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam komunikasi yang baik tersebut, siswa harus dapat saling mempercayai, saling emnerima, saling mengeluarkan pendapat dan mendukung serta mampu menyelesaikan masalah.

e. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi dalam kelompok sangat diperlukan agar para siswa dapat mengetahui kinerja mereka selama berada dalam kelompok dan hasil kerja sama mereka. Sehingga guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja dan hasilnya agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif.

f. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Sebagian besar pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam

kelompok secara kooperatif dan mereka haruslah beranggapan sehidup sepenaggungan bersama.


(36)

18

2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswi yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang, dan rendah.

3) Jika di dalam kelas terdapat siswa-siswi yang terdiri dari beberapa

ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka diupayakan agar dalam setiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.

4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada

individu.

g. Metode-metode Pembelajaran Kooperatif

Beberapa metode dalam pembelajaran kooperatif (Miftahul Huda,2011), antara lain:

1) Model Student Teams Achievment Division (STAD)

Jenis pembelajaran ini dikembangkan oleh Slavin yang melibatkan kompetensi antar kelompok. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat sampai enam orang yang heterogen, menurut kemampuan, ras, etnis, dan jenis kelamin. Gguru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswi dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi dan mereka tidak boleh saling membantu. Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh krlompok. Jadi setiap anggota harus berusaha


(37)

memperoleh nilai maksimal dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor tinggi.

2) Model Teams Games Tournaments (TGT)

Hampir sama dengan STAD, siswa di kelompokkan secara heterogen (dalam TGT umumnya focus pada level kemampuan saja). Selain itu, jika dalam STAD yang digunakan adalah kuis, maka dalam TGT biasanya berganti dengan game akademik. Dalam TGT setiap siswa ditugaskan untuk mempelajari materi terlebih dahulu bersama anggota yang lain, lalu mereka diuji secara individual melalui gane akademik. Nilai yang mereka peroleh dari game akan menentukan skor kelompok mereka.

3) Model Jigsaw

Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil.Jumlah kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topic yang dipelajari atau disesuaikan suatu kondisi tertentu. Kelompok-kelompok ini disebut home teams (Kelompok-kelompok asal). Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi kepada tiap-tiap kelompok.Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi yang diterima dari guru.Sesi berikutnya, membentuk expert temas (kelompok ahli). Setiap kelompok ahli memiliki anggota yang dari kelompok asal yang berbeda-beda dan


(38)

20

memiliki materi yang harus dipelajari sama. Setelah terbentuk, kelompok asal akan berdiskusi mengenai materi tersebut. Setelah masing-masing anggota kelompok telah memahami materi yang diperoleh, mereka kembali ke kelompok asal dan saling berbagi tentang materi satu sama lain. Selanjutnya dilakukan diskusi dengan seluruh kelas sebelum akhirnya pembelajaran ditutup oleh guru dengan memberikan reviw dari hasil pembelajaran hari tersebut.

4) Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Model ini lebbih menekankan pada pilihan dan control siswa daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas. Siswa diberi control dan pilihan penuh untuk merencanakan yang ingin dipelajari dan diinvestigasi serta ditempatkan dalam kelompok kecil dan diberi tugas atau proyek yang berbeda. Dalam kelompoknya, setiap anggota berdiskusi dan menentukan informasi yang akan dikumpulkan, baaimana mengolahnya, menelitinya, dan menyajikan hasilnya di depan kelas. Semua anggota harus ikut andil dan selama proses penelitian mereka akan terlibat dalam aktivitas-aktivitas berpikir, seperti membuat sintesis, ringkasan, hipotesis, kesimpulan, dan menyajikan laporan akhir.

5) Model Team Accelerated Instruction (TAI)

TAI dikembangkan oleh Slavin, Leavy, dan Madden (Slavin 2005:195). Tahap-tahap dalam TAI antara lain: tes penempatan,


(39)

belajar kelompok, perhitungan nilai kelompok, dan pemberian penghargaan bagi kelompok. Tes penempatan merupakan cirri terpenting yang membedakan TAI dengan model yang lain karena model ini para siswa diberikan tes pra-program pada permulaan pelaksanaan program, mereka ditempatkan pada tingkat yang sesuia dalam program individual berdasarkan kinerja mereka dalam tes ini.

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya di Universitas Texas (Slavin, 2005). Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw (Rusman,2012:218) adalah sebuah model belajar kooperatif yang memfokuskan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie (dalam Rusman,2012:218) model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.


(40)

22

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Ada tiga jenis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Ketiga jenis tersebut adalah:

a. Jigsaw I

Pada jenis ini siswa sangat dituntut untuk bertanggung jawab terhadap penguasaan materi siswa lain di luar kelompoknya. Pada model kooperatif tipe Jigsaw I ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen.Kelompok tersebut disebut kelompok asal. Materi pembelajaran dibagi dalam beberapa bagian, kemudian dibagikan kepada setiap siswa dalam kelompok asal dengan sub bagian yang berbeda. Siswa dalam satu kelas yang mendapatkan materi yang sama, berkumpul, dan berdiskusi, kelompok baru ini disebut kelompok ahli. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan materi ke anggota kelompok asalnya.Kemudian guru memberikan evaluasi berupa kuis yang dikerjakan oleh siswa secara individual.

