Faktor-faktor Pendukung Pendidikan Karakter Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP

20 mengumpulkan informasi, mengolah hingga menumbuhkan nilai karakter dalam kegiatan belajar di sekolah maupun di luar sekolah.

6. Faktor-faktor Pendukung Pendidikan Karakter

Zubaedi 2012 memaparkan terdapat beberapa faktor-faktor pendukung pendidikan karakter, yaitu: a. Insting naluri Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Insting memiliki corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang. b. Adat atau kebiasaan Adat atau kebiasaan adalah perbuatan yang dikerjakan secara berulang sehingga menjadi mudah melakukannya. Tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan, mandi, tidur, berolahraga. c. Keturunan Secara langsung atau tidak langsung faktor keturunan yang diturunkan oleh kedua orang tua sangat mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. Misalnya, pantulan sifat-sifat dari orang tua yang menurun kepada anak. d. Lingkungan Lingkungan sebagai lingkup yang membentuk corak sikap dan tingkah laku seseorang. 21

7. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP

Barus 2015 memaparkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP berpedoman pada aturanyang dibuat oleh Direktorat Pembinaan SMP tahun 2010 yang dijadikan standar minimal ketentuan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Ketentuan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolahtersebut hanya melibatkan guru mata pelajaran yang menjadi subjek pelaksana pendidikan karakter. Kenyataannya, proses pelaksanaan pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru mata pelajaran mengalami hambatan. Hambatan-hambatan umum dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter antara lain: c. Tidak operasionalnya pedoman Pendidikan Karakter dari Direktorat Pembinaan SMP 2010, d. Integrasi nilai karakter melalui pembelajaran masih bersifat acuan, belum dapat diterapkan, e. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi untuk mengukur ketercapaian karakter, f. Penanaman nilai karakter masih cenderung pada tataran kognitif, belum mengarah pada afeksi, g. Komitmen dan konsistensi para guru dalam menjaga gawang karakter tidak selalu sama, cenderung rapuh; dan belum tercipta kolaborasi yang baikantara para guru dan konselorguru BK dalamimplementasi pendidikan karakter. 22

B. Hakikat Karakter Peduli Sosial