2. Keterampilan Kepemimpinan
Menurut R.E. Byrd dan Block terdiri dari lima macam keterampilan dalam kepemimpinan, yaitu :
a. Pemberi Kuasa Pembagian kuasa oleh pemimpin terhadap bawahannya. Sebagai
contoh manajer melibatkan bawahannya dalam penetapan tujuan dan pembuatan rencana.
b. Intuisi Keterlibatan manajer dalam menatap situasi, mengantisipasikan
perubahan, pengambilan risiko, dan membangun kejujuran. c. Pemahaman Diri
Kemampuan untuk mengenali kekuatan-kekuatanhal-hal positif yang ada pada dirinya dan kemampuan dalam menetapkan upaya mengatasi
kelemahan yang ada pada dirinya. d. Pandangan
Keterlibatan dirinya dalam mengimajinasi kondisi lingkungan yang berbeda-beda, serta dalam mengimajinasikan suatu kondisi untuk
memperbaiki lingkungan organisasi. e. Nilai Keselarasan
Kemampuannya dalam mengetahui dan memahami nilai-nilai yang berkembang
dalam organisasinya,
nilai-nilai yang
dimiliki bawahannya, serta dalam memadukan dua nilai tersebut menuju
organisasi yang efektif.
3. Teori Kepemimpinan a. Teori Sifat
Kepemimpinan menitikberatkan pengidentifikasian ciri-ciri yang efektif. Pendekatan ini diidasarkan pada asumsi bahwa dapat
ditemukan sejumlah individu terbatas dari pemimpin yang efektif. Teori sifat juga dapat disebut teori ciri kepemimpinan.
Teori ciri kepemimpinan adalah terori yang mencari ciri kepribadian, sosial
fisikkemampuan, dan
intelektual intelegensial
yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin.
b. Teori Perilaku Personal
Teori perilaku kepemimpinan adalah teori yang mengemukakan bahwa perilaku spesifik membedakan pemimpin dan bukan
pemimpin. Dua pendekatan kepemimpinan perilaku personalpribadi, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Orientasi pada karyawan : pemimpin menekankan hubungan antar pribadi.
Orientasi pada produksi : pemimpin menekankan pada aspek teknis atau tugas dari pekerjaan.
Perkembangan :
pemimpin menghargai
eksperimentasi, mengusahakan gagasan baru, dan menimbulkan serta melaksanakan
perubahan.
Struktur : sejauh mana seorang pemimpin berkemungkinan mendefinisikan dan menstruktur peran mereka dan peran bawahan
dalam upaya mencapai tujuan. Pertimbangan : sejauh mana seorang pemimpin memiliki hubungan
pekerjaan yang dicirikan saling percaya menghargai gagasan bawahan, dan memperhatikan perasaan mereka.
c. Teori Situasional
Suatu teori kemungkinan yang memuaskan perhatian pada kesiapan para pengikut. Dalam teori ini dikembangkan dimensi tinggi atau
rendah menjadi empat prilaku pemimpin yang spesifik yaitu : mengatakan telling, menjual selling, berperan serta participation,
dan mendelegasikan delegation.
d. Teori Kontigensi Fiedler
Teori kontingensi pertama-tama telah dikembangkan oleh fiedler. Menurut teori tersebut kepemimpinan yang berhasil bergantung pada
penerapan gaya seorang pemimpin terhadap tuntutan situasi. Dengan demikian, suatu gaya kepemimpinan akan terasa paling efektif kalau
gaya tersebut digunakan pada situasi yang tepat. 1 Gaya Kepemimpinan
Fiedler mengelompokkan gaya seorang pemimpin ke dalam gaya kepemimpinan yang berorientasi pada orang hubungan dan
berorientasi pada tugas. Pemimpin yang berorientasi pada hubungan orang akan mendapatkan kepuasan apabila terjadi
hubungan yang mapan dalam suatu pekerjaan. Pemimpin tersebut menekankan pandangan hubungan pemimpin dengan bawahan
sebagai “ teman sekerja” co-worker serta menekankan pentingnya perasaan positif yang kuat terhadap bawahannya.
Menurut gaya ini, pemimpin akan aktif dalam melaksanakan tugas-tugasnya bila mampu menjalin hubungan dengan baik
terhadap bawahannya. Sebaliknya pemimpin yang berorientasi pada tugas memandang
bahwa dirinya akan merasa puas bila mampu menyelesaikan tuga- tugas yang ada padanya, tuntutan terhadap bawahannya berupa
tugas-tugas yang harus selesai dikerjakan. Pemimpin dengan gaya ini tidak memprioritaskan hubungan yang harmonis terhadap
bawahannya, tetapi lebih berorientasi pada pandangan bahwa penyelesaian pelaksanaan tugas menjadi prioritas utama.
Pemimpin dengan gaya ini mengabaikan aspek-aspek hubungan antara manusia human relations dalam pekerjaannya, dan
bahkan tidak menghiraukan perasaan bawahan terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkannya.
Pemimpin yang berorientasi pada tugas dikenal sebagai pegawai yang menyukai kerja keras hard working dan pemimpin yang
berorientasi pada hubungan dikenal sebagai pegawai yang menekankan rasa percaya penuh trust worthing.
2 Faktor- Faktor Situasional Fiedler mengidentifikasi faktor-faktor yang ada dalam situasi
kerja yang dapat membantu pemimpin dalam menetapkan gaya kepemimpinannya secara efektif. Faktor-faktor tersebut meliputi :
a Hubungan anggota dengan pemimpin Leader-member relations
b Struktur tugas Task structur c Kuasa dalam posisinya sebagai pemimpin Leader position
power Hubungan anggota dengan pemimpin mengidentifikasi sampai
sejauh mana seorang pemimpin dapat diterima atau ditolak oleh anggota dalam kelompok yang dipimpinnya. Kondisi tersebut
mempunyai pengaruh yang amat penting bagi efektivitas kepemimpinannya. Pemimpin yang disukai dan keberadaannya
dapat diterima oleh kelompok yang dipimpinnya akan mampu menggerakkan
bawahannya untuk
meningkatkan kinerja.