b. Jigsaw II

Dalam Jigsaw II, para siswa bekerja dalam tim yang heterogen, seperti pembelajaran kooperatif yang lainnya. Berbeda halnya pada Jigsaw I, pada jenis ini para siswa diharapkan mengetahui secara garis besar materi yang akan dipelajari sebelum masuk dalam diskusi kelompok ahli.Dengan begitu, diharapkan


(41)

siswa lebih memahami penyampaikan sub bagian materi yang disampaikan oleh teman kelompok di kelompok asalnya. Setiap anggota dari kelompok asal yang memperoleh topik yang sama, berkumpul membentuk kelompok ahli .dalam kelompok ahli ini setiap anggota saling berdiskusi untuk memahami lebih detail tentang informasi tersebut. Setelah berdiskusi dengan kelompok ahli, kemudian para ahli kembali ke kelompok asal dan secara bergantian mengajarkan topic yang lebih spesifik dari informasi tersebut kepada teman dalam satu kelompoknya.Kemudian guru memberikan evaluasi yang berupa kuis secara individual.Dan perolehan nilai kuis dijadikan panduan untuk menentukan penghargaan kelompok.

c. Jigsaw III

Model Jigsaw yang ketiga ini dikembangkan oleh Kagan (M.Huda,2011:122). Tidak ada perbedaan yang menonjol pada Jigsaw I, Jigsaw II, dan Jigsaw III dalam tata laksana dan prosedurnya masing-masing. Hanya saja dalam Jigsaw III, Kagan lebih focus pada penerapannya di kelas-kelas bilingual. Jadi dengan dua model Jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran, model Jigsaw ini khusus diterapkan untuk kelas bilingual. Karena diterapkan pada kelas bilingual, maka Jigsaw III pada umumnya menggunakan bahasa Inggris untuk materi, bahan, lembar kerja, dan kuis.


(42)

24

Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa terdapat perbedaan antara Jigsaw I, Jigsaw II dan Jigsaw III.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw II, karena dalam tipe ini semua siswa mempelajari materi secara lengkap terlebih dahulu sebelum materi dibagi menjadi beberapa bagian.Sehingga sebelumnya siswa sudah mendapat gambaran secara keseluruhan sebelum fokus ke bagian tertentu.

2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

a. Orientasi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan model Jigsaw dalam proses belajar mengajar. Para siswa diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan tentang materi yang diajarkan.

b. Pengelompokan

Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang sudah diketahui kemampuan matematikanya dan sudah di-ranking, kita bagi dalam 25% (rangking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10) kelompok baik, 25% (rangking 11-15) kelompok sedang, 25% (rangking 16-20) kelompok rendah. Selanjutnya akan membaginya menjadi 5 kelompok (A-E) yang beranggotakan heterogen, beri indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, beri indeks 2 untuk siswa dalam kelompok baik, beri indeks 3 untuk siswa dalam


(43)

kelompok sedang, beri indeks 4 untuk siswa dalam kelompok rendah.

Tiap kelompok beranggotakan: Kelompok A (A1 , A2 , A3 ,A4)

Kelompok B (B1 , B2 , B3 ,B4)

Kelompok C (C1 , C2 , C3 ,C4)

Kelompok D (D1 , D2 , D3 ,D4)

Kelompok E (E1 , E2 , E3 ,E4)

c. Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli

Selanjutnya kelompok itu dibagi menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang diberikan dan dibina menjadi ahli berdasarkan indeksnya

Kelompok 1 (A1 , B1 , C1 ,D1 , E1)

Kelompok 2 (A2 , B2 , C2 ,D2 , E2)

Kelompok 3 (A3 , B3 , C3 ,D3 , E3)

Kelompok 4 (A4 , B4 , C4 ,D4 , E4)

Setiap kelompok diharapkan dapat belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam kelompok asal sebagai tim ahli.

d. Diskusi kelompok ahli dalam kelompok asal

Para ahli dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali ke kelompok asal.Selanjutnya guru mempersilahkan anggota grup untuk mempresentasikan keahliannya kepada anggota kelompok


(44)

26

asalnya secara bergantian. Proses ini diharapkan akan terjadi saling berbagi pengetahuan antaranggota kelompok.

Aturan dalam tahap ini adalah:

1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa

setiap anggota kelompok mempelajari materi yang diberikan

2) Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama

3) Tanyakan pada anggota kelompok sebelum Tanya kepada guru

4) Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu

grup lain

5) Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan.

e. Tes (penilaian)

Guru memberikan tes tertulis berupa kuis untuk dikerjakan siswa secara individu yang memuat seluruh materi yang didiskusikan.

E. Alat Peraga

1. Pengertian Alat Peraga

Agar siswa dapat menguasai konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak maka dalam membelajarkan matematika kepada siswa

masih diperlukan azas peragaan. Karenanya ketika proses

pembelajaran matematika berlangsung sudah seharusnya menggunakan model atau benda nyata (benda konkrit) yaitu alat peraga yang dapat

digunakan sebagai jembatan bagi siswa untuk berpikir


(45)

pemahaman siswa. Alat peraga adalah seperangkat benda kongkret yang dirancang, dibuat atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam Matematika (Djoko Iswadji, 2003:1).

Menurut Estiningsih (1994), alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran . Kata media sendiri berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi (Sadiman,2002:6).

Jadi alat peraga merupakan suatu benda konkrit yang dibentuk sedemikian rupa untuk membantu dalam mempelajari konsep matematika yang masih abstrak.

