Efektivitas implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

(1)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DAYA JUANG BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah Tahun Ajaran 2015/2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Stefanus Gagas Wibowo

131114027

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DAYA JUANG BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah Tahun Ajaran 2015/2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Stefanus Gagas Wibowo

131114027

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN MOTTO

Saya berpikir dan berpikir terus selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Hingga 99

kali, kesimpulannya salah. Tapi keseratus kalinya akhirnya benar juga.

(Albert Einstein)

Bila anda ingin bahagia, buatlah tujuan yang bisa mengendalikan pikiran, melepaskan

tenaga, serta mengilhami harapan anda.

(Andrew Camegie)

Harapan adalah tiang yang menyangga dunia.


(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan bagi...

Sang pencipta Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menjaga, membimbing hidupku, penolong hidupkuku dan selalu

memberi kekuatan dan kegembiraan dalam menjani perziarahan hidup di dunia ini

Bagi sahabat-sahabat yang senantiasa mengingatkan, memberikan perhatian, semangat, serta dukungan dari awal hingga akhir

masa perjalanan studi dijenjang perkuliahan Orangtua tercinta,

Cosmas Kusno dan Elisabeth Maryuti Kakak tersayang,

Briggita Ika Gandawati Keluarga terkasih,

Mbah Margono sekeluarga, Hartini sekeluarga, Marmin sekeluarga, Setiawan sekeluarga, dan priyanto sekeluarga Sifra Dita Novelina yang setia menemani, mengingatkan, dan

mendukung dalam proses penyelesaian tugas akhir ini Semua orang yang terkasih yang senantiasa berbagi ilmu, pengalaman, kebersamaan, nasihat, doa, dan cinta yang


(7)

(8)

(9)

viii ABSTRAK

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DAYA JUANG BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

DENGAN PENDEKATAN EXPERIANTIAL LEARNING

(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah Tahun Ajaran 2015/2016)

Stefanus Gagas Wibowo Universitas Sanata Dharma

2017

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran mengenai: 1) peningkatan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah sebelum dan sesudah implementasi, 2) signifikansi peningkatan hasil pendidikan karakter daya juang siswa sebelum dan sesudah implementasi, 3) peningkatan hasil pendidikan karakter daya juang siswa tiap sesi, 4) efektivitas implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah berdasarkan penilaian siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan pra eksperimen one-Group- Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah yang berjumlah 33 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes karakter daya juang berbentuk pilihan ganda dengan respon bergradasi berjumlah 20 item, self assesment scale, dan kuesioner validasi model menurut siswa. Koefisien reliabilitas tes karakter daya juang diukur dengan menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach, diperoleh hasil hitung (r11= 0.690) yang termasuk dalam kategori sedang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat peningkatan hasil pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning sebelum dan sesudah implementasi, 2) terdapat peningkatan yang signifikan hasil pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning, 3) terdapat peningkatan karakter daya juang antar sesi, 4) menurut siswa, model pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning sangat efektif meningkatkan karakter daya juang siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah. Kata kunci: karakter daya juang, bimbingan klasikal, experiential learning


(10)

ix ABSTRACT

THE EFFECTIVITY OF CHARACTER EDUCATION TO FOSTER FIGHTING SPIRIT BASED ON CLASS COUNSELLING SERVICE

USING THE EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH (Pre-Experiment Study to 8th Grade Students of SMP N 2 Seputih Surabaya,

Central Lampung Batch 2015/2016) Stefanus Gagas Wibowo

Sanata Dharma University 2017

The aims of this research were to describe: 1) the development of the students’ fighting spirit before and after the implementation of class counseling service using the experiential learning approach to the eighth grade students of SMP N 2 Seputih Surabaya, Central Lampung, 2) the significant development of the character education implementation to foster fighting spirit before and after the treatment, 3) the improvement of the students’ fighting spirit as a result of the implementation of character education based on class counseling service using experiential learning approach for each session in SMP N 2 Seputih Surabaya, Central Lampung, 4) the effectiveness of the implementation of the character education to foster the fighting spirit based on class counseling service using the experiential learning approach implementation to the 8th grade students of SMP N 2 Seputih Surabaya, Central Lampung, according to the students’ perceptions.

The method used in this research was quantitative research with pre-experimental One-Group-Posttest Design. The subjects of this research were 33 students of class 8 A in SMP N 2 Seputih Surabaya, Central Lampung. Data gathering technique used in this research was validation model questionnaire according to the students, self assessment scale, and test on the fighting spirit. The test on fighting spirit was in the form of multiple choices consisting of 20 graded response items. The reliability coefficient of the fighting spirit character test was measured using the Cronbach’s Alpha analysis technique. The result obtained (r11= 0.690), therefore it was categorized as medium.

The research results showed that: 1) the character education based on class counseling service using the experiential learning approach was proven to be effective to foster the students’ fighting spirit, 2) there was a significant improvement in the students’ fighting spirit as a result of the character education based on class counseling service using the experiential learning approach, 3) the students’ fighting spirit develops between sessions of the character education, 4) according to the students, the model of character education based on class counseling service using the experiential learning approach was effective to foster the students’ fighting spirit in Class 8 A SMP N 2 Seputih Surabaya, Central Lampung.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan naungan kasih-Nya, penulisan tugas akhir dengan judul “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Daya Juang Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Dengan Pendekatan Experiential Learning (pada Siswa/i Kelas VIII SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah Tahun Ajaran 2015/2016) dapat terselesaikan dengan baik.

Selama menulis tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa begitu banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung setiap proses yang penulis jalani. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling, sekaligus dosen pembimbing tugas akhir.

3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.

5. Mas Moko selaku petugas sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling yang senantiasa ramah dan sabar melayani administrasi selama penulis menempuh studi.


(12)

xi

6. Orang tua, yakni Bapak Cosmas Kusno dan Ibu Elisabeth Maryuti atas seluruh doa, dukungan, pendampingan, serta penguatan yang senantiasa diberikan kepada penulis selama ini.

7. Keluarga Besar SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah yang telah mengijinkan penulis untuk berproses bersama dalam rangka penyusunan tugas akhir.

8. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.

9. Alam Semesta, Terima kasih Semesta, Kami bahagia.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam tugas akhir ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis memohon maaf. Semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi alternatif.

Yogyakarta, 23 Januari 2017


(13)

xii DARTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 4

C.Pembatasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 6

E.Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G.Definisi Istilah ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A.Hakikat Pendidikan Karakter ... 11

1. Pengertian Pendidikan ... 11

2. Pengertian Karakter ... 12

3. Pengertian Pendidikan Karakter ... 13


(14)

xiii

5. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 15

6. Nilai-nilai Karakter ... 16

7. Proses Pembentukan Karakter ... 19

8. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter di Sekolah ... 20

9. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah ... 21

B.Hakikat Karakter Daya Juang ... 22

1. Pengertian Karakter Daya Juang ... 22

2. Aspek-aspek Karakter Daya Juang ... 23

3. Komponen Pembangunan Karakter Daya Juang ... 24

4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Peningkatan Karakter Daya Juang .. 26

5. Upaya-upaya Peningkatan Karakter Daya Juang ... 28

C.Hakikat Bimbingan Klasikal ... 28

1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 28

2. Tujuan Bimbingan Klasikal ... 29

3. Materi Bimbingan Klasikal ... 30

4. Manfaat Bimbingan Klasikal ... 31

5. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Bimbingan Klasikal ... 32

6. Strategi Pelayanan Bimbingan Klasikal ... 33

D.Hakikat Experiential Learning ... 38

1. Pengertian Experiential Learning ... 38

2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning ... 39

3. Kelebihan Pendekatan Experiential Learning ... 39

4. Prosedur Penerapan Experiential Learning ... 40

E.Hasil Penelitian yang Relevan ... 42

F. Kerangka Berpikir ... 43

G.Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III METODE PENELITIAN... 47

A. Jenis atau Desain Penelitian ... 47

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 48


(15)

xiv

D. Metode dan Instrumen Pengumpul Data ... 49

1. Teknik Pengumpulan Data ... 49

2. Instrumen Penelitian... 51

a. Tes Karakter Daya Juang ... 51

b. Skala Penilaian Diri (Self Assessment Scale) ... 53

c. Validasi Efektivitas Model (Responden Siswa) ... 54

E. Validasi dan Reliabilitas Kuesioner ... 54

1. Validasi Kuesioner ... 54

2. Reliabilitas Kuesioner ... 57

3. Uji Normalitas ... 60

F. Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

B. Pembahasan ... 76

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN & SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Keterbatasan Penelitian ... 87

C. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Desain Penelitian ... 48

Tabel 3.2 Data Subjek Penelitian ... 49

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Karakter Daya Juang ... 52

Tabel 3.4 Kisi-kisi Penilaian Diri Siswa (Self AssessmentScale) ... 53

Tabel 3.5 Uji Validasi Tes Karakter Daya Juang ... 56

Tabel 3.6 Uji Validasi Penilaian Diri (Self Assessment Scale ) ... 57

Tabel 3.7 Norma Kategori Statistik Realiabiltas Guilford ... 58

Tabel 3.8 Uji Reliabilitas Tes Karakter Daya Juang ... 59

Tabel 3.9 Uji Reliabilitas Penilaian Diri (Self Asessment Scale) ... 60

Tabel 3.10 Uji Normalitas ... 61

Tabel 3.11 Norma Kategorisasi... 62

Tabel 3.12 Norma Kategori Tingkat Karakter Daya Juang ... 63

Tabel 3.13 Norma Kategori Penilaian Diri Tingkat Karakter Daya Juang ... 65

Tabel 4.1 Distribusi Peningkatan Hasil Karakter Daya Juang ... 68

Tabel 4.2 Uji T Paired Sample Test ... 70

Tabel 4.3 Peningkatan Hasil Pendidikan Karakter Daya Juang Antara Tiga Sesi ... 72


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prosedur Experiential Learning...41 Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir...44


(18)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Selisis Skor Pendidikan Karakter Daya Juang Antara

Pretest dan Posttest ... 68 Grafik 4.2 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor

Pendidikan Karakter Daya Juang Antara Pretest dan Posttest ... 69 Grafik 4.3 Peningkatan Karakter Daya Juang Antara Tiga Sesi

Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 93

Lampiran 2 Tes Karakter Daya Juang ... 94

Lampiran 3 Lembar Penilaian Diri (Self Asessment Scale) ... 100

Lampiran 4 Lembar Penilaian Siswa ... 101

Lampiran 5 Tabulasi Data Pretest dan Posttest ... 102

Lampiran 6 Tabulasi Data Penilaian Diri (Self Asessment Scale)... 105

Lampiran 7 Tabulasi Hasil Uji Validasi Tes Karakter Daya Juang ... 108

Lampiran 8 Tabulasi Hasil Uji Validasi Penilaian Diri (Self Asessment Scale) ... 109

Lampiran 9 Tabulasi Data Perkembangan Siswa ... 110

Lampiran 10 Tabulasi Data Penilaian Siswa ... 111


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Hal tersebut secara ekplisit ditegaskan dalam amanat Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yang menegaskan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dapat dikatakan bahwa pendidikan nasional membantu dalam pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi yang tertulis dalam Pedoman Pendidikan Karakter di SMP yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMP Tahun 2010. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi masih mengalami hambatan. Barus (2015) menyatakan bahwa 36,4% dari 653 siswa SMP di 5 kota ditemukan capaian skor karakternya masih pada kategori kurang baik dan hanya 12,3% yang masuk pada kategori baik dengan capaian

skor ≥ 7 pada skala stannine. Didapati banyak sekolah belum bisa menerapkan

pendidikan karakter terintegrasi di sekolah disebabkan belum sepenuhnya memahami konsep pendidikan karakter terintegrasi, prosedur belum


(21)

2

operasional dan internalisasi nilai-nilai masih pada tataran kognitif belum sampai tataran afeksi.

Secara khusus peneliti melihat situasi nyata terkait implementasi pendidikan karakter terintegrasi di SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah. Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah mengungkap bahwa selama ini pendidikan karakter terintegrasi belum tersentuh sama sekali apalagi implementasi langsung terhadap siswa di kelas. Sejauh ini para guru hanya mengajar sebatas pengetahuan belum sampai pada penanaman nilai-nilai luhur yang berdasarkan Pancasila, sehingga berdampak terhadap rendahnya hasil pendidikan karakter.

Terhambatnya pelaksanaan pendidikan karakter berdampak pada maraknya degradasi moral atau krisis karakter. Bukti krisis karakter yang terjadi di kalangan remaja sangat marak terjadi, salah satunya adalah tawuran antar pelajar di Lampung Selatan oleh 10 siswa SMP yang berencana melakukan kekerasan terhadap siswa SMP di lain sekolah (www.jejamo.com). Kasus lain yang terjadi di kalangan pelajar yaitu kasus pembegalan yang menghebohkan warga Lampung Tengah. Kerap kali pembegalan dilakukan oleh warga yang tidak menentu pekerjaannya. Namun, kali ini 2 orang pelajar SMP di Lampung Tengah ditangkap polisi karena menjadi tokoh utama dalam aksi pembegalan yang mengakibatkan korbannya tewas. (www.sindonews.com)

Krisis karakter yang muncul selain masalah-masalah yang diungkapkan di atas, yaitu rendahnya daya juang siswa. Bukti nyata rendahnya daya juang siswa SMP, yaitu siswa tidak masuk sekolah karena ada ulangan, malas mengerjakan


(22)

3

tugas yang diberikan oleh guru, mencontek pekerjaan teman, copy paste dari internet bahkan tidak mengerjakan tugas. Gejala-gejala tersebut berdampak buruk bagi masa depan siswa karena tidak memiliki usaha dan perjuangan untuk menyelesaikan tanggungjawabnya sebagai siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya perhatian khusus dalam meningkatkan karakter daya juang siswa, dimana guru BK bersama pihak sekolah maupun stakeholder bekerjasama untuk merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelaksanaan pendidikan karakter di SMP. Oleh sebab itu, permasalahan ini segera dikaji untuk menemukan alternatif pelaksanaan pendidikan karakter, serta mengembangkan model pelaksanaanya secara lebih efektif, sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.

Salah satu alternatif yang efektif dalam mengimplementasikan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. Alternatif di atas dirasa cukup relevan untuk meningkatkan karakter daya juang. Tentunya untuk mengoptimalkan pelaksanaan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning, dalam meningkatkan karakter daya juang perlu adanya keterlibatan guru bimbingan dan konseling sebagai tenaga pendidik yang utama. Keterlibatan guru BK dirasa sangat penting karena dianggap sebagai tenaga kependidikan yang memiliki kompeten dalam merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pengembangan diri siswa berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter.


(23)

4

Berdasarkan kajian di atas, peneliti mencoba mengimplementasikan pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. Peneliti dalam kesempatan ini, memberikan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning yang didasarkan pada 3 topik bimbingan, yaitu Aku Bisa, Aku Percaya Diri, dan Aku Pantang Menyerah. Adanya ketiga topik bimbingan tersebut, diharapkan mampu membantu siswa dalam mengaktualisasikan nilai-nilai karakter daya juang, sehingga pada akhirnya mampu menghasilkan output yang baik, yaitu generasi muda yang sehat dan sadar akan moral. Artinya siswa mampu memahami nilai-nilai karakter yang harus diwujudkan dalam berperilaku sebagai pelajar maupun warga negara.

Dengan demikian pendidikan karakter diharapkan tidak hanya sampai pada tataran kognitif tetapi menyentuh pada aspek afeksi yang didasarkan pada pengamalan nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari di masyarakat. Berdasarkan berbagai situasi yang terjadi, peneliti tertarik untuk mengkaji “ Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Daya Juang Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning pada Siswa Kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah”. B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut:

1. Terlambatnya pendidikan karakter berdampak pada maraknya degradasi moral atau krisis karakter.


(24)

5

2. Pendidikan karakter terintegrasi di sekolah, khususnya di SMP selama ini baru menyentuh ranah kognitif dan belum sampai tataran afeksi maupun pengamalan nilai-nilai secara nyata.

3. Banyak sekolah belum sepenuhnya memahami konsep pendidikan karakter terintegrasi, prosedur belum operasional dan internalisasi nilai-nilai masih pada tataran kognitif belum sampai tataran afeksi.

