Body Fat Percentage Obesitas

thickness pada bagian lemak tepi Sievenpiper, Jenkins, Joss, Leiter, and Vuksan, 2001.

C. Body Fat Percentage

Body fat percentage yang disebut juga dengan BF yaitu komponen lemak dalam tubuh yang sering disebut juga massa lemak. Untuk menentukan berat badan ideal seseorang harus diketahui terlebih dahulu persen total lemak tubuh. Komposisi lemak tubuh harus diukur berdasarkan prosedur yang ada. Body fat percentage terdiri dari essential fat dan storage fat Hoeger et al., 2014. Essential fat yaitu lemak yang digunakan untuk fungsi fisik. Lemak ini terdapat dalam jaringan seperti otot , sel syaraf, sumsum tulang belakang, saluran cerna, jantung, atau hati. Terdapat 3 essential fat pada laki-laki. Sedangkan storage fat terdapat pada jaringan lemak, umumnya terdapat di bawah kulit lemak subkutan. Storage fat digunakan untuk memproduksi panas tubuh, untuk metabolisme, dan lapisan proteksi terhadap trauma fisik Hoeger et al., 2014. Terdapat beberapa cara untuk pengukuran body fat percentage yaitu under water weighing, dual-energy x-ray absorptiometry DEXA, bioelectrical impedance analyzer BIA, body-girth measurements dan pengukuran skinfold thickness Hoeger et al., 2014. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skinfold thickness. Karena pengukuran menggunakan skinfold thickness merupakan pengukuran yang mudah dan sudah dapat menggambarkan komposisi lemak tubuh dan dapat menjadi prediktor terhadap resistensi insulin Sievenpiper et al., 2001. Body fat percentage ditentukan dengan perhitungan rumus yang sesuai Fahey, Insel, and Roth, 2005 : Body Fat = 0,39287 x jumlah ketiga pengukuran skinfold – 0,00105 x [jumlah ketiga pengukuran skinfold] 2 + 0,15772 x umur – 5,18845 = 0,39287 x [skinfolds] – 0,00105 x [skinfolds] 2 + 0,15772 x [umur] – 5,18845 = …… Menurut Hoeger et al. 2013 klasifikasi body fat percentage dibagi menjadi beberapa kelompok. Tabel I. Nilai Body Fat Percentage Men ≥40 years old Underweight 3 Good 3,0 – 20,0 Moderate 20,1 – 25,0 Overweight 25,1 – 30,0 Obese ≥30,1

D. Obesitas

Kegemukan atau obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang berisiko bagi kesehatan World Health Organization, 2015. Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara berkembang dan negara maju karena akan berkaitan dengan penyakit kronis termasuk diabetes tipe II, penyakit jantung, hipertensi dan kanker. Timbunan lemak telah dilihat sebagai awal timbulnya masalah Huxley et al., 2010. Lokasi lemak dalam tubuh penting dalam menentukan risiko yang terkait dengan kelebihan lemak tubuh. Lemak di sekitar pinggul dan paha umumnya disebut sebagai lemak subkutan. Lemak subkutan membawa kurang beresiko untuk terjadinya penyakit yang disebabkan oleh kegemukan dibandingkan dengan lemak yang tersimpan di sekitar organ-organ daerah perut, yang disebut lemak visceral. Peningkatan lemak visceral dapat menjadi pemicu terjadinya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke, diabetes, dan kanker payudara lebih tinggi. Orang-orang yang cenderung memiliki deposit lemak di pinggul dan paha digambarkan sebagai bentuk pear, sedangkan mereka yang memiliki deposit lemak dalam perut digambarkan sebagai bentuk apel Gambar 5. Lokasi lemak tubuh ditentukan terutama oleh gen yang diwariskan dari orang tua, tetapi jenis kelamin, usia, dan gaya hidup juga mempengaruhi lokasi penyimpanan lemak. Penyimpanan lemak visceral lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita Smolin et al., 2010. Pengaruh obesitas terhadap diabetes melitus tipe 2 diawali dengan penurunan sensitivitas insulin yang berujung pada resistensi insulin Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008; American Diabetes Association, 2013. Gambar 5. Apple-shaped and Pear-shaped Smolin et al, 2010 E. Resistensi Insulin Resistensi insulin adalah suatu kondisi tubuh memproduksi insulin tetapi tidak menggunakannya secara efektif National Diabetes Information Clearinghouse, 2012. Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel dalam tubuh hati, otot rangka dan adiposa jaringan lemak menjadi kurang sensitif dan akhirnya resisten terhadap insulin. Hormon diproduksi oleh sel-sel beta di pankreas untuk memfasilitasi penyerapan glukosa. Glukosa tidak bisa lagi diserap oleh sel-sel tetapi tetap berada dalam darah akan memicu kebutuhan insulin semakin banyak hiperinsulinemia yang akan diproduksi dalam upaya untuk memproses glukosa. Produksi terus yang meningkat akan menyebabkan jumlah insulin melemah dan akhirnya sel beta akan mengalami gangguan. Setelah pankreas tidak lagi mampu untuk memproduksi insulin yang cukup maka orang menjadi hyperglycaemic dan akan di diagnosis diabetes tipe 2 International Diabetes Federation, 2006.

F. HbA1c