2. Alat Peraga Sederhana

Alat peraga sederhana merupakan alat peraga yang dapat dibuat dari barang-barang yang ada di sekitar kita.Salah satunya dengan menggunakan kertas karton dan kertas warna.

a. Alat peraga sederhana untuk menjelaskan unsur-unsur prisma dan


(46)

28

Alat dan bahan yang diperlukan:

Gambar 2.1 Alat yang diperlukan

1) kertas karton

2) kertas warna-warni

3) double-tape

4) penggaris

5) gunting

6) alat tulis.

Cara pembuatan:

1) Gambar beberapa bangun datar yang akan disusun menjadi


(47)

2) Lapisi kertas warna pada bangun datar yang berupa alas dan tutup limas atau prisma.

3) Potong masing-masing bangun datar.

4) Temple doble-tape sedemikian rupa agar dapat saling

direkatkan hingga dapat membentuk prisma atau limas.

Gambar 2.2 Gambar Alat Peraga

Cara penggunaan:

1) Siswa diberikan gambar prisma atau limas

2) Siswa diminta menyusun bangun datar yang telah disiapkan

sehingga dapat membentuk prisma atau limas

3) Siswa diminta menuliskan unsur apa saja yang ada pada prisma


(48)

30

b. Alat peraga sederhana untuk menjelaskan luas permukaan prisma dan

limas.

Alat dan bahan yang diperlukan:

Gambar 2.3 Gambara Alat dan Bahan yang Diperlukan

1) kertas karton

2) kertas warna-warni

3) penggaris

4) gunting

5) alat tulis.

Cara pembuatan:

1) Gambar jaring-jaring prisma atau limas pada sebuah kertas


(49)

2) Lapisi kertas warna pada bagian alas dan tutup limas atau prisma.

3) Potong jaring-jaring prisma atau limas tersebut.

Gambar 2.4 Gambar Alat Peraga Cara penggunaan:

1) Siswa diberikan jaring-jaring prisma atau limas

2) Siswa diminta mengamati jaring-jaring prisma atau limas

3) Siswa diminta menhitung luas permukaan prisma atau limas


(50)

32

F. Prisma dan Limas

a. Prisma

a. Pengertian Prisma

Prisma merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar yang saling kongruen dan beberapa bidang lain yang memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang sejajar (Marsigit, 2009:176).

Berdasarkan bentuk alasnya, terdapat prisma segitiga, prisma segiempat, prisma segilima, prisma segienam dan seterusnya. Jika alasnya berupa segi-n beraturan maka disebut prisma segi-n beraturan (Marsigit,2009:117).

Prisma memiliki berbagai unsur, berikut unsur-unsur pada prisma antara lain:

1) Bidang-bidang sisi atau sisi-sisi prisma adalah bidang-bidang yang

membentuk suatu prisma.

2) Rusuk prisma adalah ruas garis yang dibentuk oleh perpotongan dua

bidang sisi prisma.

3) Titik sudut prisma adalah titik pertemuan tiga atau lebih rusuk pada suatu

prisma.

4) Diagonal bidang atau diagonal sisi prisma adalah ruas garis yang

menghubungkan dua titik sudut yang terletak pada suatu bidang sisi prisma tetapi tidak berdekatan.


(51)

5) Diagonal ruang prisma adalah garis yang menghubungkan titik sudut yang terletak pada alas dengan titik sudut pada bidang atas yang tidak terletak pada sisi tegak yang sama.

6) Bidang diagonal prisma adalah bidang yang melalui sebuah diagonal

bidang alas dan rusuk tegak yang memotongnya dinamakan bidang diagonal.

b. Jaring-Jaring Prisma

Jaring-jaring prisma adalah suatu gambar bangun datar yang memuat semua sisi atau bidang prisma dan hubungan antara sisinya masih ada. Jaring-jaring prisma diperoleh dengan cara mengiris beberapa rusuk prisma sedemikian sehingga seluruh permukaan prisma terlihat.

Berikut contoh jaring-jaring prisma:


(52)

34

(A) (B)

Gambar 2.6 Jaring-Jaring Prisma Tegak Segitiga

c. Luas Permukaan Prisma

Luas permukaan sebuah prisma adalah jumlah semua luas sisi prisma itu.Luas permukaan prisma diperoleh dengan menentukan jaring-jaring prisma dan menjumlahkan luas bangun datar yang terbentuk.

Gambar 2.7 Jaring-Jaring Prisma

Luas permukaan prisma segitiga di atas adalah:

Luas permukaan prisma = luas Δ ABC + luas Δ DFE + luas

BCFE + luas CADF + luas ABED = 2 x luas Δ ABC + luas BCFE +


(53)

luas CADF + luas ABED maka untuk setiap prisma berlaku rumus:

Luas permukaan = (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi prisma)

d. Volume Prisma

Volume prisma adalah banyaknya satuan volume yang memenuhi seluruh isi prisma, satuan volume yang sering dipakai adalah liter (l), milliliter (ml), m3, cm3, dan mm3.

b. Limas

a. Pengertian Limas

Limasmerupakan bangun ruang sisi datar yang dibentuk oleh suatu daerah segi banyak sebagai alas dan sisi-sisi lain yang berbentuk segitiga yang mempunyai suatu titik persekutuan.Titik persekutuan itu disebut titik puncak limas.