Sebaliknya pemimpin yang kurang disukai dan diterima keberadaannya, kepemimpinannya akan mempunyai efektivitas
yang lemah dan kurang mampu merangsang suasana kerja. Terhadap tugas-tugas yang rutin dan sederhana yang telah
mempunyai standar
yang jelas
tentang bagaimana
melaksanakannya, pemimpin tidak perlu bercampur tangan
terhadap aktivitas bawahannya dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Kuasa dalam posisi sebagai pemimpin, merupakan tingkatan sampai sejauh mana legitimasi yang dimiliki pemimpin yang
berkaitan dengan kedudukannya dalam struktur kekuasaan, maupun sampai sejauh mana wewenang yang ada dalam hal
pemberian penghargaan terhadap bawahaannya. Pemimpin yang mempunyai kuasa dalam posisi yang lebih tinggi mempunyai
kemampuan memepengaruhi bawahan yang lebih besar dibanding pemimpin yang posisi kuasanya lebih rendah.
4. Efektivitas Kepemimpinan
Menurut sulistiyani 2008:V ada 4 komponen kepemimpinan atau leadership yang menentukan bagaimanakah kesuksesan dan keefektifan
seorang pemimpin, yaitu : influencer yang ada pada diri pemimpin leader, influence yang ada pada diri bawahan follower, cara atau
teknik mempengaruhi influence the behaviour dan situasi situation or environment. Salah satu kriteria efektivitas kepemimpinan adalah
kemampuan mengambil keputusan tidak hanya diukur dengan ukuran kuantitatif atau jumlah keputusan yang diambil tetapi digunakan adalah
keputusan yang bersifat praktis, realistik, dapat dilaksanakan dan memperlancar usaha pencapaian tujuan organisasi.
Menurut fiedler, mengemukakan tiga kemungkinan faktor-faktor yang menentukan situasional kunci efektivitas kepemimpinan, yaitu :
a. Hubungan pimpinan-bawahan
adalah tingkat
kepatuhan, kepercayaan, dan rasa hormat para anggota terhadap pemimpin
mereka. Gaya kepemimpinan yang berorientasi hubungan pimpinan-bawahan adalah seorang pemimpin diharapkan harus
mampu mempengaruhi dan memotivasi bawahannya sehingga bawahan mampu mengikuti dan melaksanakan apa yang
diperintahkan, bukan karena keterpaksaan tetapi dengan penuh kesadaran dan kesungguhan hati untuk mencapai tujuan organisasi
secara baik dan membawa kepuasan bagi bawahan. b. Struktur tugas adalah tingkat sejauh mana penentuan pekerjaan
diprosedurkan, yaitu terstruktur atau tidak terstruktur. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau struktur tugas
adalah pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan, pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus
dilaksanakan sesuai dengan keinginnya, serta pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan
pengembangan bawahan. c. Kekuatan posisi adalah pengaruh yang berasal dari posisi struktural
formal seseorang dalam organisasi termasuk kekuatan untuk mempekerjakan, memecat, mendisiplinkan, mempromosikan, dan
memberikan kenaikan gaji. Gaya kepemimpinan yang berorientasi
pada kekuatan posisi pemimpin adalah pemimpin yang sering menghindari kekuasaan. Bergantung pada kelompok untuk
menetapkan tujuan, bisa memotivasi bawahan, bertanggung jawab dalam menghadapi kejadian yang terjadi dalam perusahaan, dan
bertanggungjawab pada kelompok untuk menanggulangi masalah yang terjadi.
Gambar II.1 Temuan Model Fiedler
Baik
Buruk
Berorientasi pada Hubungan Berorientasi pada Tugas
Kategori Disukai
Sedang Tidak Disukai
I II
III IV
V VI
VII VIII
Hubungan Pimpinan
dan Bawahan
Baik Baik
Baik Baik
Buruk Buruk
Buruk Buruk
Struktur Tugas
Tinggi Tinggi
Rendah Rendah
Tinggi Tinggi
Rendah Rendah
Posisi Kekuatan
Kuat Lemah
Kuat Lemah
Kuat Lemah
Kuat Lemah
Keterangan : Apabila Hubungan antara pemimpin dengan bawahan, struktur tugas dan posisi
kekuatan semua bernilai tinggi, maka efektivitas kepemimpinan pada perusahaan diposisikan sangat menguntungkan.
Sedangkan apabila hubungan antara pemimpin dengan bawahan, struktur tugas bernilai tinggi tetapi posisi kekuatan rendah maka efektivitas kepemimpinan pada
perusahaan diposisikan sangat menguntungkan. Berbeda apabila hubungan antara pemimpin dengan bawahan rendah, sedangkan
struktur tugas dan posisi kekuatan rendah maka efektivitas kepemimpinan pada perusahaan diposisikan tidak menguntungkan.
Untuk menilai gaya kepemimpinan fiedler apabila hubungan pemimpin dengan bawahan tinggi, struktur tugas rendah, dan posisi kekuatan tinggi maka pemimpin
menggunakan gaya yang berorientasi pada tugas. Sedangkan apabila pemimpin hubungan dengan bawahan rendah, struktur tugas
tinggi, dan posisi kekuatan tinggi maka pemimpin menggunakan gaya yang berorientasi pada hubungan.
5. Kinerja Karyawan