Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah ditinjau berdasarkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Monica Sevtin Widyaningsih, 111414051. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II yang Dikombinasikan dengan Pembelajaran Berbasis Masalah Ditinjau Berdasarkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Gantiwarno Klaten. Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan April – Mei 2015 dengan materi bangun ruang prisma dan limas. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif. Data yang digunakan adalah data keaktifan siswa, data hasil belajar siswa, dan data tanggapan siswa. Pengambilan data keaktifan diperoleh dengan melakukan pengamatan keaktifan siswa pada setiap pelaksanaan pembelajaran kemudian dianalisis dengan menghitung persentase keaktifan siswa dalam bekerja kelompok. Selanjutnya ditentukan kriteria jenis keaktifannya dan tingkat keaktifan secara keseluruhan. Pengambilan data hasil belajar siswa dengan tes kemampuan awal, kuis, dan tes hasil belajar. Data kuis diperoleh dari hasil kuis para siswa setiap akhir pembelajaran dan digunakan untuk menentukan penghargaan kelompok. Data tes hasil belajar diperoleh dari nilai tes hasil belajar kemudian dianalisis dengan membandingkan dengan KKM sekolah tersebut dan rata-rata. Sedangkan data tanggapan siswa diperoleh dari hasil wawancara dengan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah pada sub pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas cukup dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. (2) presentase siswa yang mencapai KKM pada saat mengikuti tes hasil belajar adalah 55,88 % dengan nilai rata-rata 76,71 sehingga model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, (3) siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah.
Kata Kunci : Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, pembelajaran berbasis masalah, keaktifan, hasil belajar
(2)
Monica Sevtin Widyaningsih, 111414051. 2015. The Implementation of
Cooperative Learning Model of Jigsaw II combined with Problem Based Learning Viewed from Students’ Activity and Learning Outcomes.
Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aimed to know the activity of students learning and students’ learning outcomes in mathematics learning when they were studying mathematics using cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning.
The subjects of this research were the students of grade VIII of Pangudi Luhur Junior High School, Gantiwarno, Klaten. The research was conducted in April-May 2015 on the topic of prisms and piramyds. The type of research was explorative research. The data used in this research were students’ activity,
students’ learning outcomes, and students’ responses. The data of learning activities were obtained by observing students’ learning and then the data were analyzed by counting the percentage of the students’ activity in group work, using
the criteria of activity type and the overall level of activity. The data of learning achievements were obtained by using initial ability test, quizzes, and learning
achievement tests. Quizzes data were obtained from the results of students’
quizzes in the end of each learning process and the data were also used to
determine the awards for the groups. Students’ achievement data were obtained
from learning achievement test scores compared with the Minimum Completion Mastery (KKM) in the school. Meanwhile, the data of students’ response were also obtained from interviews with the students.
The results showed that (1) the activity of students in the following study using cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning in the subject prisms and pyramids could sufficiently activate the students in the learning process, (2) the percentage of the students who achieved the Minimum Completion Mastery (KKM) on the learning achievement test was 55,88% and the mean score was 76,71, so that the cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning can be used as an alternative teaching model used by teacher to optimize the achievement of student learning, (3) the students gave positive responses to the cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning.
Keywords : cooperative learning of Jigsaw II type, problem based learning,
(3)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH DITINJAU BERDASARKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Monica Sevtin Widyaningsih
NIM : 111414051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH DITINJAU BERDASARKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Monica Sevtin Widyaningsih
NIM : 111414051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Syukur kepada Allah,
yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita.
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih,
berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam
pekerjaan Tuhan!
Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan
jerih payahmu tidak sia-sia.
(1 Korintus 15:57-58)
Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini kupersempahkan untuk : Tuhan Yesus dan Bunda Maria Kedua orang tuaku, Hieronimus Emilianus Saman dan Yustina Warsiti Adikku, Leonardo Prasetyo Nugroho
Agustinus Cahyo Nugroho Semua orang yang aku sayangi dan cintai Almamaterku Universitas Sanata Dharma
(8)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Agustus 2015
Penulis
(9)
vi
ABSTRAK
Monica Sevtin Widyaningsih, 111414051. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II yang Dikombinasikan dengan Pembelajaran Berbasis Masalah Ditinjau Berdasarkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Gantiwarno Klaten. Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan April – Mei 2015 dengan materi bangun ruang prisma dan limas. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif. Data yang digunakan adalah data keaktifan siswa, data hasil belajar siswa, dan data tanggapan siswa. Pengambilan data keaktifan diperoleh dengan melakukan pengamatan keaktifan siswa pada setiap pelaksanaan pembelajaran kemudian dianalisis dengan menghitung persentase keaktifan siswa dalam bekerja kelompok. Selanjutnya ditentukan kriteria jenis keaktifannya dan tingkat keaktifan secara keseluruhan. Pengambilan data hasil belajar siswa dengan tes kemampuan awal, kuis, dan tes hasil belajar. Data kuis diperoleh dari hasil kuis para siswa setiap akhir pembelajaran dan digunakan untuk menentukan penghargaan kelompok. Data tes hasil belajar diperoleh dari nilai tes hasil belajar kemudian dianalisis dengan membandingkan dengan KKM sekolah tersebut dan rata-rata. Sedangkan data tanggapan siswa diperoleh dari hasil wawancara dengan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah pada sub pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas cukup dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. (2) presentase siswa yang mencapai KKM pada saat mengikuti tes hasil belajar adalah 55,88 % dengan nilai rata-rata 76,71 sehingga model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, (3) siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah.
Kata Kunci : Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, pembelajaran berbasis masalah, keaktifan, hasil belajar
(10)
ABSTRACT
Monica Sevtin Widyaningsih, 111414051. 2015. The Implementation of
Cooperative Learning Model of Jigsaw II combined with Problem Based
Learning Viewed from Students’ Activity and Learning
Outcomes.UndergraduateThesis. Mathematics Education Study Program,
Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aimed to know the activity of students learning and students’
learning outcomes in mathematics learning when they were studying mathematics using cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning.
The subjects of this research were the students of grade VIII of Pangudi Luhur Junior High School, Gantiwarno, Klaten. The research was conducted in April-May 2015 on the topic of prisms and piramyds. The type of research was
explorative research. The data used in this research were students’ activity, students’ learning outcomes, and students’ responses. The data of learning activities were obtained by observing students’ learning and then the data were
analyzed by counting the percentage of the students’ activity in group work, using the criteria of activity type and the overall level of activity. The data of learning achievements were obtained by using initial ability test, quizzes, and learning achievement tests. Quizzes data were obtained from the results of students’ quizzes in the end of each learning process and the data were also used to
determine the awards for the groups. Students’ achievement data were obtained
from learning achievement test scores compared with the Minimum Completion
Mastery (KKM) in the school. Meanwhile, the data of students’ response were
also obtained from interviews with the students.
The results showed that (1) the activity of students in the following study using cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning in the subject prisms and pyramids could sufficiently activate the students in the learning process, (2) the percentage of the students who achieved the Minimum Completion Mastery (KKM) on the learning achievement test was 55,88% and the mean score was 76,71, so that the cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning can be used as an alternative teaching model used by teacher to optimize the achievement of student learning, (3) the students gave positive responses to the cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning.
