Efektivitas pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning
i
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KARAKTER MENGHARGAI KERAGAMAN
BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo
Tahun Ajaran 2016/2017)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh : Karinsa Widi Kurnia
131114031
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(2)
(3)
(4)
iv
HALAMAN MOTTO
All our dream will come true
If we have the courage to pursue them
Semua mimpi kita akan menjadi kenyataan jika kita memilki keberanian untuk mengejarnya
( Walt Disney )
You control your destiny, you don’t need magic to do it And there’s no magical shortcut to solving your problem
Kamu yang mengontrol takdirmu, kamu tidak perlu sihir untuk melakukannya Dan tidak ada jalan pintas ajaib untuk memecahkan masalahmu
(5)
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta,22 .}l4ci 2017 Penulis,
tu
(6)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini saya persembahkan untuk
….
Tuhan Yesus Kristus yang selalu beserta saya dalam mengerjakan
skripsi ini, selalu melimpahkan kasih karunia-Nya kepada saya.
Papa Mama tercinta,
Udi Tyas Arinto dan Sri Rumpaka Hadi
Papa dan Mama yang selalu senantiasa mendoakan dan memberi
semangat dalam setiap langkahku
Adik tersayang, Vicar Aji Sasmita dan Kinanti Cahya Nirmala
Keluarga besar Soeroto dan Ngadilam
Guruh Adhi Kurniawan yang selalu mengingatkan, memberi semangat
dan dukungan selama proses menyelesaikan skripsi ini
Orang-orang tersayang yang tak pernah putus memberikan semangat
dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi
(7)
PUBLIKASI KARYA
ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISYang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Karinsa Widi Kumra
Nomor
Mahasiswa
: 131114031Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN
KARAKTER
MENGHARGAIKERAGAMAN BERBASIS
BIMBINGAN KLASIKAL
DENGANPENDEKAT AN EXPE RIE NTIAL LEARNING
r Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas
VIII D
SMPN
1 Ponorogo Tahun\iaran 201612017)
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak
untuk
menyimpan,mensalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
':rruk
kepentingan akademis tanpa perlu memintaizin
dari
saya maupun ::.emberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai:.E:iu1is.
Denikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
l'::.:et di Yogyakarta .-
.:"
rangg al 22 Mei 2011: 1-.: menyatakan
(8)
viii ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KARAKTER MENGHARGAI KERAGAMAN
BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo
Tahun Ajaran 2016/2017)
Karinsa Widi Kurnia Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) efektivitas hasil implementasi pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada sebelum dan sesudah perlakuan, 2) signifikansi hasil peningkatan implementasi pendidikan karakter menghargai keragaman, 3) peningkatan hasil pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada setiap sesi layanan bimbingan, 4) efektivitas implementasi pendidikan pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menurut penilaian siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan one group pre-test post-test design. Instrumen yang digunakan terdiri dari, 1) tes karakter menghargai keragaman, 2) self assessment scale, 3) kuesioner validitas efektivitas model menurut penilaian siswa. Subjek penelitian berjumlah 26 siswa kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo. Tes karakter menghargai keragaman diberikan dalam bentuk pilihan ganda bergradasi, dengan jumlah 20 item soal. Hasil uji reliabilitas tes karakter menghargai keragaman menunjukkan nilai Alpha Cronbach = 0,665 yang termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan skala penilaian diri menunjukkan nilai Alpha Cronbach = 0,596 yang termasuk dalam kategori sedang.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: 1) terdapat peningkatan hasil pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning antara sebelum dan sesudah perlakuan, 2) terdapat peningkatan yang signifikan hasil implementasi pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo antara sebelum dan sesudah perlakuan, 3) terjadi peningkatan karakter menghargai keragaman tiap sesi layanan bimbingan, 4) berdasarkan penilaian siswa, implementasi pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dipandang sangat efektif.
Kata kunci: pendidikan karakter, karakter menghargai keragaman, bimbingan klasikal, experiential learning.
(9)
ix ABSTRACT
EFFECTIVENESS OF CHARACTER EDUCATION IN RESPECTING DIVERSITY
WITH CLASSICAL COUNSELING SERVICE BASED, EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH
(Pre Experiments in Students of Class VIII D SMP N 1 Ponorogo Academic Year 2016/2017)
Karinsa Widi Kurnia Sanata Dharma University
This study aims to determine: 1) the increase in the result of implementation of character education in respecting diversity with classical counseling service based, experiential learning approach before and after treatment, 2) the significance of the result of the increase in the implementation of character education in respecting diversity 3) improving educational outcomes of character education in respecting diversity with classical counseling service based at each session of counseling services, 4) the effectiveness of the implementation of character education in respecting diversity with classical counseling service based, experiential learning approach according to student assessment.
This type of research is the study of pre experiment with one group pre-test and post-pre-test design. The instrument used consists of, 1) a pre-test of character to appreciate diversity, 2) self-assessment scale, 3) questionnaire validity of the effectiveness of the model according to student assessment. Subjects numbered 26 students in grade VIII D SMP N 1 Ponorogo. Valuing diversity character test given in the form of multiple graded, with the number of 20 items about. The test results of reliability tests of character education in respecting diversity demonstrates the value Apha Cronbach = 0.665 which is included in the high category. While the self-assessment scale shows the value of Alpha Cronbach = 0,596 were included in the medium category.
The results showed that: 1) there is improvement in education outcomes of character education in respecting diversity with classical counseling service based, experiential learning approach before and after treatment, 2) there is a significant increase results of the implementation of character education in respecting diversity with classical counseling service based, experiential learning approach to experiential learning in class VIII D SMP N 1 Ponorogo between before and after treatment, 3) an increase in the diversity of each session character appreciation after guidance services, 4) based on student assessments, the implementation of character education in respecting diversity with classical counseling service based, experiential learning approach is considered very effective.
Keywords: character education, respecting diversity, traditional guidance, experiential learning.
(10)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan kasih dan
perlindungan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang
berjudul “Efektivitas Pendidikan Karakter Menghargai Keragaman Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning (Studi
Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo Tahun Ajaran
2016/2017)” dengan baik.
Berkat dukungan dan bimbingan serta nasehat dari berbagai pihak
sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka, pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan
dan Konseling, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.
3. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas
bimbingan serta pendampingan selama penulis menempuh studi.
4. Bapak Udi Tyas Arinto dan Ibu Sri Rumpaka Hadi selaku orang tua yang
senantiasa mendoakan dan mendukung penulis.
5. Vicar Aji Sasmita dan Kinanti Cahya Nirmala yang telah memberikan
(11)
xi
6. Teman-teman seperjuangan kos Cintya (Risty Aprilia, Erviana Nur,
Petronela Yuni, Skolastika Agustia) atas dukungan, doa, dan semangat
yang selalu diberikan kepada penulis.
7. Teman-teman seperjuangan BK 2013, Santo Adi, Elin Siwiyanti, Anna
Sindu, Sifra Dita, Stefanus Gagas, Fransiskus Wibisana, Dorotea Kartika,
Frederica Okdarina, Maria Puspita, Zena Vania, dan teman-teman yang
lain, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih sudah
saling mengingatkan, mendukung, mendoakan, dan membantu selama
proses penulisan tugas akhir ini.
8. Siswa/i Kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo yang sudah meluangkan
waktunya untuk mengisi kuesioner-kuesioner dari penulis.
9. Seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses
pembuatan tugas akhir ini.
Penulis menyadari dalam proses menyelesaikan tugas akhir ini masih ada
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis
memohon maaf. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat digunakan sebagai refrensi alternatif pagi peneliti lainnya.