Limas memiliki berbagai unsur, berikut unsur-unsur pada limas antara lain:

1) Bidang-bidang sisi atau sisi-sisi limas adalah bidang-bidang

yang membentuk suatu limas.

2) Rusuk limas adalah ruas garis yang dibentuk oleh perpotongan

dua bidang sisi limas.

3) Titik sudut limas adalah titik pertemuan tiga rusuk pada suatu


(54)

36

4) Diagonal alas limas adalah ruas garis yang menghubungkan

dua titik sudut yang tidak berdekatan dan terletak pada bidang alas limas.

b. Jaring-Jaring Limas

Jaring-jaring limas adalah suatu gambar bangun datar yang memuat semua sisi atau bidang prisma dan hubungan antara sisinya masih ada.Jaring-jaring diperoleh dengan cara mengiris beberapa rusuk limas sedemikian sehingga seluruh permukaan limas terlihat.

Berikut contoh jaring-jaring limas:

(A) (B)

Gambar 2.8 Jaring-Jaring Limas Segitiga Beraturan

(A) (B)


(55)

c. Luas Permukaan Limas

Luas permukaan limas dapat ditentukan dengan mencari luas jaring-jaring limas tersebut.

Gambar 2.10 Limas Segiempat dan Jaring-jaring Limas Segiempat

Luas permukaan limas = luas persegi ABCD + luas ΔTAB + luas ΔTBC

+ luas ΔTCD + luas ΔTAD

=luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak Maka untuk setiap limas berlaku rumus:

Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas sisi tegak

d. Volume Limas

Volume limas adalah banyaknya satuan volume yang memenuhi seluruh isi limas, satuan volume yang sering dipakai adalah liter (l), milliliter (ml), m3, cm3,mm3 dan sebagainya.


(56)

38

Rumus volume limas dapat dicari dengan cara berikut:

Gambar 2.11 Kubus dan Limas Segitiga

Volume kubus terbentuk dari enam buah limas yang kongruen.

Volume limas =

= = =

=

Cara mendapatkan rumus volume limas di atas merupakan sebuah contoh tentang cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan volume sebuah limas. Di mana volume limas dapat dirumuskan sebagai berikut:


(57)

G. Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika memiliki tujuan antara lain melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kreativitas, serta mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah dan mengaitkan masalah nyata ke dalam materi yang diajarkan. Dalam pembelajaran matematika ini, siswa diharapkan untuk terlibat aktif sehingga siswa mampu mengoptimalkan hasil belajar. Pada saat pembelajaran menggunakan metode ceramah, siswa cenderung bersikap pasif karena mereka hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Sehingga siswa merasa takut bertanya tentang pengetahuan yang belum diketahui dan merasa kurang nyaman terhadap pembelajaran matematika.

Suatu proses pembelajaran lebih efektif apabila siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif, karena pembelajaran kooperatif ini berpusat pada siswa dan siswa menjadi lebih aktif. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Jigsaw II.Dalam model pembelajaran ini, siswa dituntut untuk lebih aktif dalam bertanya, mengemukakan pendapat, memunculkan ide-ide, maupun menanggapi pertanyaan. Hal ini lebih karena masing-masing siswa mempunyai tanggung jawab besar untuk menyampaikan materi kepada teman satu kelompoknya. Selain keaktifan, pembelajaran yang efektif juga terdapat peningkatan hasil belajar siswa.Model tersebut dikombinasikan dengan penggunaan alat peraga sederhana. Dengan menggunakan alat peraga akan membuat siswa dapat lebih mengerti


(58)

40

terhadap materi yang sedang dipelajari. Sehingga penggabungan dua pembelajaran tersebut dapat membangun hasil belajar siswa karena selama pembelajaran siswa selalu mempelajari suatu masalah dan berusaha untuk dapat memecahkannya serta bertanggungjawab sehingga terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang

dikombinasikan dengan penggunaan alat peraga sederhana dapat berdampak positif terutama siswa semakin terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta dapat bekerja sama dengan baik sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

H. Hipotesis Tindakan

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan alat peraga sederhana dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII F SMP N 1 Bayat pada materi Prisma dan Limas.


(59)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, karena data yang diperoleh adalah data dalam bentuk angka pada hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif jigsaw II dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Bayat.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII F SMP Negeri 1 Bayat Tahun Pelajaran 2015-2016 yang berjumlah 31 siswa.

C. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah hasil belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Bayat terkait dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan limas.


(60)

41

D. Perumusan Variabel

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan , yaitu:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan limas.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII F SMP Negeri 1 Bayat.Pelaksanaan penelitian berlangsung pada bulan Mei 2016 (semester II tahun ajaran 2015/2016).

F. Bentuk Data Hasil Belajar Siswa

Data yang diperoleh berupa jawaban siswa pada tes kemampuan awal, kuis 1, kuis 2, kuis 3, dan tes hasil belajar.Tes kemampuan awal digunakan untuk mengetahui kesiapan siswa dalam menerima materi baru dan untuk membagi anggota kelompok.Hasil dari kuis digunakan untuk


(61)

dipelajari.Sedangkan, hasil dari tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan penggunaan alat peraga sederhana pada materi garis dan sudut.

G. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi Proses Pembelajaran

Dalam observasi pembelajaran menggunakan metode

kooperatif tipe Jigsaw II diamati oleh observer yang dilakukan dengan mencentang pada kolom keterlaksanaan. Bila terlaksana maka centang pada bagian YA, sedangkan bila tidak terlaksana maka centang bagian TIDAK

2. Tes

Metode tes ini digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Bayat setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan penggunaan alat peraga sederhana.Terdapat tes kemampuan awal, kuis1, kuis 2, kuis 3, dan tes hasil belajar dalam penelitian ini.

H. Instrumen dalam Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian.Instrumen yang digunakan ada dua, yaitu instrument pembelajaran dan instrument pengumpulan data.


(62)

43

Instrument pembelajaran dalam penelitian ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh peneliti dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw II yang dikombinasikan dengan penggunaan alat peraga sederhana dengan materi prisma dan limas.

b. Lembar Kerja Kelompok (LKK)

Lembar Kerja Kelompok disusun peneliti sebagai alat penggerak kegiatan pembelajaran di dalam kelas, baik untuk kelompok asal maupun kelompok ahli.LKK disusun berdasarkan materi prisma dan limas.

2. Instrument Penelitian

Tes hasil belajar merupakan suatu tes yang digunakan dalam pengambilan data hasil belajar siswa, yang dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan limas.

1) Tes Kemampuan Awal

Tes awal dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dalam penelitian dimulai untuk mengetahui kesiapan siswa yang akan menerima materi yang baru. Hasil tes kemampuan


(63)

awal juga digunakan untuk membagi siswa dalam kelompok-kelompok sehingga dapat dibentuk kelompok-kelompok yang bersifat heterogen.Tes kemampuan awal ini berbentuk soal uraian yang terdiri dari 3 soal dengan materi bangun datar. Kisi-kisi tes kemampuan awal ditunjukan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal

No Indikator No Soal

1 Siswa mampu menyebutkan berbagai jenis bangun datar serta sifat-sifatnya.

1

2

Siswa mampu menyelesaikan suatu permasalahan mengenai keliling suatu bangun datar.

2

3

Siswa mampu menyelesaikna suatu permasalahan mengenai luas suatu bangun datar

3

2) Kuis

Di setiap proses pembelajaran diadakan kuis individu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang baru dipelajari. Kuis ini berbentuk 2 soal isian singkat dan 1 soal uraian dengan materi yang baru saja dipelajari. Kisi-kisi kuis ditunjukan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuis 1

No. Indikator Pencapaian

Kompetensi Teknik

Bentuk

Instrumen Instrumen 1. Menggambar limas/prisma

beraturan beraturan beserta jaring-jaringnya.

Tes

tertulis Soal Uraian Soal nomor 1 2. Mengidentifikasi sifat-sifat

dan bagian-bagian dari limas.

Tes


(64)

45

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuis 2

No. Indikator Pencapaian

Kompetensi Teknik

Bentuk

Instrumen Instrumen 1. Menghitung luas permukaan

limas.

Tes

tertulis Soal Uraian Soal nomor 1 2. Menghitung luas permukaan

prisma.

Tes

tertulis Soal Uraian Soal nomor 2

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuis 3

No. Indikator Pencapaian

Kompetensi Teknik

Bentuk

Instrumen Instrumen 1. Menghitung volume limas. Tes

tertulis Soal Uraian Soal nomor 1 2. Menghitung volume prisma. Tes

tertulis Soal Uraian Soal nomor 2

3) Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar merupakan tes yang dilaksanakan setelah siswa mengikuti suatu pembelajaran dengan tujuan mengetahui hasil belajar para siswa, apakah para siswa telah menguasai materi yang sudah dipelajari dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan limas.

Penilaian hasil belajar dilakukan dengan mengadakan tes tertulis.Soal-soal tes berupa 5 soal uraian dengan materi prisma dan limas, dengan penilaian menggunakan rentang 1-100. Kisi-kisi tes hasil belajar ditunjukan dalam tabel berikut:


(65)

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar

No. Indikator Pencapaian

Kompetensi Teknik

Bentuk

Instrumen Instrumen

1.

Mengidentifikasi sifat-sifat serta bagian-bagian dari

limas dan prisma.

Tes

tertulis Soal Uraian Soal nomor 1

2.

Menggambar serta membuat jaring-jaring

prisma dan limas.

Tes

tertulis Soal Uraian Soal nomor 2

3

Menghitung luas permukaan prisma dan

limas.

Tes

tertulis Soal Uraian Soal nomor 4 4 Menghitung volume prisma

dan limas.

Tes

tertulis Soal Uraian

Soal nomor 3 dan 5

I. Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba instrument digunakan untuk mengetahui kevalidan suatu instrument. Berikut ini uji coba yang dilakukan peneliti untuk melihat kevalidan instrument-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini: Validitas Pakar

Instrument berupa RPP, LKK, dan Tes Hasil Belajar diuji dengan penilaian pakar (expert judgment), yaitu oleh dosen pembimbing dan guru mata pelajaran matematika.


(66)

47

J. Teknik Analisis Data

1. Analisis Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana adalah sebagai berikut

Persentase keterlaksanaan =

Dimana nilai 1 diberikan apabila tanda cek diberikan pada kolom YA dan nilai 0 diberikan apabila tanda cek diberikan pada kolom TIDAK.