Keywords : cooperative learning of Jigsaw II type, problem based learning,
(11)
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Monica Sevtin Widyaningsih
Nomor Mahasiswa : 111414051
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH DITINJAU BERDASARKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian ini penyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 28 Agustus 2015 Yang menyatakan
(12)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, penyertaan, karunia, dan cinta kasih-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan, doa, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Rohandi, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma
2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan menyediakan waktu, tenaga, pikiran, serta kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis.
5. Segenap Dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma.
6. Bapak A. Iwan Triyono, S.Pd. selaku kepala SMP Pangudi Luhur Gantiwarno yang telah memberikan izin dan bimbingan kepada penulis dalam penelitian. 7. Bapak Matheus Rahwantyo Nugroho, S.Pd. selaku guru mata pelajaran
matematika SMP Pangudi Luhur Gantiwarno yang dengan sabar dan tulus dalam membantu dan membimbing penulis dalam melakukan penelitian. 8. Siswa-siswi kelas VIII SMP Pangudi Luhur Gantiwarno tahun ajaran
2014/2015 yang telah membantu sebagai subjek penelitian.
9. Bapak, Ibu, Adik, Simbah, Pakdhe, Budhe, Bulik, Om yang selalu memberi semangat dan doa yang super luar biasa.
(13)
x
10.Agustinus Cahyo Nugroho yang selalu memberi semangat, kasih, dan doa yang super luar biasa.
11.Emil, Ganik, Dika, Karo, Anna, Asri, serta semua teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika angkatan 2011 yang telah bersedia berbagi ilmu dalam setiap waktu.
12.Teman–teman OMK Saint Joseph Paroki Dalem atas penghiburan yang diberikan di sela-sela kepenatan penulisan skripsi ini.
13.Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan perjalanan studi yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan dan perkembangan pendidikan.
Yogyakarta, 28 Agustus 2015 Penulis
(14)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I……….………..1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Pembatasan Masalah ... 6
F. Penjelasan Istilah ... 6
G. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II………… ... 9
LANDASAN TEORI ... 9
A. Definisi Belajar dan Pembelajaran ... 9
(15)
xii
2. Pembelajaran ... 10
B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 11
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 11
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 12
3. Ciri–Ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... 14
4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ... 15
5. Tipe–Tipe Model Pembelajaran Kooperatif ... 16
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 19
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 20
2. Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 22
D. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 25
E. Keaktifan ... 26
F. Hasil Belajar ... 28
G. Prisma dan Limas ... 30
1. Prisma……….30
2. Limas………..………33
H. Kerangka Berpikir ... 36
BAB III……… ... 38
METODE PENELITIAN ... 38
A. Jenis Penelitian ... 38
B. Subjek Penelitian ... 38
C. Objek Penelitian ... 38
D. Perumusan Variabel–Variabel ... 38
E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39
F. Bentuk Data ... 39
G. Metode Pengumpulan Data ... 40
H. Instrumen Dalam Penelitian ... 41
I. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 49
J. Teknik Analisis Data ... 51
(16)
BAB IV………...………...……59
PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN . 59 A. Deskripsi Keadaan Sekolah yang Digunakan sebagai Lokasi Penelitian .. 59
B. Pelaksanaan Penelitian ... 60
1. Sebelum Penelitian di Lapangan ... 60
2. Pengujian Instrumen ... 61
3. Selama Penelitian di Lapangan ... 64
4. Setelah Kegiatan Penelitian di Kelas ... 77
C. Analisis Data ... 78
1. Analisis Data Keaktifan Siswa ... 78
2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 93
3. Hasil Wawancara Siswa ... 104
D. Pembahasan ... 110
1. Keaktifan ... 110
2. Hasil Belajar ... 120
E. Hambatan Pada Saat Melakukan Penelitian ... 123
BAB V……… ... 124
PENUTUP ... 124
A. Kesimpulan ... 124
B. Saran ... 125
DAFTAR PUSTAKA...……….127
(17)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jaring – jaring Prisma………...31
Gambar 2.2 Jaring –jaring Prisma Segitiga………31
Gambar 2.3 Bangun Ruang Balok dan Prisma Segitiga………..………32
Gambar 2.4 Jaring –jaring Limas………34
Gambar 2.5 Limas Segiempat dan Jaring – jaring Limas Segiempat………..34
(18)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 42
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Keaktifan Siswa ... 43
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal ... 45
Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar………46
Tabel 3.5 Interpretasi Besarnya Koefisien Korelasi……….50
Tabel 3.6 Interpretasi Realibilitas ... 51
Tabel 3.7 Kriteria Keaktifan Siswa ... 52
Tabel 3.8 Tabel Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan ... 53
Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Pemahaman Siswa ... 55
Tabel 3.10 Tabel Kriteria Skor Peningkatan ... 55
Tabel 3.11 Tabel Tingkat Penghargaan Kelompok... 56
Tabel 3.12 Lembar Penilaian Tim ... 56
Tabel 4.1 Data Koefisien Validitas Masing-masing Butir Soal Tes Hasil Belajar………...63
Tabel 4.2 Analisis Data Keaktifan Siswa dalam Diskusi Kelompok Ahli pada Pertemuan II ... 78
Tabel 4.3 Analisis Data Keaktifan Siswa dalam Diskusi Kelompok Asal pada Pertemuan II ... 80
Tabel 4.4 Tingkat Keaktifan Siswa pada Pertemuan II... 82
Tabel 4.5 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan ... 83
Tabel 4.6 Analisis Data Keaktifan Siswa dalam Diskusi Kelompok Ahli pada Pertemuan III ... 83
Tabel 4.7 Analisis Data Keaktifan Siswa dalam Diskusi Kelompok Asal pada Pertemuan III ... 85
Tabel 4.8. Tingkat Keaktifan Siswa pada Pertemuan III ... 87
Tabel 4.9 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan ... 88
Tabel 4.10 Analisis Data Keaktifan Siswa dalam Diskusi Kelompok Ahli pada Pertemuan IV ... 88
Tabel 4.11 Analisis Data Keaktifan Siswa dalam Diskusi Kelompok Asal pada Pertemuan IV ... 90
(19)
xvi
Tabel 4.12. Tingkat Keaktifan Siswa pada Pertemuan IV ... 93
Tabel 4.13 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan ... 93
Tabel 4.14 Data Nilai Kuis 1 ... 94
Tabel 4.15 Kriteria Hasil Kuis 1 ... 95
Tabel 4.16 Data Hasil Kuis 2 ... 95
Tabel 4.17 Kriteria Hasil Kuis 2 ... 96
Tabel 4.18 Data Hasil Kuis 3 ... 97
Tabel 4.19 Kriteria Hasil Kuis 3 ... 98
Tabel 4.20 Peningkatan Skor Individu dan Tim ... 99
Tabel 4.21 Perbandingan Nilai Tes Kemampuan Awal dan Nilai Tes Hasil Belajar Berdasarkan KKM ... 101
Tabel 4.22 Hasil Wawancara Siswa ... 104
Tabel 4.23 Hasil Analisis Keaktifan Setiap Pertemuan ... 111
Tabel 4.24 Tabel Presentase Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa ... 111
Tabel 4.25 Jumlah Skor Setiap Jenis Keaktifan pada Setiap Pertemuan ... 114
(20)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Lembar Kerja Kelompok Pertemuan 1 3. Lembar Kerja Kelompok Pertemuan 2 4. Lembar Kerja Kelompok Pertemuan 3 5. Lembar observasi keaktifan siswa Lampiran B
1. Soal tes kemampuan awal
2. Jawaban dan pedoman skoring tes kemampuan awal 3. Soal tes hasil belajar
4. Jawaban dan pedoman skoring tes hasil belajar 5. Soal kuis dan jawaban
Lampiran C
1. Validitas tes hasil belajar 2. Reliabilitas tes hasil belajar Lampiran D
1. Contoh pengerjaan lembar kerja 2. Contoh lembar observasi
3. Contoh jawaban siswa untuk tes kemampuan awal 4. Contoh jawaban siswa untuk kuis
5. Contoh jawaban siswa untuk tes hasil belajar 6. Foto-foto pelaksanaan pembelajaran di kelas Lampiran E
(21)
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pada saat ini, teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang sangat
pesat. Setiap orang dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut
dengan menempuh suatu pendidikan. Salah satu lembaga untuk
melaksanakan pendidikan adalah sekolah. Keberhasilan suatu pendidikan
di sekolah ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran di kelas dan
penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadai,
penyediaan sarana belajar, dan peningkatan kompetensi guru. Guru
merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu pendidikan sehingga
guru diharapkan mampu berkreativitas untuk memacu siswa agar tertarik
dalam suatu proses pembelajaran dan mampu membuat siswa untuk ingin
belajar kembali.