(12)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN MOTTO ...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ...vii
ABSTRAK ...viii
ABSTRACT ...ix
KATA PENGANTAR ...x
DAFTAR ISI ...xii
DAFTAR TABEL ...xv
DAFTAR GRAFIK ...xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1
B. Identifikasi Masalah ...6
C. Batasan Masalah ...6
D. Rumusan Masalah ...7
E. Tujuan Penelitian ...7
F. Manfaat Penelitian ...8
G. Definisi Istilah ...9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter ...10
2. Pengertian Pendidikan Karakter ...11
(13)
xiii
4. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ...13
5. Prinsip Pendidikan Karakter ...17
6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ...18
B. Hakikat Menghargai Keragaman 1. Pengertian Menghargai Keragaman ...19
2. Aspek-aspek Karakter Menghargai Keragaman ...20
3. Karakterisitik Individu yang Menghargai Keragaman ...21
4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karakter Menghargai Keragaman ...22
C. Hakikat Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal ...23
2. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal ...23
3. Manfaat Bimbingan Klasikal ...24
4. Strategi Layanan Bimbingan Klasikal ...25
D. Hakikat Experiential Learning 1. Pengertian Experiential Learning ...27
2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning...28
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experiential Learning ...28
4. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Experiential Learning ...29
5. Kekuatan Experiential Learning dalam Pendidikan Karakter ...30
E. Hasil Penelitian Yang Relevan ...31
F. Kerangka Berpikir ...32
G. Hipotesis Penelitian ...34
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...36
C. Subjek Penelitian ...36
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen 1. Teknik Pengumpulan Data ...37
2. Instrumen Penelitian ...38 E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
(14)
xiv
1. Validitas Instrumen ...43 2. Reliabilitas Kuesioner ...47 F. Teknik Analisis Data ...51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...57 B. Pembahasan ...67 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...71 B. Keterbatasan Penelitian ...72 C. Saran ...72 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(15)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design ... 42
Tabel 3.2 Data Subyek Penelitian ... 42
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Karakter Menghargai Keragaman ... 47
Tabel 3.4 Kisi-kisi Skala Penilaian Diri (Self Assessment) ... 48
Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Tes Karakter Menghargai Keragaman ... 50
Tabel 3.6 Rekapitalis Hasil Uji Validasi Self Assessment... 51
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner Validasi Efektivitas Model ... 53
Tabel 3.8 Norma Kategori Statistik Reliabilitas Guilford ... 55
Tabel 3.8 Reliabilitas Item Tes Karakter Menghargai Keragaman ... 55
Tabel 3.9 Reliabilitas Item Skala Penilaian Diri (self assessment scale) ... 56
Tabel 3.10 Reliabilitas Item Tes Karakter Menghargai Keragaman ... 56
Tabel 3.11 Norma Kategorisasi... 58
Tabel 3.10 Norma Kategorisasi Tingkat Karakter Menghargai Keragaman ... 59
Tabel 3.11 Uji Signifikansi Tes Karakter Menghargai Keragaman ... 60
Tabel 3.12 Norma Kategorisasi Penilaian Diri Tingkat Karakter Menghargai Keragaman ... 61
Tabel 4.1 Distribusi Peningkatan Hasil Karakter Menghargai keragaman Sebelum dan Sesudah ... 64
Tabel 4.2 Uji Signifikansi Peningkatan Karakter Menghargai Keragaman ... 66
Tabel 4.3 Peningkatan Hasil Pendidikan Karakter Antar Tiga Sesi ... 68
Tabel 4.4 Penilaian Siswa Implementasi Pendidikan Karakter ... 71
(16)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kolb’s Learning Style Model... 32 Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 39
(17)
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Selisih Skor Rata-rata Pendidikan Karakter Menghargai Keragaman Antara Pre-test dan Post-test ... 63 Grafik 4.2 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Pre-test dan
Post-test ... 65 Grafik 4.3 Peningkatan Karakter Menghargai Keragaman Antar Tiga Sesi ... 69 Grafik 4.4 Peningkatan Skor Rata-rata Karakter Menghargai Keragaman Tiap Sesi
(18)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Surat Izin Penelitian ... 82
LAMPIRAN 2 Kuesioner Karakter Menghargai Keragaman ... 83
LAMPIRAN 3 Self Assesment Scale... 92
LAMPIRAN 4 Kuesioner Validasi Siswa... 93
LAMPIRAN 5 Tabulasi Data Pre-Test ... 94
LAMPIRAN 6 Tabulasi Data Post-Test ... 95
LAMPIRAN 7 Tabulasi Data Sesi 1 ... 96
LAMPIRAN 8 Tabulasi Data Sesi ... 96
LAMPIRAN 9 Tabulasi Data Sesi 3 ... 98
LAMPIRAN 10 Tabulasi Data Penilaian Siswa ... 99
LAMPIRAN 11 Tabulasi Uji Validitas Tes Karakter Menghargai Keragaman . 100 LAMPIRAN 12 Tabulasi Uji Validitas Skala Penilaian Diri ... 101
(19)
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan istilah
operasioanl dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
dan karakter bangsa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pengembangan pendidikan karakter ini sejalan dengan rumusan tujuan
pendidikan Nasional Indonesia dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan pernyataan di atas dapat dilihat bahwa pendidikan nasional
berhubungan erat dengan pendidikan karakter para peserta didik. Namun
masih disayangkan, bahwa pendidikan karakter yang diberikan hanya
terbatas hingga tingkat kognitif belum menuju arah perilaku. Anak mampu
menerima pengajaran mengenai pendidikan karakter itu sendiri namun
pada implementasinya anak belum mampu menerapkannya pada perilaku
mereka. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi para pendidik, supaya
(20)
2
perilaku sehari-hari mereka sehingga anak mampu menemukan karakter
pada diri mereka masing-masing individu. Dengan demikian dalam
penerapannya pendidikan karakter di sekolah belum dapat diuji
keberhasilannya.
Sejalan dengan peraturan yang sudah ditetapkan, pendidikan
karakter sekarang ini sudah mulai berjalan secara terintegrasi dalam
pelaksanaanya (Pedoman Pendidikan Karakter di SMP yang dikeluarkan
oleh Direktorat Pembinaan SMP Tahun 2010). Namun pada kenyataannya
pendidikan karakter di sekolah belum diberikan secara terstruktur namun
hanya sebagai pelengkap. Barus (2015) menyatakan bahwa 36,4% dari
653 siswa SMP di 5 kota ditemukan masih berada pada kategori kurang
baik dan hanya 12,3 % yang masuk pada kategori baik dengan capain skor
≥ 7 pada skala stannine. Belum berhasilnya pendidikan karakter di sekolah disebabkan oleh anggapan bahwa pendidikan karakter tidak lebih penting
dibanding dengan mata pelajaran lain yang ada di sekolah. Akibatnya
nilai-nilai Pancasila mulai terkikis dan menghilang .
Dampak dari terhambatnya pendidikan karakter ditandai dengan
lemahnya moral bangsa dan pelanggaran norma moral yang menjadi akut
(korupsi, asusila, kejahatan, tindakan kriminal pada semua sektor
pembangunan,dll). Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia
tahun 2009 ini naik menjadi 2,9% dari 2,6% pada tahun 2008. Dengan
(21)
3
diurutan 111 dari 180 negara (naik 15 posisi dari tahun lalu) yang diukur
IPK-nya oleh Transpararency International (www.kpk.go.id).
Terkikisnya nilai-nilai Pancasila muncul pada peserta didik SMP
yang mulai kehilangan arah dalam menghargai perbedaan yang berada di
sekitarnya. Seperti yang sudah lama kita kenal bahwa Indonesia
merupakan negara yang dikenal sebagai negara yang penuh dengan
berbagai macam keragaman, keragaman budaya, bahasa, agama, warna
kulit, profesi, dan lain sebagainya. Sekarang ini keragaman bukan lagi
menjadi hal yang unik atau hal yang dibanggakan oleh masyarakat
Indonesia melainkan suatu hal yang paling sering dijadikan sebuah bahan
cibiran, perdebatan yang berujung pada kekerasan fisik. Hal-hal semacam
itu banyak ditemukan di media sosial, yang sekarang ini hampir setiap
orang memiliki dan aktif sebagai pengguna media sosial.
Biasanya yang menjadi bahan perdebatan adalah mengenai agama,
awalnya mereka hanya ingin beropini tetapi opini ini berujung pada
perdebatan yang sungguh tidak enak dibaca oleh pengguna media sosial
lainnya. Selain mengenai agama masyarakat juga sering mencibir
penampilan fisik orang lain di media sosial. Mirisnya mereka yang
menuliskan hujatan, cibiran, dan sebagainya ini adalah para pemuda atau
para siswa-siswi penerus bangsa Indonesia. Perilaku menghargai
keragaman pada masyarakat Indonesia bisa dikatan sudah mulai luntur.
Padahal menghargai keragaman adalah hal yang dikatakan sungguh sangat
(22)
4
seperti negara Indonesia ini. Untuk itu pendidikan karakter dianggap
sangat penting bagi para siswa disekolah untuk membangun kembali
perilaku menghargai berbagai macam keragaman.