Kategori keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.6 Kategori Keterlaksanaan RPP

No Persentase Kategori

1. 81% - 100% Sangat Tinggi

2. 61% - 80% Tinggi

3. 41% - 60% Sedang

4. 21% - 40% Rendah

5. 0% - 20% Sangat Rendah

2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan secara individu, yang meliputi kuis, tes kemampuan awal, dan tes hasil belajar.

a. Data Kuis

Tabel 3.7 Kriteria Efektivitas Hasil Belajar Siswa (Kartika Budi,2001:54)

Interval Nilai Kriteria Pemahaman

40 Sangat Rendah


(67)

56 – 65 Cukup

66 – 79 Tinggi

80 – 100 Sangat Tinggi

b. Data hasil belajar siswa

Tabel 3.8 Kriteria Hasil Belajar Siswa Secara Keseluruhan (Kartika Budi,2001:54)

Jumlah yang Memperoleh Nilai

Evektifitas

ST T C R SR

75% Sangat Tinggi

75 % 75% Tinggi

75 % 65% Cukup

65 % 65% Rendah

65 % Sangat Rendah

Keterangan:

ST : Sangat Tinggi

T : Tinggi

C : Cukup

R : Rendah

SR : Sangat Rendah

Dari tabel dapat diperoleh kriteria hasil belajar secara keseluruhan sebagai berikut:

a. Jika presentase jumlah siswa yang memiliki criteria sangat tinggi

lebih dari atau sama dengan 75% (ST 75%) maka dapat dikatakan

bahwa hasil belajar siswa secara keseluruhan sangat tinggi.

b. Jika presentase jumlah siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi

kurang dari 75% (ST 75%) dan jumlah siswa yang memiliki


(68)

49

tinggi mencapai lebih dari atau sama dengan 75% (ST + T 75%)

maka kriteria hasil belajar siswa secara keseluruhan tinggi.

c. Jika presentase jumlah siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi

ditambah dengan kriteria tinggi mencapai kurang dari 75% (ST + T 75%) dan jumlah siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi ditambah dengan jumlah siswa dengan kriteria tinggi dan cukup

mencapai lebih dari atau sama dengan 65% (ST + T + C 65%)

maka kriteria hasil belajar siswa secara keseluruhan cukup.

d. Jika presentase jumlah siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi

ditambah dengan kriteria tinggi dan cukup mencapai kurang dari

65% (ST + T + C 65%) dan jumlah siswa yang memiliki kriteria

sangat tinggi ditambah dengan jumlah siswa dengan kriteria tinggi dan cukup serta kriteria rendah mencapai lebih dari atau sama

dengan 65% (ST + T + C + R 65%) maka kriteria hasil belajar

siswa secara keseluruhan rendah.

e. Jika presentase jumlah siswa yang memiliki kriteria sangat tinggi

ditambah dengan kriteria tinggi, cukup, dan rendah mencapai

kurang dari 65% (ST + T + C + R 65%) maka kriteria hasil belajar

siswa secara keseluruhan sangat rendah.

K. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untung mengetahui bagaimanakan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dikombinasikan dengan


(69)

pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan limas.Agar penelitian ini dapat berjalan dengan lancer, dibutuhkan adanya suatu rencana kegiatan. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan selama penelitian berlangsung adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Penelitian

Pada tahap periapan penelitian, hal-hal yang harus diperhatikan sebelum penelitian, antara lain:

a. Penyusunan proposal.

b. Perijinan Penelitian ke SMP Negeri 1 Bayat.

c. Observasi kegiatan pembelajaran di kelas VIII F SMP N 1 Bayat.

2. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan beberapa hal yang diperlukan, antara lain:

a. Menentukan materi yang akan diajarkan

b. Menyiapkan RPP

c. Menyiapkan instrument pembelajaran dan penelitian

d. Menguji instrument penelitian

3. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan ini, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Mengadakan tes kemampuan awal

b. Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai rancangan


(70)

51

c. Pada setiap akhir pertemuan, peneliti mengadakan kuis untuk

siswa, yang dirancang oleh peneliti sesuai dengan indikator yang dicapai

d. Peneliti mengadakan tes hasil belajar, peneliti mengadakan tes

hasil belajar guna mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan limas.

4. Pengolahan Data

Dari data-data yang telah diperoleh, kemudian peneliti melakukan pengolahan data hingga diperoleh suatu kesimpulan.


(71)

51 BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Sebelum Penelitian

a. Observasi

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi untuk mengetahui keadaan kelas dan karakeristik siswa selama mengikuti pembelajaran matematika.Observasi dilaksanakan pada tanggal25 dan 26 April 2016. Dari observasi yang telah dilakukan, peneliti mencoba memberikan kesimpulan:

1) Guru memulai proses pembelajaran dengan memastikan kesiapan

siswa, termasuk dengan kerapian setiap siswa dan kebersihan kelas.

2) Pada saat guru menjelaskan keadaan kelas cenderung gaduh, siswa

yang duduk di bagian belakang masih sibuk mengobrol atau bercanda dengan temannya. Sedangkan siswa yang duduk di bagian depan cukup tenang memperhatikan namun masih terlihat rendah aktif.

3) Siswa tidak membaur satu sama lain namun lebih senang


(72)

52

4) Ketika diberi tugas, siswa yang tidak langsung mengerjakan

melainkan mengandalkan siswa lain untuk mengerjakan di depan kelas.