Dalam setiap proses pembelajaran, siswa dan guru pasti ingin
mencapai tujuan yang optimal. Hal ini dapat tercapai jika siswa dapat
terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi
hasil belajar yang memuaskan. Namun saat ini, proses belajar mengajar di
sekolah belum sepenuhnya berpusat pada siswa. Hal ini terlihat dari masih
diterapkannya metode konvensional di sekolah-sekolah, termasuk mata
pelajaran matematika. Dalam penggunaan metode konvensional, siswa
cenderung hanya mendengarkan, mencatat, terpaku pada buku paket, dan
(22)
ada dalam kehidupan sehari - hari, sehingga proses pembelajaran terpusat
pada guru dan cenderung monoton. Proses seperti inilah yang membuat
siswa menjadi bosan dan siswa kurang bergairah dalam mengikuti
pembelajaran, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang
maksimal.
Masalah seperti di atas terjadi pada siswa kelas VIII SMP Pangudi
Luhur Gantiwarno. Dari hasil pengamatan, peneliti mendapatkan fakta
bahwa pembelajaran matematika di kelas tersebut belum mencapai hasil
belajar yang memuaskan, khususnya kurangnya pemahaman terhadap
materi pelajaran, masih banyaknya siswa yang sibuk mengobrol sendiri,
serta keaktifan siswa dalam menyampaikan pendapat dan keberanian siswa
yang kurang terlihat.
Oleh karena itu, perlu adanya inovasi dan kreativitas dari guru
pengampu untuk membuat mereka tertarik pada matematika. Salah satu
alternatif yang dapat dilakukan oleh guru untuk menjadikan siswa aktif
dalam belajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif.
Menurut Lie (dalam Sugiyanto, 2010:6) pembelajaran kooperatif
menciptakan interaksi yang saling asah, asih, dan asuh sehingga tercipta
masyarakat belajar. Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa tidak hanya
belajar dari guru saja, melainkan juga dari sesama siswa. Model ini
memberikan kesempatan untuk siswa agar dapat bekerjasama, berbagi
pendapat, pengalaman, pengetahuan, mendengarkan pendapat siswa lain,
(23)
hasil belajar dengan serius. Kerjasama antarsiswa sangatlah penting dalam
belajar matematika karena dengan belajar bersama dapat mendorong siswa
lebih bersemangat dalam belajar, berpikir kreatif dengan menemukan
sesuatu yang baru baik pengetahuan maupun keterampilan, dan diharapkan
keingintahuannya semakin besar. Sehingga dengan menggunakan model
ini, pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, dan peran guru adalah
sebagai fasilitator.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan
adalah model kooperatif tipe Jigsaw II. Pada dasarnya, model
pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran yang menggunakan
kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang
berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan
bantuan (Slavin, 2005). Dalam model ini, terdapat kelompok asal dan
kelompok ahli. Setiap siswa dalam kelompok asal diberi tugas untuk
membaca topik kemudian diberi lembar ahli dengan topik berbeda. Siswa
dengan topik yang sama dari kelompok yang berlainan berkumpul menjadi
satu dan membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli. Setelah
itu, para ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan materi yang
didiskusikan pada kelompok ahli. Model pembelajaran tipe Jigsaw II
mempunyai keunggulan yaitu dapat mendorong siswa lebih aktif dan
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, sehingga siswa yang terlibat
di dalam pembelajaran model ini memperoleh hasil belajar lebih baik serta
(24)
Dari uraian di atas, peneliti menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II. Selain itu, peneliti juga mengkombinasikan
model Jigsaw II ini dengan pembelajaran berbasis masalah untuk
memberikan inovasi yang baru. Dengan penggabungan dua model
pembelajaran ini, para siswa dapat berperan aktif dengan menemukan
berbagai masalah dalam kehidupan sehari – hari yang berkaitan dengan materi yang dipelajarinya dengan para anggota kelompok. Dengan adanya
suatu masalah yang menarik untuk dipecahkan maka para siswa terdorong
untuk aktif dalam kelompoknya, siswa lebih banyak berinteraksi dengan
siswa lain, mengorganisasikan siswa untuk belajar, dan sikap mereka
terhadap pembelajaran matematika menjadi sangat antusias. Sehingga hal
ini juga akan berakibat pada hasil belajar yang maksimal.
Hal – hal yang disebutkan di atas adalah suatu dugaan dan harapan dari peneliti. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian mengenai
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang
dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah ditinjau
berdasarkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti
melihat ada beberapa permasalahan antara lain :
1. Siswa masih kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
(25)
2. Dalam menyampaikan materi guru masih cenderung dengan
menggunakan metode ceramah, media yang digunakan papan tulis
dan dengan sumber belajar buku paket
3. Hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika kurang maksimal
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakahtingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang
dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah pada siswa
SMP kelas VIII?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang
dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah pada siswa
SMP kelas VIII?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang
dikombinasikan dengan peembelajaran berbasis masalah pada siswa
(26)
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang
dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah pada siswa
SMP kelas VIII
E. Pembatasan Masalah
Peneliti menyadari bahwa memiliki keterbatasan kemampuan,
pengetahuan dan waktu, oleh karena itu dalam penelitian ini penulis
membatasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur
Gantiwarno tahun ajaran 2014/2015
2. Materi yang digunakan adalah bangun ruang prisma dan limas.
F. Penjelasan Istilah
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melakukan aktivitas pembelajaran
(Winaputra, dalam Sugiyanto, 2010).
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
(27)
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II adalah salah satu jenis
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 4-6 orang dalam satu
kelompok yang heterogen. Setiap anggota bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian
tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
4. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam
pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa
betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji,
dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
berkesinambungan (Tan, dalam Rusman, 2012:229).
5. Keaktifan
Keaktifan belajar berarti kegiatan siswa ikut ambil bagian dalam
suatu proses pembelajaran. Keaktifan yang diamati seperti bertanya,
menjawab pertanyaan, menanggapi pendapat siswa lain, memberikan
tanggapan/ide, dan mengerjakan lembar kerja.
6. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan pada tes
(28)
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi guru
Dengan penelitian ini diharapkan guru dapat menentukan
modelpembelajaran matematika yang variatif dan menantang bagi
siswa agar siswa merasa senang dan termotivasi dalam proses
pembelajaran serta untuk meningkatkan keprofesionalan guru. Selain
itu juga untuk memberi masukan dan kepada para guru matematika
dalam memilih model pendekatan dalam pembelajaran, agar
pembelajaran dapat berjalan efektif, tidak monoton, dan dapat
melibatkan siswa.
2. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran matematika sekaligus meningkatkan hasil belajar
siswa. Dalam penelitian ini, siswa juga lebih dapat berinteraksi
langsung dengan teman sebaya dengan cara belajar bersama dan
mengembangkan konsep pemikiran siswa dan siswa mendapatkan
pengalaman baru dalam proses pembelajaran.
3. Bagi peneliti
Penelitian dapat memberikan pengalaman dan menjadikan bekal saat
(29)
9
BAB II
LANDASAN TEORI A. Definisi Belajar dan Pembelajaran
1. Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar adalah suatu
usaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Rusman
(2012:1), belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai
proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan
memahami sesuatu.
Menurut Gagne (dalam Ratna Wilis, 2006:2) belajar didefinisikan
sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman. Belajar dihasilkan dari pengalaman dengan
lingkungan, yang di dalamnya terjadi hubungan-hubungan antara
stimulus-stimulus dan respons-respons. Menurut Cronbach (dalam Suprijono,
2009:2), belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.
Sedangkan menurut Winkel (2004:59), belajar dirumuskan sebagai
suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu
(30)
Menurut Herman Hudojo (1988:1), belajar merupakan kegiatan bagi
setiap orang. Pengetahuan ketrampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap
terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu
seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu
menjadi proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah
laku. Perubahan tingkah laku itu memang dapat diamati dan berlaku dalam
relatif lama. Perubahan tingkah laku yang berlaku dalam relatif waktu
lama itu disertai usaha orang tersebut sehingga orang itu dari tidak mampu
mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Tanpa usaha,
walaupun terjadi perubahan tingkah laku, bukanlah belajar. Kegiatan dan
usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses
belajar sedang perubahan perilaku itu sendiri merupakan hasil belajar.
Dengan demikian belajar akan menyangkut proses belajar dan hasil
belajar.
Dari beberapa pendapat yang dikemukan di atas, maka dapat
disimpulkan belajar adalah suatu proses dimana seseorang melakukan
aktivitas untuk melaksanakan perubahan perilakunya dan menambah ilmu
pengetahuannya yang disebabkan oleh pengalamannya.
2. Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1988), pengertian
pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup
(31)
Menurut Mohamad Surya (2004:7), pembelajaran ialah suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut
Rusman (2012:1), pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas
berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain.
Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru
dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran sangat erat kaitannya dengan belajar dan mengajar,
ketiganya terjadi secara bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru
atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal, sedangkan
mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Suprijono, 2009:54) adalah konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk– bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Menurut Slavin (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2011:55), pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem
belajar dan bekerja dalam kelompok–kelompok kecil yang berjumlah 4–6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih
(32)
bergairah dalam belajar. Sedangkan, menurut Sugiyanto (2010:37),
model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang
melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling
berinteraksi (Nurulhayati, dalam Rusman, 2012:203). Dalam sistem
belajar kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya.
Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka
belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok
untuk belajar.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal– asalan. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang benar
memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif dan proses
pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa, tetapi siswa
dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2008:31) mengatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative
learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur model
(33)
a. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu tugas
sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota
kelompoknya. Tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan
manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya,
dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari
masing-masing anggota kelompok. Dengan demikian, semua anggota
dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
b. Tanggung jawab perseorangan
Setiap anggota kelompok dalam kelompok kooperatif memiliki
tugas dan tanggung jawab perseorangan, agar siswa merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
c. Interaksi tatap muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang
luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling
memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap
muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap
anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap
perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan
mengisi kekurangan masing-masing.
d. Komunikasi antaranggota
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu
(34)
sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak.
Komunikasi yang baik antaranggota kelompok tentunya dapat
memudahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
komunikasi yang baik tersebut, siswa harus dapat saling
mempercayai, saling menerima, saling mendengarkan pendapat
dan mendukung serta mampu menyelesaikan masalah.
e. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi dalam kelompok sangat diperlukan agar para siswa
dapat mengetahui kinerja mereka selama berada dalam kelompok
dan hasil kerja sama mereka. Sehingga guru perlu menjadwalkan
waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja dan
hasilnya agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif.
3. Ciri–Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif memiliki ciri–ciri sebagai berikut :
a. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam
kelompok secara kooperatif dan mereka haruslah beranggapan
sehidup sepenanggungan bersama
b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah
c. Jika di dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa
(35)
agar dalam setiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis
kelamin yang berbeda pula
d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada
individu
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
sosial.
4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur atau langkah–langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri dari empat tahap, yaitu sebagai berikut :
a. Penjelasan Materi
Tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok
materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.
Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok
materi pelajaran.
b. Belajar Kelompok
Siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk
sebelumnya. Melalui pembelajaran dalam tim, siswa didorong
untuk melakukan tukar-menukar informasi dan pendapat,
mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan
(36)
c. Penilaian
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan
melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau
kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan
individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada
kemampuan kelompoknya. Hasil akhir setiap siswa adalah
penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok
memiliki nilai sama dengan kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai
kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang
merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.
d. Pengakuan Tim
Penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling
berprestasi kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan
harapan dapat memotivasi tim untuk berprestasi lebih baik lagi.
5. Tipe–Tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa variasi jenis dalam pembelajaran kooperatif
(Miftahul Huda, 2011), antara lain :
a. Model Student Teams Achievement Division (STAD)
Jenis pembelajaran ini dikembangkan oleh Slavin yang
melibatkan kompetensi antarkelompok. Dalam STAD, siswa dibagi
menjadi kelompok beranggotakan empat sampai enam orang yang
heterogen, menurut kemampuan, ras, etnis, dan jenis kelamin.
(37)
kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa
menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani
kuis perseorangan tentang materi dan mereka tidak boleh saling
membantu. Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor
yang diperoleh oleh kelompok. Jadi, setiap anggota harus berusaha
memperoleh nilai maksimal dalam kuis jika kelompok mereka
ingin mendapatkan skor yang tinggi.
b. Model Teams Games Tournaments (TGT)
Hampir sama dengan STAD, siswa dikelompokkan secara
heterogen (dalam TGT umumnya fokus pada level kemampuan
saja). Selain itu, jika dalam STAD yang digunakan adalah kuis,
maka dalam TGT biasanya berganti menjadi game akademik.
Dalam TGT setiap siswa ditugaskan untuk mempelajari materi
terlebih dahulu bersama anggota yang lain, lalu mereka diuji secara
individual melalui game akademik. Nilai yang mereka peroleh dari
game akan menentukan skor kelompok mereka.
c. Model Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini mengambil pada cara
bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu
kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk
mencapai tujuan bersama.
Pada dasarnya, pelaksanaan tipe Jigsaw ini yaitu siswa dibagi
(38)
tersebut mendapatkan bagian yang berbeda-beda. Kelompok inilah
yang disebut kelompok asal. Kemudian siswa yang mendapatkan
bagian yang sama bergabung dengan anggota lain yang
mendapatkan bagian yang sama. Perkumpulan siswa yang
mendapatkan bagian yang sama ini disebut dengan kelompok ahli.
