banyak menimbulkan masalah dalam pelaksanaan pendaftaran tanah karena batas- batas dari tanah ulayat tersebut hanya dapat dilakukan dengan melihat batas alam
yang terkadang sering mengalami perubahan. Sedangkan untuk menentukan masih adanya Hak Ulayat di Daerah
Kecamatan Nassau dapat dilakukan dengan cara Pembuktian yuridis yaitu dengan melakukan penelitian ke lokasi dengan cara pengukuran dan pemetaan dan
sedangkan secara fisik dapat dilihat masih adanya tatanan hukum masyarakat hukum adat tersebut. Pembuktian yuridis dapat dilakukan oleh pihak-pihak
instansi seperti Pemerintah Daerah, Badan Pertanahan Nasional Tobasamosir, pengetua adat, tokoh masyarakat dan Akademis dari Universitas. Tetapi sampai
sekarang belum ada yang dari pihak instansi tersebut yang benar-benar melakukan pembuktian yuridis.
Sedangkan pembuktian secara fisiknyata masih adanya hak ulayat di Kecamatan Nassau dengan masih adanya, subjek masyarakat adat, Pengetua
adat, Tatanan Hukum adat di daerah Nassau. Dan pengkuan masyarakat Batak Toba Nassau bahwa di daerah Nassau masih ada hak ulayat, tetapi belakangan ini
hak ulayat di daerah ini makin berkurang karena kurangnya perhatian dari pihak pemerintah.
D. Penyerahan Hak Ulayat Atas Tanah Oleh Masyarakat Batak Toba Kepada Pihak Lain.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Menteri AgrariaKepala BPN Nomor 5 Tahun 1999 sebagaimana dalam Pasal 4 ayat 1 b, menyebutkan bahwa penguasaan bidang-
bidang tanah yang termasuk tanah ulayat oleh instansi pemerintah, badan hukum atau perseorangan bukan warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan
dengan hak tanah menurut ketentuan UUPA, berdasarkan pemberian hak dari negara setelah tanah tersebut dilepaskan oleh masyarakat hukum adat atau oleh
warganya dalam hal ini khusunya masyarakat Batak Toba, harus sesuai dengan ketetuan dan tata cara hukum adat yang berlaku.
Menurut Pasal 4 ayat 2, Peraturan Menteri AgrariaKepala BPN Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa, pengelepasan hak ulayat atas tanah masyarakat
hukum adat untuk keperluan pertanian dan keperluan lain yang memerlukan Hak Guna Usaha dan Hak Pakai, dapat dilakukan oleh masyarakat hukum adat dengan
penyerahan penggunaan tanah untuk jangka waktu tertentu yang setelah jangka waktunya habis, atau setelah tanah tersebut tidak dipergunakan lagi atau
ditelantarkan oleh pemegang Hak Guna Usaha tersebut maupun pemegang Hak Pakai yang dimiliki hapus, maka penggunaan selanjutnya atau perpanjangan harus
dilakukan berdasarkan persetujuan baru dari masyarakat hukum adat yang bersangkutan sepanjang hak ulayat masyarakat hukum adat itu masih ada.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Sumatera Utara
A. Kesimpulan
1. Keberadaan hak ulayat masih diakui di Kecamatan Nassau Kabupaten Toba
Samosir, ini ditandai dengan adanya objek hak ulayat itu sendiri Huta kampung, Tapian tempat mandi. Masyarakat Adat Batak Toba masih
diakui dan masih adanya objek hak ulayat tersebut, adanya pimpinan adat yang kelihatan dalam acara-acara ritual seperti “pesta” tetapi pimpinan adat itu tidak
ada lagi sama dengan sebutan “penghulu” yang ada pada masa kerajaan dahulu. Hukum adat Masyarakat Adat Batak Toba juga masih ada meskipun telah
mengalami banyak perobahan. Hak Ulayat di daerah ini mengenal istilah Tanah Marga Tanah Adat atau juga Tanah Golat.
Keberadaan ketentuan dari pada UUPA Nomor 5 Tahun 1960 khususnya Pasal 3 yang berbunyi : “Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1 dan
Pasal 2 pelaksanaan Hak Ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat hukum adat, yang berdasarkan atas dasar persatuan bangsa serta tidak boleh
bertentangan dengan udang-undang peraturan lain yang lebih tinggi”. Maka jelaslah bahwa Hak Ulayat tanah adat di Kecamatan Nassau Kabupaten Toba
Samosir masih diakui keberadaannya sesuai dengan persyaratan mengenai keberadaan dan mengenai pelaksanaannya.
2. Pola penguasaan dan peruntukan hak ulayat dalam masyarakat hukum adat di
kecamatan Nassau.
a. Pola penguasaan
Universitas Sumatera Utara
Penguasaan hak ulayat ditentukan oleh kepala adat. Penguasaan hak ulayat dilakukan berdasarkan kepentingan bersama, untuk Tanah golat
tanah satu saudara, perkuburan bersama, pokan pecan desa, disamping kepentingan anggotanyaketurunannya untuk tempat tinggal, lahan
pertanian dan lain-lain. b.
Pola peruntukan hak ulayat: 1
Milik bersama ripe-ripe dan milik perseorangan Adapun tanah ripe-ripe ini berarti bahwa penduduk memiliki bidang-
bidang tanah tertentu secara bersama-sama dengan saudara-saudara sekeluarga satu ayahkakek. Tanah ripe-ripe sebenarnya termasuk
sebagai harta warisan yang harus dibagi-bagi oleh para ahli waris, akan tetapi ada kalanya sebidang tanah tertentu belum dibagi atau sengaja
dibiarkan dalam keadaan tidak terbagi untuk tujuan tertentu seperti tempat kuburan keluarga, dan selanjutnya juga memiliki tanah
perseorangan. 2
Tanah golat Tanah golat sebenarnya merupakan tanah yang dimiliki secara bersama-
sama akan tetapi tanah golat umumnya dimiliki bukan hanya oleh kesatuan individu yang diikat oleh keturunan satu ayahkakek akan
tetapi jauh lebih luas dengan pengertian bahwa hak ulayat dapat dimiliki secara bersama-sama dari satu kesatuan marga tertentu yang
diturunkan secara terus menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Upaya yang dilakukan masyarakat Batak Toba untuk melindungi hak ulayat
pada kecamatan Nassau kabupaten Toba Samosir yaitu dengan melakukan pendaftaran tanah di Kantor Badan Pertanahan Nasional agar terjamin
kepastian hukumnya, tetapi masih banyak masyarakat Batak Toba di daerah ini yang belum mendaftarkan tanahnya karena adanya kendala-kendala yang
dihadapi masyarakat hukum adat tersebut yaitu dilihat dari kedala secara pembuktian yuridis belum adanya pihak instansi seperti BPN, Pemda,
Akademis yang turun langsung ke lokasi untuk melihat bahwa bahwa hak ulayat di dareah tersebut masih ada keberadaannya. Kendalanya yang lain yaitu
kurangnya arahan kepada masyarakat bagaimana cara pendaftaran tanah tersebut dan dapat juga dilihat dari faktor ekonomi masyarakat hukum adat
tersebut.
B. Saran