5) Siswa rendah aktif dalam proses pembelajaran tinggi bertanya

maupun menjawab soal yang diberikan guru, terlihat dari siswa menunggu untuk ditunjuk dahulu oleh guru.

b. Penyusunan Perangkat Pembelajaran

Selain melakukan observasi, peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Perangkat pembelajaran yang disiapkan oleh peneliti antara lain: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana; Lembar Kerja Kelompok (LKK); Alat peraga sederhana yang digunakan saat pembelajaran berlangsung; Instrumen penelitian yang berupa soal pre test, kuis 1, kuis2, kuis 3 dan post test.

Pengujian validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan uji pakar, yaitu Guru dan Dosen Pembimbing.

2. Selama Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas VIII F SMP N 1 Bayat, Kabupaten Klaten.Kelas VIII F terdiri dari 33 siswa dengan rincian 15


(73)

siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Penelitian dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan, dengan perincian kegiatan sebagai berikut:

a. Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 16 Mei 2016 pada pukul 10.35-11.15. Pada pertemuan pertama ini diadakan pre test setelah sebelumnya guru memperkenalkan peneliti dan menjelaskan maksud kedatangan peneliti. Pre test ini diikuti oleh seluruh siswa kelas VIII F yang terdiri dari 33 siswa. Siswa mengerjakan semua soal pre test dengan tenang. Waktu yang tersedia untuk mengerjakan soal pre test ialah 40 menit. Kebanyakan siswa dapat menyelesaikan soal tepat waktu, hanya ada beberapa siswa yang menyelesaikan soal rendah dari waktu yang telah ditentukan.Setelah mengumpulkan lembar jawaban siswa, guru memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi prisma dan limas.

b. Pertemuan II

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 17 Mei 2016 selama dua jam pelajaran. Pertemuan ini dimulai pada pukul 08.20-09.40.Pada pertemuan kedua ini mulai dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana. Proses pembelajaran diikuti oleh 32 siswa karena ada 1 orang siswa yang sakit. Materi yang dipelajari pada proses


(74)

54

pembelajaran hari ini adalah unsur-unsur bangun ruang prisma dan limas.

Guru bersama peneliti dan rekan mahasiswa memasuki kelas lalu memberi salam dan mengecek kesiapan siswa. Guru mulai menjelaskan apa yang akan dilakukan hari ini secara singkat. Selanjutnya peneliti membagi siswa ke dalam kelompok asal yang disusun secara heterogen. Peneliti membagi kelompok menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 3 kelompok dengan 5 orang siswa sebagai anggotanya serta 3 kelompok lain dengan 6 orang siswa sebagai anggotanya.

Saat dilaksanakan pembagian kelompok, suasana kelas menjadi gaduh, mulai dari siswa yang saling mencari teman kelompoknya sambil berteriak serta siswa yang sibuk berpindah tempat untuk bergabung dengan anggota kelompoknya.Suasana kembali tenang setelah semua siswa berkumpul ke dalam kelompok asalnya masing-masing. Guru dibantu peneliti dan rekan mahasiswa membagikan LKK untuk setiap kelompok asal. Setelah itu guru menyampaikan garis besar materi yang akan dibahas hari ini.

Proses selanjutnya siswa yang mendapatkan persoalan yang sama membuat satu kelompok lagi, yaitu kelompok ahli. Suasana kembali gaduh namun tidak berlangsung lama.Setelah siswa berkumpul dengan anggota kelompoknya, guru, peneliti dan rekan


(75)

mahasiswa berkeliling untuk membagikan alat peraga sederhana. Pada tahap ini siswa terlihat antusias dalam menggunakan alat peraga yang telah disiapkan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka dapat. Meski pada awalnya ada beberapa siswa yang rendah cocok dengan anggota kelompoknya namun akhirnya mereka mampu bekerja sama menyelesaikan persolan yang menjadi tanggung jawabnya. Pada proses ini guru, peneliti dan rekan mahasiswa terus berkeliling membantu siswa yang mengalami kesulitan. Setelah setiap kelompok ahli menyelesaikan permasalahannya masing-masing, siswa kembali ke kelompok asalnya.

Siswa kemudian saling memberikan informasi yang telah mereka dapatkan dari diskusi dengan kelompok ahli.Siswa mulai belajar untuk aktif dalam pembelajaran dengan saling bertukar informasi. Guru beserta peneliti dan rekan mahasiswa kembali berkeliling mengamati kegiatan diskusi serta membantu bila siswa mengalami kesulitan.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pemberian kuis 1 yang dilaksanakan 15 menit sebelum jam pelajaran matematika berakhir. Guru, peneliti dan rekan mahasiswa mengawasi siswa dalam mengerjakan kuis 1 sehingga siswa sungguh dapat mengerjakan kuis secara individu. Guru memberikan tugas untuk


(76)

56

membaca materi yang akan dipelajari selanjutnya yaitu luas permukaan bangun ruang prisma dan limas.

c. Pertemuan III

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Mei 2016 selama dua jam pelajaran. Pembelajaran dimulai pukul 09.45-11.05 Pada pertemuan kedua ini mulai dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana. Proses pembelajaran diikuti oleh 32 siswa. Materi yang dipelajari pada proses pembelajaran hari ini adalah luas permukaan prisma dan limas.

Guru bersama peneliti dan rekan mahasiswa memasuki kelas lalu memberi salam dan mengecek kesiapan siswa. Guru mulai menjelaskan apa yang akan dilakukan hari ini secara singkat. Selanjutnya peneliti meminta siswa berkumpul ke dalam kelompok asal yang disusun secara heterogen.