Dalam kelompok ahli ini siswa berdiskusi untuk mencari cara
terbaik bagaimana menjelaskan bagian informasi ini kepada
anggota kelompok semulanya. Setelah itu, siswa tersebut kembali
lagi ke kelompok masing–masing sebagai ahli dalam bagian materinyadan mengajarkan informasi penting dalam bagian
tersebut kepada temannya. Semua siswa bertanggung jawab untuk
menunjukkan penguasaannya terhadap materi yang ditugaskan
guru. Setelah kegiatan kelompok ini selesai, guru memberikan kuis
secaraindividu yang wajib dikerjakan oleh masing–masing siswa tanpa bantuan siapapun. Jadi dalam model ini siswa bekerja selama
dua kali, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.
Tipe Jigsaw ini dibagi dalam tiga jenis, yaitu Jigsaw I, Jigsaw
II, dan Jigsaw III yang akan dijelaskan pada subbab berikutnya.
d. Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Model ini lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa
daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas.
Siswa diberi kontrol dan pilihan penuh untuk merencanakan yang
(39)
kecil dan diberi tugas atau proyek yang berbeda. Dalam
kelompoknya, setiap anggota berdiskusi dan menentukan informasi
yang akan dikumpulkan, bagaimana mengolahnya, menelitinya,
dan menyajikan hasilnya di depan kelas. Semua anggota harus ikut
andil dan selama proses penelitian mereka akan terlibat dalam
aktivitas-aktivitas berpikir, seperti membuat sintesis, ringkasan,
hipotesis, kesimpulan, dan menyajikan laporan akhir.
e. Model Team Accelerated Instruction (TAI)
TAI dikembangkan oleh Slavin, Leavey, dan Madden (Slavin,
2005:195). Tahap-tahap dalam TAI antara lain : tes penempatan,
belajar kelompok, perhitungan nilai kelompok, dan pemberian
penghargaan bagi kelompok. Tes penempatan merupakan ciri
terpenting yang membedakan TAI dengan model yang lain karena
model ini para siswa diberikan tes pra-program pada permulaan
pelaksanaan program, mereka ditempatkan pada tingkat yang
sesuai dalam program individual berdasarkan kinerja mereka dalam
tes ini.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot
Aronson dan rekan-rekannya di Universitas Texas (Slavin, 2005). Arti Jigsaw
dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya
dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar.
(40)
sebuah gergaji (zigzag), yaitu melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara
bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw (Rusman, 2012:218) adalah
sebuah model belajar kooperatif yang memfokuskan pada kerja kelompok
siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie (dalam
Rusman, 2012:218), model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen
dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab
secara mandiri.
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Ada tiga jenis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Ketiga jenis
tersebut adalah :
a. Jigsaw I
Pada jenis ini, siswa sangat dituntut untuk bertanggung jawab
terhadap penguasaan materi siswa lain di luar kelompoknya. Pada
model kooperatif tipe Jigsaw I ini kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok secara heterogen. Kelompok tersebut disebut kelompok asal.
Materi pembelajaran dibagi dalam beberapa bagian, kemudian
dibagikan kepada setiap siswa dalam kelompok asal dengan sub bagian
yang berbeda. Siswa dalam satu kelas yang mendapatkan materi yang
sama, berkumpul, dan berdiskusi, kelompok baru ini disebut kelompok
ahli. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali ke
(41)
asalnya. Kemudian guru memberikan evaluasi berupa kuis yang
dikerjakan oleh siswa secara individual.
b. Jigsaw II
Dalam Jigsaw II, para siswa bekerja dalam tim yang heterogen,
seperti STAD dan TGT. Berbeda halnya pada Jigsaw I, pada jenis ini
para siswa diharapkan mengetahui secara garis besar materi yang akan
dipelajari sebelum masuk dalam diskusi kelompok ahli. Dengan
begitu, diharapkan siswa lebih memahami dan menyampaikan sub
bagian materi yang disampaikan oleh teman kelompok di kelompok
asalnya. Setiap anggota dari kelompok asal yang memperoleh topik
yang sama, berkumpul membentuk kelompok ahli. Dalam kelompok
ahli ini setiap anggota saling berdiskusi untuk memahami lebih detail
tentang informasi tersebut. Setelah berdiskusi dengan kelompok ahli,
kemudian para ahli kembali ke kelompok asal dan secara bergantian
mengajarkan topik yang lebih spesifik dari informasi tersebut kepada
teman dalam satu kelompoknya. Kemudian guru memberikan evaluasi
yang berupa kuis secara individual. Dan perolehan nilai kuis dijadikan
panduan untuk menentukan penghargaan kelompok.
c. Jigsaw III
Model Jigsaw yang ketiga ini dekembangkan oleh Kagan (M.Huda,
2011:122). Tidak ada perbedaan yang menonjol pada Jigsaw I, Jigsaw
II, dan Jigsaw III dalam tata laksana dan prosedurnya masing-masing.
(42)
kelas-kelas bilingual. Jadi berbeda dengan dua model Jigsaw
sebelumnya yang dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran,
model Jigsaw ini khusus diterapkan untuk kelas bilingual. Karena
diterapkan pada kelas bilingual, maka Jigsaw III pada umumnya
menggunakan bahasa Inggris untuk materi, bahan, lembar kerja, dan
kuis.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II, karena dalam tipe ini semua siswa mempelajari
materi secara lengkap terlebih dahulu sebelum materi dibagi menjadi
beberapa bagian. Sehingga sebelumnya siswa sudah mendapatkan
gambaran materi secara keseluruhan sebelum fokus ke bagian tertentu.
2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
a. Orientasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan.
Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan model Jigsaw
dalam proses belajar mengajar. Para siswa diminta belajar konsep
secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan tentang
materi yang diajarkan.
b. Pengelompokan
Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang sudah diketahui
kemampuan matematikanya dan sudah di-ranking, kita bagi dalam
25% (rangking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10)
(43)
(rangking 16-20) kelompok rendah. Selanjutnya akan membaginya
menjadi 5 kelompok (A-E) yang beranggotakan heterogen, beri indeks
1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, beri indeks 2 untuk siswa
dalam kelompok baik, beri indeks 3 untuk siswa dalam kelompok
sedang, dan beri indeks 4 untuk siswa dalam kelompok rendah.
Tiap kelompok beranggotakan :
Kelompok A (A1 , A2, A3, A4)
Kelompok B (B1 , B2, B3, B4)
Kelompok C (C1 , C2, C3, C4)
Kelompok D (D1 , D2, D3, D4)
Kelompok E (E1 , E2, E3, E4)
c. Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli
Selanjutnya kelompok itu dibagi menjadi kelompok yang akan
mempelajari materi yang diberikan dan dibina menjadi ahli,
berdasarkan indeksnya
Kelompok 1 (A1 , B1, C1, D1, E1)
Kelompok 2 (A2 , B2, C2, D2, E2)
Kelompok 3 (A3 , B3, C3, D3, E3)
Kelompok 4 (A4 , B4, C4, D4, E4)
Setiap kelompok diharapkan dapat belajar topik yng diberikan
dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam kelompok asal
(44)
d. Diskusi kelompok ahli dalam kelompok asal
Para ahli dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali ke
kelompok asal. Selanjutnya guru mempersilakan anggota grup untuk
mempresentasikan keahliannya kepada anggota kelompok asalnya
secara bergantian. Proses ini diharapkan akan terjadi saling berbagi
pengetahuan antaranggota kelompok.