Terlepas dari berbagai permasalahan di atas pendidikan karakter
adalah sebuah hal yang krusial bagi pendidikan anak di Indonesia.
Berkaitan dengan pendidikan karakter, Mohammad Nuh, Menteri
Pendidikan Nasional pada saat itu telah mencanangkan tema peringatan
Pendidikan Karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa dengan Subtema
Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti: Dalam kesempatan tersebut,
Nuh menegaskan:
Disinilah mengapa pendidikan berbasis karakter dengan segala dimensi dan variasinya menjadi penting dan mutlak. Karakter yang ingin kita bangun bukan hanya karakter berbasis kemuliaan diri semata, tetapi secara bersamaan kita membangun karakter kemuliaan sebagai bangsa. Karakter yang ingin kita bangun bukan hanya kesantunan, tetapi secara bersamaan kita bangun karakter yang mampu menumbuhkan kepenasaranan intelektual sebagai modal untuk membangun kreativitas dan daya inovasi
Penegasan Mohammad Nuh di atas merupakan suatu nafas segar bagi
dunia pendidikan karakter di Indonesia (Samani, 2013).
Dengan pernyataan Mendiknas para pendidik sudah saatnya untuk
lebih mengembangkan pendidikan karakter. Pengembangan pendidikan
karakter dapat dimulai pada bangku SMP, karena pada saat inilah remaja
sedang gencar-gencarnya mencari jati diri dirinya. Untuk itu sangat
diperlukan pendidikan karakter untuk siswa SMP, pemberian materi
mengenai pendidikan karakter diharapkan dapat membantu proses
(23)
5
sekolah membutuhkan bantuan dari kepala sekolah, guru BK, guru mata
pelajaran, dan orang tua. Dengan kerjasama yang terjalin antara guru BK,
guru mata pelajaran, dan orang tua diharapkan peserta didik dapat
berkembang dengan lebih optimal.
Dalam menyampaikan materi mengenai pendidikan karakter, guru
BK dapat menggunakan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning. Experiential learning dirasa cukup relevan untuk
membantu perkembangan karakter para peserta didik. Adapun mengenai
karakter menghargai keragaman yang peneliti berikan, yaitu Gaul it’s Okay, Menghargai Orang Lain, Menghargai Peran Gender. Tugas guru BK adalah memberi dukungan untuk menghasilkan generasi
pemimpin bangsa yang cerdas dan humanis terbantu dengan cara
mengimplementasikan pendidikan karakter menghargai keragaman
berbasis bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning ini.
Dengan demikin pendidikan karakter diharapkan tidak hanya
sampai pada tataran kognitif, tetapi siswa juga dapat
mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari mereka di
masyarakat. Berdasarkan berbagai situasi yang terjadi, peneliti tertarik
untuk mengangkat judul berikut “EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN KARAKTER MENGHARGAI KERAGAMAN
BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL dengan
PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING pada Siswa/i Kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo Tahun Ajaran 2016/2017”
(24)
6 B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas ditemukan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Banyaknya perdebatan mengenai pendidikan karakter yang ada di
Indonesia.
2. Pendidikan karakter di sekolah khususnya di SMP belum sampai ke
arah perilaku, namun masih pada arah kognitif.
3. Operasioanal pendidikan karakter terintegrasi di SMP belum berfungsi
secara penuh, hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman guru
mengenai pelaksaan pendidikan karakter dan realisasi berhenti pada
tataran Rancangan Proses Pembelajaran.
4. Belum adanya proses pendidikan karakter menghargai keragaman
melalui bimbingan klasikal yang berfokus pada pendekatan experiential
learning dalam penyampaian nilai-nilai pendidikan karakter.
5. Masih ditemukannya siswa yang belum memahami bagaimana
menghargai keragaman di sekitarnya.
C. Pembatasan Masalah
Bertolak dari pengidentifikasian masalah di atas, peneliti mencoba
untuk memberi pembatasan pada point 4 ,& 5. Dalam penelitian ini, fokus
kajian diarahkan pada efektifitas implementasi layanan bimbingan klasikal
dengan pendekatan experiential learning guna meningkatkan karakter
(25)
7 D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi peningkatan hasil pendidikan karakter menghargai
keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning pada siswa kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo
tahun ajaran 2016/2017 antara sebelum dan sesudah implementasi?
2. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan hasil implementasi
pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan
bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada
siswa kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo tahun 2016/2017 sebelum dan
sesudah implementasi?
3. Seberapa tinggi peningkatan hasil pendidikan karakter setiap sesi
layanan bimbingan (hasil analisis self assessment scale)?
4. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter menghargai
keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning di SMP N 1 Ponorogo berdasarkan penilaian
siswa?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu:
A.Menganalisis gambaran tingkat karakter menghargai keragaman siswa
kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo tahun ajaran 2016/2017 sebelum dan
(26)
8
B. Menganalisis signifikansi peningkatan pendidikan karakter menghargai
keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning sebelum dan sesudah implementasi.
C. Mengetahui hasil peningkatan pendidikan karakter tiap sesi dalam
layanan bimbingan klasikal di SMP N 1 Ponorogo.
D. Menggambarkan seberapa efektif implementasi pendidikan karakter
menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning di SMP N 1 Ponorogo berdasarkan
penilai siswa.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
bagi ilmu pengetahuan bidang Bimbingan dan Konseling, menyangkut
upaya peningkatan siswa dalam menghargai keragaman dengan
pemberian layanan bimbingan pribadi sosial.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru BK
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya
peningkatan karakter menghargai keragaman bagi siswa-siswi.
b. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan karakter
menghargai keragaman antara siswa satu dengan yang lainnya,
sehingga mereka dapat berkembang secara optimal.
(27)
9
Penelitian merupakan suatu kesempatan bagi peneliti untuk
membagikan ilmu yang telah peneliti dapatkan selama menempuh
pendidikan di program studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bermanfaat untuk dapat membantu siswa
mengembangkan karakternya dalam menghargai keragaman yang ada
disekitar mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari.
G. Definisi Istilah
1. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tarcapai. Dimana makin besar
presntase target yang dicapai makin tinggi efektifitasnya.
2. Pendidikan karakter adalah usaha-usaha sadar dan disengaja untuk
perkembangan kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis moral dan
biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap.
3. Karakter menghargai keragaman adalah setiap orang harus
menghormati dan memandang penting setiap perbedaan yang dimiliki
oleh setiap orang entah perilaku, bahasa, budaya, dan sebagainya untuk
mencapai suasana yang rukun dalam masyakarat.
4. Bimbingan klasikal adalah salah satu usaha untuk membantu dengan
memberikan materi yang dibutuhkan kepada peserta didik menurut
program-program yang sudah dibuat dan disesuaikan dengan
(28)
10
5. Experiential learning adalah proses belajar dan proses perubahan yang
(29)
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan secara singkat mengenai hakikat pendidikan
karakter, hakikat menghargai orang lain, hakikat bimbingan klasikal,
hakikat eksperiential learning, dan pengertian menghargai keragaman.
A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter
Menurut Suyanto (2010) karakter adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan
bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan
negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa
membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari
keputusan yang dibuat oleh tiap individu. Artinya karakter dapat dilihat
melalui pola pikir dan perilaku seseorang dalam melihat suatu masalah
dan menemukan jalan keluar bagi masalahnya di lingkungan keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Zubaedi (2011) mendefinisikan bahwa karakter mengacu pada
serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skill). Keempat aspek tersebut
membentuk karakter seorang individu. Dengan kata lain, karakter dapat
terwujud pada keterampilan individu dalam bersikap dan berperilaku
dengan memiliki motivasi yang mengacu pada nilai-nilai positif.