4. Siswa tidak masuk sekolah karena ada ulangan, malas mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mencontek pekerjaan teman, copy paste dari internet bahkan tidak mengerjakan tugas.

5. Siswa kurang memiliki usaha dan perjuangan untuk menyelesaikan tugas sebagaimana tanggung jawab sebagai pelajar.

6. Belum adanya penelitian yang secara langsung menunjukkan efektivitas pendidikan karakter daya juang di SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah.

7. Belum pernah diterapkan layanan bimbingan klasikal berbasis experiential learning di SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah.

C. Pembatasan Masalah

Bertolak dari pengidentifikasian masalah di atas, penelitian ini difokuskan untuk mengkaji poin 5, 6, dan 7. Kajian diarahkan untuk menganalisis seberapa efektif implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah.


(25)

6 D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.

1. Seberapa tinggi peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah tahun ajaran 2015/2016 antara sebelum dan sesudah implementasi? 2. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan hasil implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan expeiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah tahun ajaran 2015/2016?

3. Seberapa tinggi hasil peningkatan implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan expeiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah tahun ajaran 2015/2016 tiap sesi layanan bimbingan?

4. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah berdasarkan penilaian siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu :

1. Menganalisis peningkatan hasil pendidikan karakter daya juang siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah tahun ajaran 2015/2016 sebelum dan sesudah implementasi layanan bimbingan.


(26)

7

2. Menemukan signifikansi peningkatan hasil pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning sebelum dan sesudah implementasi.

3. Menganalisis seberapa tinggi hasil implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah tiap sesi layanan bimbingan.

4. Menggambarkan efektivitas implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah berdasarkan penilaian siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan tentang efektivitas implementasi pendidikan karakter tertintegrasi yang ada saat ini, sehingga dapat digunakan sebagai bahan inspiratif untuk menemukan cara-cara yang tepat dalam peningkatan pendidikan karakter di sekolah. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengembangan penelitian dalam bidang kajian yang sama, khususnya mengenai pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning.


(27)

8 2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah dan para guru

Hasil penelitian ini menjadi tolak ukur yang dapat digunakan oleh sekolah untuk mengetahui dan memahamai gambaran nyata seberapa efektif pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning yang mulai diterapkan kepada para siswa. Hasil penelitian ini juga dapat membantu kepala sekolah dan para guru dalam menentukan langkah-langkah yang tepat guna meningkatkan pendidikan karakter di sekolah yang kemudian dapat berpengaruh pula untuk meningkatkan nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan dalam diri siswa.

b. Bagi siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah Para siswa dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat seberapa efektif hasil pendidikan karakter daya juang berbasis bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning yang mulai diterapkan kepada diri siswa. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para siswa mengenai manfaat, pengetahuan, dan bimbingan bagi pengolahan diri siswa, khsusnya berkaitan dengan karakter. Hal tersebut akan semakin memotivasi siswa untuk dapat berkembang lebih optimal dan menjadi pribadi yang lebih baik.


(28)

9 c. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui dan memahami hasil efektivitas implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning di SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah tahun ajaran 2015/2016. Selain itu, peneliti dapat mengusulkan penyusunan modul pendidikan karakter yang sesuai guna meningkatkan nilai-nilai karakter dalam diri siswa. d. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini menjadi tolak ukur yang dapat digunakan sebagai dasar atau referensi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian dengan topik efektivitas implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning secara lebih mendalam. G. Definisi Istilah

Adapun definisi istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.

2. Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja guna membantu seseorang sehingga memiliki cara berpikir dan berperilaku sesuai dengan ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.


(29)

10

3. Bimbingan klasikal adalah salah satu layanan dasar bimbingan yang dirancang menuntut konselor untuk kontak langsung dengan para peserta didik di kelas secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan ini kepada peserta didik.

4. Pendekatan experiential learning adalah model pembelajaran yang dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana siswa mengalami apa yang mereka pelajari. Melalui model ini, siswa belajar tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka, hal ini dikarenakan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman.

5. Daya juang merupakan kecerdasan individu dalam menghadapi rintangan atau kesulitan dengan gigih dan ketekunan seraya tetap berpegang teguh pada prinsip dan impian.


(30)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan hakikat pendidikan karakter, hakikat daya juang, hakikat layanan bimbingan klasikal, dan hakikat experiential learning. Masing-masing pokok pikiran tersebut dijelaskan sebagai berikut:

A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan

Prayitno (2011) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhak mulia, dan ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendapat lain (Mulyasana, 2012) mengemukakan bahwa pendidikan adalah proses menjadi, yakni menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sengaja yang dilakukan dalam proses membantu mengembangkan pribadi manusia sejalan dengan watak, bakat, kemampuan, kebiasaan, dan supaya menjadi pribadi yang baik. Kepribadian yang baik menjadi penting dan perlu ditanamkan sejak dini dengan tujuan supaya sejak dini sudah ditanamkan karakter yang baik. artinya, baik dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku.


(31)

12 2. Pengertian Karakter

Marzuki (2011) mengemukakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan. Dimana nilai-nilai tersebut diwujudkan dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

Prayitno (2011) menjelaskan bahwa karakter merupakan sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi Menjadikan pribadi berkarakter harus berpijak pada nilai-nilai seperti olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasa serta karsa. Oleh sebab itu, pendidikan karakter hendaknya dilakukan secara komprehensif dan integral, baik di sekolah, di rumah maupun dilingkungan sekitar.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan keunikan khas yang dibawa setiap individu berdasarkan budaya, adat istiadat, hukum, berpenampilan, bertutur kata, dan bertindak sesuai nilai dan norma yang dianggap baik. Karakter tidak cukup hanya sebatas pemahaman, namun perlu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik.


(32)

13 3. Pengertian Pendidikan Karakter

Yaumi (2014) berpendapat bahwa pendidikan karakter merupakan upaya sengaja untuk membantu orang mengerti, peduli, dan berbuat atas dasar nilai-nilai etik. Pendidikan karakter merujuk pada tiga komponen yang harus diolah, yaitu: (1) pikiran, yang ditunjukkan dengan kata understand, (2) rasa, yang ditunjukkan dengan kata care about, (3) raga, yang ditunjukkan dengan kata act upon care ethical values. Pendidikan karakter perlu adanya keseimbangan pengolahan dari segi pikiran, rasa, dan raga. Keseimbangan pikiran, rasa, dan raga membantu pribadi-pribadi lebih jauh memahami dirinya, pemahaman diri menjadikan pribadi mampu bertingkahlaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Zubaedi (2012) menjelaskan pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya. Nilai-nilai luhur tersebut antara lain: kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berpikir termasuk kepenasaran intelektual, dan berpikir logis.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan strategi untuk mengembangkan potensi kognitif, afeksi, dan psikomotorik. Pengembangan diri diupayakan agar masing-masing pribadi mampu mengetahui, memahami, merasakan, dan mampu bertindak sesuai nilai-nilai karakter


(33)

14

dalam diri, sehingga dapat berperilaku sebagai manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya mampu bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

4. Tujuan Pendidikan Karakter

Zubaedi (2012) menjelaskan tujuan pendidikan karakter sebagai berikut:

a. Mengembangkan potensi afektif siswa sebagai manusia dan warga negara yang memiliki karakter nilai-nilai bangsa.

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab siswa sebagai

generasi penerus bangsa .

d. Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

Raka (2011) menyebutkan beberapa tujuan pendidikan karakter di sekolah mencakup hal sebagai berikut:

a. Membantu para siswa untuk mengembangkan potensi kebajikan mereka masing-masing secara maksimal dan mewujudkannya dalam kebiasaan baik: baik dalam pikiran, sikap, perkataan, dan perbuatan.


(34)

15

b. Membantu para siswa menyiapkan diri menjadi warga negara indonesia yang baik.

c. Dengan modal karakter yang kuat dan baik, para siswa diharapkan dapat mengembangkan kebajikan dan potensi dirinya secara penuh dan dapat membantu kehidupan yang baik, berguna, dan bermakna.

d. Memampukan siswa menghadapi tantangan yang muncul dari makin derasnya arus globalisasi dan mampu menjadikannya sebagai peluang untuk berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat.

5. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Lickona (2006) secara sederhana menyebut ada hal penting dalam pendidikan karakter, yaitu: unsur pengetahuan tentang yang baik (knowing the good),tindakan yang baik (doing the good), dan motivasi internal dalam melakukan yang baik (loving the good). Hal ini semestinya dikembangkan dalam pendidikan karakter yang meliputi kognitif, afeksi dan psikomotorik mesti bertumbuh bersama-sama sehingga terbentuk pribadi berkarakter yang memiliki pemahaman, kemampuan untuk melakukan hal-hal yang dianggap baik.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter dapat bertumbuh dan berkembang dengan adanya upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan untuk mengembangkan kemampuan otak, bertindak dan hati untuk membantu siswa memahami nilai-nilai perilaku yang dianggap baik sehingga sampai pada pengaplikasikan dalam kehidupan dilingkungan sekitar.


(35)

16 6. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Menurut Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas (Suyadi, 2013) terdapat 18 nilai karakter yang harus dikembangan untuk peserta didik di Indonesia. Kedelapan belas nilai beserta deskripsi untuk masing-masing nilai dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Nilai religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur

Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

c. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, gender, jenis kelamin, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.


(36)

17 e. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif

Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

j. Semangat kebangsaan

Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.


(37)

18 k. Cinta tanah air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

l. Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu berguna bagi masyarakat, serta menghormati keberhasilan orang lain. m. Bersahabat/ komunikatif

Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.


(38)

19 q. Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan tanpa melihat pengkotakan sosial, baik agama, budaya, gender, jenis kelamin, dan status sosial. r. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan.

7. Proses Pembentukan Karakter

Megawangi (2003) megungkapkan ada beberapa tahapan dalam proses pembentukan karakter, yaitu:

a. Maternal Bonding

Maternal bonding (kelekatan psikologis dengan ibunya) merupakan dasar penting dalam penbentukan karakter anak, anak merasa diperhatikan dan menumbuhkan rasa aman sehingga menumbuhkan rasa percaya. Ikatan emosional yang erat antara ibu-anak di usia awal dapat membentuk kepribadian yang baik pada anak.

b. Rasa Aman

Lingkungan yang stabil dan aman baik untuk pemebentukan karakter anak karena lingkungan yang berubah-ubah akan membahayakan perkembangan emosi anak dengan kata lain lingkungan yang kurang aman dan stabil dapat berpengaruh negatif pada perkembangan emosi anak.


(39)

20 c. Stimulus Fisik dan Mental

Perhatian yang besar dari orangtua yang diukur dari seringnya ibu melihat mata anaknya, mengelus, menggendong, dan berbicara kepada anaknya akan mempengaruhi sikap anak sehingga menjadi anak yang gembira, antusias mengekplorasi lingkunga, dan menjadi anak yang kreatif.

8. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter di Sekolah

Zubaedi (2012) mengungkapkan ada beberapa faktor yang memmengaruhi keberhasilan pendidikan karakter, yaitu:

a. Naluri (Insting)

Naluri/insting mendorong seseorang untuk mengambil sikap, tindakan, dan perbuatan yang dimotivasi oleh potensi kehendak. Naluri/insting berfungsi sebagai motivator penggerak lahirnya tingkah laku.

b. Adat atau kebiasaan

Setiap tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain sebagainya.

c. Keturunan

Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat mempengaruhi pembentukan karakter seseorang karena sifat-sifat anak merupakan cerminan dari sifat-sifat orang tua, bukan sifat yang tumbuh karena


(40)

21

pengaruh lingkungan, adat, dan pendidikan melaikan sifat-sifat bawaan sejak lahir.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah variabel yang selalu melekat pada diri setiap individu, mulai dari lingkungan fisik hingga pada lingkungan sosial. Lingkungan, besar pengaruhnya terhadap pembentukan karakter, lingkungan akan mempengaruhi cara berpikir, bersikap, dan bertindak sehingga perilaku yang muncul sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan.

9. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah

Heritage Foundation (Zubaedi 2012) memaparkan bahwa strategi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah sebagai berikut:

a. Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif siswa. b. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga anak dapat

belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman dan memberikan semangat.

c. Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good, dan acting the good.

d. Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing siswa, yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga sembilan aspek kecerdasan manusia.


(41)

22

e. Membangun hubungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas dan di seluruh lingkungan sekolah.

f. Model (contoh) dalam berperilaku positif. B. Hakikat Karakter Daya Juang

1. Pengertian Karakter Daya Juang

Stoltz (2005) berpendapat bahwa daya juang merupakan kecerdasan individu dalam menghadapi rintangan atau kesulitan dengan gigih dan ketekunan. Daya juang membantu individu memperkuat kemampuan dan ketekunan dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari seraya tetap berpegang teguh pada prinsip dan impian. Ditegaskan lagi oleh (Nashori, 2007) yang menyatakan bahwa daya juang merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan kecerdasannya untuk mengarahkan, mengubah cara berpikir dan tindakannya ketika menghadapi hambatan dan kesulitan yang bisa menyengsarakan dirinya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa daya juang merupakan suatu kecerdasan yang dimiliki seseorang menemukan solusi dari tantangan atau kesulitan yang sedang dialami. Daya juang menuntut seorang individu untuk mampu menghadapi tantangan atau kesulitan. Tentunya dalam menghadapi kesulitan, seseorang memerlukan daya kognitif, afektif, dan konasi yang positif. Selain itu, seseorang perlu memiliki prinsip yang teguh dan harapan dalam menghadapi hambatan.


(42)

23 2. Aspek-aspek Karakter Daya Juang

Menurut Stoltz (2000), daya juang memiliki empat aspek sebagai berikut:

a. Kendali (Control)

Kemampuan seseorang dalam mengendalikan suatu masalah yang muncul. Kendali diri ini akan berdampak pada respon dan tindakan yang dilakukan, harapan dan idealitas seseorang untuk tetap berusaha keras mewujudkan keinginannya walau sesulit apapun keadaannya sekarang.

b. Asal-usul dan Pengakuan (Origin dan Ownership)

Orang yang daya juangnya rendah cenderung menempatkan rasa bersalah tidak semestinya atas peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi. Hal ini bisa terjadi karena menyalahkan dirinya sendiri sebagai satu-satunya penyebab atas kesulitan yang terjadi. Orang yang daya juangnya tinggi cenderung bersedia mengakui akibat dari kesulitan yang terjadi.

c. Jangkauan (Reach)

Sejauh mana kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan. Kesulitan dapat teratasi atau terjangkau dengan memiliki sikap optimis dan perhatian terhadap kesulitan yang dihadapi sehingga mampu menemukan cara penyelesaian dari kesulitan yang muncul.


(43)

24 d. Daya Tahan (Endurance)

Kecepatan dan ketepatan dalam memecahkan masalah. Sehingga dapat dilihat berapa lama kesulitan akan berlangsung dan berapa lama penyebab itu akan berlangsung. Seseorang yang mempunyai daya tahan tinggi akan memiliki harapan, energi dan sikap optimis dalam mengatasi kesulitan atau tantangan yang sedang dihadapi.

3. Komponen Pembangun Karakter Daya Juang

Stoltz (2005) mengemukakan ada tiga pembangun karakter daya juang seseorang yaitu:

a. Psikologi kognitif

Kemampuan seseorang untuk mengendalikan peristiwa-peristiwa yang sulit dan merupakan hambatan bagi pemberdayaan yang mempunyai akibat terhadap pencapaian kesuksesan. Namun dalam menghadapi kesulitan tidak semua orang menjadi tidak berdaya. Sebagian orang yang mampu mengatasi dengan baik persoalan dan hambatan yang dihadapi, orang ini mempunyai kekebalan dari hambatan. Orang yang seperti ini adalah orang yang menganggap kesulitan sebagai faktor dari luar dirinya. Orang yang menganggap kesulitan sebagai faktor internal adalah orang yang optimis yang mampu mengembangkan diri dan mengatasi tantangan sehingga mampu bangkit dari segala tembok hambatan. Orang yang seperti ini adalah orang yang meganggap bahwa hambatan adalah tantangan.