Aturan dalam tahap ini adalah :
1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap
anggota kelompok mempelajari materi yang diberikan
2) Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama
3) Tanyakan pada anggota kelompok sebelum tanya kepada guru
4) Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup
lain
5) Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan e. Tes (penilaian)
Guru memberikan tes tulis berupa kuis untuk dikerjakan siswa
secara individu yang memuat seluruh materi yang didiskusikan.
f. Pengakuan kelompok
Penilaian berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan
pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa
jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat
(45)
D. Pembelajaran Berbasis Masalah
Moffit (dalam Rusman, 2012:241) mengemukakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang diawali
dengan menggunakan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini
siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge)
sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan
pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan
poin utama dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah (Suyatno, 2010).
John Dewey (dalam Wina Sanjaya, 2011:217) menjelaskan 6 langkah
dalam pembelajaran berbasis masalah, yaitu:
1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang
akan dipecahkan
2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis
dari berbagai sudut pandang
3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya
4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan
(46)
5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang
diajukan
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Menurut Suyatno (2010), dalam melaksanakan proses pembelajaran
berbasis masalah ini, beberapa ciri–ciri utamanya adalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran berpusat dengan masalah
2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang
mungkin akan dihadapi oleh siswa dalam kerja di masa depan
3. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran
disusun berdasarkan masalah
4. Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka
5. Siswa aktif dengan proses bersama
6. Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru
7. Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna
8. Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan
pengetahuan
9. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil
E. Keaktifan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas dapat diartikan sebagai
(47)
menurut KBBI (1988) diartikan sebagai giat dalam pembelajaran. Siswa harus
berperan aktif sesuai dengan peranannya sebagai subjek pembelajaran. Siswa
tidak hanya pasif dalam proses pembelajaran dan jangan hanya mendengarkan
guru tetapi siswa harus aktif mengkonstruksi pengetahuannya, serta berperan
aktif dalam pembelajaran. Menurut Sardiman (2001:95), keaktifan atau
aktivitas diperlukan di dalam belajar karena pada prinsipnya belajar adalah
berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan.
Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar
mengajar.
Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2001:101), membagi keaktifan atau
aktivitas menjadi beberapa golongan, antara lain :
1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain
2. Oral activities,seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan, uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin
(48)
6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain : melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan
8. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup
Jadi dengan penggolongan aktivitas atau keaktifan tersebut menunjukkan
bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Apabila berbagai
macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah
akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat
aktivitas belajar yang maksimal dan akan mengarah ke peningkatan prestasi
siswa. Kreativitas guru mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan
siswa yang sangat bervariasi ini.
Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran,
khususnya dalam model pembelajaran kooperatif karena siswalah yang
menjadi subjek pembelajaran, artinya siswa yang merencanakan pembelajaran
dan ia sendiri yang akan melaksanakannya.
F. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola–pola perbuatan, nilai–nilai, pengertian– pengertian, sikap–sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono, 2009:6). Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010:22) bahwa hasil belajar adalah
(49)
belajarnya. Herman Hudojo (1988:144) mengemukan bahwa hasil belajar
merupakan pemahaman dan penguasaan seseorang dalam menyusun
hubungan–hubungan antara bagian–bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian sehingga orang tersebut dapat menampilkan pemahaman
dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari. Hasil belajar merupakan
prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator
kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan
(Mulyasa, 2009:212).
Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana (2010: 22-23) membagi hasil
belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan intelektual atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi), ranah afektif
(penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi), dan
ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan
bertindak individu meliputi enam aspek, yaitu gerakan refleks, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah
tersebut saling berhubungan, dan ketiganya harus nampak sebagai hasil
belajar.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan perilaku, pemahaman dan kemampuan-kemampuan
yang merupakan umpan balik dari hasil pengalamannya selama mengikuti
proses belajar. Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa diukur dari nilai hasil
(50)
yang akan menerima materi baru dan hasilnya untuk membagi kelompok serta
dilakukan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan
menggunakan model tersebut.
G. Prisma dan Limas
1. Prisma
a. Pengertian Prisma
Prisma merupakan bangun ruang yang mempunyai sepasang sisi
yang sejajar dan kongruen yang merupakan alas dan tutup serta
sisi-sisi yang lainnya diperoleh dengan menghubungkan titik-titik sudut
dari dua bidang yang sejajar menjadi garis-garis yang sejajar.
Prisma memiliki berbagai unsur, berikut unsur–unsur pada prisma antara lain :
1) Bidang-bidang sisi atau sisi-sisi prisma adalah bidang–bidang yang membentuk suatu prisma
2) Rusuk prisma adalah ruas garis yang dibentuk oleh perpotongan
dua bidang sisi prisma
3) Titik sudut prisma adalah titik pertemuan tiga atau lebih rusuk pada
suatu prisma
4) Diagonal bidang atau diagonal sisi prisma adalah ruas garis yang
menghubungkan dua titik sudut yang yang terletak pada suatu
bidang sisi prisma tetapi tidak berdekatan
5) Diagonal ruang prisma adalah garis yang menghubungkan dua titik
(51)
6) Bidang diagonal prisma adalah bidang yang melalui dua diagonal
bidang alas yang sejajar dan tidak terletak pada bidang sisi prisma
yang sama
b. Jaring–Jaring Prisma
Jaring–jaring prisma adalah suatu gambar bangun datar yang memuat semua sisi atau bidang prisma dan hubungan antara sisinya
masih ada. Jaring–jaring prisma diperoleh dengan cara mengiris beberapa rusuk prisma sedemikian sehingga seluruh permukaan prisma
terlihat. Berikut contoh jaring–jaring prisma segitiga :
Gambar 2.1 Jaring – jaring Prisma c. Luas Permukaan Prisma
Luas permukaan sebuah prisma adalah jumlah semua luas sisi
prisma itu. Luas permukaan prisma diperoleh dengan menentukan
jaring–jaring prisma dan menjumlahkan luas bangun datar yang terbentuk.
Gambar 2.2 Jaring – jaring Prisma Segitiga C
A B
F
D E
F
C C
F t t
t t
b c
(52)
Luas permukaan prisma segitiga di atas adalah :
Luas permukaan prisma = luas ∆ABC + luas ADFC +
luas ABED + luas BCFE + luas ∆DEF
= 2 x luas ∆ABC + luas ADFC +
luas ABED + luas BCFE
= 2 x luas alas + bt + ct + at
= 2 x luas alas + (a + b + c)t
= (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi
prisma)
Maka untuk setiap prisma berlaku rumus :
Luas permukaan = (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi prisma)
d. Volume Prisma
Volume prisma adalah banyaknya satu satuan volume yang
memenuhi seluruh isi prisma, satuan volume yang sering dipakai
adalah liter (l), milliliter (ml), m3, cm3, dm3, dan mm3.
Rumus volume prisma di atas dapat diperlihatkan dengan cara
berikut :
Gambar 2.3 Bangun Ruang Balok dan Prisma Segitiga p
l
t
p
l
(53)
Sesuai gambar di atas maka volume prisma balok adalah jumlah
volume kedua prisma segitiga.