Menurut Lickona (2012) bahwa karakter berkaitan dengan
(30)
12
perilaku moral (moral feeling). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat
dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan
tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan
perbuatan kebaikan. Ketiganya tidak berjalan sendiri, namun saling
berkaitan dalam membentuk karakter individu. Sehingga individu tidak
hanya knowing (mengetahui), tetapi dapat merasakan bahkan bersikap
sesuai hati nuraninya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah
sikap, perilaku, cara berpikir, dan motivasi yang dimiliki oleh setiap
individu untuk hidup dan bekerjasama di lingkungan masyarakat. Untuk
membentuk karakter yang baik perlu didukung oleh pengetahuan
tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat dan melakukan perbuatan
kebaikan.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter, menurut Megawangi dalam Kesuma
(2013), sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil
keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada
lingkungannya. Sedangkan menurut Samani (2013) pendidikan karakter
adalah usaha dalam mengembangkan karakter yang mulia (good
character) dari peserta didik dengan mempraktikkannya dan
mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab
dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungan
(31)
13
Menurut Gaffar dalam Kesuma (2013) pendidikan karakter
adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan menjadi satu
dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut terdapat 3
ide pikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2)
ditumbuh-kembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam
perilaku.
Kesimpulan yang didapat dari beberapa sumber di atas adalah
pendidikan karakter merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk
mengembangkan karakter para peserta didik agar mereka mampu
mengtransformasikan nilai-nilai kehidupan yang dikembangkan dalam
masing-masing kepribadian untuk suatu perilaku yang bijak dalam
mengambil keputusan dan menerapkannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Zubaedi (2011) pendidikan karakter memiliki 5 tujuan
antara lain adalah:
a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa
yang religius.
c. Menanamkan jiwa menghargai keragaman dan tanggung jawab
(32)
14
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh
kekuatan (dignity).
4. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter di Indonesia memiliki 18 nilai karakter
yang sudah dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas). Nilai karakter ini ditanamkan dalam diri peserta didik
sebagai upaya membangun karakter bangsa (Suyadi, 2013). Berikut ini
akan dikemukakan 18 nilai karakter menurut Kemediknas:
a. Religius
Ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran
agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini
adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran
kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.
b. Jujur
Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan pengetahuan,
perkataan, dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan
yang benar dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan
orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
(33)
15
Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap
perbedaan agama, aliran keprcayaan, suku, adat, bahasa, etnis,
pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan diriny secara sadar
dan terbuka serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut.
d. Disiplin
Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk
peraturan atau tata tertib yang berlaku.
e. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh
(berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan
berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan
sebaik-baiknya.
f. Kreatif
Sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai
segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan
cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari
sebelumnya.
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini
bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan
tidak boleh melemparkan tugas daan tanggung jawab kepada orang
(34)
16 h. Demokratis
Sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan
kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.
i. Rasa ingin tahu
Cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran
dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan
dipelajari secara lebih mendalam
j. Semangat kebangsaan atau nasionalisme
Sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
Negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.
k. Cinta tanah air
Sikap dan perilaku yang mencerminka rasa bangga, setia, peduli,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi,
politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran
bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
l. Menghargai prestasi
Sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui
kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi
yang lebih tinggi.
m. Komunikatif
Senang bersahabat dan proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka
terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga
(35)
17 n. Cinta damai
Sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman,
tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau
masyarakat tertentu.
o. Gemar membaca
Kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara
khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal,
majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan
bagi dirinya.
p. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjada dan melestarikan
lingkungan sekitar.
q. Peduli sosial
Sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap
orang lain maupun masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial,
masyarakat, bangsa, negara maupun agama.
5. Prinsip Pendidikan Karakter
Suyanto (2010), menegaskan bahwa pendidikan karakter
harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
(36)
18
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya
mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif
untuk membangun karakter
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
e. Memberi kesempatan kpeada peserta didik untuk menunjukkan
perilaku yang baik
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun
karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta
didik
h. Memfungsikan seluruh staff sekolah sebagai komunitas moral
yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan
setia pada nilai dasar yang sama
i. Adanya pembagian menghargai keragaman moral dan
dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
dalam usaha membangun karakter
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai
guru-guru karakter, dan manifestasi.
6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter
Suyanto (2010: 9) menegaskan bahwa keberhasilan program
(37)
butir-19
butir Standar Kompetensi Lulusan oleh peserta didik yang meliputi
sebagai berikut: (1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai
dengan tahap perkembangan remaja; (2) Memahami kekurangan dan
kelebihan diri sendiri; (3) Menunjukkan sikap percaya diri; (4) Mematuhi
aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas; (5)
Menghargai keragaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup nasional; (6) Mencari dan menerapkan informasi
dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan
kreatif; (7) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif; (8) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai
dengan potensi yang dimilikinya; (9) Menunjukkan kemampuan
menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; (10)
Mendeskripsikan gejala alam dan sosial; (11) Memanfaatkan lingkungan
secara bertanggung jawab; (12) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi
terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia; (13)
Menghargai karya seni dan budaya nasional; (14) Menghargai tugas
pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya; (15) Menerapkan
hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan
baik; (16) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun; (17)
Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat; (18) Menunjukkan
(38)
20
Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana; (20) Menguasai
pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah; (21)
Memiliki jiwa kewirausahaan.
B. Hakikat Menghargai Keragaman 1. Pengertian Menghargai Keragaman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menghargai
adalah menghormati, mengindahkan: setiap orang harus menghargai
dan memuliakan orang tuanya; memandang penting (bermanfaat,
berguna, dan sebagainya): kami dapat menghargai saran Saudara.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ragam berarti : 1)
Tingkah, laku, ulah, 2) Macam, jenis, 3) Lagu, musik langgam, 4)
Warna, corak, ragi. Sedangkan keragaman sendiri berarti : 1) Perihal
berjenis-jenis atau beragam-ragam, 2) Keadaan beragam-ragam.
Ragam juga dapat diartikan bersatu hati, rukun sehingga keragaman
berarti kerukunan.
Keragaman (pluralisme) menurut Wahyono dan Suseno (dalam
Budiningsih, 2012) sebagai kesediaan untuk menerima kenyataan
bahwa dalam masyarakat ada cara hidup, budaya, dan keyakinan
hidup yang berbeda-beda. Dari sumber di atas dapat disimpulkan
bahwa menghargai keragaman adalah setiap orang harus menghormati
dan memandang penting setiap perbedaan yang dimiliki oleh setiap
orang entah perilaku, bahasa, budaya, dan sebagainya untuk mencapai
(39)
21
2. Aspek-aspek Karakter Menghargai Keragaman
Dalam prespektif menghargai keragaman menurut Kurniawan
(2013) terdapat beberapa aspek yang perlu dipahamai, antara lain
adalah:
a. Toleransi
Aspek toleransi dimaksudkan untuk banyaknya siswa yang kurang
terbuka pada pada berbagai macam latarbelakang orang lain
disekitarnya.
b. Relasi Lawan Jenis
Aspek relasi lawan jenis ini diberikan untuk membantu
siswa-siswa yang kurang mampu menghargai keragaman peran laki-laki
dan perempuan, karena masih banyak ditemukan pandangan bahwa
perempuan lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu
para siswa masih kurang mampu untuk berkolaborasi dengan
teman lawan jenis, masih ada rasa canggung diantara mereka.
c. Tanggung Jawab sosial
Setiap anak memiliki tanggung jawab sosial untuk hidup
dimasyarakat, mereka harus bisa menyadari nilai-nilai yang
tertanam dimasyarakat. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai
persahabatan & nilai keharmonisan, nilai-nilai tersebut dapat
diimplikasikan malalui sikap mau menerima keunikan yang
(40)
22
mengulurkan tangan pada orang yang membutuhkan atau kepada
orang yang lemah.
3. Karakteristik Individu yang Menghargai Keragaman
Menurut Maemunah (2007) terdapat 4 sikap yang
mencerminkan karakter menghargai keragaman:
a. Hidup dalam Perbedaan (sikap toleransi)
Sikap toleransi dapat diartikan, kesiapan dan kemampuan batin
untuk menerima orang lain yang berbeda secara hakiki
meskipun terdapat konflik dengan pemahaman tentang jalan
hidup yang baik dan layan menurut pandangan pribadi kita.
seseorang dinyatakan toleran jika di adapt membolehkan atau
membiarkan orang lain menjadi diri mereka sendiri dan bukan
keinginan kita untuk mempengaruhi mereka supaya mengikuti
ide kita.
b. Saling Percaya
Rasa saling percaya adalah salah satu unsur terpenting dalam
relasi antar sesama manusia (modal sosial) untuk penguatan
kultural suatu masyarakat.
c. Interdependen (sikap saling membutuhkan/saling
ketergantungan)
Manusia adalah malhluk sosial, antara satu dengan yang
(41)
23
Hal ini menuntut agar orang selalu bekerja sama dan
bertanggung jawab satu dengan yang lain.
d. Apresiasi terhadap kergaman budaya
Apresiasi terhadap keragaman budaya yang berbeda adalah hal
yang menunjukkan sikap menghormati terhadap budaya lain
yang berada dalam kehidupan ini.