(44)

25 b. Ilmu kesehatan yang baru

Pikiran dan perasaan seseorang mempunyai kaitan, jadi semua hal yang terjadi dalam tubuh dipengaruhi oleh bahan kimiawi otak, yang bahan ini juga mengatur sistem kekebalan fisik. Apabila seseorang mampu merespon kesulitan dengan positif dan memiliki rasa percaya akan berpengaruh terhadap pikiran dan perasaannya. Seseorang yang memiliki pikiran dan perasaan positif memiliki harapan dan sikap optimis untuk keluar dari kesulitan atau tantangan yang sedang dialami.

c. Ilmu pengetahuan tentang otak

Peran otak terutama cerebral cortex dan basal ganglia dapat menerangkan tinggkahlaku yang disadari dan tingkah laku yang tidak disadari. Otak merupakan pusat sebagai kontrol tingkah laku yang dilakukan. Apabila tingkah laku dilakukan berulang-ulang maka tingkah laku tersebut akan pindah ke basal ganglia dan pada tahap selanjutnya tingkah laku tersebut akan menjadi kebiasaan. Peranan adversity quotient dalam kehidupan ditentukan oleh kemampuan pengendalian serta cara mersepon kesulitan dalam bentuk daya saing, produktivitas, kreativitas, motivasi, pengambilan resiko, dan ketekunan.


(45)

26

4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Peningkatan Karakter Daya Juang

Stoltz (2007) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi peningkatan daya juang sebagai berikut:

a. Daya saing

Seseorang yang merespon kesulitan secara lebih optimis akan bersikap lebih agresif dan mengambil lebih banyak resiko, sedangkan reaksi yang lebih pesimis terhadap kesulitan menimbulkan lebih banyak sikap pasif dan berhati-hati. Persaingan sebagian besar berkaitan dengan harapan, kegesitan, dan keuletan yang sangat ditentukan oleh cara seseorang menghadapi tantangan dan kegagalan dalam hidupnya. b. Produktivitas

Seseorang yang mampu merespon kesulitan atau tantangan dengan baik kinerja atau prestasi akan lebih produktif, sedangkan seseorang yang tidak merespon kesulitan dengan baik kurang produktif dan kinerjanya lebih buruk daripada mereka yang merespon kesulitan dengan baik.

c. Motivasi

Motivasi yang kuat mampu menciptakan peluang dalam kesulitan. Artinya seseorang dengan motivasi yang kuat akan berupaya menyelesaikan kesulitan dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki.


(46)

27 d. Mengambil resiko

Seseorang yang mempunyai daya juang tinggi lebih berani mengambil resiko dari tindakan yang dilakukan. Hal ini menunjukan bahwa seseorang dengan daya juang tinggi merespon kesulitan secara konstruktif.

e. Perbaikan

Seseorang dengan daya juang tinggi senantiasa berupaya mengatasi kesulitan dengan langkah konkrit yaitu: dengan melakukan perbaikan dalam berbagai aspek agar kesulitan tersebut tidak menjangkau bidang-bidang yang lain.

f. Ketekunan atau Katahanan

Ketekunan adalah kemampuan seseorang untuk terus-menerus berusaha, bahkan manakala dihadapkan pada kesulitan-kesulitan atau kegagalan. Seseorang yang mampu merespon kesulitan dengan baik akan senantiasa survive dengan keadaannya dan menjadikan kesulitan sebagai tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan.

g. Belajar

Seseorang dengan respon-respon yang pesimis terhadap kesulitan tidak akan banyak belajar dan berprestasi jika dibandingan dengan seseorang memiliki rasa optimis terhadap kesulitan akan mampu belajar dari kesulitan atau rintangan dalam pencapaian menuju cita-cita dan impiannya.


(47)

28

5. Upaya-upaya Peningkatan Karakter Daya Juang

Stoltz (2005) menyebutkan upaya-upaya meningkatkan daya juang seseorang adalah melalui LEAD (akronim Listen, Explore, Analyse dan Do). LEAD dapat mengubah keberhasilan seseorang dengan mengubah kebiasaan-kebiasaan berpikirnya. Perubahan diciptakan dengan pola-pola lama dan membentuk pola baru. Memlalui Listen, seseorang mendengarkan respon-respon terhadap kesulitan. Melalui Explore, mampu memahami kesulitan serta konsekuensinya dari kesulitan yang dihadapinya. Melalui Analyse, mampu menelusuri bagaimana kendalinya terhadap kesulitan yang dihadapinya. Melalui Do, seseorang tidak tinggal diam dalam menghadapi kesulitan karena ia akan mengambil tindakan. C. Hakikat Bimbingan Klasikal

1. Pengertian Bimbingan Klasikal

Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2007) mengemukakan bahwa bimbingan klasikal adalah salah satu pelayanan dasar bimbingan yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan ini kepada siswa. Kegiatan bimbingan kelas bisa berupa diskusi kelas atau curah pendapat.

Winkel & Hastuti (2013) menjelaskan bahwa bimbingan klasikal mencakup beberapa bidang seperti bidang akademik, sosial, pribadi, dan


(48)

29

karir. Bidang-bidang tersebut diberikan kepada siswa dalam upaya membantu memenuhi tugas perkembangannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal adalah layanan bantuan yang diberikan kepada siswa sejumlah satuan kelas antara 30-40 orang melalui kegiatan klasikal yang disajikan secara sistematis, bersifat preventif dan memberikan pemahaman diri dan pemahaman tentang orang lain yang berorientasi pada bidang pembelajaran, pribadi, sosial dan karir. Bidang-bidang tersebut diberikan sebagai upaya membantu pemenuhan kebutuhan siswa sesuai dengan tahap dan tugas perkembangannya.

2. Tujuan Bimbingan Klasikal

Suciati (2005) mengungkapkan bahwa bimbingan klasikal diklasifikasi dalam beberapa tujuan sebagai berikut:

a. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir mencakup kemampuan intelektual sederhana yakni mengingat sampai kemampuan memecahkan masalah. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif dari tingkatan paling rendah meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif berorientasi dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif dari tingkatan paling rendah meliputi:


(49)

30

penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, pembentukan organisasi sistem nilai dan pembentukan pola hidup.

c. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor dari tingkatan paling rendah meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas. 3. Materi Bimbingan Klasikal

Winkel dan Hastuti (2013) menjelaskan bahwa ada tiga macam materi bimbingan yang dapat membantu perkembangan siswa, yang masing-masing akan diuraikan di bawah ini:

a. Bimbingan Karir

Bimbingan karir merupakan bimbingan yang mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan atau profesi tertentu serta membekali diri supaya siap melaksanakan jabatannya, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.

b. Bimbingan Akademik

Bimbingan akademik merupakan bimbingan dalam hal menentukan cara belajar yang tepat, dan memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.


(50)

31 c. Bimbingan Pribadi-Sosial

Bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

4. Manfaat Bimbingan Klasikal

Depdiknas, Bimbingan dan Konseling (2004) bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan yang optimal bagi siswa. Siswa diharapkan dapat mengambil manfaat yang sebanyak mungkin dari pelayanan bimbingan klasikal. Manfaat bimbingan klasikal antara lain sebagai berikut.

a. Siswa semakin memahami dirinya sendiri seperti bakat, minat, sifat, sikap, kemampuan, kebiasaan, perasaan, tingkah laku dan lain sebagainya.

b. Siswa semakin bersikap baik dan berhasil dalam proses bersosialisasi terhadap orang lain atau lingkungannya.

c. Siswa semakin tertarik, termotivasi dan berminat untuk belajar, lebih giat sehingga hasil belajarnya menjadi baik.

d. Siswa semakin mampu menyelesaikan masalahnya dan mengambil keputusan sendiri dalam hidupnya, serta mampu merencanakan kegiatan-kegiatan yang berguna untuk pengembangan hidupnya.


(51)

32

e. Siswa semakin mampu mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri.

f. Siswa semakin mampu menerima dan memahami tingkah laku manusia.

g. Siswa semakin mampu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depannya.

Manfaat pelayanan bimbingan klasikal dapat berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Bisa jadi ada siswa yang sangat merasakan manfaat pelayanan bimbingan klasikal yang diterimanya, ada juga yang kurang merasakan manfaatnya. Ini tergantung pada pengalaman siswa sendiri dalam mengikuti proses pelayanan bimbingan klasikal di sekolahnya.

5. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Bimbingan Klasikal

Makhirfah & Nuryono (2014) menyatakan berdasarkan model ASCA (American school counselor association), bimbingan klasikal merupakan bentuk kegiatan yang termasuk ke dalam komponen layanan dasar (guidance curriculum). Komponen layanan dasar bersifat davelopmental, sistematik, terstruktur, dan disusun untuk meningkatkan kompetensi belajar, pribasi, sosial, dan karir. Layanan dasar (guidance curriculum) merupakan layanan yang terstruktur untuk semua siswa (guidance for all), tanpa mengenal perbedaan gender, ras atau agama mulai taman kanak-kanak sampai tingkat SMA disajikan melalui kegiatan kelas


(52)

33

untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang belajar, pribadi, sosial, dan karis siswa.

Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan klasikal adalah layanan yang disusun dan disajikan dalam kegiatan yang diadakan di kelas. Kegiatan kelas diadakan guna meningkatkan dan mengembangkan kompetensi siswa berdasarkan kebutuhan dalam bidang belajar, pribadi, sosial dan karir.

6. Strategi Pelayanan Bimbingan Klasikal

Titiek Romlah (2001) mengemukakan bahwa penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan klasikal mempunyai banyak fungsi. Selain dapat lebih memfokuskan kegiatan bimbingan klasikal/kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai, dapat juga membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan agar lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh mengikutinya. Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan klasikal/kelompok yaitu, antara lain :

a. Teknik pemberian informasi (expository)

Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, penilaian. Keuntungan teknik pemberian informasi antara lain adalah :

1) Dapat melayani banyak orang,


(53)

34

3) Tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas,

4) Mudah dilaksanakan dibandingkan dengan teknik lain. b. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan. Dinkmeyer & Munro ( Romlah, 2001) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok yaitu: (1) untuk mengembangkan terhadap diri sendiri, (2) untuk mengembangkan kesadaran tentang diri, (3) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia.

c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)

Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana pemecahan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis adalah :

1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah

2) Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah 3) Mencari alternatif pemecahan masalah

4) Menguji masing-masing alternatif

5) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan 6) Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai

d. Permainan peranan (role playing)

Bennett (Romlah, 2001) mengemukakan: “bahwa permainan peranan adalah suatu alat belajar yang menggambarkan


(54)

keterampilan-35

keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya”. Di dalamnya Bennett menyebutkan ada dua macam permainan peranan, yaitu sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Dalam kesempatan itu individu akan menghayati secara langsung situasi masalah yang dihadapinya. Dari permainan peranan itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya.

Sedangkan kedua adalah psikodrama adalah permainan yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindari.

e. Permainan simulasi (simulation games)

Adams (Romlah, 2001) menyatakan bahwa permainam simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi- situasi yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya. Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan permainan peranan dan teknik diskusi.


(55)

36 f. Home room

Home room yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.

Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya seperti di rumah. Dalam kesempatan ini diadakan tanya jawab, menampung pendapat, merencanakan suatu kegiatan, dan sebagainya.

g. Karyawisata/field trip

Kegiatan karyawisata yang dikemas dengan metode mengajar untuk bimbingan klasikal/kelompok dengan tujuan siswa dapat memperoleh penyesuaian dalam kelompok untuk dapat kerjasama dan penuh tanggung jawab. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya. Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu. Kegiatan karyawisata berkaitan dengan kegiatan mendapatkan informasi, karena pada kegiatan karya wisata berlangsung maka secara langsung siswa dapat meninjau objek-objek menarik dan mereka mendapatkan informasi yang lebih baik dari


(56)

37

objek itu. Selain itu siswa-siswa juga mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, serta dapat mengembangkan bakat dan cita-citanya.

h. Pengajaran Remedial

Merupakan suatu usaha pembimbing untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai pelajaran tertentu, terutama yang tidak dapat diatasi secara klasikal.

i. Organisasi Siswa atau Kegiatan Kelompok

Organisasi siswa atau kegiatan kelompok baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, merupakan salah satu cara dalam bimbingan kelompok, karena melalui organisasi banyak masalah yang bersifat individual maupun kelompok dapat diselesaikan. Dalam organisasi, siswa mendapatkan kesempatan untuk mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, siswa juga dapat mengembangkan bakat kepemimpinanya, memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri.

Dapat disimpulkan bahwa melalui layanan bimbingan klasikal siswa dibantu untuk mengembangkan potensi-potensi diri, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik supaya siswa mampu memahami, menghayati, memaknai dan menghidupi pengalaman-pengalaman (experience) yang terjadi selama proses bimbingan/ dinamika. Artinya, pengalaman belajar akan memampukan siswa memaknai dari setiap pengalaman yang terjadi, dimana memaknai pengalaman membawa siswa mampu membimbing dirinya untuk


(57)

38

mengolah pemahaman baru. Belajar melalui pengalaman (experiential learning) menjadikan belajar siswa lebih terbuka dan dapat mengalami proses belajar secara langsung.

D. Hakikat Experiential Learning 1. Pengertian Experiential Learning

Nasution (2005) menjelaskan experiential learning adalah suatu proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Experiential learning lebih bermakna ketika pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan.

Kolb (1984) menjelaskan experiential learning merupakan sebuah model holistik dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang. Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience (pengalaman) berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme.

Jadi experiential learning adalah suatu pendekatan belajar yang dipusatkan pada pengalaman belajar. Pengalaman belajar akan memampukan siswa menemukan makna atau pemahaman baru melalui pengalaman yang sedang dialami. Memaknai pengalaman membawa siswa mampu membimbing dirinya sendiri dalam menentukan sikap dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.


(58)

39

2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning

Baharuddin dan Wahyuni (2010) mengutarakan tujuan model pembelajaran experiential learning adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap siswa dan memperluas keterampilan yang telah ada pada siswa. Ketiga hal ini kemudian menjadi fokus pendekatan experiential learning.

3. Kelebihan Pendekatan Experiential Learning

Sinaga (2013) memaparkan metode experiential learning memiliki kelebihan yakni dapat meningkatkan semangat siswa dan gairah belajar, membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar, mendorong dan mengembangkan proses berfikir kreatif, dan mendorong siswa untuk melihat sesuatu dari perpektif yang berbeda. Perpektif yang berbeda membantu siswa lebih jauh melihat bahwa pengalaman yang sedang terjadi memberi dampak bagi pendewasaan diri.

Depdiknas (2004) menjelaskan bahwa belajar berdasarkan pengalaman, proses belajar siswa lebih bersifat terbuka dan siswa dapat mengalami proses belajar secara langsung, dimana dalam proses belajar siswa dapat memaknai setiap peristiwa yang sedang dialami. Memaknai peristiwa membawa siswa mampu membimbing dirinya sendiri untuk mengolah pemahaman baru. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa penerapan model experiential learning dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri.


(59)

40

Dapat disimpulkan bahwa metode experiential learning sangat efektif apabila diberikan kepada siswa dengan memperhatikan materi yang akan diberikan, persiapan, strategi yang akan digunakan dan alokasi waktu yang disediakan. Dengan demikian pembelajaran dengan metode experiential learning sangat efektif membantu siswa dalam membangun pengetahuan baru mengenai dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. 4. Prosedur Penerapan Experiential Learning

Kolb (Kohonen, 2001) menjelaskan bahwa experiential learning mengajak siswa untuk mampu menjaga keseimbangan antara apa yang diamati/dialami dengan tindakan yang diberikan terhadap pengalamannya tersebut. Prosedur penerapan experiential learning diuraikan sebagai berikut:

a. Pengalaman kongkrit

Pembelajaran melalui intuisi dengan mengikutsertakan pengalaman pribadi dan menekankan pada aspek rasa daripada aspek pikiran. pengalaman kongkrit merupakan orientasi artistik yang mengandalkan sensitivitas pada rasa. Aktivitas instruksional yang mendukung pembelajaran dalam hal ini, yaitu diskusi kelompok kecil, simulasi, penggunaan film atau video, dan cerita-cerita autobiografi.

b. Konseptualisasi abstrak

Belajar dengan menggunakan logika/pikiran, serta pendekatan sistematis dalam pemecahan masalah. Konseptualisasi abstrak menekankan pada pemikiran dan manipulasi simbol abstrak dengan


(60)

41

maksud untuk merapikan dan menempatkan sistem konseptual. Aktivitas instruksional yang mendukung, yaitu konstruksi teori, perkuliahan, dan pembangungan model dan analogi.

c. Observasi reflektif

Belajar yang berpusat pada pemahaman arti dari ide dan situasi melalui pengamatan yang seksama. Peserta didik perlu memperhatikan bagaimana segala ssesuatu yang terjadi dengan melihat dari perspektif yang berbeda-beda dan mengandalkan pemikiran, perasaan, dan penilaian pribadi. Teknik instruksional yang dapat digunakan, yaitu jurnal pribadi, karangan reflektif, pengamatan, pertanyaan pikiran dan diskusi.

d. Eksperimen aktif

Eksperimen aktif ini mengajak siswa belajar melalui tindakan. Eksperimen aktif ini menekankan pada aplikasi praktis dan bagaimana segala sesuatu terselesaikan. Peserta didik berusaha terus-menerus untuk mempengaruhi orang, mengubah situasi, dan mengambil resiko untuk menyelesaikan masalahnya. Teknik instruksional yang dapat digunakan, meliputi permainan, drama/simulasi, penggunaan studi kasus, dan proyek lapangan.


