Sifat Pimpinan Kepala-kepala Rakyat Memelihara dan Mempertahankan Hak Ulayat

Dengan adanya pemberian ini dapat kita ketahui di Kecamatan Nassau Kabupaten Toba Samosir bahwa orang pendatang mempunyai kesempatan untuk mempunyai hak milik atas tanah di atas tanah adat. Tapi perlu diketahui bahwa pemberian ini dilakukan setelah adanya permohonan dari si pendatang tersebut. Sebagaimana yang biasanya dilakukan sesuai dengan adat istiadat masyarakat batak bahwa orang pendatang tersebut membuat permohonan kepada tokoh-tokoh adat dengan menyerahkan “Debban Tiar” berupa ganti rugi namun dalam konteks adat. Artinya ganti rugi ini dilihat dari segi nilai uangnya hanya berupa simbol semata, karena jumlah nilai uang tersebut tidak sebanding dengan tanah yang diserahkan. 94

C. Sifat Pimpinan Kepala-kepala Rakyat

Pimpinan kepala-kepala rakyat atau kepala-kepala persekutuan raja adat merupakan individu pengayom dan pengambil keputusan pada setiap tindakan adat yang sangat penting. Kepala persekutuan mengatur kehidupan bermasyarakat para warga, mengambil keputusan dalam persengketaan memutuskan perkara orang asing dan sebagai penentu sah tidaknya suatu transaksi tanah seperti transaksi jual tanah. Suatu transaksi jual tanah dapat sah jik dilakukan secara terang dan tunai. Terang berarti nahwa pengetua adat mengijinkan dan tindakan tunai berarti diikuti oleh pembayaran. Jika transaksi jual dilakukan secara tidak terang maka transaksi itu adalah gelap dan tidak mempunyai kekuatan hukum. 94 Wawancara dengan Bapak Osman Pasaribu di sipagabu sebagai masyarakat pada tanggal 8 Juni 2011 Universitas Sumatera Utara Sifat pimpinan kepala rakyat yang sangat penting pada suatu masyarakat adat dikatakan sebagai suatu nilaiyang bersifat universal, karena sifat sedemikian itu pada umumnya ada pada setiap persekutuan adat tradisional di Indonesia. Peranan kepala-kepala persekutuan adat merupakan suatu nilai yang dianut oleh hukum adat dan tidak ada suatu masyarakat yang tidak mempunyai kepala persekutuan. Adapun nilai kemimpinan kepala-kepala persekutuan adat ini ternyata dewasa ini semakin merosot keberadaannya. Indikator yang menunjukkan semakin merosotnya nilai kemimpinan kepala persekutuan adat tampak pada transaksi jual tanah, ijin jual tanah, pengolahan ulayat dan peranan kepala persekutuan itu secara umumnya. Dengan demikian bahwa semakin menurun transaksi jual beli tanah, dan tidak perlunya raja adat campur tangan. Universitas Sumatera Utara BAB IV UPAYA YANG DILAKUKAN MASYARAKAT BATAK TOBA UNTUK MELINDUNGI HAK ULAYAT DI KECAMATAN NASSAU KABUPATEN TOBA SAMOSIR