4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karakter Menghargai Keragaman
Menurut Kurniawan (2013) faktor yang mempengaruhi
perkembangan karakter menghargai keragaman, adalah sebagai
berikut:
a. Toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
b. Menghargai Prestasi yaitu sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat
dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
c. Bersahabat/komunikatif yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
d. Peduli sosial yaitu sikap dan tindakan yang selalu memberi bantuan
(42)
24 C. Hakikat Bimbingan Klasikal
1. Pengertian Bimbingan Klasikal
Menurut Winkel (1997), bimbingan klasikal merupakan
salah satu usaha membantu para siswa di kelas dengan topik-topik
tertentu yang sudah disusun sesuai berdasarkan survei kebutuhan
para siswa. Bimbingan klasikal ini diberikan guna membantu siswa
dalam berkembang secara optimal, sesuai dengan harapan, dan
dapat mengambil manfaat dari setiap topik-topik yang sudah
diberikan di sekolah. Bimbingan klasikal dilaksanakan sesuai
dengan program BK yang sudah dibuat oleh guru BK yang berada
didalam sekolah.
2. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal
Menurut Soekardi (1998), tujuan bimbingan klasikal adalah
sebagai berikut:
a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mengenai diri
siswa dalam kemajuannya di sekolah.
b. Memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya
dari informasi yang telah disampaikan ketika bimbingan
klasikal.
c. Mewujudkan penghargaan terhadap orang lain.
d. Membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam dirinya.
e. Mengenal dan memahami lingkungan sosial, keluarga,
(43)
25
f. Membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
3. Manfaat Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang
perkembangan yang optimal bagi siswa. Siswa diharapkan dapat
mengambil manfaat yang sebanyak mungkin dari pelayanan
bimbingan klasikal. Manfaat bimbingan klasikal menurut Depdiknas,
Bimbingan dan Konseling(2004) antara lain sebagai berikut:
a. Siswa semakin memahami dirinya sendiri seperti bakat, minat,
sifat, sikap, kemampuan, kebiasaan, perasaan, tingkah laku dan
lain sebagainya.
b. Siswa semakin bersikap baik dan berhasil dalam proses
bersosialisasi terhadap orang lain atau lingkungannya.
c. Siswa semakin tertarik, termotivasi dan berminat untuk belajar,
lebih giat sehingga hasil belajarnya menjadi baik.
d. Siswa semakin mampu menyelesaikan masalahnya dan
mengambil keputusan sendiri dalam hidupnya, serta mampu
merencanakan kegiatan-kegiatan yang berguna untuk
pengembangan hidupnya.
e. Siswa semakin mampu mengembangkan nilai dan sikap secara
menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri.
f. Siswa semakin mampu menerima dan memahami tingkah laku
(44)
26
g. Siswa semakin mampu untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi masa depannya.
Manfaat pelayanan bimbingan klasikal dapat berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Bisa jadi ada siswa yang
sangat merasakan manfaat pelayanan bimbingan klasikal yang
diterimanya, ada juga yang kurang merasakan manfaatnya. Ini
tergantung pada pengalaman siswa sendiri dalam mengikuti proses
pelayanan bimbingan klasikal di sekolahnya.
4. Strategi Layanan Bimbingan Klasikal
Menurut Romlah (2001) teknik bimbingan
klasikal/kelompok memfokuskan pada tujuan yang ingin dicapai
dengan membuat suasana yang membangun selama layanan
bimbingan, supaya siswa tidak cepat jenuh dalam mengikuti layanan
bimbingan. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan bimbingan klasikal/kelompok sebagai berikut:
a. Teknik pemberian informasi (expository)
Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode
ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada
sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi
mencakup tiga hal, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, penilaian.
Keuntungan teknik pemberian informasi antara lain:
1) Dapat melayani banyak orang,
(45)
27
3) Tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas,
4) Mudah dilaksanakan dibandingkan dengan teknik lain.
Sedangkan kelemahannya adalah antara lain:
1) Sering dilaksanakan secara monolog,
2) Individu yang mendengarkan kurang aktif,
3) Memerlukan keterampilan berbicara, supaya penjelasan
menjadi menarik.
b. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah
direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk
memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan.
Dinkmeyer & Munro (dalam Romlah, 2001) menyebutkan tiga
macam tujuan diskusi kelompok yaitu: (1) untuk mengembangkan
terhadap diri sendiri, (2) untuk mengembangkan kesadaran tentang
diri, (3) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan
antar manusia.
c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)
Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu
bagaimana pemecahan masalah secara sistematis. Langkah-langkah
pemecahan masalah secara sistematis adalah :
1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
2) Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah
(46)
28
4) Menguji masing-masing alternative
5) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling
menguntungkan
6) Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai
d. Permainan peranan (role playing)
Bennett dalam Romlah (2001) mengemukakan: “bahwa permainan peranan adalah suatu alat belajar yang menggambarkan
keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai
hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi
yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang
sebenarnya”. Di dalamnya Bennett menyebutkan ada dua macam permainan peranan, yaitu sosiodrama adalah permainan peranan
yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul
dalam hubungan antar manusia. Dalam kesempatan itu individu akan
menghayati secara langsung situasi masalah yang dihadapinya. Dari
permainan peranan itu kemudian diadakan diskusi mengenai
cara-cara pemecahan masalahnya. Sedangkan kedua adalah psikodrama
adalah permainan yang dimaksudkan agar individu yang
bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang
dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan
kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan
(47)
29
konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau
dihindari.
e. Permainan simulasi (simulation games)
Adams dalam Romlah (2001) menyatakan bahwa permainam
simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan
situasi- situasi yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya.
Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan permainan peranan
dan teknik diskusi.
f. Home room
Home room yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan
dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik,
sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan
dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid
diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang
dianggap perlu. Dalam program home room ini hendaknya
diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga
murid-murid dapat mengutarakan perasaannya seperti di rumah.
Dalam kesempatan ini diadakan tanya jawab, menampung pendapat,
merencanakan suatu kegiatan, dan sebagainya.
g. Karyawisata/field trip
Kegiatan karyawisata yang dikemas dengan metode mengajar
untuk bimbingan klasikal/kelompok dengan tujuan siswa dapat
(48)
30
dan penuh tanggungjawab. Metode karyawisata berguna bagi siswa
untuk membantu mereka memahami kehidupan riil dalam
lingkungan beserta segala masalahnya. Misalnya, siswa diajak ke
museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat
yang mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu. Kegiatan
karyawisata berkaitan dengan kegiatan mendapatkan informasi.
Karena pada kegiatan karyawisata berlangsung, siswa dapat
langsung meninjau objek-objek menarik dan mereka mendapatkan
informasi yang lebih baik dari objek itu. Selain itu siswa juga
mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam
kehidupan kelompok, serta dapat mengembangkan bakat dan
cita-citanya.
h. Pengajaran Remedial
Merupakan suatu usaha pembimbing untuk membantu siswa
yang mengalami kesulitan dalam menguasai pelajaran tertentu,
terutama yang tidak dapat diatasi secara klasikal.
i. Organisasi Siswa atau Kegiatan Kelompok
Organisasi siswa atau kegiatan kelompok baik dalam
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, merupakan salah satu
cara dalam bimbingan kelompok, karena melalui organisasi banyak
masalah yang bersifat individual maupun kelompok dapat
diselesaikan. Dalam organisasi, siswa mendapatkan kesempatan
(49)
31
mengembangkan bakat kepemimpinanya, memupuk rasa tanggung
jawab dan harga diri.
D. Hakikat Eksperiential Learning 1. Pengertian Eksperiential Learning
Menurut Kolb (1984), experiential learning merupakan sebuah
model holistic dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh
dan berkembang. Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk
menekankan bahwa experience (pengalaman) berperan penting dalam
proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya
seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme. Experiential
learning adalah pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga
melalui suatu proses pembuatan makna dari pengalaman langsung.