(61)

42

Gambar 2.1. Prosedur Experiential Learning E. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian Stranas tahun ke-2 (Barus, 2015) menunjukkan bahwa implementasi pendidikan karakter pada 9 SMP di berbagai kota di Indonesia menunjukkan hasil yang baik karena terjadi peningkatan karakter antara pre-post test pada ke 9 SMP. Implementasi model ini telah mampu mentransformasi rata-rata skor karakter dari terendah 2,28 menjadi tertinggi 3,52 pada skala 4 (stanfour). Para guru maupun siswa di 9 sekolah menilai model ini jauh lebih efektif dibandingkan dengan model pendidikan karakter terintegrasi. Lebih dari 95% siswa mengaku merasa lebih mampu menghargai teman, lebih semangat untuk mengikuti kegiatan, membangun


(62)

43

kepedulian/kesetiakawanan, lebih meningkatkan kesadaran untuk memperbaiki diri, lebih berani bertanggung jawab, mempererat rasa persaudaraan/persahabatan,memupuk kesediaan bekerja sama/kekompakan tim, menumbuhkan keinginan untuk menolong orang lain, dan mereka mengakui kegiatan bimbingan karakter model ini sangat memberi manfaat bagi perbaikan perilaku.

2. Hasil penelitian Elisabet Rubiningsih (2016) tentang “Efekvtivitas

Implementasi Pendidikan Karakter Kerja Keras Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning” menunjukkan adanya peningkatan hasil (pretest) rata-rata 61,6786 dan sesudah adanya perlakuan (posttest) dengan nilai rata-rata naik menjadi 64,1786, sehingga dapat dikatakan terjadi peningkatan karakter kerja keras pada siswa.

F. Kerangka Berpikir

Pendidikan karakter telah menjadi keprihatinan tersendiri bagi bangsa indonesia. Sejatinya, pendidikan karakter merupakan bagian esensial yang menjadi tugas sekolah, tetapi selama ini kurang perhatian. Akibat minimnya perhatian terhadap pendidikan karakter dalam ranah persekolahan, telah menyebabkan berkembangnya berbagai penyakit sosial di tengah masyarakat. Sebenarnya, sekolah tidak hanya berkewajiban meningkatkan pencapaian akademis, tetapi bertanggung jawab dalam membentuk karakter siswa. Capaian akademis dan pembentukan karakter yang baik merupakan dua misi integral yang harus mendapat perhatian sekolah.


(63)

44

Pendidikan karakter terintegrasi sudah tercantum dalam kurikulum sekolah, namun selama ini dalam proses implementasi masih banyak hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan itu seperti para guru belum sepenuhnya paham mengenai konsep pendidikan karakter terintegrasi, prosedur belum operasional, guru BK belum terlibat aktif, dan internalisasi nilai-nilai masih pada tataran kognitif belum sampai afeksi. Oleh karena itu perlu adanya model penanaman pendidikan karakter tidak hanya pada tataran kognitif namun sampai pada afeksi dan tindakan nyata. Peneliti menawarkan model bimbingan yang didesain oleh tim stranas prodi bimbingan dan konseling, universitas sanata dharma yaitu model pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential leraning.Secara khusus peneliti berfokus pada karakter daya juang siswa kelas VIII A. Karakter daya juang siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah belum tertanam dalam diri, sehingga pemahaman dan penanaman karakter tersebut perlu ditingkatkan.


(64)

45

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir •Refleksi diri

terhadap pengalaman

mengikuti pendidikan karakter

•Sharing pengalaman dalam kelompok besar maupun kecil

•Dinamika kelompok melalui model yang

diberikan

•Merumuskan dan mengambil makna/nilai karakter Active Experimentation Concrate Experience Reflective Observation Abstract Conceptualisation 1. Aku Bisa 2. Aku Percaya Diri 3. Aku Pantang Menyerah Pengantar pendidikan karakter

(layanan bimbingan)

Pendidikan karakter terintegrasi

Implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan

bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

Peningkatan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan karakter daya juang sebagai siswa

karakter masih pada tataran kognitif 2. Pedoman yang

digunakan tidak operasional


(65)

46 G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho :Pendidikan karakter melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiental learning tidak efektif untuk meningkatkan karakter daya juang pada siswa SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah.

H1 :Pendidikan karakter melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiental learning efektif untuk meningkatkan karakter daya juang pada siswa SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah.


(66)

47 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan jenis atau desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan realibilitas instrumen, dan teknik analisis data.

A. Jenis atau Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan pre-experimental dan menggunakan one group pre-test post-test design. Menurut Sugiyono (2013) dikatakan bahwa pre-experimental design adalah jenis eksperimen yang belum dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka dapat dikatakan terdapat variabel luar yang berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hal tersebut terjadi dikarenakan tidak ada variabel kontrol sehingga dapat mempengaruhi variabel dependen, dimana variabel dependen sendiri belum tentu dipengaruhi oleh variabel independen. Dengan desain ini akan diketahui efek sebelum dan sesudah perlakuan. Maka dalam penelitian ini, sebelum perlakuan akan diberikan pre-test (tes awal) dan post_test (tes akhir) yang diberikan setelah perlakuan.

Tujuan dari penggunaan desain ini adalah mengukur peningkatan karakter daya juang siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. Teknik ini akan memberikan hasil efektivitas layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter daya juang siswa kelas VIII A SMP N 2 Seputih


(67)

48

Surabaya, Lampung Tengah pada tahun ajaran 2015-2016. Desain penelitian yang digunakan akan digambarkan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tabel Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design Pre-test Treatment Post-test

O1 X O2

Keterangan:

O1 : pretest (tes awal) sebelym perlakuan diberikan

O2 : posttest (tes akhir) setelah perlakuan diberikan

X : treatment atau perlakuan berupa pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendektan experiential learning. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah pada tanggal 27-28 Mei 2016 pada pukul 08.00-11.00 WIB. Penelitian ini dilakukan dengan durasi delapan jam dalam dua hari pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas VIII A.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah sampel dari populasi kelas VIII A SMP N 2 Seputih Surabaya, Lampung Tengah. Subjek penelitian berikut dijelaskan secara rinci dalam tabel 3.2 berikut.


(68)

49

Tabel 3.2

Data Subjek Penelitian

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Dilihat dari setting, teknik pengumpulan data dapat diambil setting alamiah, metode eksperimen (laboratorium), seminar, diskusi, di jalan. Dilihat berdasarkan sumber data, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Jika dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi, dan gabungan ketiganya.

Data merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diteliti dan dianalisis. Maka, dibutuhkan teknik yang tepat dalam pengambilan data. Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik tes dan non tes. Teknik tes bertujuan untuk mendapatkan data dari hasil pretest dan posttest peningkatan karakter daya juang. Sedangkan teknik non-tes adalah skala validasi penilaian siswa yang digunakan untuk mengetahui efektivitas implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning.

Keterangan Jumlah Siswa


(69)

50

Tahap-tahap yang dilakukan untuk persiapan pengumpulan data penelitian sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

1) Menganalisis topik materi.