Volume balok = 2 x Volume prisma segitiga tegak
Volume prisma segitiga tegak = x volume balok
= x (p x l x t)
=( x p x l )x t
= luas alas x tinggi
2. Limas
a. Pengertian Limas
Limas merupakan bangun ruang sisi datar yang dibentuk oleh suatu
daerah segi banyak sebagai alas dan sisi-sisi lain yang berbentuk
segitiga yang mempunyai suatu titik persektutuan.. Titik persekutuan
itu disebut titik puncak limas.
Limas memiliki berbagai unsur, berikut unsur-unsur pada limas
antara lain :
1) Bidang–bidang sisi atau sisi–sisi limas adalah bidang–bidang yang membentuk suatu limas
2) Rusuk limas adalah ruas garis yang dibentuk oleh perpotongan dua
bidang sisi limas
3) Titik sudut limas adalah titik pertemuan tiga atau lebih rusuk pada
(54)
4) Diagonal alas limas adalah ruas garis yang menghubungkan dua
titik sudut yang tidak berdekatan dan terletak pada bidang alas
limas
5) Bidang diagonal limas adalah bidang yang melalui sebuah diagonal
bidang alas dan rusuk tegak yang memotongnya
b. Jaring–Jaring Limas
Jaring–jaring limas adalah suatu gambar bangun datar yang memuat semua sisi atau bidang prisma dan hubungan antara sisinya
masih ada. Jaring–jaring limas diperoleh dengan cara mengiris beberapa rusuk limas sedemikian sehingga seluruh permukaan limas
terlihat. Berikut contoh jaring-jaring limas segiempat :
Gambar 2.4 Jaring-jaring Limas c. Luas Permukaan Limas
Luas permukaan limas dapat ditentukan dengan mencari luas
jaring–jaring limas tersebut.
Gambar 2.5 Limas Segiempat dan Jaring–jaring Limas Segiempat T T
T
T C B
C D
A
B
C D
(55)
Luas permukaan limas = luas persegi ABCD + luas ∆TAB + luas ∆TBC + luas ∆TCD + luas ∆TAD
= luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak
Maka untuk setiap limas berlaku rumus :
Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak
d. Volume Limas
Volume limas adalah banyaknya satu satuan volume yang
memenuhi seluruh isi limas, satuan volume adalah m3, dm3, dan sebagainya. Rumus volume limas dapat dicari dengan cara berikut :
Gambar 2.6 Kubus dan Limas Segiempat
Volume kubus terbentuk dari enam buah limas yang kongruen.
Volume limas = x volume kubus
= x 2a x 2a x 2a
= x (2a)2 x 2a
= x (2a)2 x a
= x luas alas x tinggi 2a
2a
2a
a 2a
a
(56)
Cara mendapatkan rumus volume limas di atas merupakan sebuah
contoh tentang cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan volume
sebuah limas. Di mana volume limas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Volume limas = x luas alas x tinggi
H. Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika memiliki tujuan anatara lain melatih cara
berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kreativitas,
serta mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah dan
mengaitkan masalah nyata ke dalam materi yang diajarkan. Dalam
pembelajaran matematika ini, siswa diharapkan untuk terlibat aktif sehingga
siswa mampu mengoptimalkan hasil belajar. Pada saat pembelajaran
menggunakan metode ceramah, siswa cenderung bersikap pasif karena mereka
hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Sehingga siswa merasa takut
bertanya tentang pengetahuan yang belum diketahui dan merasa kurang
nyaman terhadap pembelajaran matematika.
Suatu proses pembelajaran lebih efektif apabila siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif,
karena pembelajaran kooperatif ini berpusat pada siswa dan siswa dibentuk
dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga dapat membuat siswa menjadi
lebih aktif. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Jigsaw II. Dalam
model pembelajaran ini, siswa dituntut untuk lebih aktif dalam bertanya,
(57)
pertanyaan. Hal ini lebih baik karena masing–masing siswa mempunyai tanggung jawab besar untuk menyampaikan materi kepada teman satu
kelompoknya. Selain keaktifan, pembelajaran yang efektif juga terdapat
peningkatan hasil belajar siswa. Model tersebut dikombinasikan dengan
pembelajaran berbasis masalah,. Dengan pembelajaran berbasis masalah para
diajak untuk berpikir secara sistematis, dimulai dengan merumuskan masalah,
menganalisis, mengumpulkan data, hingga mendapatkan suatu kesimpulan
sehingga hal tersebut berpeluang untuk meningkatkan pengetahuan saat proses
pembelajaran yang disusun berdasarkan masalah. Sehingga penggabungan dua
pembelajaran tersebut dapat membangun hasil belajar siswa karena selama
pembelajaran siswa selalu mempelajari masalah, berusaha memecahkannya,
dan bertanggung jawab sehingga terbentuk pengetahuan dan pengalaman
baru.Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang sesuai dengan tujuan khusus
yang direncanakan.
Pada akhirnya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang
dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah ini dapat berdampak
positif terutama siswa semakin terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta
dapat bekerja sama dengan baik sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih
(58)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif di mana
peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah untuk mengetahui
tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur
Gantiwarno pada pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian adalah siswa–siswi kelas VIII SMP Pangudi Luhur Gantiwarno tahun ajaran 2014/2015.
C. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar siswa SMP
Pangudi Luhur Gantiwarno kelas VIII pada pembelajaran matematika dengan
penerapan pembelajaran tipe Jigsaw II dikombinasikan dengan pembelajaran
berbasis masalah pada sub pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas.
D. Perumusan Variabel–variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan. Kedua variabel
tersebut adalah :
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam
(59)
dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah.
2. Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika.
E. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Pangudi Luhur Gantiwarno.
Pelaksanaan penelitian berlangsung mulai bulan April-Mei 2015 (semester II
tahun ajaran 2014/2015).
F. Bentuk Data
1. Data Keaktifan Siswa
Data keaktifan siswa diperoleh dari hasil pengamatan keaktifan siswa
pada saat diskusi dalam kelompok baik diskusi kelompok asal maupun
kelompok ahli. Data–data tersebut dimasukkan dalam tabel keaktifan yang telah disiapkan peneliti.
2. Data Hasil Belajar Siswa
Alat yang digunakan dalam pengambilan data hasil belajar siswa
adalah tes hasil belajar siswa berdasarkan indikator yang ditentukan. Tes
yang digunakan yaitu tes kemampuan awal, kuis, dan tes hasil belajar.. Tes
kemampuan awal digunakan untuk mengetahui kesiapan siswa dalam
menerima materi baru dan untuk membagi anggota kelompok. Hasil dari
(60)
materi yang dipelajari. Sedangkan, hasil dari tes hasil belajar digunakan
untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran
berbasis masalah pada sub pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas.
3. Data Tanggapan Siswa
Data ini diperoleh dari hasil wawancara kepada beberapa siswa.
Tujuan wawancara ini adalah untuk memperkuat data yang diperoleh
bahwa siswa mengikuti kegiatan pembelajaran matematika menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan
dengan pendekatan berbasis masalah dengan sungguh–sungguh.
G. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Peneliti akan melakukan pengamatan/observasi terhadap keaktifan
siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Dalam observasi keaktifan
siswa ini, digunakan tabel keaktifan siswa.