Experiential learning adalah sebuah pendekatan dalam
penyelenggaraan bimbingan kelompok dengan menggunakan dinamika
kelompok yang efektif. Suatu dinamika kelompok dikatakan efektif ketika
dapat menghadirkan suasana kejiwaan yang sehat diantara peserta
kegiatan, meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif (seperti
rileks,senang, menikmati,dan bangga), meningkatkan minat atau gairah
untuk lebih terlibat dalam proses kegiatan, memungkinkan terjadinya
katarsis, serta meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan sosial
(Prayitno, dkk 1998:90).
Jadi experiential learning adalah suatu proses pembelajaran yang
(50)
32
penyelenggaraan bimbingan kelompok dengan menggunakan dinamika
kelompok yang efektif. Untuk dapat lebih memaknai sebuah pengalaman
dalam pendekatan experiential learning dapat menggunakan media
refleksi.
2. Tujuan Pendekatan Experential Learning
Tujuan dari pendekatan experiential learning adalah untuk
mempengaruhi siswa deengan tiga cara yaitu: mengubah struktur kognitif,
mengubah sikap siswa, dan memperluas ketrampilan-ketrampilan yang
sudah ada. Ketiga tujuan ini saling berkaitan dan tidak terpisah-pisah
(Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengekspresikan
ketrampilan-ketrampilan yang sudah mereka miliki dengan baik).
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experential Learning
Gambar 2.1 Kolb’s Learning Style Model
Pembelajaran experiential learning mengajak peserta didik untuk
mampu menjaga keseimbangan antara apa yang diamati/dialami dengan
(51)
33
(Kohonen, dkk 2001) pembelajaran dengan metode experiential learning
memiliki langkah-langkah utama, yaitu:
a. Pengalaman kongkrit
Pembelajaran melalui intuisi dengan mengikutsertakan pengalaman
pribadi dan menekankan pada aspek afektif seseorang, daripada aspek
kognitif. Pengalaman kongkrit merupakan orientasi artistik yang
mengandalkan sensitivitas pada rasa. Aktivitas instruksional yang
mendukung pembelajaran dalam hal ini, yaitu diskusi kelompok
kecil, simulasi, penggunaan film atau video, dan cerita-cerita
autobiografi.
b. Konseptualisasi abstrak
Proses belajar yang mengutamakan pikiran (kognitif) dan
menggunakan logika, serta pendekatan sistematis dalam pemecahan
masalah. Konseptualisasi abstrak menekankan pada pemikiran dan
manipulasi simbol abstrak dengan maksud untuk merapikan dan
menempatkan sistem konseptual. Aktivitas instruksional yang
mendukung, yaitu konstruksi teori, perkuliahan, dan pembangungan
model dan analogi.
c. Observasi reflektif
Proses belajar yang mengutamakan persepsi seseorang terhadap
sesuat, dimana berpusat pada pemahaman arti dari ide dan situasi
melalui pengamatan yang seksama. Peserta didik perlu
(52)
34
dari perspektif yang berbeda-beda dan mengandalkan pemikiran,
perasaan, dan penilaian pribadi. Teknik instruksional yang dapat
digunakan, yaitu jurnal pribadi, karangan reflektif, pengamatan,
pertanyaan pikiran dan diskusi.
d. Eksperimen aktif
Eksperimen aktif ini mengajak peserta didik belajar melalui tindakan.
Eksperimen aktif ini menekankan pada aplikasi praktis dan bagaimana
segala sesuatu terselesaikan. Peserta didik berusaha terus-menerus
untuk mempengaruhi orang, mengubah situasi, dan mengambil resiko
untuk menyelesaikan masalahnya. Teknik instruksional yang dapat
digunakan, meliputi permainan, drama/simulasi, penggunaan studi
kasus, proyek lapangan, dan lain-lain.
4. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Experiential Learning
Kelebihan model pembelajaran experiential learning yaitu dapat
menciptakan suasana belajar yang kondusif, mendorong terbentuknya
berpikir kreatif, mendorong siswa untuk melihat suatu hal dari perspektif
yang berbeda dan meningkatkan gairah belajar siswa (Munif dan Mosik,
2009). Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran experiential
learning juga memiliki kekurangan yaitu pembelajaran experiential
learning membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk menciptakan
konsep baru.
Tidak semua siswa memiliki motivasi yang cukup untuk
(53)
35
cenderung pasif lebih suka untuk menerima konsep langsung dari guru.
Peran guru adalah menciptakan situasi belajar yang unik dan menarik
sehingga siswa tertarik untuk terlibat dalam pengalaman kongkrit.
5. Kekuatan Experiential Learning dalam Pendidikan Karakter
Pendekatan experiential learning dalam pendidikan karakter
menuntut siswa untuk selalu terlibat karena siswa dianggap sebagai pusat
dalam pembelajaran. Pendekatan experiential learning mengajak peserta
didik untuk mampu mengolah diri, memaknai, dan menafsirkan
pengalaman belajarnya dengan bantuan orang lain melalui pembelajaran.
Dalam Supratiknya (2011) menjelaskan bahwa experiential learning
memiliki aktivitas inti yang menjadi ciri khas dan kekuatan dalam proses
belajarnya, beberapa diantaranya sebagai berikut:
a. Refleksi
Refleksi adalah suatu kegiatan untuk menghadirkan kembali dalam
batin peserta didik dalam menemukan makna dan nilai tentang
pengalaman yang sudah dialami. Refleksi bertujuan untuk mendidik
pesertya didik dalam menghubungkan pengalaman pribadi dengan
pembelajaran yang didapat. Kegiatan refleksi yang baik akan
membantu peserta didik untuk menemukan insight atau pencerahan
dalam menangkap nilai-nilai hidup yang mendalam serta mendorong
peserta didik untuk bertindak mewujudkannya dalam kehidupan
(54)
36 b. Sharing
Kegiatan sharing adalah kelanjutan dari refleksi. Dimana refleksi
dilakukan oleh peserta didik secara individual, lalu hasil refleksi
tersebut diceritakan (sharing) dalam kelompok dengan maksud
membagikan pikiran atau perasaan yang muncul sebagai hasil refleksi
dalam kegiatan bersama. Dalam kegiatan sharing masing-masing
peserta didik saling mendengarkan dan saling membantu untuk
menangkap makna dan nilai dari berbagai pengalaman hidup agar
pengalan tersebut dapat meneguhkan setiap peserta didik setelah
melakukan sharing.
D. Hasil Penenelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu mengenai implementasi pendidikan karakter
(Azizah, 2014) menyimpulkan bahwa pelaksaan pendidikan karakter di
Madrasah Aliyah Pesantren Putri Al-Mawaddah Ponorogo bahwa
implementasi pendidikan karakter yang dianggap paling efektif adalah
melalui kegiatan non formal di luar sekolah yakni melalui kegiatan di
asrama, kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi.
Untuk menindaklanjuti penelitian implementasi pendidikan
karakter terdahulu, peneliti melakukan penelitian implementasi terkait
dengan model pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal
dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan nilai
(55)
37
mengenai untuk menghargai keragaman melalui lingkungan dimana ia
tinggal, orang tua, teman sebaya, media masa, lingkungan sekolah.
E. Kerangka Berpikir
Pendidikan karakter merupakan sebuah bagian yang sangat penting
bagi pertumbuhan para siswa di sekolah. Mereka sangat membutuhkan
pendidikan karakter dimasa perkembangannya saat ini, karena dengan
diberikannya pendidikan karakter mereka dapat bertumbuh menjadi
pribadi yang lebih matang dan menjadi pribadi yang lebih “cerdas” untuk masa depannya. Namun yang terjadi sekarang adalah masih banyak
sekolah yang belum melaksanakan pendidikan karakter secara khusus,
biasanya pendidikan karakter diberikan disela-sela mata pelajaran IPS,
Agama, dan Kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena tidak adanya jam
bagi guru BK masuk kekelas untuk memberikan materi atau dinamika
kelompok tentang pendidikan karakter. Dampak dari belum berjalannya
pendidikan karakter khususnya menghargai orang lain adalah mulai
lunturnya sikap menghargai perbedaan dan keunikan yang dimiliki oleh
setiap individu. Sikap tersebut dapat dilihat dari sikap remaja saat ini yang
mulai saling menghina kekurangan fisik satu sama lain, mengejek tempat
tinggal asal dari teman sebayanya.