2) Menyusun rancangan pelayanan bimbingan dan konseling (RPBK). 3) Mempersiapkan instrumen penelitian soal tes dan kuesioner atau skala. 4) Membuat soal-soal tes dan item kuesioner

5) Revisi dan konsultasi kepada tim ahli, dalam hal ini berperan Dr. Gendon Barus, M. Si

b. Tahap pelaksanaan

1) Pemberian pre-test untuk mengetahui penguasaan dan pemahaman konsep siswa sebelum mengikuti implementasi.

2) Implementasi pendidikan karakter daya juang layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning.

3) Pemberian post-test untuk melihat peningkatan penguasaan dan pemahaman konsep siswa setelah mengikuti implementasi.

c. Tahap akhir

1) Mengumpulkan data yang diperoleh. 2) Mengolah data hasil penelitian.

3) Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian. 4) Menarik kesimpulan.


(70)

51 2. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa prinsip dalam penelitian adalah pengukuran, maka diperlukan alat ukur yang tepat. Alat ukur dalam penelitian disebut instrumen penelitian. Maka, dapat dideskripsikan instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang dapat diamati. Instrument dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 instrumen berupa tes karakter daya juang, kuesioner penilaian diri (self asessment), dan validasi penilaian siswa yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Tes Karakter Daya Juang

Winkel dan Hastuti (2004) menjelaskan bahwa terdapat beberapa tipe skala penilaian, antara lain skala numerik, skala penilaian berdegradasi, dan daftar cek. Daftar cek menyerupai item dalam tes hasil belajar, berbentuk objektif dengan tipe pilihan ganda. Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa tes karakter daya juang yang dibuat dalam bentuk pilihan ganda dimana pilihan-pilihan tersebut berupa pernyataan-pernyataan dengan alternatif jawaban bergradasi mulai dari 1 hingga 4 dan masing-masing alternatif jawaban mengandung kebenaran berdegradasi. Skor 4 adalah skor tertinggi yang mewakili nilai karakter daya juang. Sedangkan untuk skor 1 mewakili nilai karakter daya juang yang rendah. Penggunaan tes sifatnya


(1)

133

a. Sebelum disusun gelas plastik harus tersusun tidur/tidak berdiri

b. Gelas plastik harus disusun seperti demikian tanpa menyentuh gelas, hanya dengan menggunakan tali raffia dan karet gelang.

c. Susunan tali raffia dan karet gelang seperti berikut:

tali raffi

Sumber:

Training, Cakrawala. 2012. Membangun Menara dari Cup. Dalam http://outboundkaryawanftiunpar.blogspot.co.id/2012/06/membangun-menara-dari-cup.html. Diunduh 10 April 2015, Jam 12.11

Aku pantang menyerah !! Pantang Menyerah:

Sikap dan perilaku yang dilakukukan seseorang dalam mengerjakan sesuatu dengan penuh semangat tanpa mengenal putus asa, meskipun usaha yang dilakukan gagal tetapi tetap terus mencoba agar mencapai tujuan yang diharapkan. Contoh sikap pantang menyerah adalah ketika seorang siswa mendapatkan nilai yang kurang memuaskan maka siswa akan terus berusaha

D. Handout Materi

Karet g


(2)

134

tanpa mengenal putus asa agar mendapat nilai yang baik dengan cara terus berusaha keras dan belajar sungguh-sungguh.

Karakteristik sikap pantang menyerah kerja keras, ulet dan disiplin

mandiri dan realistis komitmen tinggi

berfikir positif dan bertanggung jawab kreatif dan inovatif

Cara-cara membangun sikap pantang menyerah:  Tidak mudah menyerah.

 Optimis.

 Fokus pada tujuan yang akan dicapai.  Berani mengambil resiko.

 Bekerja keras  Percaya diri

 Memotivasi diri sendiri

Manfaat sikap pantang menyerah:  Memberikan semangat dalam diri

 Meningkatkan prestasi diri  Meningkatkan keberhasilan kerja

Gagal 1000 Kali,

Thomas A. Edison Akhirnya Berhasil Menciptakan Bola Lampu

Kegagalan adalah hal biasa dan karena kegagalan inilah biasanya kita bisa menemukan keberhasilan. Hal itulah yang pernah dirasakan oleh seorang Thomas A. Edison yang pernah gagal berkali-kali ketika berusaha menciptakan bola lampu. Berkali-kali di sini bukan satuan, E. Percikan Inspirasi


(3)

135

puluhan dan ratusan kali, melainkan sampai seribu kali, bahkan ada yang berpendapat Thomas A. Edison pernah gagal sampai 10.000 kali. Tidak penting berapa kali ia gagal karena yang terpenting adalah dengan kegagalannya tersebutlah akhirnya Thomas A. Edison berhasil menciptakan bola lampu.

Thomas A. Edison lahir pada tahun 1847, tepatnya tanggal 11 Februari di Ohio, Amerika Serikat. Saat bersekolah ia selalu mendapat nilai yang buruk dan karena itulah akhirnya sang ibu memutuskan untuk memberhentikannya dari sekolah. Ibunya kemudian mengajar Edison sendiri di rumah. Saat sekolah di rumah inilah Edison mendapat kesempatan untuk bisa membawa buku-buku ilmiah untuk orang dewasa. Edison kemudian mengadakan percobaan ilmiahnya sendiri. Karena membutuhkan uang untuk percobaannya, pada usia 12 tahun ia bekerja sebagai penjual buah, Koran dan gula-gula di kereta api. Setelah cukup dewasa ia kemudian bekerja sebagai operator mesin telegraf. Melalui mesin telegraf, Edison mengirimkan pesan atau berita bisnis ke semua perusahaan ternama di kota New York.

Di tahun 1870, Edison sudah mampu menemukan mesin telegraf yang bisa bekerja lebih baik karena mesin ciptaannya mampu mencetak pesan di atas pita kertas panjang. Uang yang ia dapat dari penemuan tersebut membuatnya mampu mendirikan perusahaan sendiri, Tahun 1874, Edison pindah ke kota New Jersey. Di kota ini ia kemudian membuat bengkel ilmiah yang besar dan menjadi yang pertama di seluruh dunia. Setelahnya ia mampu melakukan penemuan penting, seperti Gramofon (1877), lampu listrik dan proyektor untuk film (1879) dan masih banyak lagi. Tahun 1890 ia mendirikan perusahaan bernama General Electric.

Selama hidupnya, Edison mampu meraih 1.093 paten atas namanya. Dan karena itulah ia kemudian dikenal sebagai salah satu penemu paling produktif pada masanya. Dalam bidang pertahanan Amerika Serikat, Edison juga cukup berperan dengan beberapa hasil penelitiannya seperti menghancurkan periskop dengan menggunakan senajata mesin, menghentikan torpedo dengan jaring, mendeteksi kapal selam, meningkatkan kekuatan torpedo dan masih banyak lagi. Thomas A. Edison meninggal di usia, tepat pada haru ulang tahun penemuannya yang paling fenomenal, sebuah bola lampu yang membuat seluruh dunia tetap terang di malam


(4)

136

hari. Hal yang patut ditiru dari seorang Thomas A. Edison adalah kegigihannya dalam melakuan sesuatu. Tidak peduli berapa kali mengalami kegagalan ia tetap berusaha sampai ia berhasil. Kegagalan tidak akan membuat seorang Thomas A. Edison menyerah bahkan akan membuat ia semakin bersemangat.

Sumber:

Profesional, Dunia. ______. Gagal 1000 Kali, Thomas A. Edison Akhirnya Berhasil

Menciptakan Bola Lampu. Dalam:

http://www.duniaprofesional.com/inspirasi/hidup/gagal-1000-kali-thomas-a-edison-akhirnya-berhasil-menciptakan-bola-lampu/


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning.

0 0 15

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan Experiential Learning untuk meningkatkan karakter bertanggung jawab.

0 0 193

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter proaktif

2 5 190

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan kecerdasan komunikasi interpersonal

0 2 183

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter penerimaan diri dan sosial

0 3 164

Efektivitas pendidikan karakter entrepreneurship berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

1 2 197

Efektivitas pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 1 138

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter bergaya hidup sehat

0 0 183

Efektivitas implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 8 152

Efektivitas implementasi pendidikan karakter cinta tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 2 135