Tidak seperti pada pertemuan sebelumnya, dalam pertemuan ini siswa langsung mencari kelompok asalnya.Suasana kelas sedikit gaduh karena siswa berpindah tempat duduk berkumpul dengan kelompoknya.Keadaan kelas kembali tenang setelah semua siswa berkumpul ke dalam kelompok asalnya masing-masing. Guru dibantu peneliti dan rekan mahasiswa


(77)

membagikan LKK untuk setiap kelompok asal. Setelah itu guru menyampaikan garis besar materi yang akan dibahas hari ini.

Proses selanjutnya siswa yang mendapatkan persoalan yang sama membuat satu kelompok lagi, yaitu kelompok ahli. Suasana kembali gaduh namun tidak berlangsung lama.Setelah siswa berkumpul dengan anggota kelompoknya, guru, peneliti dan rekan mahasiswa berkeliling untuk membagikan alat peraga sederhana. Pada tahap ini siswa terlihat antusias dalam menggunakan alat peraga yang telah disiapkan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka dapat. Meski pada awalnya ada beberapa siswa yang rendah cocok dengan anggota kelompoknya namun akhirnya mereka mampu bekerja sama menyelesaikan persolan yang menjadi tanggung jawabnya. Setelah setiap kelompok ahli menyelesaikan permasalahannya masing-masing, siswa kembali ke kelompok asalnya.

Siswa kemudian saling memberikan informasi yang telah mereka dapatkan dari diskusi dengan kelompok ahli.Siswa mulai belajar untuk aktif dalam pembelajaran dengan saling bertukar informasi. Guru beserta peneliti dan rekan mahasiswa berkeliling mengamati kegiatan diskusi serta membantu bila siswa mengalami kesulitan.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pemberian kuis 2 yang dilaksanakan 15 menit sebelum jam pelajaran matematika


(78)

58

berakhir. Guru, peneliti dan rekan mahasiswa mengawasi siswa dalam mengerjakan kuis 2 sehingga siswa sungguh dapat mengerjakan kuis secara individu. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan dipelajari selanjutnya yaitu volume bangun ruang prisma dan limas.

d. Pertemuan IV

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 23 Mei 2016 selama satu jam pelajaran. Pembelajaran berlangsung pada pukul 10.35-11.15. Proses pembelajaran diikuti oleh 33 siswa. Materi yang dipelajari pada proses pembelajaran hari ini adalah volume bangun ruang prisma dan limas.

Guru bersama peneliti dan rekan mahasiswa memasuki kelas lalu memberi salam dan mengecek kesiapan siswa. Guru mulai menjelaskan apa yang akan dilakukan hari ini secara singkat. Selanjutnya peneliti meminta siswa berkumpul ke dalam kelompok asal yang disusun secara heterogen.

Siswa langsung berkumpul dengan kelompok aslinya, suasana kelas menjadi gaduh karena siswa menggeser meja dan kursi untuk berkumpul dengan kelompoknya.Suasana kembali tenang setelah semua siswa berkumpul ke dalam kelompok asalnya masing-masing. Guru dibantu peneliti dan rekan mahasiswa membagikan LKK untuk setiap kelompok asal. Setelah itu guru menyampaikan garis besar materi yang akan dibahas hari ini.


(79)

Proses selanjutnya siswa yang mendapatkan persoalan yang sama membuat satu kelompok lagi, yaitu kelompok ahli. Suasana kembali gaduh namun tidak berlangsung lama.Setelah siswa berkumpul dengan anggota kelompoknya, guru, peneliti dan rekan mahasiswa berkeliling untuk membantu bila siswa menyelesaikan kesulitan. Waktu untuk diskusi pada pertemuan kali ini cukup singkat karena hanya 1 jam pelajaran. Setelah setiap kelompok ahli menyelesaikan permasalahannya masing-masing, siswa kembali ke kelompok asalnya.

Siswa kemudian saling memberikan informasi yang telah mereka dapatkan dari diskusi dengan kelompok ahli.Siswa mulai belajar untuk aktif dalam pembelajaran dengan saling bertukar informasi. Guru beserta peneliti dan rekan mahasiswa berkeliling mengamati kegiatan diskusi serta membantu bila siswa mengalami kesulitan.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pemberian kuis 3 yang dilaksanakan 15 menit sebelum jam pelajaran matematika berakhir. Guru, peneliti dan rekan mahasiswa mengawasi siswa dalam mengerjakan kuis 3 sehingga siswa sungguh dapat mengerjakan kuis secara individu. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan dipelajari selanjutnya yaitu luas permukaan bangun ruang prisma dan limas.


(1)

(2)

144 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

146

LAMPIRAN C. 2 Contoh Lembar Keterlaksanaan RPP


(5)

(6)

148 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBASIS MEDIA PERAGA SISTEM AC UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

1 7 148

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS DI KELAS VIII SMP ALI IMRON T.A 2015/2016.

0 3 27

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STATISTIKA KELAS IX SMP NEGERI 27 MEDAN.

0 3 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA.

0 1 33

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII-1 MTSN 1 MODEL MEDAN.

0 1 28

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD.

0 0 14

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah ditinjau berdasarkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

0 1 266

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem dalam kehidupan tumbuhan untuk kelas VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

0 0 142

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TALKING STICK BERBANTUAN MODUL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII MATERI PRISMA DAN LIMAS

0 0 8

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

0 0 10