Untuk mencegah terus berkembang perilaku seperti di atas, guru
BK dapat memberikan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential
learning. Penggunaan pendekatan Experiential learning lebih berfokus
(56)
38
setelah itu para siswa diminta untuk merefleksikan mengenai pengalaman
tersebut. Dengan begitu siswa akan dengan mudah menemukan makna
(57)
39
(58)
40 F. Hipotesis Penelitian
Berikut hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini:
Ho : Implementasi pendidikan karakter berbasis bimbingan klasikal
dengan pendekatan experiential learning tidak efektif secara
signifikan meningkatkan karakter menghargai keragaman pada siswa
kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo tahun ajaran 2016/2017.
Hi : Implementasi pendidikan karakter berbasis bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning efektif secara signifikan
meningkatkan karakter menghargai keragamanpada siswa kelas VIII
(59)
41 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan jenis penelitian, subjek penelitian, metode penelitian,
metode pengumpulan data, validitas dan realibilitas kuesioner, dan teknik analisis
prosedur pengumpulan data.
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan pre-experimental dengan menggunakan one group pre-test
post-test design. Menurut Sugiyono (2013) dikatakan pre-experimental design,
karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Dikatakan
demikian karena masih terdapat variabel luar yang dipikirkan ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen, tetapi tidak dikontrol.
Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan
semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi karena tidak
adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Desain ini
merupakan teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah perlakuan.
Maka dalam penelitian ini sebelum perlakuan subyek penelitian terlebih
dahulu diberikan pre-test (tes awal) dan diakhir perlakuan diberi post-test (tes
akhir).
Tujuan dari penggunaan desain ini adalah mengukur peningkatan
karakter menghargai keragaman siswa kelas VIII D SMP N 1Ponorogo
sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning. Selain itu peneliti akan mengetahui
(60)
42
bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk
meningkatkan karakter menghargai keragaman siswa kelas VIII D SMP N 1
Ponorogo pada tahun ajaran 2016/2017. Secara sederhana, desain penelitian
yang digunakan dapat digambarkan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tabel Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design
Keterangan:
O1 : tes awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan
O2 : tes akhir (posttest)setelah perlakuan diberikan
X : treatment atau perlakuan
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP N 1 Ponorogo pada tanggal 23 & 24
November 2016 pada pukul 10.25-11.20 WIB. Penelitian ini dilakukan dengan
durasi delapan jam dalam dua hari pertemuan, berlokasi di ruang seni budaya.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah sampel dari populasi kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo, Jawa Timur. Subjek penelitian dijelaskan
secara rinci dalam tabel 3.2.
Tabel 3.2
Data Subyek Penelitian
KELAS JUMLAH
VIII D 26 siswa
Pre-test Treatment Post-test
(61)
43
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen 1. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan
utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan. Data merupakan suatu bahan
yang sangat diperlukan untuk diteliti atau dianalisis, maka dari itu
diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes dan non tes. Tes bertujuan untuk mendapatkan data dari
hasil pre-test dan post-test peningkatan karakter menghargai
keragaman. Sedangkan teknik non tes dalam penelitian ini digunakan
untuk mengetahui efektivitas implementasi pendidikan karakter
menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif
dengan pendekatan experiential learning menurut penilaian mitra
kolaboratif dan siswa. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam
pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Tahap persiapan
1) Menganalisis topik materi.
2) Menyusun rancangan pelayanan bimbingan dan konseling
(62)
44
3) Mempersiapkan instrumen penelitian soal tes dan kuesioner atau
skala.
4) Membuat soal-soal tes dan item kuesioner
5) Revisi dan konsultasi kepada tim ahli, dalam hal ini berperan
Dr. Gendon Barus, M. Si
b.Tahap pelaksanaan
1) Pemberian pre-test untuk mengetahui penguasaan dan
pemahaman konsep siswa sebelum mengikuti implementasi.
2) Implementasi pendidikan karakter menghargai keragaman
berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan
pendekatan experiential learning.
3) Pemberian post-test untuk melihat peningkatan penguasaan dan
pemahaman konsep siswa setelah mengikuti implementasi.
c. Tahap akhir
1) Mengumpulkan data yang diperoleh.
2) Mengolah data hasil penelitian.
3) Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian.
4) Menarik kesimpulan.
2. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa dalam penelitian
kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan
data. Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes, pedoman
(63)
45
teknik kuesioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan
atau menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden
dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan 3 instrumen berupa 2 kuesioner dan 1
soal tes dengan berbagai model seperti pada penjelasan di bawah ini.
a. Tes Karakter Menghargai Keragaman
Winkel dan Hastuti (2004) mengatakan bahwa, terdapat
beberapa tipe penilaian, antara lain skala numerik, skala penilaian
grafis dan daftar cek. Daftar cek menyerupai item dalam tes hasil
belajar, bentuk obyektif dengan tipe pilihan berganda (multiple
choice). Artinya data penelitian dapat dianalisis setelah scooring
dilakukan. Dalam penelitian ini, tes menghargai keragaman yang
digunakan berbentuk pilihan ganda dengan alternatif jawaban
bergradasi mulai dari 1 hingga 4 dan masing-masing alternatif
jawaban memiliki kebenaran. Skor 4 diberikan untuk alternatif
jawaban yang sungguh mewakili pengaplikasian nilai karakter
menghargai keragaman. Sedangkan skor 1 untuk mewakili alternatif
jawaban yang sangat kurang mewakili nilai karakter menghargai
keragaman. Instrumen disusun oleh peneliti sendiri dengan arahan
tim dosen Strategi Nasional, dalam hal ini berperan Dr. Gendon
Barus, M.Si.
Dalam penelitian ini tes memuat pernyataan-pernyataan
(64)
46
sebagai siswa. Tes yang telah disusun oleh peneliti ini bersifat
tertutup karena alternatif jawaban sudah disediakan, sehinga peserta
didik tinggal memilih alternatif jawaban yang dirasa paling sesuai.
Soal tes dengan ragam pilihan ganda ini diberikan pada awal
dan akhir layanan. Pre-test dimaksudkan untuk mengetahui
gambaran umum tingkat pemahaman dan penerapan karakter
menghargai keragaman siswa. Sedangkan kuesioner berbentuk soal
tes dengan ragam pilihan ganda yang diberikan pada akhir setelah
perlakuan atau pos-test bertujuan untuk mencari data yang
diperlukan guna mengetahui efektivitas layanan bimbingan klasikal
kolaboratif dengan pendekatan experiential learning dalam usaha
meningkatkan karakter menghargai keragaman bagi siswa kelas
VIII D SMP N 1 Ponorogo.
Penyusunan soal tes karakter diawali dengan membuat
kisi-kisi dimana terjadi penentuan aspek karakter menghargai
keragaman dan indikator siswa yang memiliki atau menerapakan
karakter menghargai keragaman. Kisi-kisi disajikan dalam tabel 3.3
(65)
47 Tabel 3.3
Kisi-kisi Tes Karakter Menghargai Keragaman
Aspek Indikator Item
Toleransi a. Menahan diri untuk memberikan komentar kepada orang lain. b. Terbuka dalam mengenal orang
lain dari berbagai macam latar belakang.
1,3,4
2,5,6
Relasilawan jenis
a. Menghargai keragaman peran laki-laki dan perempuan.
b. Berkolaborasi dengan cara yang harmonis dengan lawan jenis.
7,8,9 10,11,12
Tanggung jawab sosial
a. Menyadari nilai-nilai persahabatan & keharmonisan. b. Menunjukkan sikap menerima
keunikan dari setiap orang. c. Mengulurkan tangan pada orang
lain yang lemah.