A. Memelihara dan Mempertahankan Hak Ulayat

Pertama-tama persekutuan berusaha meletakkan batas-batas disekeliling wilayah kekuasaannya. Tetapi usaha ini lajimnya tidak dapat diselenggarakan secara sempurna lebih-lebih apabila masyarakat persekutuan tempat tinggalnya tersebar pendukuhan-pendukuhan kecil ataupun apabila daerah-daerah persekutuan tersebut meliputi tanah-tanah kosong. Usaha kedua adalah menunjuk pejabat-pejabat tertentu yang khusus bertugas mengawasi wilayah kekuasaan persekutuan yang bersangkutan. Pejabat ini disebut sebagai Kepala Adat. Disamping petugas-petugas yang khusus ini biasanya diadakan pula patroli-patroli perbatasan. Dan perlu disebutkan disini sebagai salah satu cara penegasan wilayah kekuasaan, surat-surat pikukuh ataupun piagam yang dikeluaarkan oleh Raja-raja dahulu yang dikeluarkan sebagai keputusan- keputusan hakim-hakim kerajaan ataupun hakim-hakim pemerintahan kolonial Belanda dahulu atau oleh pejabat-pejabat pamong pradja lainnya yang berwenang. 95 95 Wawancara dengan Bapak Bintasa Lumbantoruan, Kepala Desa Lumban Rau Utara. Tanggal 9 Juni 2011 Universitas Sumatera Utara Hak ulayat sebagaimana dimuat terdahulu mempuyai peran ganda ke dalam dan ke luar sehingga diperlukan upaya untuk memelihara dan mempertahankan hak ulayat, hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dilakukan secara langsung dengan memasang tandapapan pengumuman sebagai tanda milik, dapat dilakukan dengan memasang pasak-pasak, dapat pulak dilakukan dengan membuat patok tanda batas keliling wilayah kekuasaanulayat dimaksud. Tetapi cara seperti itu jarang dilakukan mengingat masyarakat persekutuan itu tempat tinggalnya tersebar di beberapa tempat, apalagi hak ulayat ini adalah tanah kosong yang luas. Upaya lain yang dilakukan dengan cara menunjuk petugas yang bertugas mengawasi dan menjaga tanah ulayat persekutuan daari serobotan orang daari luar persekutuan. Cara lain untuk memelihara dan menjaga hak ulayat suatu masyarakat adat tertentu adalah dengan mengusahai, mengolah tanah adat secara berlanjut. Penguasaan dan pengolahan untuk tertibnya dilakukan oleh kepala suku dengan membagi-bagikannya kepada warga persekutuan untuk dijadikan lahan pertanian masing-masing secara perorangan. Demikian juga apabila warga persekutuan sendiri yang memilih sebidang tanah hutan dan selanjutnya member tanda tapal batas dengan seizin dan atau sepengetahuan Pemangku Adat, berarti secara nyata telah dilakukan hubungan dengan tanah ulayat tersebut, selanjutnya hanya dialah yang berhak mengerjakan tanah itu sepanjang dikelola dengan baik dan berlanjut. Sebaiknya bila tanah yang digarap itu akhirnya diterlantarkan serta tidak diurus atau diperdulikan lagi, maka Pemangku Adat dapat meminta kembali tanah Universitas Sumatera Utara ulayat atau menanyakan apa tetap mengolah tanah itu atau menyerahkannya kepada persekutuan masyarakat adat, selanjutnya diserahkan kepada warga lain Secara teoritis atau idealnya pemeliharaan dan pelestarian kepemilikan dan juga pengolahan atas tanah adat atau hak ulayat tetapi sejalan dengan perkembangan nilai sebidang tanah yang sudah mengarah kepada sikap ekonomis dan sudah mengurangi sikap magis religius antara manusia dengan tanah dan seiring pula pergantian generasi yang biasanya kepala suku, pemangku adat sudah lebih tua sedangkan yang mengolah relative masih usia muda sehingga asal-usul sejarah tanah akan semakin kabur. Pengakuan secara sepihak orang yang mengolah, menguasai yang beralih sikap menjadi pemilik yang dengan sewenang-wenang menjual kepada orang lain, baik warga persekutuan maupun orang yang berasal dari daerah lain. Pendaftaran tanah sebagai suatu proses tata cara demi terwujudnya kepastian hukum yang sah tentang penguasaan tanah. Sebagaimana dalam memori penjelasan UUPA yang menyebutkan salah satu tujuan UUPA adalah meletakkan dasar-dasar untuk terciptanya kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah termasuk subjek pemilik hak dan objek lokasi tanah. Dalam hukum adat pengalihan hak atas tanah dilakukan secara terang dan tunai disebut terang apabila dilaksanakan secara adat, disaksikan oleh pengetua, pemangku adat, yang dalam kenyataannya sekarang ini hanya dilaksanakan di hadapan Kepala Desa setempat, walaupun secara jelasnya transaksi ini diakui sebagai akte di bawah tangan. Transaksi demikian dalam perkembangan Universitas Sumatera Utara selanjutnya mempunyai kelemahan karena buku desa tentang peralihan hakpemilik dan sejarah tanah tidak termuat secara rinci di Kantor Desa.

B. Pendaftaran Tanah Ulayat Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Nassau Kabupaten Toba Samosir