2. Metode tes
Metode tes ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa
kelas VIII SMP Pangudi Luhur Gantiwarno dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan
pembelajaran berbasis masalah.
3. Metode Wawancara
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tanggapan siswa
(61)
dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah..
H. Instrumen Dalam Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian. Instrumen yang digunakan ada dua, yaitu instrumen pembelajaran
dan instrumen pengumpulan data.
1. Instrumen pembelajaran
Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh peneliti dengan
menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw II yang dikombinasikan
dengan penmbelajaran berbasis masalah.
b. Lembar Kerja Kelompok (LKK)
Lembar Kerja Kelompok digunakan sebagai alat penggerak kegiatan
pembelajaran di dalam kelas, baik untuk kelompok asal maupun
kelompok ahli. LKK disusun berdasarkan materi yang hendak
diajarkan.
2. Instrumen penelitian
a. Instrumen observasi keaktifan siswa
Dalam penelitian ini, dilakukan observasi untuk mengetahui
keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Lembar
(62)
data yang didapat lebih valid, maka para observer/pengamat berlatih
dahulu. Bentuk observasi ditunjukkan dalam tabel berikut :
Tabel 3.1 Lembar Observasi Keaktifan Siswa
Untuk mengetahui bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis No Hal yang diamati
Nomor
absen siswa Keterangan 1 2 3 4
1 Kegiatan visual (visual activities) A. Membaca buku acuan atau sumber lain untuk
mendapatkan informasi lebih banyak 2 Kegiatan lisan (oral activities) B. Mengajukan pertanyaan pada guru/siswa lain C. Memberikan tanggapan atau pendapat atas
pertanyaan yang diajukan teman atau guru D. Menyampaikan pendapat/ide dalam memecahkan
masalah maupun materi dalam diskusi kelompok E. Bekerja sama dengan teman kelompoknya untuk
memecahkan masalah 3 Kegiatan mendengarkan (listening activities) F. Mendengarkan pendapat teman selama berdiskusi 4 Kegiatan menulis (writing activities) G. Mencatat informasi yang didapat selama berdiskusi 5 Kegiatan mental (mental activities)
H. Memecahkan permasalahan-permasalahan yang
terdapat pada lembar kerja 6 Kegiatan emosional (emotional activities)
I. Bersemangat untuk bekerja sama dalam kelompok
J. Berantusias dalam kerja kelompok K. Tidak melakukan aktivitas yang tidak
berhubungan dengan pelajaran, seperti ngobrol,
melamun, bercanda L. Bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas
(63)
masalah dilakukan penskoran. Penskoran tersebut dilakukan sesuai
dengan ketentuan pada penskoran aktivitas siswa pada tabel berikut.
Cara pengisian lembar pengamatan ini dengan cara memberikan skor
0, 1, atau 2 untuk setiap hal yang diamati.
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Keaktifan Siswa
No Hal yang Diamati Deskripsi Skor
1
Membaca buku acuan atau sumber lain untuk mendapatkan informasi lebih banyak
Siswa membawa dan membaca buku paket atau sumber
lain untuk mendapatkan informasi lebih banyak 2 Siswa tidak membawa buku paket atau sumber lain tetapi
mau berusaha untuk meminjam kepada temannya agar siswa dapat membacanya
1
Siswa tidak membawa buku paket dan tidak mau berusaha
meminjam 0
2
Mengajukan pertanyaan pada guru/siswa lain
Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru/teman
sebanyak lebih dari 2 kali 2 Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru/teman
sebanyak 1-2 kali 1
Siswa tidak pernah mengajukan pertanyaan kepada
guru/teman sebanyak lebih dari 2 kali 0
3
Memberikan tanggapan atau pendapat atas pertanyaan yang diajukan teman atau guru
Siswa memberikan jawaban yang tepat kepada teman
kelompoknya atas pertanyaan yang diajukannya 2 Siswa memberikan jawaban dengan asal-asalan kepada
teman kelompoknya atas pertanyaan yang diajukannya 1 Siswa tidak memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan 0
4
Menyampaikan pendapat/ide dalam memecahkan masalah maupun materi dalam diskusi kelompok
Siswa menyampaikan pendapat/ide dalam memecahkan masalah maupun materi dalam diskusi sebanyak lebih dari 2 kali
2
Siswa menyampaikan pendapat/ide dalam memecahkan
masalah maupun materi dalam diskusi sebanyak 1-2 kali 1 Siswa tidak menyampaikan pendapat/ide dalam
memecahkan masalah maupun materi dalam diskusi 0
5
Bekerja sama dengan teman kelompoknya untuk memecahkan masalah
Siswa sangat sering bekerja sama dengan teman
kelompoknya untuk memecahkan masalah 2 Siswa kadang-kadang bekerja sama dengan teman
kelompoknya untuk memecahkan masalah 1 Siswa tidak bekerja sama dengan teman kelompoknya
untuk memecahkan masalah 0
6
Mendengarkan pendapat teman selama berdiskusi
Siswa selalu mendengarkan pendapat teman selama
berdiskusi 2
(64)
selama berdiskusi
Siswa tidak mendengarkan pendapat teman selama
berdiskusi 0
7
Mencatat informasi yang didapat selama berdiskusi
Siswa selalu mencatat informasi yang didapat selama
berdiskusi 2
Siswa kadang mencatat informasi yang didapat selama
berdiskusi 1
Siswa tidak mencatat informasi yang didapat selama
berdiskusi 0
8
Memecahkan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada lembar kerja
Siswa mampu memecahkan permasalahan-permasalahan
yang terdapat pada lembar kerja dengan tepat 2 Siswa berusaha memecahkan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada lembar kerja dengan bimbingan teman 1 Siswa tidak berusaha memecahkan
permasalahan-permasalahan dalam lembar kerja 0
9
Bersemangat untuk bekerja sama dalam kelompok
Siswa sangat bersemangat untuk bekerja sama dalam
kelompok 2
Siswa cukup bersemangat untuk bekerja sama dalam
kelompok 1
Siswa tidak menunjukkan semangat untuk bekerja sama
dalam kelompok 0
10
Berantusias dalam kerja kelompok
Siswa sangat berantusias dalam kerja kelompok 2 Siswa cukup berantusias dalam kerja kelompok 1 Siswa tidak berantusias dalam kerja kelompok 0
11
Tidak melakukan aktivitas yang tidak berhubungan dengan pelajaran, seperti ngobrol, melamun, bercanda
Siswa sangat jarang melakukan aktivitas lain selama
diskusi berlangsung 2 Siswa kadang-kadang melakukan aktivitas lain selama
diskusi berlangsung 1 Siswa sangat sering melakukan aktivitas lain selama
diskusi berlangsung 0
12
Bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas
Siswa benar-benar bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas dengan mengikuti proses diskusi dengan sungguh-sungguh
2
Siswa tidak sepenuhnya bertanggung jawab dalam
mengerjakan tugas, ditunjukkan dengan siswa asyik sendiri 1 Siswa tidak bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas 0 b. Tes Hasil Belajar Siswa
Tes merupakan alat digunakan dalam pengambilan data hasil
belajar siswa, yang diambil dari tes kemampuan awal, nilai kuis, dan
(1)
(2)
(3)
(4)
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Suasana saat pembagian kelompok Siswa membaca referensi
Siswa bertanya kepada siswa lain Siswa bertanya kepada peneliti
(5)
Siswa mengerjakan kuis Kegiatan diskusi
(6)