13,14,15, 17
16,18 19,20
b. Kuesioner penilaian diri (self assessment)
Kuesioner penilaian diri dalam penelitian ini berbentuk pernyataan
checklist dengan menggunakan skala Likert. Sugiyono (2013)
menjelaskan bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Dalam penelitian ini subjek telah ditetapkan secara
spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel
penelitian. Jawaban setiap item dalam kuesioner penilaian diri
memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, berupa
respo presepsional sangat setuju (ss), setuju (s), tidak setuju (ts), sangat
tidak setuju (sts). Kuesioner penilaian diri dibagikan kepada siswa
(66)
48
mengukur respon presepsional penguasaan subjek terhadap materi
layanan bimbingan.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Skala Penilaian Diri (Self Assessment)
Aspek Indikator Item
Gaul It’s Okay a. Terbuka dalam mengenal orang lain dari berbagai macam latar belakang. b. Menyadari nilai-nilai persahabatan &
keharmonisan.
c. Mengulurkan tangan pada orang lain yang lemah. 2,5,6 13,14,15 17,19,20 Menghargai Orang Lain
a. Menahan diri untuk memberikan komentar kepada orang lain.
b. Menunjukkan sikap menerima keunikan dari setiap orang.
c. Memberikan apresiasi kepada hasil karya orang lain.
1,3
16
4,18
Menghargai Peran Gender
a. Menghargai keragaman peran laki-laki dan perempuan.
b. Berkolaborasi dengan cara yang harmonis dengan lawan jenis.
c. Menghargai perbedaan antar gender.
7,9
10,12
8,11
c. Kuesioner Validasi Efektivitas Model (Responden Siswa)
Validasi efektivitas model dengan responden siswa berbentuk
pernyataan checklist with Guttman scale. Sugiyono (2013) menerangkan
bahwa skala pengukuran tipe ini, akan menghasilkan jawaban tegas, yaitu
“ya-tidak”, “benar-salah”, “positif-negatif”, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio. Jadi pada skala Likert
terdapat 3, 4, 5, 6, 7 interval, dari kata “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”, maka dalam Guttman scale hanya ada dua interval, yakni setuju dan tidak setuju. Dalam penelitian ini, “ya dan tidak”. Biasanya,
(1)
114
Gender lembar Pre-Test
kepada siswa b. Memberikan
arahan dan penjelasan pengisian
instrumen Pre-Test
lembar Pre-Test b. Mendengarkan
arahan dan penjelasan pengisian Pre-Test.
c. Mengisi lembar Pre-Test dengan sejujur-jujurnya. 4. Penjelasan
materi/topik
a. Penayangan video Diskri i asi Ge der sebagai bentuk stimulus. a. Siswa menyaksikan tayang video. b. Siswa menangkap arah topik Bela Ge der c. Siswa
menyimpulkan apa itu gender secara singkat
5. Dinamika
Kelompok Ga e Tebak “iapakah Aku
a. Mempersiapkan dan menjelaskan tahapan dalam ga e Tebak “iapakah Aku (Periksa Deskripsi Dinamika Kelompok di bawah) a. Memperhatikan instruksi.
b. Membagi dalam kelompok. c. Menebak Peran.
6. Sharing
dinamika kelompok
a. Mempersilahkan dan meminta siwa untuk
men-sharing-kan apa yang telah siswa refleksikan mengenai dinamika kelompok. a. Siswa mengungkapkan secara lisan isi refleksinya. b. Siswa membagikan apa saja yang membuatnya menjadi semakin 5
(2)
115
sadar akan pe ti g ya Bela Ge der
7. Materi Bela Ge der
a. Menyampaikan sedikit materi dalam bentuk ppt
Bela Ge der b. Menayangkan video inspiratif. a. Siswa memahami materi dalam ppt.
b. Siswa aktif dalam interaksi selama materi dijelaskan c. Menyaksikan video inspiratif. d. Menyampaikan kesan-kesan singkatnya terhadap tayangan dalam video. 8. Pernyataan diri: Refleksi dan sharing singkat sebagai arah menuju kesimpulan a. Memberikan pertanyaan
refleksi pada siswa mengenai hikmah yang didapat dari keseluruhan kegiatan bimbingan. b. Memberi waktu
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan refleksi.
a. Men-sharing-kan hasil refleksi dirinya.
b. Siswa menunjuk teman
selanjutnya untuk diajak menyampaikan refleksinya.
9. Penutup a. Memberikan
penegasan mengenai materi dan memberikan dukungan serta a. Mendengarka n, memperhatika n, mengerti, dan memahami 5
(3)
116
Saksikan yuk!a. Video Stand-Up comedy diskriminasi gender.
b. Video Bela Gender dalam beberapa pekerjaan di Indonesia.
Ayo Bermain!meyakinkan siswa bahwa dalam
menjalani hidup ini pentingnya untuk
menghargai sesama.
b. Memberi salam penutup pada siswa.
akan bahwa dalam menjalani hidup ini pentingnya untuk menghargai sesama. b. Mengulangi
apa yang telah disampaikan oleh guru. c. Menyambut
salam dari guru dengan bersemangat.
Durasi Keseluruhan 75
E. Deskripsi Dinamika Kelompok
Nama kegiatan : Identifikasi Peran Gender
Tujuan : Membantu siswa memahami peran gender
sebagai laki-laki dan perempuan
Langkah-langkah :
1. Guru pembimbing memberikan tugas kelompok, adapun tugasnya adalah :
a. Kelas dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas siswa laki-laki dan perempuan.
b. Asisten guru akan maju mengambil amplop yang berisi gambar dan kertas warna. c. Masing-masing kelompok mendapat tugas untuk menyebutkan ciri-ciri laki-laki maupun
perempuan (min 3) yang kemudian ditempel di kertas warna di depan.
d. Masing-masing kelompok mendapat tugas untuk menjelaskan gambar yang dimaksud yang dikaitkan dengan peran laki-laki dan perempuan.
e. Kelompok berdiskusi untuk membandingkan hasilnya dengan menulis pada kertas warna dan menempelkan di depan, sehingga dapat diketahui mana yang merupakan sifat dan peran gender sebagai laki-laki dan sebagai perempuan. Siswa saling berdiskusi dan menuliskan dalam kertas warna yang akan di tempelkan di papan tulis.
f. Kelompok diberi kertas warna dan amplop gambar yang akan diidentifikasi sebagai sifat dan peran.
g. Diakhir dinamika, beri siswa kesempatan untuk merefleksikan kegiatan yang baru saja dilakukan.
(4)
117
1.
Pengertian Gender
Perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi karakteristik,
sikap dan perilaku masing-masing dalam konteks sosial
budaya, berbeda dengan seks yang hanya melihat perbedaan
tersebut dari sudut jenis kelamin saja.
2.
Perbedaan Gender dan Sex
3.
Peran Gender
a.
Peran reproduktifYaitu peran-peran yang dijalankan dan tidak menghasilkan uang, serta dilakukan di dalam rumah. Contoh peran reproduktif antara lain : pengasuhan atau pemeliharaan anak, pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, menjamin seluruh anggota keluarga sehat, menjamin seluruh anggota keluarga kecukupan makan, menjamin seluruh anggota keluarga tidak lelah.
b.
Peran produktifYaitu peran - peran yang jika dijalankan mendapatkan uang langsung atau upah - upah yang lain. Contoh peran produktif yang dijalankan di luar rumah : sebagai guru disuatu
G. Handout Materi
GENDER?
Gender:
Karena Sosial
Tidak
universal/tidak sama dimana saja
Dapat dipertukarkan
Dinamis
Bergantung
Bukan kodrat
Sex:
Karena beda Biologis
Universal/Sama dimana saja
Tidak dpt dipertukarkan
Statis
Tidak Tergantung masa
(5)
118
sekolah, buruh perusahaan, pedagang di pasar. Contoh peran produktif yang dijalankan di dalam rumah ; usaha salon dirumah, usaha menjahit di rumah dsb.
c. Peran kemasyarakatan (sosial)
Terdiri dari aktivitas yang dilakukan di tingkat masyarakat. Peran kemasyarakatan yang dijalankan oleh perempuan adalah melakukan aktivitas yang digunakan bersama. Contohnya : pelayanan posyandu,pengelolaan sampah rumah tangga, pekerjaan seperti itu (pekerjaan sosial di masyarakat) dan tidak dibayar.
4.
Setara Gender itu Seperi Apa??
Kesetaraan gender adalah: Kesamaan kondisi bagi laki-laki dan
perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan
(6)
119
PERNYATAAN HASIL BELAJARSetelah saya mengikuti kegiatan bimbingan kelas saya menjadi tahu dan sadar bahwa,
- ….. - ….. - dst NIATKU
Setelah saya mengenal diri dengan membuat pernyataan hasil belajar diatas saya akan,
- ………
- ……… - dst